Analisis Camel Dalam Penilaian Kesehatan Pada Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI PROGRAN EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS CAMEL DALAM PENILAIAN KESEHATAN PADA BANK BRI CABANG PUTRI HIJAU MEDAN
Oleh :
NAMA : LATIHAN PRA JUNIWATI ZEGA NIM : 070522119
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Fungsi dan Kedudukan
Internal Auditor pada PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) Tanjung Morawa
Medan, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperolah, telah dinyatakan
dengan jelas, benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera
Utara.
Medan, Agustus 2010
Yang membat pernyataan,
NIM: 070522119
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas kasih – Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ ANALISIS CAMEL DALAM PENILAIAN KESEHATAN
PADA BANK BRI CABANG PUTRI HIJAU MEDAN “.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas Sumatera
Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, AK, selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Dra. Mutia Ismail, MM, AK, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
4. Drs. Syahrul Rambe, MM, AK, selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, ilmu,
motivasi, kesabaran, dan perhatiannya selama penulisan skripsi.
5. Dra. Narumondang B. Siregar, MM, AK dan Risanty, M.Si, AK, selaku dosen
(4)
6. Bapak Kuswardono sebagai Pimpinan Cabang Kantor BRI Putri Hijau Medan,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan research/survey.
7. Bapak, Ibu dan saudara ku tercinta atas kasih dan sayang, dorongan semangat dan
do’anya.
8. Teman – teman S1 Akuntansi Ekstensi 2007 dan satu bimbingan terimakasih buat
semangatnya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu
Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis, sangat
terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh
penulis.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis berharap semoga
penyusunan sktipsi ini akan memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak – pihak
yang bersangkutan.
Medan, Agustus 2010
Penulis
NIM: 070522119
(5)
ABSTRAK
Dalam UU No. 10 tahun 1998 Bank umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tujuan utama dari PT BRI ini pada awalnya adalah pelayanan pada masyarakat kecil yang sampai sekarang tetap konsisten yaitu dengan fokus pembiayaan, kepada usaha mikro kecil dan mengengah ( UMKM ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan dan menganalisis tingkat kesehatan pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan, telah memenuhi kriteria bank sehat yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif untuk menilai tingkat kesehatan permodalan, Kualitas aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas dan analisis kualitatif menilai tingkat kesehatan manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia selama 2 tahun mulai tahun 2007 sampai dengan 2008 mempunyai indikator sehat berdasarkan SK DIR BI No.31/11/KEP/DIR/97.
Kata kunci: Pemodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Earning, Likuiditas dan Sensitifitas terhadap risiko pasar ( CAMELS )
(6)
ABSTRACT
In reference to the act of Indonesiaan Banking affirs ( UU No.10 Tahun 1998 ) commercial Banks are Banks that conduct business activities conventionally or according to sharia principles in it is activities providing payment flow services. PT BRI Cabang Putri Hijau Medan is a state-owned Banking institutions in carrying out their operations and expand micro-lending for small and medium-sized communities ( UMKM ).
Data collection method that used is the method of documentation, interviews. Data analysis methods that used are quantitative analysis and qualitative analysis to assess the soundness of Capital, Asset quality, Profitability, Liquidity and qualitative analysis to assess the level of helath management.
Based on the results of research can be conclude that the health level PT BRI Cabang Putir Hijau Medan for 2 years beginning in 2007 until 2008 has a healthy indicator based on SK DIR BI No.31/11/KEP/DIR/97.
Key words: Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity and Sensitivity to market risk
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ... ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... ... ... iv
DAFTAR ISI ... ... ... v
DAFTAR TABEL ... ... ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ... ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... ... . 1
B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... ... ... . 6
C. Tujuan Penelitian ... ... ... . 6
D. Manfaat Penelitian ... ... ... . 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank ... ... ... . 8
B. Tingkat Kesehatan Bank ... ... ... 15
C. Kriteria Kesehatan Bank ... ... ... 19
(8)
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... ... ... 21
F. Kerangka Konseptual ... ... ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat ... ... ... 27
B. Jenis Penelitian ... ... ... 27
C. Jenis Data ... ... ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... ... ... 28
E. Operasionalisasi Variabel ... ... ... 28
F. Metode Analisis Data... ... ... 31
G. Jadwal Penelitian ... ... ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... ... ... 38
B. Analisis dan Evaluasi ... ... ... 43
C. Hasil Penilaian Kuantitatif ... ... ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... ... 69
B. Saran ... ... ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... ... ... 71
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual...24
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Tingkat Kesehatan PT BRI Cabang Putri Hijau
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank ... 20
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 30
Tabel 3.2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum ... 36
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 37
Tabel 4.1 Penilaian Kriteria Tingkat Kesehatan Faktor Permodalan ... 44
Tabel 4.2 Perhitungan ATMR 2007 ... 45
Tabel 4.3 Perhitungan ATMR 2008 ... 47
Tabel 4.4 Penilaian Permodalan Tahun 2007 – 2008 ... 48
Tabel 4.5 Penilaian Kriteria Tingkat Kesehatan Faktor Kualitas Aktiva Produktif ... 50
Tabel 4.6 Perbandingan Komposisi PPAP yang Dibentuk dengan PPAP Wajib Tahun 2007 – 2008 ... 51
Tabel 4.7 Perbandingan Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif ... 53
Tabel 4.8 Penilaian Kriteria Tingkat Kesehatan Faktor Rentabilitas ... 54
Tabel 4.9 Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata – rata Volume Usaha Tahun 2007 – 2008 ... 55
(11)
Tabel 4.10 Rasio Beban Operasinal terhadap Pendapatan Operasional ... 57
Tabel 4.11 Penilaian Kriteria Tingkat Kesehatan Faktor Likuiditas ... 58
Tabel 4.12 Perhitungan Cash Ratio Tahun 2007 – 2008... 60
Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Kredit Yang Di berikan Terhadap Dana Yang
Diterima Bank Tahun 2007-2008 ... 62
Tabel 4.14 Perhitungan Kuantitatif PT Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan Tahun
2007 ... 64
Tabel 4.15 Perhitungan Kuantitatif PT Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan Tahun
(12)
ABSTRAK
Dalam UU No. 10 tahun 1998 Bank umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tujuan utama dari PT BRI ini pada awalnya adalah pelayanan pada masyarakat kecil yang sampai sekarang tetap konsisten yaitu dengan fokus pembiayaan, kepada usaha mikro kecil dan mengengah ( UMKM ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan dan menganalisis tingkat kesehatan pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan, telah memenuhi kriteria bank sehat yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif untuk menilai tingkat kesehatan permodalan, Kualitas aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas dan analisis kualitatif menilai tingkat kesehatan manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia selama 2 tahun mulai tahun 2007 sampai dengan 2008 mempunyai indikator sehat berdasarkan SK DIR BI No.31/11/KEP/DIR/97.
Kata kunci: Pemodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Earning, Likuiditas dan Sensitifitas terhadap risiko pasar ( CAMELS )
(13)
ABSTRACT
In reference to the act of Indonesiaan Banking affirs ( UU No.10 Tahun 1998 ) commercial Banks are Banks that conduct business activities conventionally or according to sharia principles in it is activities providing payment flow services. PT BRI Cabang Putri Hijau Medan is a state-owned Banking institutions in carrying out their operations and expand micro-lending for small and medium-sized communities ( UMKM ).
Data collection method that used is the method of documentation, interviews. Data analysis methods that used are quantitative analysis and qualitative analysis to assess the soundness of Capital, Asset quality, Profitability, Liquidity and qualitative analysis to assess the level of helath management.
Based on the results of research can be conclude that the health level PT BRI Cabang Putir Hijau Medan for 2 years beginning in 2007 until 2008 has a healthy indicator based on SK DIR BI No.31/11/KEP/DIR/97.
Key words: Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity and Sensitivity to market risk
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya
roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga
intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan
moneter.
Landasan hukum yang mengatur masalah keberadaan dan usaha Bank Umum
adalah ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang–Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 dari
Undang-Undang No.10 tahun 1998 tersebut menyatakan bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Bank umum sebagai lembaga perantara keuangan ( financial intermediary ) yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
(15)
masyarakat dalam mengelola dana mereka. Perwujudan dari kesungguhan bank
umum dalam mengelola dana masyarakat adalah dengan menjaga kesehatan
kinerjanya karena kesehatan kinerja sangat penting bagi suatu lembaga usaha.
Dengan mengetahui tingkat kesehatan usaha, peran stakeholders dapat dengan mudah
menilai kinerja lembaga tersebut.
Perkembangan sektor perbankan yang pesat menimbulkan persaingan yang ketat.
