Evaluasi Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

SKRIPSI

EVALUASI ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT UNTUK MENILAI KINERJA MANAJEMEN PADA PT PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

OLEH:

MEI VIVI ENY SIBUEA

070503131

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Evaluasi

Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”,adalah benar hasil

karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2011 Yang Membuat Pernyataan

Mei Vivi Eny Sibuea


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan ucapan syukur, hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, penyertaan dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi

3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Drs Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan

Ibu Risanty,SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji II. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Adi dan Teguh serta semua pihak, pimpinan/pegawai di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan.


(4)

6. Secara khusus penulis berterima kasih kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, V. Sibuea dan D. Simorangkir, juga abangku David, dan adik-adikku, Dian dan Maria. Terima kasih buat kasih sayang, doa, pengertian dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

7. Sahabat-sahabat saya Murni, Olenka, Martha, Nita, Replina, Vina Stephany, Angel, Zulyana, juga buat teman-teman Ak-S1 stambuk 2007 semoga persahabatan kita tetap terjalin selamanya dan sukses beserta kita.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2011 Penulis,

(Mei Vivi Eny Sibuea) NIM : 070503131


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi anggaran biaya produksi sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen.pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menilai kinerja menajemen dengan mengevaluasi anggaran biaya produksi.

Dalam skripsi ini, penulis mengevaluasi anggaran biaya produksi dengan cara membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya dan melakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi anggaran biaya produksi dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan. Perbandingan antara anggaran dan realisasi apakah itu menguntungkan atau merugikan menunjukkan bagaimana kinerja manajemen, baik dalam hal, perencanaan, penyusunan, ataupun pengendalian biaya produksi.

Kata Kunci: Anggaran Biaya Produksi, Biaya Produksi, Evaluasi Anggaran, Kinerja Manajemen


(6)

ABSTRACT

This research was performed to find out how the evaluation of production cost budget as evaluating management performance device on PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. This research is expected could be an input on campany’s management to evaluate management performance by evaluate production cost budget.

In this thesis, the writer evaluates production cost budget by compare production cost budget with the realization and analyze variances to tendency which occurred.

The results of research shows that evaluation of production cost budget could be us as evaluating management performance device. The comparison between estimation and realization, which is benefit or loss, to show how management performances, in the case of planning, arrangement, or controlling production cost.

Keywords: Production Cost Budget, Production Cost, Evaluation of Budget,Management Performance


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah...1

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah...4

C Tujuan dan Manfaat Penelitian...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis...7

1. Pengertian dan Karakterisitis Anggaran...7

2. Tujuan, Manfaat, dan Kelemahan Anggaran...8

3. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran...8

4. Anggaran Biaya Produksi...16

5. Evaluasi Anggaran Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen...20


(8)

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu...26

C. Kerangka Konseptual...28

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitan...30

B. Jenis dan Sumber Data...30

C. Teknik Pengumpulan Data...31

D. Metode Analisis Data...31

E. Jadwal Penelitian...32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian...33

1. Sejarah Singkat PTPN III...33

2. Profil PTPN III...36

a. Visi dan Misi Perusahaan...36

b. Tujuan Perusahaan...36

3. Struktur Organisasi Perusahaan... 37

4. Unsur-unsur Biaya Produksi...44

5. Proses Penyusunan Anggaran...44

6. Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2007, 2008, dan 2009...46

B. Analisis Hasil Penelitian...53

1. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen...53

2. Evaluasi Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen...56


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...63 B. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi... 3

Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu... 26

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 32

Tabel 4.1 Jenis Produk PTPN III... 33

Tabel 4.2 Anggaran Tahun 2007... 46

Tabel 4.3 Realisasi Tahun 2007... 47

Tabel 4.4 Anggaran Tahun 2008... 48

Tabel 4.5 Realisasi Tahun 2008... 49

Tabel 4.6 Anggaran Tahun 2009... 51


(11)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL HALAMAN


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR JUDUL HALAMAN

Lampiran i Daftar Pertanyaan... 68 Lampiran ii Struktur Organisasi... 69


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi anggaran biaya produksi sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen.pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menilai kinerja menajemen dengan mengevaluasi anggaran biaya produksi.

Dalam skripsi ini, penulis mengevaluasi anggaran biaya produksi dengan cara membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya dan melakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi anggaran biaya produksi dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan. Perbandingan antara anggaran dan realisasi apakah itu menguntungkan atau merugikan menunjukkan bagaimana kinerja manajemen, baik dalam hal, perencanaan, penyusunan, ataupun pengendalian biaya produksi.

Kata Kunci: Anggaran Biaya Produksi, Biaya Produksi, Evaluasi Anggaran, Kinerja Manajemen


(14)

ABSTRACT

This research was performed to find out how the evaluation of production cost budget as evaluating management performance device on PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. This research is expected could be an input on campany’s management to evaluate management performance by evaluate production cost budget.

In this thesis, the writer evaluates production cost budget by compare production cost budget with the realization and analyze variances to tendency which occurred.

The results of research shows that evaluation of production cost budget could be us as evaluating management performance device. The comparison between estimation and realization, which is benefit or loss, to show how management performances, in the case of planning, arrangement, or controlling production cost.

Keywords: Production Cost Budget, Production Cost, Evaluation of Budget,Management Performance


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif. Kemajuan teknologi dewasa ini memicu setiap organisasi bisnis untuk beroperasi secara optimal dalam kaitannya dengan persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif. Sebagai organisasi yang berorientasi laba (profit oriented), tidak hanya laba memadai yang dibutuhkan, tetapi juga kelangsungan usaha menjadi fokus utama strategi bisnis.

Dalam upaya untuk dapat terus mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan melakukan berbagai usaha. Salah satunya adalah dengan mempersiapkan anggaran perusahaan sesuai dengan anggaran dan aktivitas yang diinginkan. Setiap perusahaan pasti sangat memerlukan perencanaan anggaran (budget) yang baik untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan menjadi pedoman dalam melakukan aktivitas tersebut.

Anggaran memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan anggaran menyajikan informasi mengenai kegiatan operasional perusahaan dalam satu periode tertentu agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan perlu menyusun anggaran yang menyeluruh tentang kegiatan perusahaan untuk waktu yang akan datang dan dibuat berdasarkan data waktu sebelumnya yang disesuaikan dengan kondisi yang akan datang.


(16)

Penganggaran ialah proses penyusunan anggaran, yang dimulai dari pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan rencana kerja fisik dan keuangan tiap-tiap seksi, bagian, divisi, penyusunan secara menyeluruh, merevisi, dan mengajukan kepada pimpinan puncak untuk disetujui dan dilaksanakan. Anggaran adalah rencana kerja yang dituangkan dalam angka-angka keuangan baik jangka-angka pendek maupun jangka-angka panjang.

Perusahaan besar maupun kecil seyogianya membuat anggaran, karena penganggaran itu penting untuk membuat perencanaan dan untuk mengendalikan kegiatan. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan suatu organisasi, sedangkan pengendalian melihat ke belakang, yaitu menilai hasil kerja dan membandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan.

Salah satu anggaran yang paling penting bagi perusahaan adalah anggaran biaya produksi. Anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dalam satu periode. Anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja dan anggaran biaya overhead pabrik, dimana biaya-biaya tersebut saling berhubungan.

Anggaran biaya produksi dapat juga digunakan sebagai alat dalam menilai kinerja manajemen, yaitu dengan cara mengevaluasinya. Evaluasi anggaran biaya produksi diukur dengan membandingkan hasil realisasi biaya produksi dengan anggaran biaya produksi yang sudah dianggarkan perusahaan. Evaluasi anggaran biaya produksi dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen


(17)

selama satu periode, apakah baik atau buruk. Kinerja manajemen dapat berupa bagaimanakah cara manajemen menyusun anggaran biaya produksi, merencanakan, dan mengendalikan biaya produksi agar tidak melebihi anggarannya yang telah disusun.

PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan merupakan salah satu dari empat belas Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PTPN III bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. Pada PTPN III, penulis melihat bahwa adanya varians atau penyimpangan biaya produksi yang meningkat dari tahun 2005 dan 2006.

