Klasifikasi Tekanan Darah Hubungan Penurunan Tekanan Darah Sistolik dengan MACE pada Pasien SKA

2.1.4.2. Klasifikasi Tekanan Darah

Berdasarkan The Seventh Report of the Joint National Committee, tekanan darah dibagi menjadi empat, yaitu normal, prehipertensi, hipertensi stadium 1, dan hipertensi stadium 2. 35 Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah 35 Klasifikasi Tekanan Darah TDS mmHg TDD mmHg Normal 120 dan 80 Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi Stadium 1 140-159 atau 90-99 Hipertensi Stadium 2 ≥160 atau ≥100 Selain klasifikasi di atas, tekanan darah juga dapat digolongkan kedalam kelompok hipotensi, yaitu ketika tekanan darah sistolik kurang dari atau sama dengan 100 mmHg. 36

2.1.4.3. Hubungan Penurunan Tekanan Darah Sistolik dengan MACE pada Pasien SKA

Tekanan darah sistolik merupakan hasil dari kombinasi curah jantung dan resistensi perifer total. Apabila pasien SKA yang sedang terserang fase akut memiliki nilai tekanan darah sistolik dalam batas normal, maka hal tersebut menandakan bahwa kombinasi antara curah jantung dan resistensi perifer total masih bisa dipertahankan. Jika kombinasi antara kedua hal tersebut, yaitu curah jantung dan resistensi perifer total, masih bisa dipertahankan maka jaringan miokard yang mengalami nekrosis akan lebih terbatas. Selain itu, hal tersebut menandakan bahwa tidak ada kelainan yang berat pada sistem konduksi atrioventrikular. 8,11 Gambar 6. Kurva perkiraan kemungkinan mortalitas in-hospital berdasarkan tekanan darah sistolik pada saat admisi 11 Pada penelitian Christos dkk, didapatkan bahwa ketika pasien datang dan didiagnosis mengalami SKA dan saat itu memiliki tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg maka pasien tersebut justru memiliki laju mortalitas in-hospital yang lebih tinggi dibanding dengan pasien dengan tekanan darah sistolik lebih dari 100 mmHg p0,001. Lalu didapatkan juga bahwa mortalitas in-hospital lebih rendah sebesar 79, 78, dan 88 pada pasien dengan tekanan darah sistolik saat admisi 100-119, 120-139, dan 140 mmHg, secara berurutan, dibandingkan dengan pasien dengan tekanan darah sistolik 100 mmHg saat admisi [OR 0,21;IK 95 0,06-0,80], [OR 0,22; IK 95 0,07-0,66], dan [OR 0,12; IK 95 0,04-0,37], secara berurutan. Pada penelitian ini juga didapatkan nilai ambang sebesar 135 mmHg untuk membedakan pasien yang meninggal selama perawatan di rumah sakit sensitivitas 63; spesifisitas 50. 11 Pada penelitian yang dilakukan oleh Mendes dkk, tekanan darah sistolik dibagi menjadi empat kategori. Dari empat kategori tersebut, didapatkan bahwa pasien SKA dengan tekanan darah sistolik 95-116 mmHg yang mengalami kematian sebesar 5,8 p0,05. Pasien SKA dengan tekanan darah sistolik 116- 123 mmHg yang mengalami kematian sebesar 3,2 p0,05. Pasien SKA dengan tekanan darah sistolik 123-131,75 mmHg yang mengalami kematian sebesar 1,9 p0,05. Pasien SKA dengan tekanan darah sistolik 131,75-140 mmHg yang mengalami kematian sebesar 1,6 p0,05. 37 Ketika dilihat berdasarkan gambaran dari hasil elektrokardiografi, Christos dkk, mendapatkan hasil bahwa pada pasien SKA dengan gambaran segmen ST- elevasi memiliki risiko mortalitas in-hospital yang lebih rendah 13 setiap peningkatan 10 mmHg nilai tekanan darah sistolik. Pada pasien SKA tanpa gambaran segmen ST-elevasi memiliki risiko mortalitas in-hospital yang lebih rendah 21 setiap peningkatan 10 mmHg nilai tekanan darah sistolik. Dan pada pasien SKA dengan gambaran abnormal lainnya pada elektrokardiografi, memiliki risiko mortalitas in-hospital yang lebih rendah 26 setiap peningkatan 10 mmHg nilai tekanan darah sistolik. 11 2.1.5. Denyut Jantung 2.1.5.1. Fisiologi

Dokumen yang terkait

Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pasien Sebelum dan Sesudah Pencabutan Gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Periode Oktober-November 2013

13 111 67

Usia, Jenis Kelamin Dan Riwayat Keluarga Penyakit Jantung Koroner Sebagai Faktor Prediktor Terjadinya Major Adverse Cardiac Events Pada Pasien Sindrom Koroner Akut. 2014

0 23 54

Hitung Leukosit dan Nilai Hemoglobin Sebagai Faktor Prediktor Terjadinya Major Adverse Cardiac Events pada Sindroma Koroner Akut. 2014.

0 29 49

Kadar Creatine Kinase MB, Troponin T, dan Gambaran ST Deviasi Sebagai Faktor Prediktor Terjadinya Major Adverse Cardiac Events Pada Pasien Sindrom Koroner Akut

0 20 56

Kadar creatine kinase-mb, troponin t, dan gambaran st deviasi sebagai faktor prediktor terjadinya major adverse cardiac events pada pasien sindrom koroner akut

0 11 56

Kadar Creatine Kinase MB, Troponin T dan Gambaran ST deviasi sebagai faktor prediktor terjadinya Major Adverse Cardiac Events pada pasien Sindrom Koroner Akut

0 13 56

Usia, Jenis Kelamin Dan Riwayat Keluarga Penyakit Jantung Koroner Sebagai Faktor Prediktor Terjadinya Major Adverse Cardiac Events Pada Pasien Sindrom Koroner Akut

1 48 54

Tekanan Darah Sistolik dan Denyut Jantung Sebagai Faktor Prediktor Major Adverse Cardiac Events pada Sindrom Koroner Akut

0 35 62

Hitung leukosit dan nilai hemoglobin sebagai faktor prediktor major adverse cardiac events pada sindroma koroner akut

0 10 49

PERBEDAAN RATA-RATA TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT JANTUNG Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Penyakit Jantung Koroner Dan Tanpa Penyakit Jantung Koroner Di Rs

0 4 14