Dalam memenangkan persaingan banyak bank yang salah dalam mengambil tindakan
yang cenderung merupakan jalan pintas dengan memberikan
kelonggaran-kelonggaran dalam pemberian kredit, sehingga hal ini justru akan menimbulkan
banyak masalah. Dengan makin banyaknya permasalahan yang ada perbankan di
Indonesia maka pemerintah melalui Bank Indonesia memberikan pembinaan dan
pengawasan di dalam perbankan. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang tata
cara penilaian tingkat kesehatan Bank Umum disempurnakan dengan SK Direksi
Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang perubahan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997.
Chatrin CM. Siregar ( 2008 ) melakukan penelitian dengan judul Penilaian tingkat
kesehatan bank dengan analisis CAMEL pada PT Bank SUMUT untuk menilai
tingkat kesehatan Bank. Hasil penelitian yang diperolah adalah Permodalan termasuk
dalam kategori baik, kualitas aktiva produktif termasuk dalam kategori baik,
rentabilitas termasuk dalam kategori baik, likuiditas termasuk dalam kategori baik.
Endang Triyana ( 2007 ) melakukan penelitian dengan judul Analisis tingkat
(16)
diperoleh adalah Permodalan dalam kategori sehat, kualitas aktiva produktif termasuk
dalam kategori tidak sehat, manajemen termasuk dalam kategori cukup sehat,
rentabilitas dalam kategori tidak sehat, likuiditas dalam kategori sehat.
Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, kesehatan bank merupakan
kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat
dan pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka Bank Indonesia telah menetapkan
faktor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank yang meliputi
faktor CAMEL yaitu sebagai berikut :
1. Capital (Permodalan )
2. Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif ) 3. Management (Manajemen)
4. Earning (Rentabilitas) 5. Liquidity (Likuiditas)
Pentingnya tindakan penilaian tingkat kesehatan ini telah ditegaskan oleh
pemerintah dalam Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang
kemudian mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Undang-undang RI No. 10
tahun 1998 tanggal 10 November 1998 yang menyatakan bahwa bank wajib
memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank, sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Memburuknya kondisi tingkat kesehatan perbankan disebabkan oleh banyak
(17)
adalah membengkaknya jumlah kredit yang bermasalah dan kredit macet. Semakin
banyaknya kredit bermasalah dan kredit macet yang muncul akhir-akhir ini, semakin
memperkeruh suasana bahkan menjadi dampak kesulitan perbankan saat ini.
Akhir-akhir ini istilah bank sehat atau tidak sehat semakin populer. Berbagai kejadian
aktual, tentang perbankan seperti merger dan likuidasi selalu dikaitkan dengan
kesehatan bank tadi. Olehkarenanya sebuah bank tentunya memerlukan suatu analisis
untuk mengetahui kondisinya setelah melakukan kegiatan operasionalnya dalam
jangka waktu tertentu. Analisis yang dilakukan disini berupa penilaian tingkat
kesehatan bank. Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.
PT Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank umum, yang merupakan
Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) berdiri pada tahun 1895 dan telah memiliki
unit kerja yang tersebar diseluruh Indonesia ( kantor cabang 170, kantor cabang
pembantu 145 dan BRI unit 3.705 ), yang mana salah satunya terletak di kota Medan
yaitu PT BRI Cabang Putri Hijau Medan, yang mana dalam kegiatan operasionalnya
sehari – hari memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat, yang meliputi dalam hal
pembiayaan Kredit Perumahan ( KPR ), Kredit Kendaraan Bermotor ( KKB ), Save
Deposit Box ( SDB ), Deposito, yang termaksud dalam kelompok bank umum yang
(18)
kegiatan awalnya adalah terfokus pada pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang mana sampai sekarang tetap dipertahankan.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan PT
BRI Cabang Putri Hijau Medan dalam mencapai tujuan tersebut adalah laporan
kinerja keuangan perusahaan yang telah dicapai. Penilaian atau analisa kinerja
keuangan PT BRI Cabang Putri Hijau Medan sangat penting untuk mencapai laba.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa usaha bank adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat ini disebut dengan
“Financial Intermediary“. Jadi bank benar-benar mampu menjaga kepercayaan
masyarakat baik dalam kegiatan operasional maupaun pelayanan jasanya. Dalam
rangka menuju perbankan yang sehat dan efisien PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
sebagai salah satu perusahaan perbankan perlu segera menyesuikan diri di era
deregulasi dengan menciptakan profesionalitas serta persaingan yang sehat tanpa
meninggalkan rasa tanggungjawab dalam mengutamakan kepentingan masyarakat.
Dalam rangka menuju perbankan yang sehat, PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
sebagai salah satu bank yang sampai sekarang masih eksis didalam dunia perbankan
di Indonesia perlu melakukan penyesuaian diri dan menciptakan tenaga-tenaga
profesional dalam persaingan yang sehat. Dan untuk ketentuan-ketentuan yang
dilandasi oleh kewenangan untuk mengatur perbankan khususnya Bank Umum
dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada bank bagaimana melaksanakan
kegiatan bank atas dasar azas-azas perbankan yang sehat, sehingga bank mampu
(19)
Demi menjaga perkembangan usahanya didalam persaingan yang semakin ketat
serta menanggapi akan kebutuhan masyarakat, maka pihak manajemen Bank Umum
berusaha mengelola dana agar beroperasional dengan baik. Penerapan manajemen
Bank Umum yang semakin profesional menjadi lebih efektif dan efisien. Melihat
pentingnya Kesehatan Bank maka penulis tertarik untuk mengkaji analisis CAMEL
dalam penilaian tingkat kesehatan pada Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan.
B. Perumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, secara sederhana dapat dirumuskan
pokok permasalahan yang akan diteliti, yaitu “ bagaimanakah tingkat kesehatan pada
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Putri Hijau Medan dengan penerapan
analisis CAMEL “.
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis memberikan batasan penelitian
yaitu penelitian yang dilakukan dalam menilai tingkat kesehatan pada Bank Rakyat
Indonesia yaitu periode tahun 2007 dan 2008 tanpa mengikutsertakan faktor
manajemen.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan pada PT
Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Putri Hijau Medan dengan menerapkan analisis
(20)
D. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini selain untuk peneliti diharapkan juga bermanfaat bagi
perusahaan dan pembaca.
1. Peneliti, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
tingkat kesehatan Bank dengan penerapan analisis CAMEL, khususnya pada
perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian
2. Perusahaan, sebagai bahan mengenai pentingnya kesehatan Bank untuk
menunjang kegiatan operasional perusahaan
3. Pembaca, untuk menambah pengetahuan sehingga dapat dijadikan sumber
informasi dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan
perekonomian, masyarakat membutuhkan uang untuk melakukan transaksi.
Dalam melakukan transaksinya masyarakat dapat melakukannya dengan
mendapatkan bantuan dari sebuah lembaga keuangan yang kita kenal dengan
nama bank. Dengan adanya bank masyarakat menjadi terbantu untuk dapat
menukarkan uangnya, transfer, membayar rekening listrik, air, telepon ataupun
pembayaran lainnya.
Bank berasal dari kata banco yang artinya adalah bangku. Kata ini berasal
dari bahasa Italia. Kata bangku inilah yang digunakan seorang bangkir untuk
melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah atau pelanggannya
sampai kemudian istilah ini resmi dan populer menjadi Bank.
Definisi bank menurut UU No. 14 tahun1967 Pasal 1 tentang Pokok-Pokok
Perbankan adalah “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit
dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.
Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan,
(22)
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa Bank adalah
lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu
kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai
lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu
kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank
yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu
sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Untuk
menciptakan bank sehat tersebut antara lain diperlukan pengaturan dan
pengawasan bank secara efektif.
Sebagaimana diatur dalam undang-undang, bank adalah usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan maka bank
bertindak sebagai lembaga intermediasi atau lembaga perantara untuk
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro ataupun
deposito berjangka. Sementara itu, pihak-pihak yang kekurangan dan
membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit
tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja ataupun kredit
konsumsi.
Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara
(23)
dana tersebut. Pada dasarnya bank mempunyai empat alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu dana sendiri, dana dari
deposan, dana pinjaman dan sumber dana lainnya.
Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang semuanya murah tapi
sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi
bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Untuk memperoleh penerimaan
bank dalam rangka menutup biaya-biaya lain serta mendapatkan keuntungan,
maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aktiva
dengan berbagai macam pertimbangan. Sebelum bank memutuskan untuk
memilih suatu bentuk aktiva tertentu dalam pengalokasian dana pihak ketiga,
banyak hal yang harus dipertimbangkan. Terdapat tiga hal menjadi perhatian
bank untuk menjadi bahan pertimbangan yaitu risiko, hasil dan jangka waktu.