Tabel 1.1

Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2005 dan 2006

Tahun Anggaran Realisasi Selisih

2005 899.358.772.000 1.030.383.573.180 131.024.801.180 (14.57%) 2006 1.075.047.579.000 1.293.733.898.309 218.686.319.000 (20.34%)

Sumber: PTPN III, 2011

Selisih pada tahun 2005 dan tahun 2006 merupakan unfavorable variance karena realisasi lebih besar daripada anggaran. Unfavorable variance ini menunjukkan adanya kenaikan biaya produksi. Evaluasi anggaran biaya produksi pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa kurangnya kinerja manajemen dalam hal perencanaan dan pengendalian biaya produksi serta penyusunan anggaran biaya produksi sehingga menyebabkan adanya unfavorable variance (varians yang tidak menguntungkan). Penulis ingin mengetahui bagaimanakah evaluasi anggaran biaya produksi PTPN III pada tahun 2007, 2008, dan 2009


(18)

dalam hal menilai kinerja manajemennya, apakah pada tahun-tahun tersebut kinerja manajemen PTPN III lebih baik dibandingkan tahun 2005 dan 2006.

Berdasarkan uraian tersebut dan mengingat betapa pentingnya anggaran sebagai alat evaluasi data dalam menilai kinerja manajemen untuk mendukung keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, maka penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai bahan penelitian dan menuangkannya dalam skripsi dengan judul “Evaluasi Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat untuk Menilai

Kinerja Manajemen pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut:

1. anggaran yang akan dianalisis hanya anggaran biaya produksi kelapa sawit.

2. data anggaran yang digunakan adalah data anggaran biaya produksi selama tiga tahun yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009 beserta data realisasi anggaran tersebut selama tiga tahun.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan agar penelitian lebih terfokus serta sistematis, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah evaluasi anggaran produksi sebagi alat untuk menilai kinerja manajemen pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi anggaran biaya produksi sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

1. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat tidak hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk perusahaan dan peneliti lainnya.

1. bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan tentang anggaran dalam perusahaan yang diteliti.

2. bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perusahaan sebagai informasi yang diperlukan sehubungan dengan penilaian terhadap kinerja manajemen.

3. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Karakteristik Anggaran

Anggaran atau budget merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh pihak manajemen sebagai pedoman untuk menjalankan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. Anggaran terdiri dari serangkaian taksiran-taksiran yang dapat dipakai sebagai suatu program untuk menjalankan kegiatan perusahaan pada suatu periode, khususnya pada masa yang akan datang. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. (Mulyadi, 2001)

Anggaran memiliki karakteristik (Mulyadi, 2001) sebagai berikut:

a. anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

b. anggaran pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

c. anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk menerima tanggung jawab dalam mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

d. usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.

e. sekali disetujui, anggaran dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

f. secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dijelaskan penyebabnya.

2. Tujuan, Manfaat, dan Kelemahan Anggaran a. Tujuan Anggaran


(21)

Tujuan disusunnya anggaran (Nafarin, 2007), antara lain:

1) digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana;

2)memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan; 3) merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana

sehingga dapat memudahkan pangawasan;

4) merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal;

5)menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat;

6) menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

b. Manfaat Anggaran

Anggaran mempunyai banyak manfaat (Nafarin, 2007) antara lain: 1)segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama;

2)dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai;

3)dapat memotivasi pegawai;

4)menimbulkan rasa tanggung jawab kepada pegawai;

5)menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu;sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dimanfaatkan seefisien mungkin;alat pendidikan bagi manajer.

c. Kelemahan Anggaran

Anggaran selain mempunyai banyak manfaat, juga memiliki kelemahan (Haruman dan Rahayu, 2007). Beberapa kelemahan anggaran antara lain:

1) karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (permintaan efektif kapasitas produksi, dan lain-lain), maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan tergantung pada ketepatan estimasi tersebut;

2) anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh;

3)anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya;

4)kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan sebelumnya, sebab itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.


(22)

3. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran a. Fungsi Anggaran

Ada tiga fungsi yang hendak dicapai dalam penyusunan sebuah anggaran (Nafarin, 2007), yaitu:

1) Fungsi Perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. Anggaran memberikan gambaran singkat atas operasional perusahaan di waktu mendatang, apa yang ingin dicapai dan upaya/kegiatan yang hendak dilakukan demi mencapai target tersebut. Dengan anggaran perusahaan akan lebih mudah melangkah sebab telah memiliki arahan operasional yang jelas. 2) Fungsi Pelaksanaan

Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Anggaran berperan penting untuk menyelaraskan (kordinasi) setiap bagian, seperti bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi, dan bagian keuangan. Hal ini dikarenakan setiap bagian telah dibebani target tertentu yang harus dicapai sehingga bagian lain juga dapat bekerja optimal. Keadaan ini akan menciptakan ketergantungan dan kerja sama antar bagian dalam perusahaan.

3) Fungsi Pengawasan

Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan (controling). Pengawasan berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan melalui:

a) membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran),

b) melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).

b. Jenis-Jenis Anggaran

Jenis anggaran ada berbagai macam, hal itu sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan kegiatan. Anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang (Nafarin, 2007), sebagai berikut:


(23)

a) Anggaran Variabel (Variable Budget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval aktivitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda.

b) Anggaran Tetap (Fixed Budget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis.

2) Menurut cara penyusunan, anggaran dapat dibedakan menjadi:

a) Anggaran Periodik (Periodic Budget), yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran.

b) Anggaran Kontinu (Continuous Budget) adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

3) Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari:

a) Anggaran Jangka Pendek (Short Range Budge/anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan jenis anggaran jangka pendek.

b) Anggaran Jangka Panjang (Long Range Budge/anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan jenis anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.

4) Menurut bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget).

a) Anggaran Operasional (Operational Budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Contohnya anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik (meliputi anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik), anggaran beban usaha, dan anggaran laba rugi. b) Anggaran Keuangan (Financial Budget) adalah anggaran untuk

menyusun anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran utang, dan anggaran neraca

5) Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:

a) Anggaran Komprehensif (Comprehensive Budget) adalah rangkaian dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap


(24)

b) Anggaran Parsial (Partially Budget) adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.

6) Menurut fungsinya, anggaran meliputi:

a) Anggaran Apropriasi (Appropriation Budget) adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.

b) Anggaran Kinerja (Performance Budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan, misalnya untuk menilai apakah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. 7) Menurut metode penentuan harga pokok produk, anggaran meliputi:

a) Anggaran Tradisional (Traditional Budget) atau Anggaran Konvensional (Conventional Budget) terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran berdasar sifat.

b) Anggaran Berdasar Kegiatan (Activity Based Budget) adalah anggaran yang dibuat menggunakan metode penghargapokokan berdasar kegiatan (activity based costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel dan anggaran induk.

c. Proses Penyusunan Anggaran

Suatu anggaran disusun untuk mencoba menjawab dan memperkirakan apa-apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini merupakan bagian dari fungsi perencanaan, karena merupakan proyeksi ke depan dan dijabarkan dalam bentuk angka-angka. Untuk itu sangat dibutuhkan persiapan penyusunan anggaran yang matang, tajam, dan teliti.

Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan metode yang lazim digunakan. Pilihan metode ini sangat tergantung pada kondisi dan keinginan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Proses penyusunan anggaran adalah tahap kegiatan yang dilakukan dalam anggaran sehingga tersusun dan menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan operasionalnya. ( Harahap, 2001)


(25)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran pada perusahaan (Haruman dan Rahayu, 2007), yaitu:

1) Faktor Intern

Faktor-faktor intern (controlable), antara lain berupa: a) data-data penjualan pada tahun-tahun yang lalu;

b) kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, promosinya, pemilihan saluran distribusi, dan sebagainya;

c) kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan;

d) tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun keterampilan, dan keahliannya;

e) modal kerja yang dimiliki perusahaan;

f) fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan; dan

g) kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan sebagainya.

2) Faktor Ekstern

Faktor-faktor ekstern (uncontrolable), antara lain berupa: a) Keadaan persaingan;

b) Tingkat pertumbuhan penduduk; c) Tingkat penghasilan masyarakat; d) Tingkat penyebaran penduduk;

e) Agama, adat-istiadat, dan kebiasaan masyarakat;

f) Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan; dan

g) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan sebagainya.

Penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan biasanya dikoordinasi oleh satu lembaga yang bertugas menyusun anggaran yang dinamakan komite anggaran. Komite anggaran beranggotakan manajer divisi dan manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu perusahaan dan memberikan arahan kerja penyusunan anggaran.

Komite anggaran pada umumnya berada langsung dibawah direksi. Penyebab yang utama adalah karena baik dalam penyusunannya maupun dalam pelaksanaannya anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai


(26)

bagian. Dengan penempatan komite anggaran secara langsung dibawahnya, maka anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan sehingga anggaran benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian.

Proses penyusunan anggaran menurut (Harahap, 2001) dapat dilihat dari sudut pandang berikut :

1) Ditinjau dari siapa yang membuatnya

Ditinjau dari siapa yang membuatnya, maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara:

a) Ototiter atau Top down

Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam menyusun anggaran. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun

budget atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika

diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya.

b) Demokrasi atau Bottom up

Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses lama dan berlarut.

c) Campuran atau top down dan bottom up

Metode ini adalah campuran dari kedua metode diatas. Disini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi, ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan.

2) Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran

Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran, proses penyusunan anggaran terdiri dari:


(27)

Dalam metode ini dalam menyusun anggaran dimulai dari penetapan angka laba yang diinginkan oleh perusahaan atau pemilik. Setelah laba ditetapkan maka semua pos yang berkaitan dengan upaya mencapai laba ini baru dihitung dan direncanakan kemudian. Keuntungan metode ini adalah karena laba ditetapkan terlebih dahulu maka bagian lain yang terlibat dalam penciptaan laba ini diharapkan akan termotivasi untuk mencapai laba yang ditetapkan. Kerugian metode ini adalah cara ini seolah tidak memperdulikan bagian-bagian yang lain, sehingga dapat menimbulkan sikap apatis, stres, frustasi.

b) A Posteriori

Dalam metode ini laba merupakan hasil akhir dari penetapan rencana kegiatan seperti penjualan atau produksi. Dalam hal ini misalnya didahului dengan menetapkan angka penjualan, pembelian, biaya dan lain sebagainya. Dari masing-masing bagian diberi kesempatan untuk menyampaikan anggarannya dan laba yang diharapkan dan setelah semua diperhitungkan maka akan dapat diketahui angka laba. Keuntungan metode ini adalah anggaran menjadi lebih akurat, karena semua bagian terlibat. Biasanya bagian-bagian inilah yang lebih tahu batas kemampuan mereka. Kerugiannya mungkin dalam prosesnya yang lebih lama dan mungkin tidak memenuhi keiginan pemilik.

c) Pragmatis

Dalam metode ini anggaran ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran ini dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang dihitung secara ilmiah pula atau berdasarkan pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Metode ini lebih realistis jika kita lihat pengalaman yang lalu tetapi kurang melihat peluang masa datang.

4. Anggaran Biaya Produksi a. Pengertian Biaya Produksi

Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitan dengan biaya. Dalam proses produksinya, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya secara umum dapat diklasifikasikan menurut fungsinya yaitu biaya


(28)

produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi hanya terdapat dalam perusahaan industri, karena kegiatan perusahaan industri bersifat lebih luas yaitu mencakup semua fungsi usaha produksi, pemasaran dan administrasi. (Nafarin, 2004) mengemukakan biaya produksi sebagai berikut “Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah dengan persediaan barang dalam proses awal.”

b. Unsur – unsur Biaya Produksi

Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat unsur–unsur produksi yang menjadi biaya produksi. Terdapat tiga komponen di dalam unsur biaya produksi yaitu:

1) Bahan baku

Bahan baku merupakan salah satu komponen utama di dalam pembentukan produk. Ketiadaan bahan baku akan menimbulkan terhentinya proses produksi.

2) Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung merupakan salah satu dari tiga komponen pembentuk harga pokok produksi disamping biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik. Pelaksanaan proses produksi di dalam suatu perusahaan akan dipisahkan adanya pengertian tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Hal ini perlu untuk mendapatkan


(29)

perhatian karena tidak seluruh tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan akan dapat dikategorikan ke dalam tenaga kerja langsung. 3) Overhead

Biaya overhead merupakan komponen yang ketiga di dalam pembentukan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead ini terdiri dari beraneka ragam jenisnya. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam membebankan masing–masing biaya ini ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Kesulitan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke dalam masing–masing produk perusahaan ini juga disebabkan karena sebagian besar dari biaya overhead ini merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan. Beberapa jenis biaya yang termasuk di dalam biaya overhead pabrik ini antara lain:

a) Bahan Pembantu

Bahan pembantu diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi sehingga produk perusahaan dapat mempunyai kualitas yang baik diperlukan bahan pembantu. Besarnya kebutuhan bahan pembantu ini akan bergantungn pada jumlah dan jenis produk akhir yang memerlukannya yang diproses dalam suatu tahun anggaran.

b) Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung akan berfungsi melancarkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Tenaga kerja


(30)

tidak langsung terlibat langsung di dalam penyelesaian produk sehingga kehadirannya di dalam pabrik sangat diperlukan. Contoh tenaga kerja tidak langsung antara lain para pengawas, tenaga administrasi pabrik, tenaga pemeliharaan pabrik, dan sebagainya. c) Biaya Pemeliharaan Gedung Pabrik

Gedung pabrik yang digunakan untuk proses produksi akan memerlukan biaya pemeliharaan sehingga gedung tersebtu dapat dipergunakan dengan baik dan dalam jangka waktu yang panjang. d) Biaya Reparasi dan Perbaikan Mesin

Mesin dan peralatan mesin yang ada di dalam perusahaan perlu dipelihara dengan baik. Pemeliharaan dapat dibagi atas dua yaitu pencegahan dan perbaikan kerusakan.

e) Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan juga termasuk di dalam perhitungan biaya produksi. Penusutan dapat berupa penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesn dan peralatan produksi.

f) Biaya–biaya lain yang juga termasuk dalam overhead adalah biaya asuransi gedung dan peralatan produks, biaya listrik dan biaya bahan bakar.

c. Pengertian Anggaran Biaya Produksi

Anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan dikeluarkan dalam proses produksi suatu perusahaan pada periode yang akan datang,


(31)

yang didalamnya meliputi anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya overhead pabrik.

d. Jenis – jenis Anggaran Biaya Produksi Anggaran biaya produksi meliputi :

1) Anggaran Biaya Bahan Baku

Anggaran biaya bahan baku merupakan anggaran yang merencanakan secara lebih teperinci tentang penggunaan bahan mentah langsung untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Penyusunan anggaran bahan baku dapat dilakukan dengan mudah, jika kuantitas produksi dan standar bahan baku langsung diketahui. Dari anggaran biaya bahan baku dapat disusun anggaran pembelian bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan persediaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya bahan baku dapat dihitung dengan cara :

Contoh anggaran biaya bahan baku:

Rencana Pemakaian Bahan Baku x Standar Harga Bahan Baku


(32)

Tabel 2.1 PT Terang Dunia Anggaran Biaya Bahan Baku

Bahan MK-1 (10,000 unit) MM-5 (10,000 unit) MB-2 (10,000 unit) Total Harga per unit Nilai per

unit Total per

unit Total per

unit Total

Kayu 2 20,000 3 30,000 3 30.000 80,000 15.000 1,200,000,000 Melamin 1.5 15,000 3 30,000 2 20.000 65,000 20.000 1,300,000,000

Pipa

Hias 1 10,000 3 30,000 1.5 55.000 55,000

12.000 660,000,000 Total Rp 3,160,000,000 Sumber: Rudianto, 2009

2) Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Anggaran biaya tenaga kerja langsung merencanakan kebutuhan tentang biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung dengan cara :

Contoh anggaran biaya tenaga kerja langsung:

Tabel 2.2 PT Terang Dunia

Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Produk Volume Produksi

Jam Kerja Tarif per Jam

Biaya TKL

per unit Total per unit produk Total

Kain 10,000 3 30,000 3,000 9,000 90,000,000 Karet 10,000 4 40,000 3,000 12,000 120,000,000 Plastik 10,000 5 50,000 3,000 15,000 150,000,000 Total Rp 360,000,000

Sumber: Rudianto, 2009


(33)

3) Anggaran Biaya Overhead

Anggaran biaya ini merencanakan secara lebih terperinci mengenai beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang. Anggaran Biaya Overhead dapat dihitung dengan cara :

Contoh anggaran biaya overhead:

Tabel 2.3 PT Terang Dunia Anggaran Biaya Overhead

Jenis Biaya Jumlah

Parsial Total

- Biaya Cat 187,500,000

- Biaya Paku 54,000,000

- Biaya Hiasan Kaki Meja 120,000,000

Biaya Bahan Penolong 361,500,000

- Gaji Satpam Pabrik 24,000,000 - Gaji Mandor Produksi 48,000,000

Biaya Tenaga Kerja Penolong 72,000,000 - Biaya Listrik, Air, Telepon 40,000,000

- Biaya penyusutan Aktiva Tetap 36,500,000

Biaya Pabrikasi Lainnya 76,500,000 Total Rp 510,000,000 Perhitungan Tambahan:

Jenis Biaya Perhitungan Jumlah

- Biaya Cat 3 x 10,000 x 0.25 x 25,000 187,500,000 - Biaya Paku 3 x 10,000 x 0.1 x 18,000 54,000,000 - Biaya Hiasan Kaki Meja 3 x 10,000 x 4 x 1,000 120,000,000

Sumber: Rudianto, 2009

Unsur-unsur anggaran biaya produksi untuk perusahaan manufaktur/industri dengan perusahaan perkebunan berbeda. Pada perusahaan manufaktur, anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya

Biaya Overhead Tetap + (Rencana Produksi x Tarif Overhead Variabel)


(34)

overhead pabrik. Pada perusahaan perkebunan, anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran biaya tanaman, anggaran biaya pengolahan, anggaran biaya penyusutan, dan anggaran biaya pembelian.