2. Jenis – jenis Bank
Penggolongan bank tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya,
melainkan juga mencakup bentuk badan hukum, pendirian dan kepemilikan,
dan target pasarnya.
a. Menurut kegiatan usaha
Sesuai dengan UU No 10 Tahun1998 tentang Perubahan UU No. 7
(24)
1. Bank umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum yaitu:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Menerbitkan surat pengakuan utang.
c. Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
2. Bank Perkreditan Rakyat
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Tugas dari Badan Perkreditan Rakyat meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
b. Menurut bentuk badan usaha
Untuk memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan
rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai
susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan,
dan kelayakan rencana kerja. Badan hukum suatu bank umum dapat berupa
perseroan terbatas, koperasi atau perusahaan daerah. Sedangkan badan
hukum bank perkreditan rakyat dapat berupa perusahaan daerah, koperasi,
perseroan terbatas, bentuk lainnya yang ditetapkan dengan peraturan
(25)
c. Menurut pendirian dan kepemilikan
Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan
izin Direksi Bank Indonesia oleh warga negara Indonesia dan atau badan
hukum Indonesia dengan warga negara asing dan atau badan hukum asing
secara kemitraan. Modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan
sekurang-kurangnya sebesar tiga triliun rupiah. Modal disetor bagi bank yang berbadan
hukum koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah
sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang perkoperasian. Sedangkan
modal disetor yang berasal dari warga negara asing dan atau badan hukum
asing setinggi-tingginya sebesar 99% dari modal bank.
Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga
negara Indonesia. Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang bentuk
badan hukumnya perseroan terbatas sangat dimungkinkan untuk mengalami
perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama karena Bank
umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang bentuknya Perseroan terbatas
dapat menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama. Saham yang
harus diterbitkan berupa saham atas nama agar Bank Indonesia tetap dapat
memonitor perubahan kepemilikan bank. Meskipun kepemilikannya sangat
mungkin terjadi dengan cara jual beli saham dibursa efek, tetapi mengingat
sahamnya atas nama maka perubahan tersebut dapat terus dipantau oleh
(26)
d. Menurut target pasar
Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu:
1. Retail Bank, Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada
nasabah-nasabah retail. Retail disini adalah nasabah-nasabah individual,
perusahaan, dan lembaga lain yang skalanya kecil. Biasanya ditinjau dari
jasa kredit yang diberikan, nasabah debitor yang dilayani adalah
memerlukan fasilitas kredit tidak lebih daripada Rp 20 miliar.
2. Corporate Bank, Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi
kepada nasabah-nasabah yang berskala besar. Biasanya berbentuk
korporasi, maka bank yang berkelompok ini disebut corporate bank.
Pelayanan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering kali
membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga
kepada karyawan, direksi dan komisaris dari perusahaan tersebut secara
individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan disini diarahkan
untuk menjalin kerja sama yang lebih baik dengan nasabah-nasabah
korporasi.
3. Retail-Corporate Bank, Bank jenis ini memberikan pelayanan tidak hanya
(27)
3. Usaha Pokok Bank
Bank pada dasarnya merupakan perantara antara SSU (Surplus Spending
Unit) dengan DSU (Deficit Spenddung Unit), usaha pokok bank didasarkan atas
empat hal pokok yaitu:
1. Denomination Divisibility
adalah bank yang menghimpun dana dari SSU (Surplus Spending Unit) yang
masing-masing nilainya relatif kecil, tetapi secara keseluruhan jumlahnya
akan sangat besar. Dengan demikian bank dapat memenuhi permintaan DSU
yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk kredit.
2. Maturity Flexibility
adalah bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentuk-bentuk
simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya seperti rekening
giro, rekening koran, deposito berjangka, sertifikat deposito, buku tabungan
dan lain sebagainya.
3. Liquidity Tranformation
adalah dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada bank
umumnya bersifat likuid. Karena itu, SSU dapat dengan mudah
mencairkannya sesuai dengan bentuk tabungannya.
4. Risk Diversification
adalah bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitur dan
sektor-sektor ekonomi yang beraneka ragam, sehingga resiko yang dihadapi
(28)
B. Tingkat Kesehatan Bank
1. Pengertian Tingkat Kesehatan bank
Bank yang sehat adalah Bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya
dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat,
dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas
pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan
berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi
tersebut bank dapat memberikan layanan yang baik kepada masyarakat dan
bermanfaat bagi perekonomian Indonesia
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik bank harus mempunyai
modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik
dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan
yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara
likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu,
bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang berlaku.
Menurut Selamet ( 2006 : 185 ) “Tingkat kesehatan bank adalah penilaian
atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai
dengan standar Bank Indonesi.”
Menurut Veithzal Rivai ( 2007 : 118 ) “Tingkat kesehatan bank adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
(29)
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan
moneter”.
Menurut Kasmir ( 2008 : 41 ) “Tingkat kesehatan bank dapat diartikan
sebagai kemampuan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku.”
2. Faktor – faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Faktor – faktor yang dinilai dalam penilaian kesehatan Bank meliputi :
a. Permodalan ( Capital )
Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ( KPMM ) sekurang-kurangnya 8%. Minimum Capital Adequecy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tepat mengacu pada standar International, yaitu Bank for International Settlement ( BIS ) yang berpusat di Geneva.
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2(dua) faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ( ATMR ) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap factor permodalan didasarkan pada rasio ATMR.
(30)
Penilaian terhadap Pemenuhan KPMM ( Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ) Bank:
a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi kredit ‘sehat’ dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100.
b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% samapi dengan 7,9% diberi predikat ‘kurang sehat’ dengan nilai kredit 65 dan untuk penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan maksimum 0
Perlu dikeatahui disini adalah bahwa pemenuhan KPMM sebesar 8% pada waktunya akan ditingkatkan.disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia. b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif
Adalah penilaian terhadap factor Kualitas Aktiva Produktif ( KAP ) didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu:
a. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif b. Rasio Penyisihan Pengahapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk ( PPAPYD
) oleh Bank terhadap Penyisihan Pengahapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk ( PPAPWD ) oleh Bank.
Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
(31)
a. 25% dari kredit yang digolongkan dalam Perhatian Khusus (Special Mention ) b. 50% dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar (Substandard)
c. 75% dari kredit yang digolongkan diragukan (Doubtful )
d.100% dari kredit yang digolongkan Macet (Loss) yang masih tercatat dalam pembukuan Bank dan surat berharga yang digolongkan macet.
c. Faktor Manajemen
Meliputi penilaian terhadap factor manajemen yang mencakup 2(dua) komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan, yang jumlahnya ditetapkan sebagai berikut:
a. Bagi bank devisa sebesar 100 b. Bagi bank non devisa sebanyak 85
Setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai nilai kredit sebagai berikut: a. Bagi bank devisa sebesar 0,25
b. Bagi bank non devisa 0,294
Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0 sampai dengan 4, dengan criteria sebagai berikut:
a. Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah
b. Nilai 1,2, dan 3 mencerminkan kondisi antara c. Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik
(32)
d. Faktor Rentabilitas
Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu:
a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama
b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya Opersional dibanding dengan Pendapatan Operasional
e. Faktor Likuiditas
Dalam penilaian factor likuiditas didasarkan pada 2(dua) rasio yaitu:
a. Cash Ratio, penilaian Alat Liquid terhadap hutang lancar.
b. Loan to deposit ratio (LDR), mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
C. Kriteria Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu
bank. Pendekatan kuantitatif tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
penilaian terhadap faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas,
likuiditas. Pendekatan kuantitatif diperlukan karena masing-masing faktor
tersebut mengandung berbagai aspek yang saling berkaitan antara satu dengan
(33)
Pelaksanaan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan dengan cara:
1. Mengkuantifikasi beberapa komponen penting dari masing-masing faktor.
2. Atas dasar kuantifikasi komponen-komponen penting tersebut dilakukan
penilaian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek lain yang secara materil
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor.
Sedangkan tata cara kuantifikasi penilaian kesehatan dilakukan dengan
reward system yaitu memberikan nilai kredit 0 sampai dengan 100 bagi
masing-masing faktor komponen penilaian tingkat kesehatan Bank Umum
beserta dengan bobotnya.
Predikat kesehatan Bank Umum digolongkan menjadi empat kriteria yaitu
sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Tabel 2.1 Penggolongan Tingkat Kesehatan
Sumber : SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR/97
D. Manfaat Penilaian Kesehatan Bank
Dalam pemeriksaan bank, sebagai implikasi terhadap fungsi pengawasan
oleh Bank Indonesia, dikaitkan dengan ketentuan penilaian tingkat kesehatan
bank ini pada prinsipnya merupakan kepentingan pemilik dan pengelola bank,
masyarakat pengguna jasa bank maupun bagi pengawas dan pembina bank.