5. Evaluasi Anggaran Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen

Alat untuk menilai kinerja adalah budget, standar waktu, standar unit produk, dan standar biaya. Anggaran yang disusun dapat dijadikan alat untuk menilai kinerja manajemen pada suatu perusahaan, caranya adalah dengan mengevaluasi anggaran. Evaluasi anggaran dilakukan dengan cara membandingkan anggaran dengan realisasinya. Anggaran disusun dengan berdasarkan biaya standar yang digunakan di dalam perusahaan. Biaya standar ialah biaya yang ditetapkan lebih dahulu sebelum proses produksi dimulai, atau sebelum kegiatan (Shim dan Siegel, 2001). Standar sangat membantu dalam pengukuran efektivitas dan efisisensi. Contoh-contohnya antara lain adalah kuota penjualan, biaya standar (misalnya, harga bahan, tingkat upah), dan volume standar.

Evaluasi anggaran dapat menggunakan metode analisis varians. Analisis varians membandingkan antara standar biaya dengan realisasi biaya dan dapat dilakukan oleh divisi, departemen, program, produk, wilayah, atau unit tanggung jawab lainnya.

Analisis varians sering diaplikasikan dalam situasi (Welsch et. Al., 2000) , sebagai berikut:

a. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap dasar.


(35)

c. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba

Dalam menilai penyimpangan atau varians antara anggaran biaya produksi dengan realisasi dilakukan analisis varians terhadap masing-masing unsur biaya produksi yaitu bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead.

Penyimpangan biaya produksi dapat terbagi atas : a. Penyimpangan biaya bahan baku, terdiri dari :

1) Peyimpangan harga bahan baku, dengan rumus perhitungannya: Selisih Harga Bahan = ( Harga Bahan Sesungguhnya/unit – Harga Bahan Standar/unit) x Kuantitas Pemakaian Aktual

2) Penyimpangan kuantitas bahan baku, dengan rumus perhitungannya: Selisih Kuantitas Bahan Baku = (Kuantitas Pemakaian Aktual/unit –

Kuantitas Pemakaian Standar/unit) x Harga Bahan Standar/unit Contoh:

Harga standar bahan A per buah Rp 250

Pembelian 5000 buah @ Rp247

Pemakaian bahan 3550 buah

Kuantitas standar pemakaian bahan 3500 buah Selisih harga bahan dapat dihitung sebagai berikut: = (5000 x Rp 247) – (5000 x Rp 250)

= Rp 1,235,000 – 1,250,000 = Rp 15,000 (Menguntungkan)

Selisih kuantitas bahan dapat dihitung sebagai berikut: = (3550 x Rp 250) – (3500 x Rp 247)


(36)

= Rp 887,500 – 875,000

= Rp 12,500 (Tidak Menguntungkan) b. Penyimpangan upah langsung, terdiri dari :

1) Penyimpangan tarif upah langsung, dengan rumus perhitungannya : Selisih Tarif Upah = (Tarif Upah Aktual – Tarif Upah Standar) x Jam Kerja Aktual

2) Penyimpangan efisiensi waktu, dengan rumus perhitungannya :

Selisih Efisiensi/Waktu = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x Tarif Upah Standar

Contoh:

Jam sebenarnya yang digunakan 1880 jam Tarif sebenarnya yang dibayar Rp 650 per jam Jam standar yang diperbolehkan 1590 jam

Tarif standar Rp 600 per jam

Penyimpangan harga upah dapat dihitung sebagai berikut: = (1880 x Rp 650) – (1880 x Rp 600)

= Rp 1,222,000 – 1,128,000

= Rp 94,000 (Tidak Menguntungkan)

Penyimpangan efisiensi upah dapat dihitung sebagai berikut: = (1880 Rp 600) – (1590 x Rp 600)

= Rp 1,128,000 – 954,000

= Rp 174,000 (Tidak Menguntungkan) c. Penyimpangan overhead pabrik, terdiri dari :


(37)

1) Metode dua selisih, terdiri dari: a) Penyimpangan terkendali

Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran menurut Jam Kerja Standar yang dioperasikan

b) Penyimpangan volume

Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Standar – Biaya Standar Overhead

2) Metode tiga selisih

a) Penyimpangan pembelanjaan

Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual

b) Penyimpangan kapasitas

Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual – ( Jam Kerja Aktual x Tarif Overhead Standar ) c) Penyimpangan efisiensi

Selisih Overhead = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x Tarif Overhead Standar

3) Metode empat selisih, terdiri dari:

a) penyimpangan anggaran (spending variance), yaitu selisih antara biaya overhead sebenarnya dengan biaya overhead yang diizinkan menurut anggaran berdasarkan jam kerjanya;

b) penyimpangan kekurangan kesibukan (iddle capacity variance) adalah perbedaan antara biaya overhead yang diizinkan menurut


(38)

anggaran berdasarkan jam kerja yang sebenarnya dengan jam kerja yang sebenarnya dikalikan dengan tarif biaya overhead standar;

c) Penyimpangan efisiensi biaya variabel (variable efficiency

variance) yaitu perbedaan antara jam kerja sebenarnya dengan

jam kerja standar dikalikan dengan tarif biaya variabel overhead; d) Penyimpangan efisiensi biaya tetap (fixed efficiency variance)

yaitu perbedaan antara jam sebenarnya dikalikan tarif biaya

overhead tetap.

Perbedaan metode ini dengan metode tiga selisih yaitu pada penyimpangan efisiensi, dimana dalam metode empat selisih penyimpangan efisiensi dipisahkan menjadi dua yaitu penyimpangan efisiensi variabel dan penyimpangan efisiensi tetap.

Penyimpangan realisasi dari anggaran (Harahap, 2001) dapat disebabkan oleh :

a. kesalahan budget b. kesalahan pencatatan c. kesalahan operasi

Analisa penyimpangan (varians) dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk :

a. mengetahui prestasi pusat pertanggungjawaban

b. mengetahui siapa yang akan diberikan penghargaan atau sanksi c. bahan pengalaman untuk perbaikan operasi selanjutnya.


(39)

d. melihat pos – pos biaya yang perlu mendapat perhatian

e. menjadi ”early warning system” atas manajemen biaya dan hasil f. bahan kemungkinan revisi budget

B. Tinjauan Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan anggaran biaya produksi disajikan pada tabel 2.4.


(40)

Tabel 2.4 Tinjauan Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang

digunakan Hasil Penelitian Alexander 2000 Penerapan Anggaran untuk Mengukur Prestasi Manajer Pemasaran pada PT Tjipta Rimba Djaja Medan Metode Deskriptif Metode Komparatif Perusahaan telah menerapkan anggaran sebagai pedoman pengukuran prestasi manajer pemasaran yang dikombinasikan dengan kebijakan penyimpangan (varians) terhadap pelanggan. Fortuna Panca S.P 2007 Analisis Penggunaan Anggaran Biaya Produksi Dalam Mengevaluasi Kinerja Bagian Produksi Pada PT

Tolan Tiga Indonesia –

Kerasaan Estate Metode Deskriptif Metode Komparatif Mekanisme proses penyusunan

anggaran pada PT

Tolan Tiga Indonesia-Kerasaan Estate telah menggunakan pola bottom up. Merda Listana 2007 Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia- Medan Metode Deskriptif Mekanisme proses penyusunan

anggaran pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan menngunakan top down.

Melda Safitri 2009

Analisis Anggaran Biaya sebagai Alat Ukur Kinerja pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Medan Metode Deskriptif Anggaran sebagai alat ukur kinerja pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 sudah baik.


(41)

B. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Penulis, 2011

Salah satu biaya yang sangat penting pada PT PTPN III (Persero) Medan adalah biaya produksi. PTPN III terlebih dahulu membuat anggaran biaya produksi sebagai pedoman dan rencana agar realisasi biaya produksi sesuai

PT Perkebunan Nusantara III Medan

Anggaran Biaya Produksi

Realisasi Biaya Produksi

Kinerja Manajemen Biaya Produksi

Evaluasi Anggaran dengan Analisis Varians


(42)

atau tidak melebihi anggaran biaya produksi yang telah dibuat. Anggaran biaya produksi yang disusun tersebut, kemudian dibandingkan dengan biaya yang sebenarnya terjadi (realisasi biaya produksi). Dengan adanya perbandingan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi tersebut, dapat dievaluasi apakah telah terjadi penyimpangan baik yang merugikan ataupun yang menguntungkan. Dari hasil evaluasi anggaran biaya produksi tersebut, kinerja manajemen dapat dinilai apakah baik atau buruk.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini diuraikan sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan atau data sekunder. 1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama yang

merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya Rancangan Kerja Anggaran Perusahaan.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah diolah sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak yang berkepentingan, misalnya laporan biaya produksi yang didalamnya terdapat realisasi dan anggaran biaya produksi, struktur organisasi perusahaan, an sejarah singkat perusahaan.

Data yang diperoleh berasal dari Bagian Anggaran dan Bagian Umum PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.


(44)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:

1.Studi Pustaka. Dilakukan dengan membaca literatur seperti buku, majalah, dan terbitan lainnya dengan tujuan memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam pembahasan dan analisis.

2. Studi Lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan mengadakan penelitian secara langsung di perusahaan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti. Studi lapangan dilakukan dengan cara: a. Wawancara.

Dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan pada bagian anggaran PT Perkebunan Nusantara (III) Medan, sehingga terjadi interaksi langsung pada sumber yang diteliti, b. Dokumentasi.

Teknik pengumpulan data dari dokumentasi berupa catatan-catatan dari hasil penelitan dan catatan sekunder lainnya sehingga dalam penulisan terdapat data yang membantu dalam penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode

yang mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan, dan menganalisis data untuk pemecahan masalah yang dihadapi.


(45)

E. Jadwal Penelitian

Penelitian dimulai pada 7 Februari 2011 sampai dengan 18 Februari 2011, dengan meneliti langsung ke PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan jalan Sei Batanghari No.2 Medan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian

Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Proposal Skripsi

Bimbingan Proposal skripsi

Seminar Proposal skripsi

Pengumpulan dan

Pengolahan Data

Bimbingan Skripsi

Penyelesaian Laporan Penelitian


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPTN III (Persero) merupakan

salah satu dari empat belas Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PTPN III bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. PTPN III melakukan pengolahan hasil tanaman dari kebun sendiri, kebun PIR Plasma maupun dari pihak-pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan bentuk produk sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jenis Produk PTPN III Medan

Uraian Jenis Produk

Komoditi Karet Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet Komoditi Kelapa Sawit Crude Palm Oil (CPO), dan Palm Kernel (PK)

Sumber: PTPN III, 2011

Sejarah PT Perkebunan Nusantara III diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PPN) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero), guna meningkatkan


(47)

efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabunggan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero), PT Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya kedalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. PT Perkebunan III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Hukum Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 yang dimuat didalam Berita Negara Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C28331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat didalam Berita Negara Republik Indonesia No.81 tahun 1996 tambahan Berita Negara No. 8674 tahun 1996.

PT Perkebunan Nusantara III mengusahakan komoditi kelapa sawit dan karet dengan areal konsesi seluas 166,904.94 hektar. Kebun-kebun yang dikelola PT Perkebunan Nusantara III berjumlah 33 kebun, terdiri dari 30 kebun sendiri dan 3 kebun plasma yang dikelompokkan kedalam 3 wilayah kerja dengan luas areal seluruhnya adalah 186,910.72 ha yang terdiri dari166,606.94 ha luas kebun sendiri dan 20,303.78 ha luas kebun plasma.


(48)

PT Perkebunan III (Persero) memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi. Lahan perkebunan perseroan tersebut terdapat pada lima daerah di daerah tingkat II Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan.

Untuk menunjang kesejahteraan dan meningkatkan pendidikan karyawan dan keluarganya, PT Perkebunan Nusantara III juga menyediakan sarana/fasilitas sosial, antara lain:

a. 6 (enam) unit rumah sakit yang didukung dengan poliklinik kebun dan pos kesehatan di setiap afdeling;

b. tempat penitipan bayi di setiap kebun/afdeling;

c. rumah jompo yang keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan; d. taman pendidikan Islam dari tingkat ibtidaiyah sampai dengan aaliyah; e. STK dan Taman Pendidikan Al-Qur’an;

f. 3(tiga) unit SLTP yang dikelola oleh yayasan perkebunan.

Selain kebun dan unitnya, PT Perkebunan Nusantara III juga memiliki 5 (lima) anak perusahaan untuk mendukung bisnis utama perusahaan, terdiri dari:

a. PT Sarana Agro Nusantara :Jasa Tangki Timbun b. PT Mitra Ogan di Sumatera Selatan :Kebun Kelapa Sawit c. Indohan GMBH di Jerman :Jasa Pemasaran

d. PT Agro Industri Nusantara :Industri Hilir CPO dan Karet e. PT Wana Tani Lestari :Hutan Tanaman Industri


(49)

2. Profil Perusahaan

a. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

Misi Perusahaan:

1) Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2) Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3) Memperlakukan karyawan sebagai aset srategis dan mengembangkannya secara optimal.

4) Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

5) Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

6) Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

b. Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan ditentukan berdasarkan visi dan misi perusahaan, juga mempertimbangkan faktor pertumbuhan dan stabilitas usaha dalam jangka panjang, yaitu:

1) Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukuan dan pengolahan lahan, persemaian bibit, penanaman dan pemeliharaan


(50)

serta melakukan kegiatan-kegiatan penunjang yang berhubungan dengan perusahaan budidaya tanaman tersebut.

2) Melaksanakan panen hasil produksi, pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain, menjadi barang setengah jadi dan barang jadi.

3) Menyelenggarakan kegiatan pemasaran berbagai hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya.

4) Pemanfaatan peluang pasar domestik dan internasional melalui pengembangan jaringan pemasaran global bekerja sama dengan mitra sekaligus.

5) Melakukan pengembangan usaha bidang perkebunan, agrowisata, dan industri hilir.

6) Pengembangan sistem informasi manajemen terpadu dengan komputerisasi unuk mendukung pengambilan keputusan secara cepat dan tepat guna.

3. Struktur Organisasi PTPN III

Di dalam suatu perusahaan, manajemen mempunyai hubungan yang erat dalam organisas,i oleh karena itu, diperlukan struktur organisasi yang merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pada hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan, tugas,


(51)

wewenang dan tanggung jawab setiap karyawan dalam perusahaan dapat diketahui dengan jelas. Disamping itu setiap karyawan dapat mengetahui tugasnya masing-masing.

Kesatuan perintah sangat penting dalam oganisasi untuk menjaga tidak terjadinya kesimpang-siuran dalam pelaksanaan tugas atau kesalahan atasan dan bawahan. Struktur perusahaan diatur dalam Surat Keputusan Direksi SKPTS No.3.12/SKPTS/13/2008 tanggal 29 Agustus 2008 tentang struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia No. KEP-183.MBU/2008 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Dewan Komisaris Perusahaan (Persero) Perkebunan Nusantara IIItanggal 24 September 2008, susunan anggota Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani Komisaris : Deddy Suardy

: S. Marbun

: S. Herry Sucipto

: Herman Hidayat

: Heri Sebayang

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. KEP. 132/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006 dan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No.KEP-145/MBU/2007 tanggal 13 Juli 2007, susunan anggota Direksi Perseroan adalah sebagai berikut:


(52)

Direktur Utama : Ir. H. Amri Siregar Direktur Produksi :Ir Amal Bakti Pulungan Direktur Keuangan : Drs Johanes Sitepu, Ak Direktur Perencanaan dan : DR. Ir.H. Chairul Muluk Pengkajian

Direktur Sumber Daya : H.M. Rachmat Prawirakesumah, SE, MM Manusia

Bentuk struktur organisasi yang diterapkan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah struktur organisasi yang berbentuk garis dimana kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkatan mulai dari pimpinan tertinggi sampai pimpinan yang terendah. Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.

a. Direktur Utama

Berfungsi dalam mengambil keputusan dan penanggung jawab atas jalannya operasional perusahaan secara teratur,terarah, dan terpadu. Tugas dan wewenang Direktur Utama:

1) Melaksanakan kebijaksanaan perusahaan, sesuai yang diatur dalam anggaran perusahaan serta ketentuan yang digariskan oleh RUPS, Menteri Pertanian selaku kuasa pemegang saham dan dewan komisaris.

2) Menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebikjasanaan perusahaan di bidang produksi teknik, tenaga manusia, keuangan, dan pemasaran.


(53)

3) Bersama-sama direksi lainnya mewakili perusahaan di dalam dan di luar perusahaan.

4) Bertanggung jawab kepada RUPS melalui Dewan Komisaris. b. Direktur Produksi

Tugas dan wewenang Direktur Produksi:

1) Melaksanakan peraturan-peraturan dan pengendalian dari unit-unit usaha dan saran pendukungnya yang mencakup tanaman (kultur teknis), produksi, teknologi, dan sebagainya.

2) Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang tercantum pada kebijakan direksi.

3) Melaksanakan rencana-rencana rehabilitasi dan investasi dibidang tanaman maupun sarana pendukung produksi lainnya dari unit-unit yang telah ada.

c. Direktur Keuangan

Fungsi utama Direktur Keuangan yaitu mengelola dan memberdayakan sumber daya keuangan secara tepat guna, sehingga tercapainya cash

flow, dan biaya operasional perusahaan yang efektif dan efisien.

Tugas Direktur Keuangan:

1) Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.

2) Melaksanakan Assets Assessment secara berkesinambungan untuk memberdayakan aset petensial.


(54)

3) Memonitor dan mengevaluasi biaya produksi (harga pokok FOB) melalui pemanfaatan Activity Based Costing (ABC).

4) Memelihara cash reserve requirement minimum 2 (dua) bulan untuk kebutuhan dana operasional.

5) Mengkoordinasi dan memberikan pengarahan dalam penyusunan RKAP/RKO.

6) Mencari sumber dana bagi pertumbuhan perusahaan

7) Membuat laporan manajemen interim dan laporan keuangan kosolidasi.

8) Menjamin hubungan yang harmonis dengan stakeholders.

9) Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000, dan SMK3.

10) Menetapkan sistem sarana dan prasana informasi melalui teknologi informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database serta mendayagunakan secara maksimal.

d. Direktur Pemasaran

Fungsi utama Direktur Pemasaran adalah mengelola dan memberdayakan sumber daya pemasaran dan pengadaan secara optimal sehingga tercapainya kepuasan pelanggan dan pemasok.

Tugas Direktur Pemasaran:

1) Menetapkan dan mengevaluasi upaya strategik dan kebijakan pemasaran serta pengadaan barang dan jasa.


(55)

2) Mencari dan membina hubungan dengan mitra bisnis (pemasok dan pelanggan) serta mitra aliansi.

3) Menetapkan sistem pengendalian persediaan hasil produksi serta bahan baku dan pelengkap.

4) Menetapkan pedoman harga barang atau jasa

5) Menetapkan kebijakan dalam mensiasati perkembangan pasar dan perilaku pesaing (market intelligence).

6) Menginformasikan kebutuhan pasar secara berkesinambungan kepada Direktur Produksi.

e. Direktur SDM dan Umum

Fungsi utamanya adalah mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia dan sarana pendukung lainnya sehingga tercapai kinerja bidang SDM/Umum yang optimal.

1) Menetapkan kebutuhan SDM (kompetensi, kualitas, dan waktu) sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2) Menetapkan sistem kerja atau work system bidang SDM untuk mewujudkan operational excellence.

3) Melaksanakan mapping personil secara periodik.

4) Menetapkan dan melaksanakan sistem pendidikan dan pelatihan. 5) Menetapkan dan melaksanakan sistem penilaian karya.

6) Menetapkan sistem rekrutmen karyawan. 7) Menetapkan sistem jenjang karir karyawan.


(56)

9) Menetapkan sistem survei karyawan.

4. Unsur-unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya produksi yang terdapat pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri dari:

a. Biaya Tanaman

Biaya tanaman adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tanaman yang telah menghasilkan, panen, dan pengumpulan hasil di lapangan, pengangkutan hasil dari tempat-tempat pengumpulan ke pabrik, biaya umum dari pimpinan, biaya pemupukan, dan gaji tunjangan staf.

b. Biaya Pengolahan

Biaya-biaya pengolahan pada PTPN III ditentukan berdasarkan: 1) Kebutuhan standar tenaga manusia

2) Standar bahan-bahan kimiawi dan barang-barang 3) Jasa pengangkutan yang diperlukan

4) Jam penggunaan mesin

5) Perawatan dan pemeliharaan yang diperlukan

6) Semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pengolahan kelapa sawit.

Berikut ini merupakan biaya-biaya yang terdapat dalam proses pengolahan kelapa sawit:


(57)

2) Gaji, upah, dan biaya sosial non staf 3) Perkakas dan alat kecil

4) Bahan kimia dan perlengkapan 5) Biaya analisa

6) Bahan bakar dan pelumas

7) Biaya pembangkit tenaga listrik dan air

8) Pemeliharaan bangunan, mesin, dan perabot pabrik 9) Biaya pengepakan

c. Biaya Penyusutan

Biaya-biaya penyusutan pada PTPN III merupakan biaya-biaya lainnya yang berkenaan dengan biaya poduksi. Biaya penyusutan pada PTPN III terdiri dari biaya penyusutan tanaman, biaya penyusutan umum, dan biaya penyusutan pengolahan.

d. Biaya Pembelian

Biaya pembelian pada PTPN III merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan pembelian produksi dari pihak ketiga. Biaya pembelian pada PTPN III terdiri dari biaya pembelian produksi PIR dan produksi rakyat.

5. Proses Penyusunan Anggaran

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) memulai tahun buku dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember untuk setiap tahunnya. Sehubungan


(58)

dengan hal tersebut, perusahaan juga menyusun anggaran sesuai dengan tahun buku tersebut dan anggaran diperinci per triwulan.

Dasar penyusunan RKAP dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP. 101/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Penyusunan anggaran pada PTPN III (Persero) dikendalikan dengan prisnsip efisiensi usaha, dan hasil yang telah dicapai, serta perkiraan pencapaian hasil tahun yang akan datang.

Langkah pertama dalam proses penyusunan anggaran adalah menentukan besarnya jumlah produksi yang diharapkan selama tahun itu. Pada umumnya bagian tanaman dan teknologi dibantu dengan bagian-bagian lainnya di kantor besar menyusun junlah produksi yang diharapkan pada tahun yang dimaksud. Kemudian kantor besar menyusun pedoman mengenai taksasi produk yang dimaksud. Selanjutnya pedoman tersebut bersama-sama formulir anggaran biaya dikirim ke kebun. Masing-masing kebun menyusun anggaran biaya produksinya. Anggaran biaya produksi kebun tersebut kemudian ditinjau dan dipelajari kembali di kantor besar bersama administratur kebun. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa perincian tersebut seluruhnya telah benar-benar sesuai. Setelah anggaran biaya produksi tersebut disetujui dan disahkan oleh pimpinan, dikirim ke masing-masing kebun untuk dilaksanakan.

Dalam penyusunan anggaran biaya produksi, perusahaan menggunakan sistem biaya standar. Harga standar ditentukan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Harga tersebut diperoleh setelah membagi jumlah


(59)

anggaran biaya produksi kelapa sawit selama satu periode dengan rencana produksi kelapa sawit untuk periode yang sama.

Adapun anggaran biaya produksi perusahaan disusun berdasarkan anggaran produksi. Sedangkan anggaran produksi disusun dengan berpedoman pada anggaran tanaman.

6. Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2007, 2008, dan 2009

Tabel 4.2

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2007

URAIAN

ANGGARAN 2007

Kg Biaya (Rp)

Harga Pokok Rata-Rata

(Rp)

Beban gaji tunjangan staf

Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan

Beban pemupukan

Beban panen

Beban pengangkutan ke pabrik

Beban umum

433,495,271 18,691,544,000

83,733,272,000 132,367,678,000 167,979,640,000 101,212,642,000 124,598.615,000 43.12 193.16 305.35 387.5 233.48 287.43

Jumlah beban tanaman

Beban pengolahan

433,495,271 628,583,391,000

114,377,149,000

1,450.04

263.85

Beban produksi excluding penyusutan

Beban penyusutan

742,960,540,000

48,815,750,000

1,713.88


(60)

Beban produksi including penyusutan kebun sendiri

Beban pembelian produksi PIR

Beban pengolahan PIR 20,363,460

20,363,460 791,776,290,000 77,386,618,000 5,671,019,000 1,826.49 3,800.27 278.49

Beban produksi PIR

Beban pembelian produksi rakyat

Beban pengolahan rakyat

134,810,520 134,810,520 83,057,637,000 512,316,168,000 37,543,381,000 4,078.69 3,800.27 278.49

Beban Produksi Rakyat 134,810,520 549,859,549,000 4,078.76

Jumlah Beban Produksi Kebun 588,669,251 1,424,693,476,000 2,420.19

Sumber: PT Perkebunan Nusantara (III) Persero, 2007

Tabel 4.3

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2007

URAIAN

REALISASI 2007

Kg Biaya (Rp)

Harga Pokok Rata-Rata

(Rp) Beban gaji tunjangan staf

Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan

Beban pemupukan

Beban panen

Beban pengangkutan ke pabrik

Beban umum

411,561,204 20,947,743,065

85,112,831,298 137,145,141,084 167,083,727,209 104,872,043,535 134,085.054,231 50.90 206.80 333.23 405.98 254.82 325.80


(61)

Jumlah beban tanaman

Beban pengolahan

411,561,204 649,246,540,422

124,882,436,582

1,577.52

303.44

Beban produksi excluding penyusutan

Beban penyusutan

774,128,977,004

67,822,632,701

1,880.96

164.79

Beban produksi including penyusutan kebun sendiri

Beban pembelian produksi PIR

Beban pengolahan PIR

25,223,429 25,223,429 841,951,609,705 127,179,674,928 7,271,284,525 2,045.75 5,042.12 288.28

Beban produksi PIR

Beban pembelian produksi rakyat

Beban pengolahan rakyat

120,703,206 120,703,206 134,450,959,453 608,211,476,754 38,766,394,765 5,330.40 5,038.27 321.17

Beban Produksi Rakyat 646,977,871,519 5,360.07

Jumlah Beban Produksi Kebun 557,487,839 1,623,380,440,677 2,911.96

Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero), 2007

Tabel 4.4

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)


(62)

URAIAN

ANGGARAN 2008

Kg Biaya (Rp)

Harga Pokok Rata-Rata

(Rp)

Beban gaji tunjangan staf

Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan

Beban pemupukan

Beban panen

Beban pengangkutan ke pabrik

Beban umum

428,944,943 21,033,555,000

93,065,089,000 304,555,652,000 184,035,534,000 107,947,808,000 150,937,580,000 49.04 216.96 710.01 429.04 251.66 351.88

Jumlah beban tanaman

Beban pengolahan

428,944,943 861,575,218,000

134,149,105,000

2,008.59

312.74

Beban produksi excluding penyusutan

Beban penyusutan

995,724,323,000

67,975,050,000

2,321.33

159.05

Beban produksi including penyusutan kebun sendiri

Beban pembelian produksi PIR

Beban pengolahan PIR

21,307,780 21,307,780 1.063,699,373,000 117,599,549,000 5,216,955,000 2,479.80 5,519.09 244.84

Beban produksi PIR

Beban pembelian produksi rakyat

Beban pengolahan rakyat

182,940,732 182,940,732 122,816,504,000 1,008,041,993,000 46,415,105,000 5,763.93 5,510.21 253.72

Beban Produksi Rakyat 182,940,732 1,054,457,098,000 5,763.93

Jumlah Beban Produksi Kebun 633,193,455 2,240,972,975,000 3,539.16


(63)

Tabel 4.5

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2008

URAIAN REALISASI 2008 Biaya (Rp) Harga Pokok Rata-Rata (Rp)

Beban gaji tunjangan staf

Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan

Beban pemupukan

Beban panen

Beban pengangkutan ke pabrik

Beban umum

442,432,402 22,717,418,048

102,407,801,113 336,132,218,406 191,542,735,055 121,099,666,540 156,529,002,648 51.35 231.47 759.74 432.93 273.71 353.79

Jumlah beban tanaman

Beban pengolahan

442,432,402 930,428,841,810

156,592,177,393

2,102.99

353.93

Beban produksi excluding penyusutan

Beban penyusutan

1,087,021,019,203

80,393,861,766

2,456.92

181.71

Beban produksi including penyusutan kebun sendiri

Beban pembelian produksi PIR

Beban pengolahan PIR

15,861,958 15,861,958 1,167,414,880,969 94,373,112,038 7,686,853,150 2,638.63 5,949.65 484.61

Beban produksi PIR

Beban pembelian produksi rakyat

Beban pengolahan rakyat

109,178,532 109,178,532 102,059,965,188 659,150,029,317 38,514,546,188 6,434.26 6,037.36 352.77


(64)

Beban Produksi Rakyat 697,664,575,505 6,390.13

Jumlah Beban Produksi Kebun 567,472,892 1,967,139,421,662 3.466.49

Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero), 2008

Tabel 4.6

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2009

URAIAN

ANGGARAN 2009

Kg Biaya (Rp)

Harga Pokok Rata-Rata

(Rp)

Beban gaji tunjangan staf

Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan

Beban pemupukan

Beban panen

Beban pengangkutan ke pabrik

Beban umum

463,605,632 25,913,970,000

119,707,569,000 405,189,373,000 226,436,530,000 139,366,029,000 235,113,403,000 55.90 258.21 874.00 488.42 300.61 507.14

Jumlah beban tanaman

Beban pengolahan

463,605,632 1,151,726,874,000

159,124,106,000

2,484.28

343.23

Beban produksi excluding penyusutan

Beban penyusutan

1,310,850,980,000

91,422,120,000

2,827.52

197.19

Beban produksi including penyusutan kebun sendiri

Beban pembelian produksi pihak ketiga

Beban pengolahan pihak ketiga

150,318,197 150,318,197 1,402,273,100,000 722,895,410,000 59,699,378,000 3,024.71 4,809.10 397,15


(65)

Beban Produksi pihak ketiga 782,594,788,000 5,206.25

Jumlah Beban Produksi Kebun 613,923,829 2,184,867,888,000 3,558.86

Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero), 2009

Tabel 4.7

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2009

URAIAN REALISASI 2009 Biaya (Rp) Harga Pokok Rata-Rata (Rp)

Beban gaji tunjangan staf

Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan

Beban pemupukan

Beban panen

Beban pengangkutan ke pabrik

Beban umum

475,445,665 25,021,724,821

105,164,845,671 411,223,674,474, 216,648,059,351 133,529,350,095 214,613,654,541 52.63 221.19 864.92 455.67 280.85 451.39

Jumlah beban tanaman

Beban pengolahan

475,445,665 1,106,201,308,953

166,939,765,146

2,326.66

351,12

Beban produksi excluding penyusutan

Beban penyusutan

1,273,141,074,099

108,436,081,616

2,677.78


(66)

Beban produksi including penyusutan kebun sendiri

Beban pembelian produksi pihak ketiga

Beban pengolahan pihak ketiga

150,761,086

150,761,086

1,381,577,155,715

790,998,551,418

43,615,778,331

2,905.86

5,246.70

289.30

Beban Produksi pihak ketiga 834,614,329,749 5,536

Jumlah Beban Produksi Kebun 626,206,751 2,216,191,485,464 3,539.07

Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero), 2009

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen

Anggaran biaya produksi memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Anggaran biaya produksi dapat berperan sebagai pedoman kerja perusahaan, rencana kerja perusahaan, alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi, dan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan dalam satu periode.

Anggaran biaya produksi dibuat berdasarkan biaya standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Biaya standar ditetapkan berdasarkan biaya produksi yang terjadi di periode yang lalu dan estimasi kenaikan biaya produksi di periode yang akan datang. Anggaran biaya produksi dibuat sebagai pedoman bagi para manajer kebun atau pihak manajemen perusahaan perkebunan dalam menghasilkan produksi dengan biaya yang tidak melebihi anggaran biaya produksi.


(67)

Anggaran biaya produksi dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen dengan cara mengevaluasi anggaran biaya produksi, yaitu membandingkan realisasi dan anggaran biaya produksi. PT Perkebunan Nusantara III adalah perusahaan yang hasil produksinya tergantung pada keadaan alam dan manajemen sumber daya manusia, apabila keadaan alam tidak baik, misalnya angin dan curah hujan yang tinggi, dapat menyebabkan biaya produksi meningkat karena dibutuhkan biaya tanaman yang besar, seperti biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan. Manajemen sumber daya manusia yang baik sangat diperlukan bagi perusahaan perkebunan, apabila tidak ada atau kurangnya pengawasan dapat menyebabkan realisasi biaya produksi lebih tinggi daripada anggarannya.