Nilai Predikat
81 – 100 Sehat
66 - <81 Cukup Sehat
51 - <66 Kurang Sehat
(34)
Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, bank dimaksudkan untuk dapat
dipergunakan sebagai:
1. Standar bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolan bank telah
sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku
2. Standar untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara
individual maupun untuk industri perbankan secara keseluruhan.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan.
Berikut ini adalah table tinjauan penelitian terdahulu.
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Hasil Penelitian
1. Chatrin CM Siregar (2008) Capital ( permodalan ) termasuk dalam kategori
sangat baik, Asset quality ( kualitas aktiva produktif ) termasuk dalam kategori baik, Earning ability ( rentabilitas ) termasuk dalam kategori baik, Liquidity ( likuiditas ) termasuk dalam kategori sangat baik.
2. Endang Triyana (2007) Capital ( permodalan ) termasuk dalam kategori
sehat, Asset quality ( kualitas aktiva produktif ) termasuk dalam kategori tidak sehat, Management ( Manajemen ) termasuk dalam kategori cukup sehat, Earning Ability ( Rentabilitas ) termasuk dalam kategori tidak sehat, Liquidity ( Likuiditas ) termasuk dalam kategori sehat.
(35)
Pada penelitian terdahulu oleh Chatri CM Siregar dalam penelitiannya yang
berjudul “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisis CAMELS Studi Kasus
PT Bank SUMUT” (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Capital (
permodalan ) termasuk dalam kategori sangat baik, Asset quality ( kualitas aktiva
produktif ) termasuk dalam kategori baik, Earning ability ( rentabilitas ) termasuk
dalam kategori baik, Liquidity ( likuiditas ) termasuk dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Triyana (2007) dengan
penelitian berjudul “Analisis tingkat kesehatan Bank pada PD BPR Bank Pasar
Kabupaten Tegal”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kesehatan masing-masing komponen Capital, Assets, Management, Earnings,
Liquidity pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal serta untuk mengetahui
perkembangan tingkat kesehatan bank pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal
tahun 2004-2006 secara keseluruhan jika ditinjau dari segi CAMEL apakah
mengalami peningkatan atau penurunan. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa
Capital sehat, Asset tidak sehat, Management cukup sehat, Earnings tidak sehat,
Liquidity sehat, sementara perkembangan tingkat kesehatan pada PD BPR Bank
Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006 untuk komponen Capital, Management,
Liquidity cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan untuk komponen
Asset dan Earning mengalami peningkatan tahun 2004-2005 sedangkan tahun 2006
mengalami penurunan karena bank rugi. Perbedaan penelitian ini dari penelitian
terdahulu yaitu penelitian mengukur semua komponen faktor CAMEL dalam
(36)
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan factor-faktor penting yang telah diketahui pada masalah tertentu,
maka penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, “bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Di sisi lain bank juga
bertindak sebagai pemakai dana berarti bank akan menggantikan peran pemakai dana
PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
ANALISA CAMEL
Manajemen (Management ) : 1. Manajemen Umum 2. Manajemen Risiko Kualitas Aktiva Prod
(Asset Quality) : 1. Rasio KAP 2. Rasio PPAP Permodalan
(Capital ) : 1. Rasio CAR
Rentabilitas (Earning ) : 1. Rasio ROA 2. Rasio BOPO
Likuiditas (Liquidity ) : 1. Rasio CR 2. Rasio LDR
HASIL PENILAIAN KESEHATAN
(37)
untuk dapat memakai dana setiap saat diperlukan. Hubungan antara pihak bank dan
pihak para pemakai jasa bank tentu harus terjaga untuk menjamin kelangsungan
usaha bank tersebut. Pentingnya menjaga kepercayaan kepada para pemakai jasa,
bank harus mampu menjaga tingkat kesehatannya untuk menjaga kelangsungan
usahanya.
Pentingnya kesehatan suatu bank didasarkan pada pertimbangan bidang usaha
bank yang merupakan lembaga kepercayaan masyarakat, dimana kegunaan utamanya
sebagai penyalur dana masyarakat. Kesehatan suatu bank dalam hal ini adalah PT
Bank Rakyat Indonesia yang menyangkut kepentingan semua pihak yang terkait, baik
pemilik dan pengelola, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia
selaku pembina dan pengawas bank. Penilaian tingkat kesehatan bank sangat penting
dilakukan karena bank harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian agar dapat
terhindar dari masalah-masalah yang dapat mengancam kelangsungan hidup usaha
bank.
Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan maksud untuk menilai sejauh
mana kelayakan usaha dan kelangsungan hidup PT Bank Rakyat Indonesia.
Pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank ini ditegaskan dalam UU No. 10 Tahun
1998 pasal 29 yang menyatakan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan
(38)
Adapun analisis tingkat kesehatan bank itu sendiri dilakukan sesuai dengan Surat
Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR/97 dan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 30/2/UPPB/97 tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, yaitu dengan cara menilai faktor permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas atau yang disebut
CAMEL. Penilaian tingkat kesehatan itu sendiri didasarkan pada ketentuan
perhitungan rasio atas berbagai faktor dan komponen yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Rasio yang diperoleh dari hasil penilaian faktor dan komponen tersebut
selanjutnya diberi kredit 0 sampai dengan 100. Nilai kredit yang diperoleh dari hasil
kuantifikasi digunakan untuk menentukan predikat kesehatan dari umum yang
(39)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat
Penelitian akan dilakuka pada PT Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan, Jalan Putri
Hijau No.2 Medan, Sumatera Utara.
B. Jenis Penelitan
Dalam penelittian ini penulis menggunakan penelitian Analisis Kuantitatif yaitu suatu
cara untuk menghitung dengan angka dan jumlah tertentu atau dengan perhitungan
angka yang diproses.
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dengan cara
melakukan wawancara langsung dengan karyawan yang berhubungan dengan
penelitian pada PT Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan
2. Data sekunder, yaitu data yang telah diolah dan diperoleh dari objek penelitian,
sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan data primer yang telah dikelola
(40)
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan
dokumentasi.
1. Teknik Wawancara, Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
langsung mengenai data dan informasi yang berkaitan dengan laporan yang
akan dibahas.
2. Teknik Dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulkan data dengan mencatat
dan mengkopi atas data sekunder untuk mendapatkan data yang mendukung
penelitian ini.
F. Operasionalisasi Variabel
Sesuai dengan judul yang telah dikemukakan diawal, yaitu “Analisis CAMEL dalam
Penilaian Kesehatan Bank Pada Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan”, maka dalam
melakukan penelitian variable yang akan diteliti dibagi menjadi dua, variable bebas
dan variable tidak bebas.
1. Variabel bebas (independent variable)
Berdasarkan judul skripsi, dapat diidentifikasikan bahwa variable bebasnya
adalah CAMEL, karena variable ini tidak tergantung pada variable lain tetapi
(41)
2. Variabel tidak bebas
Berdasarkan judul skripsi, dapat diidentifikasikan bahwa variable tidak
bebasnya adalah hasil penilaian kesehatan suatu bank yang dipengaruhi oleh
faktor CAMEL.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Alat uji rasio Kr iteria
Independen CAMEL Capital Assets Quality Management Earning Liquidity 1. CAR 1. KAP 2. PPAP 1.Manaj Umum 2. Manaj Risiko 1. ROA 2. BOPO 1. CR 2. LDR Dependen Tingkat Kesehatan Bank
Secara umum penilaian tingkat kesehatan pada bank dengan analisa CAMEL yang digunakan pada Bank BRI Putri Hijau Medan yang mana secara
umum diperoleh kesimpulan bahwa pada
tahun 2007- 2008 berada pada posisi sehat dimana nilai CAMEL setelah analisa adalah sebagai berikut:
CAMEL 2007=93,11 CAMEL 2008=90,21
81 – 100 66 -< 81 51 -< 66 0 - < 51
Sehat
Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
(42)
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif statistik. Metode deskriptif
dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian
diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga memberikan
gambaran yang jelasa mengenai keadaan yang diteliti. Rumus yang digunakan dalam
dalam analisis ini adalah:
Dimana:
X = Rata-rata hasil observasi
⅀xi = Total nilai hasil observasi
N =Jumlah tahun yang digunakan dalam penelitian
Dalam penelitian ini analisis ditekankan pada 7 (tujuh) rasio dari 4 (empat)
komponen:
a. Penilaian Permodalan (Capital)
Modal Sendiri Bank (Equity Fund) adalah sejumlah uang tunai yang telah
disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal dari dalam bank itu
sendiri; terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) yaitu pos-pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang terkandung
pada aktiva itu sendiri atau bobot resiko yang didasarkan pada golongan nasabah,
(43)
Ketentuan rasio antara modal dan ATMR biasa disebut Capital Adequancy Ratio
(CAR) atau Rasio Kecukupan Modal merupakan analisis solvabilitas untuk
mendukung kegiatan bank secara efisien dan mampu menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan serta apakah kekayaan bank semakin bertambah atau
semakin berkurang. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rasio Permodalan (CAR) =
b. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)
Rasio penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap Total Aktiva
Produktif. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rasio KAP =
Dengan rasio ini maka gagalnya pengambilan kredit yang mengalami
kemacetan dapat diukur.
2. Perbandingan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang dibentuk
terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk
(PPAPWD). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rasio PPAP =
Rasio ini mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank terhadap PPAPWD
yang ditetapkan Bank Indonesia sehubungan dengan adanya kewajiban bank
untuk membentuk PPAP yang cukup untuk menutup resiko kemungkinan yang
(44)
c. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor Rentabilitas menggunakan dua rasio yang dapat
ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:
1. Rasio Laba Sebelum Pajak Terhadap Total Aktiva, rasio ini dirumuskan dengan:
Rasio (ROA) = x100%
2. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, rasio ini
dirumuskan dengan:
Rasio BOPO =
d. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor Likuiditas menggunakan dua rasio yang dapat
ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:
1. Perbandingan antara Alat Liquid terhadap Hutang Lancar (Cash Ratio), rasio ini
dapat dirumuskan dengan :
Rasio Cash =
2. Perbandingan antara Kredit yang Diberikan Terhadap Dana yang Diterima oleh
Bank (Loan to Deposi Ratio/LDR), rasio ini dapat dirumuskan dengan :
Rasio LDR =
Oleh Bank Indonesia gabungan faktor-faktor CAMEL dimana besarnya bobot
(45)
Tabel 3.2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
No Faktor yang dinilai Komponen yang dinilai % Bobot
1 C Capital Permodalan rasio modal
terhadap aktiva tertimbang
25 25
2 A Kualitas Asset Prodiktif a. Rasio aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif
b. Rasio penyisihan
penghapusan aktiva yang
dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk
25
5 30
3 M Manajemen a. Manajemen umum
b. Manajemen Risiko
10 15
25
4 E Rentabilitas a. Rasio laba terhadap volume
usaha
b. Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional
5
5 10
5 L Likuiditas a. Rasio kewajiban bersih call
money terhadap aktiva lancar
b. Rasio jumlah kredit yang
diberikan terhadap dana yang diterima bank ( rupiah dan valas )
5
5 10
(46)
F. Jadwal Penelitian
Jadwal penulisan skripsi dilakukan dari bulan April hingga November yang
digambarkan melalui table
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
April Mei Juni Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Pengajuan
Judul
2 Bimbingan
Proposal
3 Pengumpulan
Data
4 Penyelesaian
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Penyelesaian
(47)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah singkat berdirinya Bank Rakyat Indonesia ( BRI ) dimulai
dengan didirikannya De Poerwokerto Hulp En Spaardank Der Inlandsche
Hoofden atau Bank Priyayi Poerwokerto oleh Patih Wiratmadja dan kawan
– kawannya pada tanggal 16 Desember 1895. Pada tahun ini juga dengan
bantuan pemerintah Hindia Belanda didirikan Volks Banken atau Bank
Rakyat, di kota – kota dalam Wilayah Nusantara Hindia Belanda waktu itu.
Pemerintah Hindia Belanda mendirikan suatu lembaga berbadan hukum
dengan nama Centrale Cash yang berfungsi sebagai bank sentral bagi
Volks Banken pada umumnya atau resesi ekonomi dunia pada tahun 1912.
Sebagai akibat krisis Internasional atau resesi ekonomi dunia pada tahun
1929, hampir semua Volks Banken mengalami kesulitan sehingga tugas
dan kewajiban diambil alih oleh Centrale Cash.
Algemene Volkscredit Bank berdiri tahun 1934 – 1982 yang berstatus
badan hukum Eropa. Modal pertama berasal dari likuidasi Centrale Cash
(48)
Algamene Volkscredit Bank ( AVB ) sebagai kelanjutan Centrale Cash
merupakan intregasi Volks Banken, yang pada pendudukan Jepang
berdasarkan UU No. 39 tanggal 3 Oktober 1942 AVB diganti nama
menjadi Syomin Ginko ( Bank Rakyat ).
Syomin Ginko ( Bank Rakyat ) diganti lagi menjadi Bank Rakyat
Republik Indonesia Serikat tahun 1945. Tahun 1960 diganti menjadi Bank
Koperasi Tani dan Nelayan ( BKTN ), dan bergabung dengan Nederland
Handles Matchapij. Masa Trikora diganti menjadi Bank Negara Indonesia
Unit II. Dan masa orde baru hingga saat ini menjadi Bank Rakyat
Indonesia.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat
maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang
berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor
wilayah, 12 kantor inspeksi/ SPI, 170 kantor cabang ( dalam negeri ), 145
kantor cabang pembantu, 1 kantor cabang khusus, 1 new York agency, 1
caymand island agency, 1 kantor perwakilan hongkong, 40 kantor kas
bayar, 6 kantor mobil bank, 193 p.point, 3.705 BRI unit dan 357 Pos
Pelayanan Desa. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia memutuskan
untuk menjadi 30% sahamnya di Bank tersebut. Bank ini kemudian
(49)
2. Struktur Organisasi PT Bank Rakyat Indonesia
Struktur organisasi merupakan garis yang menghubungkan bagian
kedudukan pegawai-pegawai mulai dari tingkat yang atas sampai dengan yang
bawah. Dengan cara ini, maka akan terbina sistem tata kerja yang kokoh dan
teratur sesuai dengan job description dari apa yang digariskan manajemen.
Susunan Struktur Organisasi PT BRI Tbk Cab Putri Hijau Medan terstruktur
sebagaimana termaktub dalam Surat Keputusan Direksi BRI No.Kep.
S.69-Dir/11/88 terdiri dari pola minimal dan pola langkap.
a. Pola minimal, terdiri dari:
1. Pimpinan Cabang ( Pinca )
2. Credit Administration Officer ( CADO )
3. Operation Officer ( OO )
4.Seksi Pembukuan
5. Seksi Rumah Tangga
6. Seksi Pembinaan Bisnis Nasabah
b. Pola lengkap, terdiri dari:
1. Pimpinan Cabang ( Pinca )
2. Marketing & Lending Officer ( MLO )
3. Operational Manager ( OM )
4. Operation Officer ( OO )
(50)
6. Credit Administration Officer ( CADO )
7. Account Officer ( AO )
8. Seksi Rumah Tangga ( Rutang )
Cabang Putri Hijau Medan menerapkan pola lengkap dimana
pengelompokkan seksi-seksi yang dibawahi officer terdiri dari MLO,ACTO dan
OM.
a. MLO
Membawahi:
1. CADO, yang berfungsi untuk menganalisa keuangan, seksi portofolio,
operasional kredit, kebijakan dan prosedur kredit.
2. Account officer ( AO ), bertugas untuk pembinaan bisnis nasabah
komersial, bisnis nasabah pertanian, pangan dan koperasi.
b. ACTO sejajar dengan CADO dan AO tetapi tidak bertanggungjawab
langsung pada MLO melainkan ke Pinca. ACTO mempunyai tugas untuk
likuidasi, verifikasi data dan laporan keuangan.
C. OM
Membawahi:
1. OO, bertanggung jawab terhadap seksi-seksi transfer, deposito rupiah dan
valas,giro kliring,devisa,kas teller,pengaktifan rekening tabungan dan
(51)
2. Seksi rumah tangga, bertugas untuk administrasi penerimaan sumber daya
manusia ( SDM ), administrasi kepentingan pegawai yang
sakit,menikah,meninggal, kenaikan pangkat dan sebgainya
3. Unit bisnis manager, bertugas membina dan mengawasi kepala unit BRI
yang ada
(52)
B. Hasil Analisis
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank pada PT Bank Rakyat Indonesia tahun
2007-2008 dilihat dari masing-masing komponen Capital, Asset, Earning, and Liquidity,
untuk faktor Manajemen tidak dapat disajikan/dibahas karena faktor manajemen
merupakan data rahasia bagi perusahaan. Dalam hal ini yang menjadi fokus dari
pembahasan yaitu 4(empat) faktor yakni Capital, Kualitas Aktiva Produktif,
Earning dan Likuiditas.
a. Permodalan
Penilaian permodalan perbankan merupakan kewajiban penyediaan modal
minimum 8% dari ATMR yang telah ditetapkan oleh Bank of Internatioanal
Settlements (BIS). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos
aktiva yang diberikan bobot resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri.
Ketentuan rasio antara modal dan ATMR biasa disebut Capital Adequancy
Ratio (CAR) atau Rasio Kecukupan Modal yang merupakan analisa solvabilitas
untuk mendukung kegiatan bank secara efisien dan mampu menyerap
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan serta apakah kekayaan bank semakin
bertambah atau semakin berkurang. Dengan ketentuan penilaian sebagai
(53)
Tabel 4.1 Penilaian Kriteria Tingkat Kesehatan Faktor Permodalan
Kriteria Hasil Rasio
Sehat ≥8%
Cukup Sehat 7,9% - <8,0%
Kurang Sehat 6,5% - <7,9%
Tidak Sehat <6,5%
Sumber: SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR/97
Adapun penilaian permodalan PT Bank Rakyat Indonesia yaitu dengan
(54)
Tabel 4.2 Perhitungan ATMR tahun 2007 ( Dalam Jutaan Rupiah )
Sumber: PT Bank Rakyat Indonesia Cab.Putri Hijau
Keterangan Bobot 2007
Nominal ATMR
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
1. Aktiva Neraca
1.1 Kas 0% 5.032.844 -
1.2 Emas dan mata uang emas 0% - -
1.3 Giro pada Bank Indonesia 0% 48.848.280 -
1.4 Tagihan pada bank lain a.pada bank sentral Negara lain b.pada bank lain
c.pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah pusat atau bank sentral
0% 20% 0% - 4.858.292 - 971.658,4 - 1.5 Surat berharga yang dimiliki:
a.Treasury Bill Negara lain b.Sertifikat bank sentral Negara lain c. SBPU:
-yang diterbitkan atau dijamin oleh bank sentral dan pemerintah pusat -yang diterbitkan dan dijamin dengan uang kas,uang kertas asing,emas,mata uang emas,serta giro,deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai jaminan tersebut.
-yang doterbitkan atau dijamin oleh bank lain pemerintah daerah,lembaga non departemen di Indonesia dan bank pembangunan multilateral
-yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak swasta lainnya d.Saham dan obligasi
-yang diterbitkan oleh bank lain
-yang diterbitkan oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-yang diterbitkan oleh pihak swasta lainnya
0% 0% 0% 0% 20% 50% 100% 20% 50% 100% - - - - - - - - - 484.458 - - 484.458 1.6 a.Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh/dengan:
-Bank sentral -Pemerintah pusat
-uang kas,uang kertas asing,emas,mata uang emas,serta giro,deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan sebagai nilai dari jaminan tersebut -Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen di Indonesia,bank pembangunan multilateral
-BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lainnya -Pihak-pihak lainnya
b.KPR yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni
0% 0% 0% 20% 50% 100% 50% - - - - 106.899.433 - - - - 106.899.433
1.7 Tagihan lainnya: Pihak-pihak lainnya 100% - -
1.8 Aktiva tetap dan inventaris ( nilai buku) 100% 1.627.486 1.627.486
1.9 Antar kantor aktiva (neto) 100% - -
1.10 Rupa-rupa aktiva 100% 122.957 122.957
(55)
B. Rekening Administrasi
1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang disediakan s.d akhir takwin berjalan yang disediakan bagi atau dijamin oleh/dengan, atau yang dijamin surat berharga yang diterbitkan oleh: a.Fasilitas kredit yang diberikan kepada atau dijamin:
-Bank sentral -Pemerintah pusat
-Uang kas,uang kertas asing,emas,mata uang emas serta giro,deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,sebesar nilai dari jaminan tersebut
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen di Indonesia,bank pembangunan multilateral
-BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lainnya -Pihak-pihak lainnya
b. Yang disediakan dalam rangka kredit pemilikan rumah yang dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan untuk dihuni
2.2 Jaminan Bank
a. Dalam rangka pemberian kredit termasuk stanby L/C dan risk sharing serta endosemen atau aval atas surat-surat berharga yang diberikan atas permintaan:
-Bank sentral dan pemerintah pusat
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen,bank pembangunan multilateral -BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-Pihak-pihak lainnya
b. Bukan dalam rangka pemberian kredit,seperti bid bonds,performance bonds dan advance payments bonds, yang diberikan atas permintaan:
-Bank sentral dan pemerintah pusat
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non dept,bank pembangunan multilateral -BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-Pihak-pihak lainnya
c.L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C) yang diberikan atas permintaan: -Bank sentral dan pemerintah pusat
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen,bank pembangunan multilateral -BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-Pihak-pihak lainnya
2.3 Kewajiban membeli kembali aktiva bank dengan syarta repurchase agreement
2.4 Posisi neto kontrak berjangka valuta asing dan swap bunga ( exchange rate and interest rate contracts)
2.5 Jumlah ATMR rekening administrative
0% 0% 0% 10% 25% 50% 25% 0% 20% 50% 100 % 0% 20% 50% 100 % 0% 4% 10% 20% 100 % 4% - - 31.206.862 1.343.438 6.252.925 - 11.691 2.372.398 41.187.314 - - 3.120.686,2 335.859,5 3.126.462,5 - 5.845,5 2.372.398 8.961.251,7
C. Jumlah ATMR
209.062.064
(56)
Tabel 4.3 Perhitungan ATMR 2008 (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Bobot 2008
Nominal ATMR
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko 1. Aktiva Neraca
1.1 Kas 0% 6.741.049 -
1.2 Emas dan mata uang emas 0% - -
1.3 Giro pada Bank Indonesia 0% 40.284.300 -
1.4 Tagihan pada bank lain a.pada bank sentral Negara lain b.pada bank lain
c.pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah pusat atau bank sentral
0% 20% 0% - 919.685 - 183.937 - 1.5 Surat berharga yang dimiliki:
a.Treasury Bill Negara lain b.Sertifikat bank sentral Negara lain c. SBPU:
-yang diterbitkan atau dijamin oleh bank sentral dan pemerintah pusat -yang diterbitkan dan dijamin dengan uang kas,uang kertas asing,emas,mata uang emas,serta giro,deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai jaminan tersebut.
-yang doterbitkan atau dijamin oleh bank lain pemerintah daerah,lembaga non departemen di Indonesia dan bank pembangunan multilateral
-yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak swasta lainnya d.Saham dan obligasi
-yang diterbitkan oleh bank lain
-yang diterbitkan oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-yang diterbitkan oleh pihak swasta lainnya
0% 0% 0% 0% 20% 50% 100% 20% 50% 100% - - - - - - - 371.216 - - 371.216 1.6a.Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh/dengan:
-Bank sentral -Pemerintah pusat
-uang kas,uang kertas asing,emas,mata uang emas,serta giro,deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan sebagai nilai dari jaminan tersebut -Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen di Indonesia,bank pembangunan multilateral
-BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lainnya -Pihak-pihak lainnya
b.KPR yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni
0% 0% 0% 20% 50% 100% 50% - - - - - 153.056.745 - - - - - 76.528.372,5
1.7 Tagihan lainnya: Pihak-pihak lainnya 100% - -
1.8 Aktiva tetap dan inventaris ( nilai buku) 100% 1.332.043 1.332.043
1.9 Antar kantor aktiva (neto) 100% - -
1.10 Rupa-rupa aktiva 100% 3.970.797 3.970.797
(57)
Sumber: PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
Tabel 4.4 Penilaian Permodalan tahun 2007 – 2008 ( dalam jutaan rupiah )
Keterangan Tahun
2007 2008
Modal 19.740.376 23.422.583
ATMR 119.067.244,1 171.412.303,7
Rasio CAR 16,6% 13,6%
Naik/Turun CAR Turun
3%
B. Rekening Administrasi
1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang disediakan s.d akhir takwin berjalan yang disediakan bagi atau dijamin oleh/dengan, atau yang dijamin surat berharga yang diterbitkan oleh:
a.Fasilitas kredit yang diberikan kepada atau dijamin: -Bank sentral
-Pemerintah pusat
-Uang kas,uang kertas asing,emas,mata uang emas serta giro,deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,sebesar nilai dari jaminan tersebut -Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen di Indonesia,bank
pembangunan multilateral
-BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lainnya -Pihak-pihak lainnya
b. Yang disediakan dalam rangka kredit pemilikan rumah yang dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan untuk dihuni
2.2 Jaminan Bank
a. Dalam rangka pemberian kredit termasuk stanby L/C dan risk sharing serta endosemen atau aval atas surat-surat berharga yang diberikan atas permintaan: -Bank sentral dan pemerintah pusat
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen,bank pembangunan multilateral
-BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain -Pihak-pihak lainnya
b. Bukan dalam rangka pemberian kredit,seperti bid bonds,performance bonds dan advance payments bonds, yang diberikan atas permintaan:
-Bank sentral dan pemerintah pusat
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non dept,bank pembangunan multilateral -BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain
-Pihak-pihak lainnya
c.L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C) yang diberikan atas permintaan:
-Bank sentral dan pemerintah pusat
-Bank lain,pemerintah daerah,lembaga non departemen,bank pembangunan multilateral
-BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain -Pihak-pihak lainnya
2.3 Kewajiban membeli kembali aktiva bank dengan syarta repurchase agreement 2.4 Posisi neto kontrak berjangka valuta asing dan swap bunga ( exchange rate and
interest rate contracts)
2.5 Jumlah ATMR rekening administrative
0% 0% 0% 10% 25% 50% 25% 0% 20% 50% 100% 0% 20% 50% 100% 0% 4% 10% 20% 100% 4% - - 20.227.292 1.343.438 6.185.571 11.691 1.182.353 - - - - - - - - 28.950.345 - - 2.022.729.2 335.859,5 3.092.785,5 5.845,5 1.182.353 - - 6.639.572,5 Jumlah ATMR 235.626.180 171.412.303,7
(58)
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa:
1.Tahun 2007 rasio CAR yang dihasilkan 16,6%. Hal ini berarti bahwa bank
mampu untuk menjamin setiap Rp 1.000.000 kerugian yang mungkin akan
terjadi dari penanaman modal sendiri sebesar Rp16,6. Berdasarkan kriteria BI,
rasio CAR tahun 2007 dinilai sehat karena lebih dari 8% dan mampu
menyediakan dana 16,6% dari ATMR yaitu sebesar Rp119.067.244,1
sehingga apabila bank dilikuidasi, bank akan mampu untuk memenuhi
kewajibannya.
2.Tahun 2008 rasio CAR yang dihasilkan 13,6%. Hal ini berarti bahwa bank
mampu untuk menjamin setiap Rp 1.000.000 kerugian yang mungkin akan
terjadi dari penanaman modal sendiri sebesar Rp13,6. Berdasarkan kriteria BI,
rasio CAR tahun 2008 dinilai sehat karena lebih dari 8% dan mampu
menyediakan dana 13,6% dari ATMR yaitu sebesar Rp171.412.303,7sehingga
apabila bank dilikuidasi, bank akan mampu untuk memenuhi kewajibannya.
b. Kualitas Aktiva Produktif
Dalam penilaian aspek kualitas aktiva produktif rasio yang digunakan untuk
mengkuantifikasi aktiva produktif didasarkan pada beberapa rasio.
Adapun yang menjadi kriteria dalam penilaian faktor kualitas aktiva
(59)
Table 4.5 Penilaian kriteria kesehatan faktor kualitas aktiva produktif
Kriteria Hasil Rasio
KAP PPAP
Sehat 0,00% - ≤10,35% ≥81,00%
Cukup Sehat 10,35% - ≤12,60% 66,00% - <81,00%
Kurang Sehat 12,60% - ≤14,85% 51,00% - <66,00%
Tidak Sehat >14,85% <51,00%
Sumber : SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR/97
a. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk.
Rasio ini mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank terhadap
PPAPWD yang ditetapkan Bank Indonesia sehubungan dengan adanya
kewajiban bank untuk membentuk PPAP yang cukup untuk menutup resiko
(60)
Tabel 4.5 Perbandingan Komposisi PPAP Dibentuk dengan PPAP Wajib tahun 2007-2008 ( dalam jutaan rupiah )
Sumber: PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
Perhitungan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib
dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu:
Rasio PPAP =
Rasio ( 2007 ) = = 16.12%
Rasio ( 2008 ) = = 15,02%
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa :
1.Tahun 2007 rasio yang dihasilkan sebesar 16,12%. Hal ini berarti bahwa
dari setiap Rp 1.000.000 PPAPWD yang ditetapkan oleh BI, maka PT
Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan tidak mampu untuk
menyediakan dana penghapusan piutang sebesar Rp 161,2 jadi masih
terdapat kerugian Rp 999,838,8 dan kerugian tersebut secara langsung
Kriteria PPAPWD Tahun
2007 2008 Lancar 1.723.819 1.263.349 Dalam Perhatian Khusus 249.654 406.861 Kurang Lancar 125.435 169.083 Diragukan 290.464 417.661 Macet 2.502.282 3.207.703 Jumlah 4.431.184 5.925.127 PPAP 7.144.768 8.901.576 Rasio PPAP 16,12% 15,02% Naik/Turun rasio Turun
(61)
akan mempengaruhi jumlah laba yang akan diperoleh pihak bank.
Berdasarkan criteria BI pada perhitungan diatas, maka kualitas PPAP
pada PT Bank Rakyat Indonesia dinilai tidak sehat karena kurang dari
51% dari standar penilaian BI.
2.Tahun 2008 rasio yang dihasilkan sebesar 15,02%. Hal ini berarti bahwa
dari setiap Rp 1.000.000 PPAPWD yang ditetapkan oleh BI, maka PT
Bank Rakyat Indonesia tidak mampu untuk menyediakan dana
penghapusan piutang sebesar Rp 150,2 jadi masih terdapat kerugian Rp
999.849,8 dan kerugian tersebut secara langsung akan mempengaruhi
jumlah laba yang akan diperoleh pihak bank. Berdasarkan criteria BI
pada perhitungan diatas, maka kualitas PPAP pada PT Bank Rakyat
Indonesia dinilai tidak sehat karena kurang dari 51% dari standar
penilaian BI.
b. Rasio Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap Total Aktiva Produktif atau rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui prosentase kerugian yang terjadi
pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan dari sejumlah aktiva tetap yang
telah ditanamkan baik dalam kredit, surat berharga, penyertaan maupun
(62)
Tabel 4.6 Perbandingan Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif
Keterangan Tahun
2007 2008
Aktiva Produktif 176.436.877 237.456.740 Aktiva Produktif yang
Diklasifikasikan
11.574.381 14.824.707
Rasio KAP 6,60% 6,24%
Naik/Turun Rasio - Turun
0,36% Sumber: PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
Perhitungan rasio aktiva produktif yang di klasifikasikan terhadap aktiva
produktif
Rasio KAP =
Rasio 2007 =
Rasio 2008 =
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa:
1.Tahun 2007 rasio yang dihasilkan sebesar 6,60%. Hal ini berarti setiap Rp
1.000.000 dana yang ditanamkan pada aktiva produktif terdapat risiko
kegagalan pengembalian kredit sebesar Rp 6,60. Berdasarkan kriteria BI,
maka kualitas aktiva produktif pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
dinilai Sehat.
2.Tahun 2008 rasio yang dihasilkan sebesar 6,24%. Hal ini berarti setiap Rp
1.000.000 dana yang ditanamkan pada aktiva produktif terdapat risiko
(63)
maka kualitas aktiva produktif pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
dinilai Sehat.
c. Rentabilitas
Dalam penilaian rentabilitas faktor-faktor yang diperlukan dalam
perhitungan adalah total aktiva dan laba itu sendiri. Rentabilitas adalah
kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
Tabel 4.7 Penilaian kriteria faktor rentabilitas adalah sebagai berikut:
Kriteria Hasil Rasio
ROA BOPO
Sehat >1,215% ≤93,52%
Cukup Sehat >0,999% - ≤1,215% >93,52% - ≤94,72%
Kurang sehat >0,765 - ≤0,999% >94,72% - ≤95,92%
Tidak Sehat ≤0,765% >95,92%
Sumber : SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR/97
Adapun penilaian rentabilitas didasarkan pada beberapa rasio yaitu :
1. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata – rata
volume usaha ( ROA ) dalam periode yang sama.
2. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional dalam mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya, dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Beban operasional diperoleh dengan menjumlahkan neraca laporan laba
rugi ( beban bunga )
b. Pendapatan operasional diperoleh dengan menjumlahkan neraca laporan
(64)
a. Rasio laba sebelum pajak terhadap rata – rata volume usaha ( ROA )
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan PT Bank Rakyat
Indonesia dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Tabel 4.8 Rasio laba terhadap rata – rata volume usaha tahun 2007 – 2008 ( dalam jutaan rupiah )
Keterangan Tahun
2007 2008
a. Laba sebelum pajak 7.780.074 8.823.331 b. Total Aktiva 203.603.934 246.026.225
c. Rasio 3,82% 3,59%
d. Naik/Turun ROA - Turun 0,23% Sumber: PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
Perhitungan rasio sebelum pajak yaitu :
ROA =
ROA ( 2007 ) =
ROA ( 2008 ) =
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa :
1. Tahun 2007 rasio yang dihasilkan sebesar 3,82%. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap Rp. 1.000.000 modal yang ditanamkan pada aktiva produktif
mampu untuk menghasilkan laba sebesar Rp 38,2 Berdasarkan criteria BI
pada perhitungan diatas, maka ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia
berada dalam kondisi sehat karena lebih dari 1,215% standar penilaian BI.
2. Tahun 2008 rasio yang dihasilkan sebesar 3,59%. Hal ini menunjukkan
(65)
produktif mampu untuk menghasilkan laba sebesar Rp 35,9 Berdasarkan
criteria BI pada perhitungan diatas, maka ROA pada PT Bank Rakyat
Indonesia berada dalam kondisi sehat karena lebih dari 1,22% standar
penilaian BI.
b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Rasio ini menunjukkan prosentase beban operasional terhadap pendapatan
operasional . Semakin besar prosentase rasio berarti semakin besar beban
operasional yang terdapat dalam setiap pendapatan operasional.
Tabel 4.9 Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
Keterangan Tahun
2007 2008
a. Beban operasional 6.552.899 8.440.052 b. Pendapatan operasional 23.240.631 28.076.399
c. Rasio 28,19% 30,06%
d. Naik/Turun Rasio - Naik 1,87% Sumber: PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
Perhitungan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional :
Rasio BOPO =
Rasio ( 2007 ) =
Rasio ( 2008 ) =
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan :
1.Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 28,19%. Hal ini berarti untuk
(66)
Cabang Putri Hijau Medan harus mengeluarkan biaya operasional sebesar
Rp 281,9. Berdasarkan criteria BI pada perhitungan diatas, maka rasio
BOPO PT BRI Cabang Putri Hijau Medan dinilai sehat karena rasionya
kurang dari 93,52% standar penilaian BI.
2.Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 30,06%. Hal ini berarti untuk
memperoleh pendapatan operasional sebesar Rp 1.000.000 maka PD. BPR
Bank Pasar Kabupaten Tegal harus mengeluarkan biaya operasional
sebesar Rp 300,06. Berdasarkan kriteria BI pada perhitungan diatas, maka
rasio BOPO PT BRI Cabang Putri Hijau Medan dinilai sehat karena
rasionya kurang dari 93,52% standar penilaian BI.
d. Likuiditas
Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memellihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan
manajemen risiko likuditas, dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Rasio yang mengukur perbandingan alat likuid terhadap dana pihak ketiga
yang dihimpun bank yang harus segera dibayar ( Cash Ratio ).
2. Rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank
(67)
Tabel 4.10 Penilaian kriteria kesehatan faktor likuiditas adalah sebagai berikut:
Kriteria Hasil Rasio
CR LDR
Sehat >4,05% ≤94,75%
Cukup Sehat 3,30% - ≤4,05% 94,75% - ≤98,5%
Tidak Sehat 2,55% - ≤3,30% 98,5% - ≤102,25%
Kurang Sehat ≤2,55% >102,25%
Sumber : SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR/97
a. Rasio Alat Likuid terhadap Hutang Lancar ( Cash Ratio )
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar
kembali simpanan nasabah atau deposan pada saat ditarik dengan
(68)
Tabel 4.11 Perhitungan Cash ratio tahun 2007-2008 ( dalam jutaan rupiah )
Keterangan Tahun
2007 2008
Aktiva Likuid
1. Kas 5.302.844 6.741.049
2. Penempatan pada Bank lain a. Giro BI
b. Sertifikat BI
31.033.388 8.255.688
9.932.203 9.974.379 3. Giro pada BI
a. Rupiah b. Valuta asing
19.839 899.846
114.268 3.305.913
Jumlah 45.241.605 30.067.812
Pasiva Likuid 1. Giro a. Rupiah b. Valuta asing
33.920.793 3.224.942
35.252.141 4.660.087 2. kewajiban segera lainnya 3.955.800 5.620.677
3. Tabungan 72.268.811 88.063.237
4. Deposito berjangka a. Rupiah
i. Pihak terkait dengan bank ii. Pihak lain
b. Valuta asing
i. Pihak terkait dengan bank ii. Pihak lain
296.809 49.987.948 1.657 5.774.296 274.128 66.686.285 2.854 6.556.490
anan dari bank lain 1.611.469 3.428.243
Jumlah 171.042.525 210.544.142
Rasio Cash 26,45% 14,28%
Naik/Turun Rasio - Turun
12,17% Sumber: PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Rasio CR = x 100%
Rasio CR ( 2007 ) =
(69)
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahun 2007 rasio yang dihasilkan sebesar 26,45%. Hal ini berarti setiap
Rp 1.000.000 hutang lancar pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
dijamin oleh alat likuid bank sebesar Rp264,5 . Berdasarkan criteria BI
pada perhitungan diatas, maka Cash Ratio pada PT BRI Cabang Putri
Hijau Medan dinilai sehat karena rasionya lebih dari 4,05% standar
penilaian BI.
2. Tahun 2008 rasio yang dihasilkan sebesar 14,28%. Hal ini berarti setiap
Rp 1.000,00 hutang lancar pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
dijamin oleh alat likuid bank sebesar Rp142,8 . Berdasarkan criteria BI
pada perhitungan diatas, maka Cash Ratio pada PT BRI Cabang Putri
Hijau Medan dinilai sehat karena rasionya lebih dari 4,05% standar
penilaian BI.
b. Rasio Kredit terhadap Dana yang Diterima oleh Bank ( LDR )
Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan
kemampuan bank yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin
tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank
tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
(1)
2. Tahun 2008 rasio yang dihasilkan sebesar 79,93%. Hal ini berarti setiap Rp 1.000,00 dana yang diterima bank mampu untuk menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit sebesar Rp799,3. Berdasarkan criteria BI pada perhitungan diatas, maka rasio LDR pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan dinilai sehat karena rasionya dibawah 110% standar penilaian BI.
C. Hasil Penilaian Analisis
Setelah perhitungan keempat indikator Tingkat Kesehatan Bank pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan, hasil perhitungan rasio untuk tiap tahunnya ditambah dan dibagi dengan jumlah tahun dengan menggunakan rumus:
(2)
Adapun penilaian secara keseluruhan selama tahun 2007-2008 adalah:
Komponen
Rasio (X)
n = tahun Indikator Tahun
2007
Tahun 2008 Capital
1. Rasio CAR 16,6% 13,6% 15,1% Sehat Asset quality
1. PPAP 16,12% 15,02% 15,57% Tidak sehat
2. KAP 6,60% 6,24% 6,42% Sehat
Earning
1. ROA 3,82% 3,59% 3,75% Sehat
2. BOPO 28,19 30,06% 29,13% Sehat
Liquidity
1. CR 26,45% 14,28% 20,37% Sehat
2. LDR 68,80% 79,93% 74,37% Sehat
Total x/n 82,36% Sehat
Dari table diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan bank pada PT BRI Cabang Putri Hijau Medan pada tahun 2007-2008 memiliki bobot nilai 82,36% yang berarti sehat berdasarkan kriteria penggolongan tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan hasil penilaian analisis diatas, maka tingkat kesehatan PT BRI Cabang Putri Hijau Medan tahun 2007 – 2008 dapat dilihat grafik berikut ini :
(3)
Gambar 1.3: Grafik Perkembangan Tingkat Kesehatan PT BRI Cabang Putri Hijau Medan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
car PPAP KAP ROA BOPO CR LDR
2007 2008
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasi penilaian dan pembahasan diatas maka dapat ditarik simpulan bahwa:
1. Pada tahun 2007 – 2008 dapat diketahui bahwa Tingkat Kesehatan PT BRI Cabang Putri Hijau Medan setelah masing – masing komponen aspek dinilai dan dijumlahkan dapat diketahui bahwa total nilai 82,36 berada pada Predikat Sehat, karena total nilai kredit terletak pada posisi 81-100 hal ini berdasarkan SK DIR BI No.31/11/KEP/DIR/97.
5.2 Saran
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis memberikan saran:
1. PT BRI Cabang Putri Hijau Medan harus lebih ketat lagi dalam memberikan kredit pada nasabah, sehingga untuk tahun kedepan timbulnya kredit macet tidak terulang lagi.
(5)
3. Melihat perkembangan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional yang mengalami kenaikan, maka PT BRI Cabang Putri Hijau Medan harus lebih meningkatkan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba.
4. PT BRI Cabang Putri Hijau Medan agar tetap mempertahankan posisi predikat Tingkat Kesehatan Bank untuk setiap tahun berikutnya
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Chatrin, C. M. Siregar, 2008. “Penilaian tingkat kesehatan bank dengan analisis CAMELS studi kasus PT Bank SUMUT “
Endang Triyana, 2007. “Analisis tingkat kesehatan Bank pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal “
Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Rajagrafindo Persada, Edisi Revisi 8.
Riyadi Selamet, 2006. Banking Asset and Liability Management. Jakarta: FEUI Triandaru, Sigit., Budisantoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Ke
Dua, Salemba Empat, Jakarta
Veithzal Rivai, 2007. Bank and Financial Instituition Management, Edisi Pertama, PT Rajagrafindo Persada
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/11/ KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank Umum.
Surat Edaran Bank Indonesia No.30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 perihal: Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank Umum Surat Keputusan Direksi Bank Inonesia No 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1987