Evaluasi anggaran biaya produksi dapat dijadikan alat sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen dalam satu periode, misalnya dengan melihat bagaimanakah antisipasi atau cara manajer dalam menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah atau bagaimanakah cara yang dilakukan manajer kebun dalam mengawasi para pekerja di kebun sehingga biaya produksi yang terjadi dapat dikontrol dan tidak terlalu jauh melebihi anggaran. Selain faktor internal, faktor eksternal seperti inflasi juga dapat mempengaruhi biaya produksi, misalnya kenaikan harga pupuk menyebabkan kenaikan biaya produksi. Kinerja manajemen dapat dilihat juga dengan melihat bagaimana pihak manajemen dalam menyusun anggaran biaya produksi. Manajemen yang baik pastinya akan belajar dari kejadian yang lalu dengan membuat anggaran tidak hanya memperhatikan faktor internal, melainkan juga


(68)

memperhatikan faktor eksternal sehingga anggaran dan realisasinya tidak terlalu jauh berbeda. Evaluasi anggaran biaya produksi juga dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam hal perencanaan dan pengendalian biaya produksi sehingga realisasi sesuai atau tidak jauh melebihi anggaran yang disusun. Selain itu, dibutuhkan juga pengawasan dan pengendalian manajemen yang baik sehingga manajemen akan cepat mengambil keputusan atau mencari tindakan dalam mengatasi varians biaya produksi. Pada PT Perkebunan Nusantara III, evaluasi anggaran biaya produksi dilakukan dengan cara membandingkan realisasi biaya produksi dengan anggarannya, varians anggaran biaya produksi bersifat material atau signifikan apabila melebihi batasan yang ditetapkan oleh PTPN III, yaitu 5%.

Evaluasi anggaran biaya produksi dilakukan oleh bagian anggaran pada PT Perkebunan Nusantara III sebulan sekali dengan mengadakan rapat internal dengan dewan direksi dan menerbitkan laporan manajemen per triwulan. Setelah itu, dewan direksi akan mengadakan rapat dengan komisaris untuk menetapkan tindakan lanjutan atas evaluasi anggaran biaya produksi, kemudian per semester melakukan pertemuan dengan pemegang saham. Pada rapat dengan pemegang saham akan dilakukan pembahasan mengenai evaluasi tindakan lanjutan.tindakan lanjutan dilakukan untuk mengatasi pentimpangan yang terjadi. PT Perkebunan Nusantara III memberikan bonus atau kenaikan golongan apabila pihak manajemen bekerja dengan baik dalam menghasilkan produksi sesuai dengan yang ditetapkan dan realisasi anggaran biaya produksi tidak terlalu tinggi atau meningkat dibandingkan dengan


(1)

menguntungkan karena realisasi biaya pembelian lebih besar daripada anggarannya. Hal ini disebabkan oleh:

 Perbedaan Kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya-kuantitas standar) x harga standar = (150,761,086 – 150,381,197) x 4,809.1*

= 2,129,897,490 (unfavorable variance)  Perbedaan Harga

= (harga sesungguhnya-harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (5,246.7** – 4,809.1) x 150,761,086

= 65,973,051,230 (unfavorable variance)

Berdasarkan evaluasi anggaran biaya pembelian, pada tahun 2008, realisasi biaya produksi lebih kecil dari anggarannya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja manajemen dalam hal melakukan pembelian kelapa sawit, sedangkan pada tahun 2009, terdapat unfavorable variance yang menunjukkan adanya peningkatan dalam pembelian kelapa sawit.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan secara teoritis dan hasil riset pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, serta analisa dan evaluasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan, maka pada Bab V ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran yang dapat dilakukan dan mungkin bermanfaat bagi perusahaan.

A. Kesimpulan

1. Evaluasi anggaran biaya produksi pada PTPN III dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen dengan cara membandingkan realisasi dan anggaran biaya produksi setiap tahunnya. dari evaluasi anggaran biaya produksi tersebut, dapat diketahui kinerja manajemen pada PTPN III dalam satu periode apakah baik atau buruk. 2. Biaya produksi pada PTPN III tergantung pada faktor internal dan

eksternal. Faktor internal terdiri dari keadaan atau kondisi alam dan manajemen sumber daya manusia. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan, misalnya inflasi, yang menyebabkan kenaikan harga pupuk dan peralatan, keadaan ekonomi dalam negeri, serta harga komoditi.

3. Berdasarkan evaluasi anggaran biaya produksi pada PTPN III tahun 2007, 2008, dan 2009 terdapat peningkatan kinerja manajemen dalam menyusun anggaran biaya produksi serta dalam hal merencanakan dan


(3)

mengendalikan biaya produksi. Evaluasi anggaran biaya produksi yang terdiri dari:

a. biaya tanaman, tidak terdapat penyimpangan pada tahun 2009, sedangkan tahun 2007 dan 2008 terdapat penyimpangan biaya tanaman yang tidak menguntungkan masing-masing 3.29% dan 7.99%.

b. biaya pengolahan, pada tahun 2009 penyimpangan yang terjadi adalah favorable variance yang menunjukkan bahwa kinerja manajemen dalam mengendalikan biaya pengolahan lebih baik dibandingkan tahun 2007 dan 2008, dimana terdapat penyimpangan yang tidak menguntungkan masing-masing sebesar 8.45% dan 9.16%.

c. biaya penyusutan, pada tahun 2009 terdapat penyimpangan yang tidak menguntungkan sebesar 18.61%, tetapi varians tersebut lebih baik dibandingkan varians biaya penyusutan tahun 2007 dan 2008 yang masing-masing sebesar 38.94% dan 18.27%

d. biaya pembelian, pada tahun 2009 terdapat penyimpangan yang tidak menguntungkan sebesar 9.42%, lebih baik dibandingkan tahun 2007 dimana terdapat unfavorable variance biaya pembelian sebesar 24.7%.

B. Saran

1. Manajemen PTPN III dalam menyusun anggaran biaya produksi jangan hanya melihat dari realisasi dan penyimpangan tahun sebelumnya, tetapi


(4)

juga harus memperkirakan kejadian atau hal-hal yang tidak terduga dimasa yang akan datang, baik itu inflasi atau kondisi alam yang buruk. Selain itu, dibutuhkan juga pengawasan dan pengendalian biaya produksi sehingga penyimpangan biaya produksi tidak atau sama sekali tidak melebihi batasan penyimpangan yang dianggap signifikan oleh PTPN III, yaitu 5%.

2. Pihak manajemen PTPN III harus lebih tanggap dalam mengatasi penyimpangan yang ada karena anggaran biaya produksi merupakan pedoman dan rencana kerja pada PTPN III, apabila terjadi penyimpangan setiap tahunnya tanpa adanya perbaikan, dapat dilihat bahwa kinerja manajemen PTPN III kurang baik dan tidak mampu mengimplementasikan pedoman dan rencana kerja dengan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus, 2002. Anggaran Perusahaan: Pendekatan Kuantitatif, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Alexander, 2000. Penerapan Anggaran Untuk Mengukur Prestasi Manajer Pemasaran Pada PT Tjipta Rimba Djaja, Skripsi Akuntansi Medan.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Budgeting Penganggaran: Perencanaan Lengkap Untuk Membantu Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Kedua, PT Indah Karya (Persero) Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Haruman, Tendi dan Sri Rahayu, 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Listana, Merda, 2007. Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia-Medan, Skripsi Akuntansi, Medan.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Nafarin, M, 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

Nafarin, M, 2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

P, Dr.Darsono dan Ari Purwanti, 2008. Penganggaran Perusahaan: Teknik Mengetahui Dan Memahami Penyajian Anggarana Perusahaan Sebagai Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian Aktivitas Bisnis, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media. Jakarta.

Rudianto, 2009. Penganggaran:Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran, Erlangga. Jakarta.

Safitri, Melda, 2009. Analisis Anggaran Biaya Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada Pdam Tirtanadi Cabang Padang Bulan, Skripsi Manajemen Medan.

Shim, Joe K. Dan Joel G. Siegol, 2001. Budgeting ”Pedoman Lengkap Langkah-langkah Penganggaran, Erlangga, Jakarta.

S.P, Fortuna Panca, 2007. Analisis Penggunaan Anggaran Biaya Produksi Dalam Mengevaluasi Kinerja Bagian Produksi Pada PT. Tolan Tiga Indonesia- Kerasaan Estate. Skripsi Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Widjaja, Amin, 1995. Dasar-dasar Budgeting, Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta.