Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan Pegendalian Biaya Produksi Pada PT.Perkebunan Nusantara III (PERSERO)

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Oleh :

NAMA : SRI LESTARI NINGSIH SIGIRO

NIM : 030503113

DEPARTEMEN : AKUNTANSI S-1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 23 Desember 2007 Yang Membuat Pernyataan

Sri Lestari Ningsih Sigiro NIM : 030503113


(3)

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa di Surga atas rancangan-Nya yang selaalu indah dalam hidupku. Juga dalam proses pengerjaan skripsi ini, Dia yang telah memberi kesehatan, akal dan pikiran, membimbing dan memampukan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini penuh dengan

kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang telah membaca skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan, dukungan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M. Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripis ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak dan Bapak Keulana Erwin, SE, Ak selaku


(4)

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan didikan selama saya menjadi mahasiswa dan juga seluruh staf pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Semua pihak di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan selama saya melakukan penelitian, khususnya untuk staf bagian keuangan serta staf bagian administrasi dan umum.

7. Kedua orang tua saya yaitu (Alm) E. M. Sigiro dan terkhusus untuk ibu tercinta E. Damanik, yang telah berjuang keras dan rela melupakan dirinya demi memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Juga untuk keluarga besar Sigiro dan keluarga besar Damanik.

8. Buat kakakku Nurlely Sigiro, SS dan abangku Polman Freshman Sigiro, Amd yang jauh diperantauan. Terima kasih ya kak, abang, buat perhatiannya dan doa yang selalu melingkupiku.

9. Buat saudari-saaudariku di 4 Ka plus eL (K’Ji, Sarie, Teeny, Udunk) yang selama 4 tahun terus mensupportku dan mengisi hari-hariku dengan persahabatan yang indah. Terkhusus buat Sarie yang mengajariku banyak hal melalui cerita dan pengalaman hidupnya. I miss our togetherness sist…… 10.Buat adik-adik kelompokku di 5 LoG 5 (Ci, Etos, Kee, Pudan) yang selalu

memberiku semangat lewat senyum manis dan canda tawa mereka. Juga buat adik-adik stambuk ‘05 lainnya (Maya, Sonya, Aldo. Igun)


(5)

11.Buat semua teman-teman di Fakultas Ekonomi stambuk 2003, khususnya buat anak-anak Ak-S1 seperti Ome, Debbie, Eva, Lidia, Merda, Melda, Vera, dan terkhusus buat sahabatku Ika yang selalu mensupportku dalam doa, menguatkan dan menyemangatiku lewat cerita yang kami bagi bersama (akhirnya kita sampai di ujung jalan itu friend……). Juga buat teman-teman Ak-S1 lainnya, semoga persahabatan kita terjalin selamanya dan sukses beserta kita.

12.Buat setiap pribadi yang telah memberi warna dalam hidupku. Mereka yang ambil bagian daalm proses pembelajaran hidupku dan menjadi berkat bagiku.

Doa dan harapan penulis, kiranya skripsi ini bukan sekedar menjadi akhir dari sebuah proses pendidikan, tapi justru menjadi awal untuk sebuah masa depan yang gemilang. Terima kasih. Tuhan memberkati.

Medan, 23 Desember 2007 Yang Membuat Pernyataan

Sri Lestari Ningsih Sigiro NIM : 030503113


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan anggaran biaya produksi sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Dalam skripsi ini penulis akan membandingkan antara anggaran yang telah disusun perusahaan dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi serta melakukan analisa varians terhadap penyimpangan yang terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan anggaran haruslah juga disertai dengan analisa varians yang lebih dalam untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan yang ada sehingga kedepannnya dapat diambil langkah yang diperlukan untuk dapat meminimalkan varian yang tidak menguntungkan. Dengan demikian fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dapat lebih efektif dan efisien.

Kata Kunci (Key Word) : Anggaran biaya produksi, alat perencanaan, pengendalian, biaya produksi


(7)

ABSTRACT

This research was performed to find out how the use of production cost budget as a planning and controlling device of cost production on PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). This research is expected could be an input on company’s management about the budget role as a planning and controlling device .

In this thesis, the writer will compare between company’s budget and production cost that has been realized and also analyze variances to tendency which occurred.

The result of research shows that the use of budget is must be followed with deeper variances analyzing in order to find out the cause of tendency. In the future we can take the step that needed to minimize unfavorable variance. So, the function of budget as a planning and controlling device is become effective and efficient.

Key Words : Production cost budget, planning device, controlling, production cost.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Kerangka Konseptual ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran 1.Pengertian Anggaran dan Konsep Anggaran... 8

2.Fungsi dan Klasifikasi Anggaran ... 13

B. Anggaran Biaya Produksi 1.Unsur-Unsur Biaya Produksi ... 16


(9)

C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

1.Proses Penyusunan Anggaran ... 18

2.Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ... 25

D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Jenis Data ... 51

C. Teknik Pengumpulan Data ... 51

D. Metode Analisa Data ... 52

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1.Gambaran Umum Perusahaan ... 53

2.Struktur Organisasi Perusahaan ... 58

3.Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi tahun 2006 ... 63

B. Analisis Hasil Penelitian 1.Penyusunan Anggaran Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 65


(10)

2. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan

dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perusahaan Bimasakti : Anggaran Penjualan ... 28 Tabel 2.2 Perusahaan Bimasakti : Anggaran Produksi ... 31

Tabel 2.3 Perusahaan MITRA GARMENT : Anggaran Kebutuhan

Bahan Mentah ... 34

Tabel 2.4 PT. MITRA GARMENT : Anggaran Pembelian Bahan

Mentah “Kulit” ... 35

Tabel 2.5 PT. MITRA GARMENT : Anggaran Persediaan Bahan

Mentah “Kulit Super” ... 36

Tabel 2.6 PT. MITRA GARMENT : Anggaran Biaya Bahan

Mentah Yang Habis Dipakai ... 37 Tabel 2.7 Perusahaan Abadi Karya : Anggaran Biaya Tenaga

Kerja Langsung ... 38 Tabel 2.8 Perusahaan Bimasakti : Anggaran Biaya Overhead

Pabrik ... 39 Tabel 2.9 Laporan Pertanggungjawaban masing-masing level di

Perusahaan Manufaktur ... 50 Tabel 4.1 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Jumlah


(12)

Tabel 4.2 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Laporan

Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit tahun 2006 ... 63 Tabel 4.3 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Laporan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Penyusun Anggaran ... 21 Gambar 2.2 Urutan Penyusunan Anggaran ... 26 Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Penjualan, Tingkat Produksi


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Struktur Organisasi

Lampiran 2 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : BEBAN PRODUKSI


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia memperlihatkan betapa ramainya dunia usaha atau dunia bisnis di Indonesia. Persaingan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain menjadi semakin ketat dan penuh resiko. Keadaan persaingan antar perusahaan itu belum lagi ditambah dengan faktor-faktor lain seperti inflasi, peningkatan beban pajak, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan deregulasi-deregulasi baru dari pemerintah dan lain sebagainya. Hal-hal ini tentu menjadi pertimbangan perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya karena faktor-faktor tersebut ikut menentukan keberhasilan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya.

Perusahaan-perusahaan tersebut kini saling bersaing dalam memperebutkan pasar dengan mengandalkan keunggulan-keunggulan usaha mereka masing-masing. Perusahaan yang tidak memiliki keunggulan biasanya akan kalah bersaing dan berakhir pada kebangkrutan. Keunggulan usaha ini dapat berupa harga produk yang lebih rendah, inovasi produk/jasa baru, dan lain sebagainya. Dalam mengandalkan harga jual produk yang lebih rendah berarti perusahaan harus dapat menciptakan harga pokok produksi yang rendah untuk produk tersebut. Namun untuk menciptakan harga pokok produksi yang lebih rendah ini tidak dapat dilakukan dengan mengurangi kualitas dari barang tersebut. Perusahaan yang dapat menjual produk dengan kualitas yang baik namun dengan harga pokok produksi yang rendah mempunyai kemungkinan yang lebih besar


(16)

untuk dapat bertahan dalam lingkungan persaingan di Indonesia, bahkan perusahaan itu juga memiliki kemungkinan untuk dapat mengalahkan pesaingnya dan berkembang besar.

Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengelola perusahaan sebaik-baiknya khususnya untuk bagian produksi agar proses produksinya tetap dapat berjalan berkesinambungan, efisien, efektif, dan wajar serta tetap menjaga kualitas dari produk tersebut.

Untuk dapat mengelola perusahaannya dengan baik maka perusahaan perlu membuat pengendalian atas operasi untuk kegiatan yang dilakukannya. Dengan menggunakan perhitungan maka dibuatlah suatu anggaran atas target dan sumber daya yang diperlukan dimasa yang mendatang. Anggaran memiliki peranan sebagai alat perencanaan dan pengendalian serta evaluasi, karena anggaran disusun dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu, keadaan yang sedang terjadi sekarang ini dan peramalan yang akan datang yang dapat berorientasi jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu anggaran juga berperan sebagai alat peringatan dini akan adanya in-efisiensi dan in-efektivitas, dimana fungsi ini sangat besar nilainya bagi perusahaan.

Pada perusahaan manufaktur biaya produksi merupakan komponen biaya terbesar. Oleh sebab itu, pengendalian yang maksimal atas biaya produksi melalui suatu anggaran merupakan pondasi penting bagi pengendalian biaya di suatu perusahaan karena kegiatan operasional perusahaan tidak pernah terlepas dari masalah penyusunan anggaran yang telah dibuat dan disepakati oleh manajer perusahaan. Hal yang seringkali timbul dimana suatu perusahaan yang baik juga


(17)

memiliki anggaran yang baik pula. Perusahaan yang ada seringkali membuat anggaran yang cukup besar dan dalam menentukan biaya per mata anggaran terlalu besar atau kecil. Hal ini menimbulkan suatu asumsi dimana jika anggaran yang dibuat dan dalam relisasinya masih terdapat banyak sisa maka seringkali tanggapan yang timbul adalah perusahaan itu tidak memaksimalkan anggaran yang telah disediakan. Berbeda jika ternyata dalam realisasinya anggaran yang dibuat tidak mencukupi maka asumsi yang timbul adalah kinerja perusahaan tidak efisien dan efektif. Atau bahkan yang terjadi adalah penentuan anggaran sengaja diperbesar dan pada relisasinya dibuat biasa-biasa saja dan menghasilkan jumlah yang kurang dari jumlah anggaran yang telah dianggarkan lalu manajer mengatakan bahwa telah terjadi efisiensi dan efektivitas dalam operasional perusahaan. Sedangkan yang sebenarnya terjadi adalah penyusunan anggaran yang terlalu berlebihan dan tidak memiliki dasar yang tepat. Hal-hal seperti ini yang perlu dianalisis lebih jauh karena sangat berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan pengendalian yang penting bagi sebuah perusahaan.

Jika antara anggaran yang disusun dengan realisasinya terdapat penyimpangan yang material, maka penyimpangan atau yang disebut varians tersebut perlu dianalisis lebih jauh. Apakah penyimpangan tersebut disebabkan oleh realisasi yang lebih kecil dari anggaran atau yang disebut penyimpangan menguntungkan (favorable variance), atau penyimpangan tersebut diakibatkan karena realisasi lebih besar dari anggaran, yang disebut penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance). Dan lebih dalam lagi, perlu dianalisis apa yang menyebabkan penyimpangan tersebut terjadi sehingga dapat diketahui


(18)

bagaimana cara untuk mengantisipasinya di masa yang akan datang dan bagaimana kaitannya dengan fungsi perencanan dan pengendalian.

PT. Perkebunan Nusantara III, disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang hasil produksinya sudah dikenal di pasar lokal dan internasional, maka penggunaan anggaran dalam perusahaan sangat penting untuk dianalisis untuk mengetahui apakah fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi sudah baik.

Dari data tahun 2005, penyimpangan antara anggaran dan realisasi biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah sebagai berikut :

Anggaran Rp 899.358.772.000

Realisasi Rp 1.030.383.573.180 _

Selisih Rp 131.024.801.180 , atau 14,57%

Selisih sebesar Rp 131.024.801.180 merupakan unfavorable variance karena realisasi lebih besar dari pada anggaran. Unfavorable variance ini menandakan ada kenaikan biaya dan juga adanya ketidakefisienan berkaitan dengan biaya.

Tidak maksimalnya peranan anggaran dalam makanisme pengendalian atas proses produksi serta evaluasi kinerja bulanan memiliki andil terjadinya


(19)

unfavorable variance. Hal ini disebabkan karakteristik perusahaan PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) yang merupakan perusahaan perkebunan dimana proses produksinya sangat bergantung pada alam sehingga peranan anggaran dalam perencanaan produksi dan evaluasinya cenderung sulit untuk diterapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik membahasnya lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul “Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai

Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah

Batasan Masalah.

Pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Anggaran yang akan dianalisis hanya anggaran biaya produksi untuk tanaman kelapa sawit.

2. Data anggaran yang digunakan adalah data anggaran biaya produksi tahun 2006.

Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah : “Bagaimanakah penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)?”


(20)

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan sangat diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai anggaran.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti bidang yang sama.


(21)

D. Kerangka Konseptual

Anggaran Realisasi

Varians

Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi

Biaya Produksi

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran

1. Pengertian dan Konsep Anggaran

Semakin berkembang dan majunya suatu perusahaan maka akan semakin kompleks aktivitas yang dijalankan. Aktivitas pada masing-masing bagian harus direncanakan secara cermat. Salah satu bentuk rencana tersebut disusun dalam anggaran perusahaan pada periode yang akan datang. Rencana kegiatan tersebut menyangkut rencana kegiatan produksi, pemasaran, personalia dan kegiatan lain yang semuanya saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga perlu dan sangat penting untuk memiliki sebuah rencana yang terpadu dalam suatu anggaran.

Untuk lebih memahami pengertian anggaran maka akan dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang pengertian anggaran yaitu sebagai berikut :

• Menurut Garrison/Noreen (2000:402) “ anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu”

• Menurut Mulyadi (2001:488) “ anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun“

• Menurut Munandar (2001:3) “ anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan


(23)

dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang “

Dari pengertian-pengertian diatas, jelas bahwa suatu anggaran mempunyai empat unsur, yaitu :

1. Rencana, ialah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Anggaran juga merupakan suatu rencana karena anggaran merupakan penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.

3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit atau kesatuan yang dapat

diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam.

4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa anggaran berlakunya untuk masa yang akan datang.

Tujuan penyusunan anggaran adalah :

1. Menyatakan harapan perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.

2. Mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait

sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.

3. Menyediakan rencana secara terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.


(24)

4. Mengkoordinasikan cara yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.

5. Menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya tindakan koreksi.

Manfaat penyusunan anggaran sebagai berikut : 1. Perencanaan Terpadu

Anggaran perusahaan digunakan sebagai alat merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian.

2. Pedoman Pelaksanaan Perusahaan

Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan melakukan penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik.


(25)

Penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan. Oleh karenanya sistem anggaran memungkinkan para manajer divisi untuk melihat hubungan antar bagian atau divisi secara keseluruhan.

4. Alat Pengawasan Kerja

Anggaran mempunyai serangkaian standar prestasi yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam menentukan standar diperlukan pemahaman yang realistis dan analisis yang seksama terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penentuan standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan dapat menimbulkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Hal ini mengingat standar dalam anggaran yang ditetapkan secara sembarangan tersebut mungkin merupakan target yang mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi atau terlalu rendah. Standar yang ditetapkan terlalu tinggi akan menimbulkan frustasi atau ketidakpuasan. Sebaliknya penetapan standar yang terlalu rendah akan menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan, menurunkan laba dan semangat kerja.

5. Alat Evaluasi Perusahaan

Anggaran yang disusun baik menerapkan standar yang relevan, memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang ditempuh agar pekerjaan diselesaikan


(26)

dengan baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap paling menguntungkan. Penyimpangan yang mungkin terjadi dalam operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.

Anggaran di samping mempunyai banyak manfaat, namun anggaran juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain :

1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga

mengandung unsur ketidakpastian.

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat.

3. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan menggerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak akan efektif.

Anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan manajemen, khususnya yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian), dan pengawasan. Untuk lebih memahami perbandingan kegunaan anggaran dengan fungsi manajemen, penulis akan mengemukakan pendapat dari M. Munandar (2000:13) tentang fungsi manajemen:

1. Menyusun rencana untuk dijadikan pedoman kerja (planning)

2. Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada para personil (karyawan) perusahaan (organizing)

3. Membimbing, memberi petunjuk dan mengarahkan 4. Menciptakan koordinasi dan kerjasama yang serasi 5. Mengadakan pengawasan terhadap kerja para karyawan.


(27)

2. Fungsi dan Klasifikasi Anggaran

a. Fungsi Anggaran

Menurut Nafarin (2004:20), anggaran memiliki tiga fungsi yaitu : 1. Fungsi Perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.

2. Fungsi Pelaksanaan

Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan, seperti : bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi dan bagian keuangan.

3. Fungsi Pengawasan

Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :

• memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran)

• melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila

terdapat penyimpangan yang merugikan) b. Klasifikasi Anggaran

Sebagai alat bantu manajemen, anggaran perusahaan akan dapat

mempunyai lingkup yang luas. Seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan akan terkait dengan anggaran perusahaan. Oleh karena hal tersebut maka

anggaran perusahaan akan terdiri dari berbagai macam anggaran yang mempunyai kegunaan sendiri-sendiri.

1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (akivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas atau kegiatan yang berbeda. Misalnya : anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1000 unit. Anggaran Variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel.


(28)

b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya : penjualan direncanakan 1000 unit, dengan demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1000 unit. Anggaran Tetap disebut juga dengan anggaran statis.

4. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran Periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.

b. Anggaran Kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan

perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya: tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran Jangka Pendek (Anggaran Taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.

b. Anggaran Jangka Panjang (Anggaran Strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal. Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.

4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (Master


(29)

Budget). Anggaran induk yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan

perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulan dan anggaran triwulan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.

a. Anggaran Operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan rugi laba. Anggaran Operasional antara lain terdiri dari :

• Anggaran Penjualan

• Anggaran Biaya Pabrik ;

- Anggaran Biaya Bahan Baku

- Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung - Anggaran Biaya Overhead Pabrik

• Anggaran Beban Usaha

• Anggaran Laporan Rugi Laba

b. Anggaran Keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan antara lain terdiri dari :

• Anggaran Kas

• Anggaran Piutang

• Anggaran Persediaan

• Anggaran Utang

• Anggaran Neraca

5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran Komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran Komprehensif merupakan


(30)

perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.

b. Anggaran Partial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. Misalnya karena keterbatasan kemampuan, maka hanya dapat menyusun anggaran operaional. 6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari :

a. Appropriation Budget, adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan

tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Misalnya : anggaran untuk penelitian dan pengembangan.

b. Performance Budget, adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi

aktivitas yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.

B. Anggaran Biaya Produksi 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Menurut Hansen & Mowen (2000:38) “biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi”

Biaya dalam hubungannnya dengan produksi disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengelolaan atau pengubahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual atau dikonsumsi.

Biaya produksi menurut Carter dan Usry (2004:42) “ biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefenisikan sebagai


(31)

jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik “

• Biaya bahan baku atau disebut juga biaya bahan mentah adalah biaya yang terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di dalam proses produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.

• Biaya tenaga kerja langsung ialah upah yang dibayarkan perusahaan kepada para tenaga keja yang secara langsung memproses bahan baku, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.

• Biaya overhead pabrik ialah semua biaya yang terdapat serta terjadi di dalam lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan proses produksi.

2. Pengertian Anggaran Biaya Produksi

Dengan memahami ketiga unsur biaya produksi, maka akan lebih mudah untuk memahami pengertian anggaran biaya produksi. Hal ini disebabkan karena unsur biaya produksi sejalan dengan unsur anggaran biaya produksi. Anggaran biaya produksi meliputi :

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah

2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa anggaran biaya produksi adalah anggaran atas biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi atau menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa.


(32)

C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi 1. Proses Penyusunan Anggaran

Proses penyusunan anggaran atau disebut Budgeting menurut Nafarin (2004:12) adalah “proses penyusunan anggaran yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memperoleh laba”. Penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian dari program. Penyusunan anggaran memerlukan kerjasama para manajer dari berbagai jenjang organisasi.

Dalam organisasi penyusunan anggaran, terdapat tiga pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran : komite anggaran, departemen anggaran, dan para manajer pusat pertanggungjawaban. Penyusunan rancangan anggaran perusahaan dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh dua unit organisasi : komite anggaran dan departemen anggaran.

Komite Anggaran

Dalam penyusunan anggaran diperlukan suatu unit organisasi ad hoc yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk atau Master Budget. Unit organisasi ini disebut dengan komite anggaran. Unit organisasi ini hanya dibentuk pada saat proses penyusunan anggaran saja. Jika proses penyusunan anggaran perusahaan telah selesai, komite anggaran menjadi tidak berfungsi dan fungsi pengendalian pelaksanaan anggaran diserahkan kepada unit organisasi perusahaan.


(33)

Komite anggaran terdiri dari :

(1) Direktur utama, sebagai ketua merangkap anggota komite. (2) Direktur pemasaran, sebagai anggota.

(3) Direktur produksi, sebagai anggota.

(4) Direktur keuangan dan administrasi, sebagai anggota. (5) Manajer departemen keuangan, sebagai sekretaris komite. Tugas komite anggaran adalah :

(1) Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun anggaran.

(2) Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut kepada para manajer pusat pertanggungjawaban.

(3) Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat

pertanggungjawaban.

(4) Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban

mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan.

(5) Mengajukan rancangan anggaran perusahaan secara keseluruhan kepada dewan komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(6) Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS. (7) Melakukan negosiasi dengan para manajer di pusat pertanggungjawaban mengenai anggaran yang telah disahkan oleh RUPS.

(8) Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan rapat umum pemegang saham.


(34)

Departemen Anggaran

Penyusunan dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran dan rincian fungsinya adalah sebagai berikut :

(1) Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan.

(2) Mengkoordinasi dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar penyusunan rancangan anggaran perusahaan.

(3) Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun

rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban.

(4) Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan anggaran induk

(5) Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada

komite anggaran.

(6) Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi.

(7) Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran


(35)

Pengusulan Pengesahan

Review dan Persetujun

Top down Bottom up approach Approach Mengajukan usulan Penetapan rancangan anggaran

kebijaksanaan Negosiasi usulan rancangan pokok perusahaan anggaran

Kompilasi &

Analisis

Penyusun Anggaran Departemen

Anggaran

Para Kepala Divisi dan Departemen Komite Anggaran Dewan Komisaris

Rapat Umum Pemegang Saham

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Penyusun Anggaran


(36)

Proses penyusunan anggaran induk perusahaan dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut ini :

1. Komite anggaran menyusun pedoman anggaran (budget guideline) yang berisi kebijakan pokok perusahaan dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan umum. Kebijakan pokok ini dikomunikasikan kepada manajer departemen sebagai dasar untuk mengajukan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban.

2. Penyusunan rancangan anggaran penjualan oleh departemen pemasaran,

berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan prakiraan penjualan jangka pendek.

3. Penyusunan rancangan anggaran biaya per pusat pertanggungjawaban

berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan rancangan anggaran penjualan oleh para manajer pusat pertanggungjawaban. Pusat-pusat pertanggungjawaban dibagi menjadi tiga kelompok :

a. Pusat pertanggungjawaban produksi yang terdiri dari departemen-departemen dibawah fungsi produksi. Misalnya departemen-departemen produksi dan departemen pembantu produksi.

b. Pusat pertanggungjawaban pemasaran yang terdiri dari departemen-departemen di bawah fungsi pemasaran. Misalnya departemen-departemen penjualan, departemen promosi, departemen layanan purna jual, departemen transportasi pemasaran.

c. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum yang terdiri dari departemen-departemen dibawah fungsi keuangan, akuntansi, dan umum.


(37)

Seperti departemen keuangan, departemen akuntansi, departemen sumber daya manusia, departemen keamanan, departemen hubungan masyarakat, departemen audit intern.

Pusat pertanggungjawaban produksi akan menghasilkan rancangan anggaran biaya produksi yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi produksi. Pusat pertanggungjawaban pemasaran akan menghasilkan rancangan anggaran biaya pemasaran yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi pemasaran. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum akan menghasilkan rancangan anggaran biaya administrasi dan umum yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi administrasi dan umum.

4. Penyusunan rancangan anggaran sediaan produk jadi oleh departemen

produksi.

5. Penyusunan rancangan anggaran biaya penjualan oleh departemen anggaran berdasarkan rancangan anggaran biaya produksi, rancangan anggaran persediaan produk jadi, dan rancangan anggaran penjualan.

6. Penyusunan rancangan laporan laba rugi proyeksian berdasarkan rancangan anggaran penjualan, rancangan anggaran biaya penjualan, dan rancangan anggaran biaya pemasaran, rancangan anggaran biaya administrasi dan umum. 7. Penyusunan rancangan anggara modal berdasarkan prakiraan penjualan jangka


(38)

8. Penyusunan rancangan anggaran kas berdasarkan rancangan anggaran penjualan, rancangan biaya per pusat pertanggungjawaban, dan rancangan anggaran modal.

9. Penyusunan rancangan neraca yang diproyeksikan berdasarkan rancangan anggaran kas dan berbagai asumsi yang lain.

10.Penyusunan rancangan anggaran modal kerja.

11.Penelaahan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite anggaran.

12.Negosiasi rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite anggaran.

13.Persetujuan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite anggaran.

14.Penyesuaian rancangan anggaran induk oleh departemen anggaran sebagai akibat dari hasil proses negosiasi antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite anggaran.

15.Pengajuan rancangan anggaran induk oleh komite anggaran kepada Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

16.Penelaahan rancangan anggaran induk oleh Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

17.Pengesahan rancangan anggaran induk menjadi anggaran induk perusahaan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


(39)

2. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

Dalam menyusun anggaran perusahaan dapat melakukannnya dengan dua cara yakni, secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan

(comprehensive). Karena itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive Budget atau Anggaran Komprehensif menurut Adisaputro dan Asri (2003:55)

yakni “ penyusunan rencana perusahaan (business budget) secara keseluruhan “ Anggaran komprehensif secara umum terdiri dari anggaran operasi dan anggaran keuangan. Anggaran operasional terdiri dari anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya produksi dan anggaran laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari anggaran neraca, anggaran kas, anggaran piutang, anggaran hutang dan anggaran modal.

Penyusunan anggaran biaya produksi biasanya dimulai dengan anggaran penjualan. Hal ini menjadi dasar perencanaan berkala dalam perusahaan, karena praktis semua perencanaan lainnya disusun berdasarkan anggaran ini, kemudian penyusunan anggaran selanjutnya adalah anggaran produksi karena rencana penjualan yang telah disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang yang telah dianggarkan. Setelah penyusunan angaran produksi, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi yang bertitik tolak dari anggaran penjualan dan anggaran produksi.

Secara umum penyusunan anggaran mulai dari anggaran penjualan sampai ke anggaran biaya produksi dapat digambarkan sebagai berikut :


(40)

Gambar 2.2

Urutan penyusunan anggaran

Sumber : Ahyari, (2002:22) Dasar

penjualan pada tahun-tahun yang lalu dan data lain yang relevan untuk

penjualan

Peramalan penjualan produk/jasa

perusahaan

Budget penjualan

produk perusahaan

Budget produksi

Budget bahan baku Budget tenaga kerja

Budget h d Budget biaya administrasi dan umum

Proyeksi laporan rugi-laba perusaha

an

Neraca perusahaan tahun terakhir

Proyeksi Neraca


(41)

Anggaran Penjualan

Menurut Adisaputro dan Anggarini, (2007:66) “Anggaran penjualan menggambarkan tingkat pendapatan (revenue) yang bakal diterima sebagai akibat dilakukannnya penjualan-penjualan di masa yang akan datang”.

Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyusunan anggaran-anggaran lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran-anggaran-anggaran lainnnya disusun dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan.

Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi : 1. Penentuan dasar-dasar anggaran

a. Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai

2. Penyusunan rencana penjualan a. Analisa ekonomi

b. Melakukan analisa industri

c. Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu

d. Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang e. Menyusun forecast penjualan

f. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (budgeted sales) g. Menghitung rugi atau laba yang mungkin diperoleh (budgeted profit) h. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak


(42)

Contoh :

Tabel 2.1

Perusahaan Bima Sakti Anggaran Penjualan

TOTAL WILAYAH

PEMASARAN I

WILAYAH PEMASARAN II PRODUK

Unit Jumlah Rp Unit @ Jumlah Unit @ Jumlah Rp

BMS-001 7000 7,600,000 1000

1,000

1,000,000 6000 1,100

6,600,000 BMA-101 6000 7,600,000 2000

1,200

2,400,000 4000 1,300

5,200,000 BMA-050 4000 5,900,000 3000

1,500

4,500,000 1000 1,400

1,400,000 BMI-330 5000 8,900,000 2000

1,900

3,800,000 3000 1,700

5,100,000

BMI-550 7000 14,400,000 4000

2,100

8,400,000 3000 2,000

6,000,000

Jumlah 44,400,000

20,100,000 24,300,000


(43)

Anggaran Produksi

Setelah anggaran penjualan selesai disusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran produksi. Anggaran produksi dalam arti yang luas berupa penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas penunjang dari rencana penjualan.

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:181) anggaran produksi dalam arti sempit juga disebut Anggaran Jumlah yang Harus Diproduksi yakni “suatu perencanaan tingkat atau volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan”.

Anggaran produksi merupakan alat untuk merencanakan, mengkoordinir kegiatan-kegiatan produksi dan mengontrol kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuan disusunnya anggaran ini antara lain :

•Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direcanakan

•Menjaga tingkat persediaan yang memadai. Artinya tingkat persediaan yang tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Prinsip manajemen produksi menyatakan bahwa tingkat persediaan yang terlalu besar mengakibatkan meningkatnya biaya-biaya dan resiko-resiko yang menjadi beban perusahaan. Sebaliknya tingkat persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan banyaknya gangguan. Kekurangan persediaan bahan mentah mendatangkan gangguan pada proses produksi, sedangkan kekurangan persediaan barang jadi mengakibatkan


(44)

banyaknya langganan yang kecewa dan hilangnya peluang memperoleh keuntungan.

•Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi barang yang dihasilkan akan seminimal mungkin.

Besar kecilnya anggaran produksi akan tergantung pada : 1. Anggaran Penjualan

Penjualan yang berfluktuasi akan menentukan apakah produksinya juga fluktuasi atau konstan atau moderat.

2. Tingkat Persediaan

a. Persediaan awal, persediaan awal suatu periode merupakan

persediaan akhir pada periode sebelumnya.

b. Persediaan akhir, persediaan ini merupakan prediksi persediaan pada akhir periode yang akan datang.

Besarnya anggaran produksi diperhitungkan sebagai berikut :

Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan) xx

Tingkat persediaan akhir xx +

Jumlah xx

Tingkat persediaan awal xx _


(45)

Contoh :

Tabel 2.2

Perusahaan Bimasakti Anggaran Produksi

No. Produk Penjualan Perubahan Persediaan Produksi

1 BMS-001 7000 1,000 8000

2 BMA-010 6000 -1,000 5000

3 BMA-050 4000 1,000 5000

4 BMI-330 5000 0 5000

5 BMI-550 7000 1,000 8000

Sumber : Ahyari, 2002. hal. 54.

Anggaran produksi merupakan dasar atau basis untuk penyusunan anggaran-anggaran lain seperti anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Sehingga hubungan antara tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan dapat digambarkan seperti berikut :


(46)

Rencana Produksi

±

±

Dasar untuk

Perubahan Persediaan Produk Jadi

Rencana Produksi

Anggaran Tenaga Kerja

Langsung

Anggaran Biaya Overhead Manufaktur Anggaran Bahan

Langsung

Rencana Penjualan

Gambar 2.3

Hubungan tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan

Sumber : Glenn A. Welsch, (2000:180)

Anggaran Biaya Produksi

Setelah anggaran biaya produksi tersusun, langkah berikutnya adalah menyusun anggaran biaya produksi, yang terdiri dari :

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah

2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik


(47)

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah

Menurut Munandar (2001:27 ) anggaran biaya bahan mentah ialah “semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah untuk proses produksi selama periode yang akan datang”.

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:213) “anggaran bahan mentah hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan mentah langsung. Bahan mentah tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik”. Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan mentah adalah :

Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah

Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan

Sabagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan mentah.

Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah dalam proses produksi. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.

Anggaran biaya bahan mentah terdiri dari : 1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah 2. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah 3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah


(48)

Ketiga anggaran tersebut harus dibuat (disusun) berurutan, sebab anggaran yang lebih awal harus disusun, akan dipergunakan untuk menyusun anggaran yang lebih akhir.

1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:215) “anggaran kebutuhan bahan mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah”.

Contoh :

Tabel 2.3

Perusahaan MITRA GARMENT Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

Tahun 200X

Kain Motif Kain Polos

Keterangan

Produksi SUR Kebutuhan Produksi SUR Kebutuhan

Jas

Triwulan 1 120 unit 2 m/u 240 m 120 unit 3 m/u 360 m

Triwulan 2 180 unit 2 m/u 360 m 180 unit 3 m/u 540 m

Triwulan 3 150 unit 2 m/u 300 m 150 unit 3 m/u 450 m

Triwulan 4 150 unit 2 m/u 300 m 150 unit 3 m/u 450 m

Total 600 unit 1200 m 600 unit 1800 m

Kemeja

Triwulan 1 160 unit 1 m/u 160 m 160 unit 2 m/u 360 m

Triwulan 2 270 unit 1 m/u 270 m 270 unit 2 m/u 540 m

Triwulan 3 225 unit 1 m/u 225 m 225 unit 2 m/u 450 m

Triwulan 4 225 unit 1 m/u 225 m 225 unit 2 m/u 450 m

Total 900 unit 900 m 900 unit 1800 m


(49)

2. Anggaran Pembelian Bahan Mentah

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:220) “anggaran pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang”.

Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan mentah.

Contoh :

Tabel 2.4

PT. MITRA GARMENT

Anggaran Pembelian Bahan Mentah "Kulit" Periode 200X

Kebutuhan Persed Kebutuhan Persed Pembelian

Bahan akhir sementara awal Unit Harga Jumlah Periode

Mentah (m) (m) (m) (m) (m) (Rp/m) Rp

Triwulan 1 10000 1500 11500 2000 9500 50,000 475,000,000

Triwulan 2 13000 3000 16000 1500 14500 50,000 725,000,000

Triwulan 3 10000 5000 15000 3000 12000 50,000 600,000,000

Triwulan 4 12000 4000 16000 5000 11000 50,000 550,000,000

Total 45000 58500 47000 2,350,000,000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:188) 3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah

Jumlah bahan mentah yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214) “anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan”.


(50)

Contoh :

Tabel 2.5

PT. MITRA GARMENT

Anggaran Persediaan Bahan Mentah "Kulit Super" Tahun 200X

Bulan Jumlah (m) Harga (Rp/m) Jumlah (Rp/m)

Januari 1500 Rp 60,000 Rp 90,000,000 Februari 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000

Maret 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000

April 1800 Rp 60,000 Rp 108,000,000

Mei 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000

Juni 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000

Juli 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000

Agustus 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 September 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Nopember 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Desember 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Persediaan Akhir 1000 Rp 60,000 Rp 60,000,000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:197)

4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan dalam Produksi Sebagian bahan mentah disimpan sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214) “anggaran ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam satuan uang”


(51)

Contoh :

Tabel 2.6

PT. MITRA GARMENT

Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai Tahun 200X

Kebutuhan Harga Bahan Biaya Bahan Periode

Bahan Mentah (m) Mentah/unit (Rp/m) Mentah (Rp)

Januari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000

Februari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000

Maret 800 m Rp 100,000 Rp 80,000,000

Triwulan II 1800 m Rp 100,000 Rp 180,000,000

Triwulan III 2200 m Rp 100,000 Rp 220,000,000

Triwulan IV 2000 m Rp 100,000 Rp 200,000,000

Total 7800 m Rp 780,000,000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:198)

5. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Menurut Munandar (2001:145) :

“Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung serta waktu (kapan) para tenaga kerja langsung tersebut menjalankan kegiatan proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta tempat (departemen) dimana para kerja langsung tersebut akan bekerja”

Anggaran tenaga kerja, seperti halnya anggaran bahan mentah hanya merencanakan unsur tenaga kerja langsung.


(52)

Contoh :

Tabel 2.7

Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Perusahaan ABADI KARYA

Tahun 20X6

Produk A Produk B

JKL Upah/Jam Biaya TKL JKL Upah/Jam Biaya TKL Departemen

(DLH) (Rp/DLH) (Rp) (DLH) (Rp/DLH) (Rp)

Proses I

Triwulan 1 3500 2000 7,000,000 7000 2500 17,500,000

Triwulan 2 4000 2000 8,000,000 8000 2500 20,000,000

Triwulan 3 4200 2000 8,400,000 8400 2500 21,000,000

Triwulan 4 4500 2000 9,000,000 9000 2500 22,500,000

Jumlah 16200 32,400,000 32400 81,000,000

Proses II

Triwulan 1 7000 3000 21,000,000 5250 3500 18,375,000

Triwulan 2 8000 3000 24,000,000 6000 3500 21,000,000

Triwulan 3 8400 3000 25,200,000 6300 3500 22,050,000

Triwulan 4 9000 3000 27,000,000 6750 3500 23,625,000

Jumlah 32400 97,200,000 24300 85,050,000

Sumber : Adisaputro dan Angggarini, (2007:223)

6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:66) “Anggaran biaya overhead pabrik yakni anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung”. Anggaran biaya overhead pabrik adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya overhead pabrik selama periode yang akan datang.


(53)

Contoh :

Tabel 2.8 Perusahaan Bimasakti Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Nomor Keterangan Jumlah

1 Gaji Pengawas Rp600,000.00

2 Upah Tenaga Kerja Langsung 120,000.00

3 Biaya Administrasi Pabrik 250,000.00

4 Perlengkapan 140,000.00

5 Reparasi dan Pemeliharaan 170,000.00

6 Penyusutan 120,000.00

7 Listrik 230,000.00

8 Lain-lain 80,000.00

JUMLAH 1,710,000.00

Sumber : Ahyari, (2002:60)

D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan

Salah satu fungsi dari manajemen adalah perencanaan. Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti yang dikemukakan Ahyari (2002:6) “perencanaan berarti penentuan (sekarang) tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang”


(54)

Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.

Menurut Kholmi dan Yuningsih (2004:2)

Perencanaan meliputi mendefenisikan tujuan organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan ini, dan mengembangkan suatu hirarki rencana yang menyeluruh untuk memadukan dan mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dengn kata lain perencanaan mengacu pada pembentukan program operasi yang terperinci untuk semua fase operasi.

Perencanaan merupakan upaya tindakan berhati-hati sebelum melakukan sesuatu agar apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.

Tujuan utama perencanaan adalah untuk memberikan proses umpan maju agar dapat memberikan petunjuk kepada setiap manajer dalam pengambilan keputusan operasional sehari-hari.

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.

Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan ‘disentuh’ oleh anggaran. Tidak ada satupun kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan yang dilaksanakan akan memerlukan biaya. Dengan demikian maka anggaran merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan, sehingga penyusunan anggaran merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan dalam perusahaan secara terpadu.


(55)

Dalam kaitannya dengan biaya produksi maka ada tiga komponen biaya yang perlu direncanakan dalam anggaran, yaitu :

1. Perencanaan Biaya Bahan Mentah

Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah kegiatan produksi tergantung pada datangnya pesanan dari langganan atau kegiatan produksi bersifat proses.

Perencanaan bahan mentah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah ataupun suku cadang untuk proses produksi selama periode yang akan datang, antara lain (1) Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah, (2) Anggaran Pembelian Bahan Mentah, (3) Anggaran Persediaan Bahan Mentah, dan (4) Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Digunakan Untuk Produksi.

2. Perencanaan Tenaga Kerja Langsung

Perencanaan biaya tenaga kerja mencakup masalah-masalah utama dan rumit, mencakup (1) kebutuhan personel, (2) penerimaan tenaga kerja, (3) pelatihan, (4) pengukuran kinerja, (5) uraian tugas dan penilaian, (6) negosiasi dengan serikat kerja, dan (7) administrasi upah dan gaji. Untuk rencana tahunan, anggaran tenaga kerja langsung harus dibuat menurut pusat tanggung jawab, periode interim, dan produk. Anggaran biaya tenaga kerja ini disusun oleh bagian perencanaan dan bagian akuntansi biaya.

3. Perencanaan Biaya Overhead Pabrik

Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang perlu perhatian khusus,


(56)

yakni : (1) Penanggung jawab perencanaan biaya; setiap pusat tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. (2) Berdasarkan prilaku biaya dan wewenang pengganggaran, maka BOP terbagi menjadi BOP tetap, variabel dan semi variabel. Selain itu menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:234) “perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara lebih baik, bukan sekedar pengurangan biaya”.

Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian

Disamping sebagai alat perencanaan, anggaran juga mempunyai fungsi sebagai alat pengawasan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Hal ini juga dikemukakan oleh Kholmi dan Yuningsih (2004:3) “pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja yang sebenarnya dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, serta tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang berarti”. Dalam hal ini anggaran dipergunakan sebagai alat pengendalian kegiatan yang sedang dilaksanakan dalam perusahaan.

Pengendalian dalam arti yang umum berarti meliputi langkah-langkah yang harus disiapkan dan ditempuh, supaya yang direncanakan dapat tercapai, direalisasikan, atau agar hasil yang diinginkan sesuai dengan hasil yang dicapai. Seperti juga yang dikemukakan oleh Nasehatun (1999:22)

Pengendalian (controlling) merupakan proses yang digunakan oleh manajemen untuk memastikan organisasi melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien. Dapat pula dikatakan tindakan pengendalian, pengarahan


(57)

dan pengawasan yang dijalankan agar setiap kegiatan berjalan sesuai rencana untuk mencapai hasil/sasaran yang ditetapkan.

Sedangkan pengendalian biaya menurut Nasehatun (1999:214) adalah “ serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya (realisasi) “

Pada dasarnya pengendalian biaya dapat dibagi dalam empat langkah, sebagai berikut :

1. Mencari dasar-dasar dan menetapkan standar untuk biaya

2. Membandingkan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya

3. Mencari dan menentukan bagian organisasi perusahaan ataupun di luarnya yang bertanggung jawab atas adanya penyimpangan

4. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri penyimpangan Pengendalian biaya adalah suatu proses yang meliputi seluruh tingkat dan seluruh kegiatan satu perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian biaya harus merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota dari perusahaan itu. Di tengah-tengah tingkatan satu organisasi, tugas pengendalian dilakukan oleh setiap pimpinan tingkat atau bagian dari organisasi itu.

Yang diperlukan dalam pengendalian biaya adalah : 1. Tempat pertanggungjawaban organisasi pada pembukuan.

Pengendalian biaya merupakan adanya suatu sistem pembukuan yang menggunakan tempat-tempat pertanggungjawaban (rensponsibility accounting), yaitu satu unit organisasi yang ditugaskan untuk pelaksanaan kegiatan tertentu


(58)

atau sekelompok kegiatan yang dipimpin oleh seorang kapala yang bertanggung jawab atas kegiatan itu.

2. Penggunaan biaya standar

Biaya Standar menurut Nasehatun (1999:216) adalah “biaya yang ditetapkan lebih dahulu setelah mempertimbangkan semua faktor yang menentukan dan setelah mengadakan penilaian atas hal-hal yang mungkin menyebabkan perubahan baik dalam jumlah maupun harga dari bahan-bahan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain yang diperlukan”.

Sedangkan menurut Glenn, Hilton dan Gordon (2000:532) “Standard cost adalah biaya yang diperkirakan atau ditentukan terlebih dulu untuk bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik dalam keadaan tertentu”.

Biaya standar digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan dalam perkembangannnya tujuan lain penggunaannya juga untuk pengendalian biaya. 3. Analisa penyimpangan dan tindakan perbaikan

Yang dimaksud dengan penyimpangan menurut Nasehatun (1999:219) adalah “perbedaan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya, bisa positif ataupun negatif”.

Jika terjadi penyimpangan, perlu terlebih dahulu diketahui apakah penyimpangan itu masih dalam batas-batas yang diperbolehkan atau sudah melampaui. Kalau penyimpangan itu melampaui batas diperbolehkan, perlu dicari sebabnya dan diikuti dengan tindakan perbaikan, yang tercakup dalam proses analisa penyimpangan atau disebut juga analisa varians.


(59)

Menurut Glenn, Hilton dan Gordon (2000:498) “analisa varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pendalaman penyebab terjadinya suatu penyimpangan/varians”. Salah satu jumlah diperlakukan sebagai dasar, standar, atau titik pedoman. Analisa varians mempunyai aplikasi yang luas dalam pelaporan keuangan. Sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut :

̇ Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap sebagai dasar.

̇ Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya standar digunakan sebagai dasar.

̇ Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagi dasar.

Analisa penyimpangan ini nantinya akan menghasilkan dua varians atau penyimpangan yaitu :

1. Penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance), yaitu apabila realisasi lebih kecil dari anggaran.

2. Penyimpangan yang tidak menguntungkn (unfavorable variance), yaitu

apabila realisasi lebih besar dari anggaran.

Dalam kaitannya dengan biaya, analisa varians disebut juga analisa selisih biaya. Merupakan proses yang sistematis untuk menentukan besarnya selisih biaya standar, dan menginterpretasikan penyebabnya. Dengan mengadakan analisa selisih biaya, manajemen akan dengan mudah mengetahui elemen biaya


(60)

apa yang menyimpang, pada departemen mana, dan siapa yang harus bertanggung jawab, serta bagaimana pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Dengan demikian manajemen dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan biaya tersebut.

Secara umum manfaat analisa selisih biaya adalah untuk : 1. Pengendalian biaya

2. Menilai prestasi pelaksanaan, dengan menentukan besarnya penyimpangan biaya yang berada di bawah pengendaliannya.

3. Mengukur pengaruh penyimpangan biaya terhadap laba perusahaan. Analisa selisih biaya produksi merupakan proses menganalisa selisih biaya yang timbul karena perbedaan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan biaya produksi standar, dan menentukan penyebab selisih biaya produksi tersebut.

Dalam laporan anggaran biaya produksi, ada tiga biaya yang harus dikendalikan yaitu :

1. Pengendalian Biaya Bahan Mentah

Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat pengendali. Untuk itu diperlukan Performance Report atau laporan pelaksanaan yang terdiri dari :

a. Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah

Dengan analisis varians menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:200) sebagai berikut :


(61)

• Varians karena jumlah pembelian

= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana

• Varians karena harga bahan mentah

= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil

• Total varians

= Varians karena jumlah + Varians karena harga b. Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah

Dengan analisis varians menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:200) sebagai berikut :

• Varians efisiensi

= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana

• Varians harga

= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil

• Total varians

= Varians efisiensi + Varians harga 2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja merupakan salah satu jenis biaya yang dapat menjadi masalah bagi perusahaan. Pengawasan biaya tenaga kerja dapat dibantu dengan adanya pendekatan yang baik terhadap tenaga kerja , sehingga mereka dapat bekerja secara stabil sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja dapat diserahkan kepada supervisor.

Dua elemen utama pengendalian biaya tenaga kerja langsung adalah (1) perhatian sehari-hari pada biaya tersebut dan (2) laporan kinerja dan evaluasi hasil. Untuk itu diperlukan laporan pelaksanaan disertai dengan analisis varians.

Formula untuk analisis varians biaya tenaga kerja langsung menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:224) adalah sebagai berikut :


(62)

• Varians efisiensi

= (Jam Kerja Rencana – Jam Kerja Riil) x Tarif Upah Rencana

• Varians tarif upah

= (Tarif Upah Rencana – Tarif Upah Riil) x Jam Kerja Riil

• Total varians

= Varians efisiensi + Varians tarif upah

3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:258) “pengendalian biaya memerlukan identifikasi tentang dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh setiap pusat tanggung jawab”. Hal ini berarti bahwa BOP yang tidak dapat dikendalikan seharusnya tidak diidentifikasi sebagai tanggung jawab manajer sebuah pusat tanggung jawab. Dengan demikian untuk mengendalikan biaya overhead pabrik, biaya yang “bersih” harus dipertimbangkan. Hal ini berarti bahwa hanya biaya langsung yang dihitung dan tidak termasuk biaya-biaya yang dialokasikan.

Sedangkan analisa varians atau analisa perbedaan antara anggaran dan realisasi biaya overhead pabrik menurut Gitosudarmo dan Najmudin (2003:334) dapat diidentifikasikan menjadi :

a. Selisih Kuantitas

Yaitu selisih yang disebabkan karena perbedaan unit produksi yang dianggarkan dengan unit produksi yang direalisasikan, dinilai dengan tarif biaya overhead pabrik variabel dalam anggaran.

SK = (KR - KA) TA Keterangan :

SK = Selisih kuantitas

KR = Kuantitas realisasi/unit produksi yang direalisasi KA = Kuantitas anggaran/unit produksi

TA = Tarif anggaran/tarif biaya overhead pabrik variabel yang dianggarkan.

b. Selisih Tarif

Yaitu selisih yang disebabkan perbedaan tarif biaya overhead pabrik variabel dalam anggaran dengan tarif biaya overhead pabrik variabel realisasi.


(63)

ST = (TR – TA) KR Keterangan :

ST = Selisih tarif

TR = Tarif realisasi/tarif biaya overhead pabrik variabel yang direalisasi

TA = Tarif anggaran/tarif biaya overhead pabrik variabel anggaran

KR = Kuantitas realisasi/unit produksi yang direalisasi

Dalam anggaran komprehensif yang telah disusun termuat di dalamnya laporan anggaran. Menurut Gitosudarmo dan Najmudin (2003:325) “laporan anggaran (Budget Report) adalah laporan yang sistematis dan terperinci tentang realisasi pelaksanaan anggaran beserta analisis dan evaluasinya”.

Setiap laporan yang disusun akan berguna bagi manajemen untuk menyusun kebijakan tindak lanjut atau follow up pada waktu yang akan datang, sehingga laporan anggaran disebut juga laporan kinerja. Untuk menyusun laporan anggaran secara umum dapat menggunakan tahap-tahap berikut :

1. Perbandingan data anggaran dan realisasi.

Pada bagian ini data yang menyangkut anggaran dan realisasi dibandingkan untuk mencari selisih atau perbedaan

2. Analisis selisih

Pada bagian ini setiap perbedaan/selisih yang terjadi akan diidentifikasi, dicari sebabnya yang kemudian akan digunakan untuk menentukan tindak lanjut pada waktu yang akan datang. Selisih yang terjadi akan mencakup dua kemungkinan yaitu yang pertama selisih yang menguntungkan dan yang kedua adalah selisih yang tidak menguntungkan.


(1)

4.

Biaya produksi kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri

dari 4 unsur yaitu biaya tanaman, biaya pengolahan, biaya penyusutan dan

biaya pembelian.

5.

Salah satu proses pengawasan biaya produksi perusahaan adalah dengan

menganalisa penyimpangan biaya. Tapi perusahaan belum menganalisa

penyimpangan yang terjadi secara lebih dalam, hanya sebatas menghitung

besar penyimpangan antara anggaran dan realisasi (nilai maupun persentase).

6.

Berdasarkan analisa penyimpangan biaya produksi tahun 2006 dan juga dari

penelitian awal untuk tahun 2005, selama 2 tahun berturut-turut antara

anggaran dan realisasi biaya produksi kelapa sawit terdapat penyimpangan

yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) dan unfavorable variance

tersebut meningkat dari 14,57% di tahun 2005 menjadi 20,34% di tahun 2006.

Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pengendalian atas biaya produksi kelapa

sawit belum cukup berjalan dengan baik.

7.

Untuk biaya penyusutan tahun 2006, terdapat unfavorable variance yang besar

yaitu sebesar 50,83%. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat inefisiensi

yang sangat perlu dibenahi pada pengelolaan biaya penyusutan.

8.

Untuk biaya pembelian, secara keseluruhan terdapat unfavorable variance

sebesar 31,99% dan penyimpangan yang cukup besar ada pada biaya

pembelian produksi rakyat (35,22%)

9.

Untuk biaya pengolahan, secara keseluruhan terdapat unfavorable variance

sebesar 26,22%. Khususnya untuk biaya pengolahan PIR, terdapat

penyimpangan yang besar yaitu 56,43%.


(2)

B.

Saran

1.

Perusahaan sebaiknya memisahkan antara biaya variabel dan biaya tetap, agar

pengendalian dapat dilakukan dengan efektif. Atau perusahaan dapat

menyusun anggaran fleksibel, yaitu menyusun anggaran untuk beberapa

kuantitas produksi, mengingat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ini

adalah perusahaan perkebunan yang rencana kuantitas produksinya cenderung

tidak dapat dipastikan karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga tidak

pasti, misalnya : faktor alam. Selain itu penggunaan anggaran fleksibel lebih

baik untuk tujuan pengendalian biaya.

2.

Dalam jangka waktu tertentu anggaran perlu direvisi kembali atau disesuaikan

dengan biaya yang wajar. Hal ini disebabkan dalam jangka waktu tersebut

mungkin telah terjadi perubahan pada biaya produksi. Jika anggaran tersebut

tidak direvisi maka anggaran tersebut tidak dapat diandalkan lagi atau

berkurang aspek pengendaliannya.

3.

Perbedan antara anggaran dan realisasi harus diawasi dengan ketat dan

dianalisa lebih dalam guna memahami mengapa realisasi berbeda dengan

anggaran, bahkan cenderung mengalami penyimpangan yang cukup besar

untuk beberapa item biaya seperti pada biaya penyusutan. Analisa lebih dalam

ini guna mengetahui apakah penyimpangan yang cukup besar tersebut

memang dikarenakan pengendalian biaya yang kurang ketat atau karena

perusahaan menetapkan anggaran terlalu kecil pada awalnya.

4.

Perusahaan sebaiknya menyusun suatu action plans dalam laporan

pertanggungjawaban tahunan yang mencakup langkah-langkah perbaikan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan…, 2008

USU e-Repository © 2008


(3)

yang dibutuhkan guna menindaklanjuti analisa penyimpangan yang telah

dilakukan agar proses pengendalian perusahaan secara keseluruhan lebih

sempurna.

5.

Perusahaan sebaiknya meningkatkan produkstivitas kebun sendiri guna

mengurangi ketergantungan terhadap pembelian produksi dari pihak ketiga

(misalnya : produksi rakyat) yang pada kenyataannya tidak efektif dan

efisien. Hal ini tebukti dari penyimpangan yang cukup tinggi. Atau kalau

memang dibutuhkan, proses pembelian dari pihak ketiga ini perlu ditinjau

ulang atau diteliti lebih jauh serta ada pengendalian khusus dari pihak

manajemen perusahaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dn Marwan Asri, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku 1,

Edisi 2003/2004, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini, 2007. Anggaran Bisnis : Analisis,

Perencanaan dan Pengendalian Laba, Penerbit UPP STIM YKPN,

Yogyakarta.

Ahyari, Agus, 2002. Anggaran Peruasahaan : Pendekatan Kuantitatif, Buku 1,

Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Carter, William K. dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah :

Krista, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Garrison, Ray H. dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Manajerial, Penerjemah :

A. Totok Budisantoso, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Gitodusdarmo, Indriyo dan Mohamad Najmudin, 2003. Anggaran Perusahaan :

Teori dan Soal Jawab, Edisi Pertama, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Hansen, Don R. dan Maryanne W. Mowen, 2002. Manajemen Biaya : Akuntansi

dan Pengendalian, Penerjemah : Dewi dan Deny, Buku 2, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.

Kholmi, Masiyah dan Yuningsih, 2004. Akuntansi Biaya, Jilid 1, Edisi 4, Penerbit

UMM Press, Malang.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep dan Manfaat & Rekayasa, Edisi

3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Munandar, M., 2001. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja,

Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Nafarin, M., 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.

Nasehatun, Apandi, 1999. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Terpadu :

Konsep dan Penerapannya, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.

Sugiono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alfabeta, Jakarta.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan…, 2008

USU e-Repository © 2008


(5)

Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon, 2000. Anggaran :

Perencanaan dan Pengendalian Laba, penerjemah : Purwatiningsih dan

Maudy Warouw, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian

dan Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara,


(6)

BEBAN PRODUKSI DAN BEBAN POKOK PENJUALAN KELAPA SAWIT PERIODE 01 JANUARI s/d 31 DESEMBER 2006

Uraian Realisasi-2006 ANGGARAN-2006 SELISIH Selisih Harga

Kg Biaya

Beban

Pokok Kg Biaya

Harga

Pokok Kg % Biaya Pokok

Rp Rata-Rata Rp

Rata-Rata Rp Rata-Rata

Kg Rp

%

Rp %

1 2 3 4 5 6 (1-4) (2-5) (3-6)

B. Gaji tunjangan staf 416,718,010

18,221,287,355 43.73 407,998,660

15,542,417,000 38.09

8,719,350 2.14%

2,678,870,355 17.24% 5.63 14.78%

B. Pemeliharaan tanaman menghasilkan

86,193,232,230 206.84

76,493,866,000 187.49

9,699,366,230 12.68% 19.35 10.32% B. Pemupukan

117,771,474,534 282.62

126,867,540,000 310.95

(9,096,065,466) -7.17% (28.33) -9.11%

B. Panen

161,837,074,612 388.36

135,989,785,000 333.31

25,847,289,612 19.01% 55.05 16.52% B. Pengangkutan ke Pabrik

101,767,750,084 244.21

82,961,640,000 203.34

18,806,110,084 22.67% 40.87 20.10%

B. Umum

127,594,023,878 306.19

121,332,543,000 297.38

6,261,480,878 5.16% 8.80 2.96% Jumlah Beban Tanaman

416,718,010

613,384,842,693 1,471.94 407,998,660

559,187,791,000 1,370.56

8,719,350 2.14%

54,197,051,693 9.69% 101.38 7.40% B. Pengolahan

416,718,010

134,218,359,048 322.08 407,998,660

107,673,149,000 263.91

8,719,350

26,545,210,048 24.65% 58.18 22.05% B. Produksi excl

penyusutan

747,603,201,741 1,794.03

666,860,940,000 1,634.47

80,742,261,741 12.11% 159.56 9.76% B. Penyusutan

59,630,443,580 143.10

39,533,663,000 96.90

20,096,780,580 50.83% 46.20 47.68%

B. Produksi incl

penyusutan kebun sendiri

807,233,645,321 1,937.12

706,394,603,000 1,731.37

100,839,042,321 14.28% 205.76 11.88% B. Pembelian produksi PIR

21,773,707

68,824,652,350 3,160.91 19,971,959

58,955,723,000 2,951.92

1,801,748 9.02%

9,868,929,350 16.74% 208.98 7.08% B. Pengolahan PIR

21,773,707

8,245,057,243 378.67 19,971,959

5,270,713,000 263.91

1,801,748

2,974,344,243 56.43% 114.76 43.49% B. Produksi PIR

77,069,709,593 3,539.58

64,226,436,000 3,215.83

12,843,273,593 20.00% 323.75 10.07% B. Pembelian produksi

Rakyat

122,937,766

376,942,637,490 3,066.13 97,234,050

278,765,504,000 2,866.95

25,703,716 26.43%

98,177,133,490 35.22% 199.17 6.95% B. Pengolahan Rakyat

122,937,766

32,487,905,905 264.26 97,234,050

25,661,036,000 263.91

25,703,716

6,826,869,905 26.60% 0.35 0.13% B. Produksi Rakyat

409,430,543,395 3,330.39 97,234,050

304,426,540,000 3,130.86

(97,234,050)

105,004,003,395 34.49% 199.53 6.37%

Jumlah B. Produksi Kebun 561,429,483

1,293,733,898,309 2,304.36 525,204,669

1,075,047,579,000 2,046.91

36,224,814 6.90%

218,686,319,309 20.34% 257.45 12.58% Persediaan awal

10,100,141

20,346,511,251 2,014.48 525,204,669

36,890,501,000 70.24 (515,104,528)

-98.08%

(16,543,989,749) -44.85% 1,944.24 2767.98% Persediaan awal+B.

Produksi

571,529,624

1,314,080,409,560 2,299.23 1,050,409,338

1,111,938,080,000 1,058.58 (478,879,714)

-45.59%

202,142,329,560 18.18% 1,240.66 117.20% Persediaan akhir

13,703,568

28,866,315,908 2,106.48 525,204,669

36,890,501,000 70.24 (511,501,101)

-97.39%

(8,024,185,092) -21.75% 2,036.24 2898.97% B. Harga Pokok Penjualan

557,826,056

1,285,214,093,652 2,303.97 525,204,669

1,075,047,579,000 2,046.91

32,621,387 6.21%

210,166,514,652 19.55% 257.06 12.56% B. Diskonto bank/pajak

ekspor/freight

7,857,776,212 14.09

9,905,908,000 18.86

(2,048,131,788) (4.77) B. Penjualan

64,990,027,341 116.51

41,340,342,000 78.71

23,649,685,341 37.79 B. Administrasi

236,146,318,726 423.33

282,075,931,000 537.08

(45,929,612,274) (113.74) B. Penyusutan kantor

direksi

3,127,456,006 5.61

4,362,002,000 8.31

(1,234,545,994) (2.70)

B. Bunga

21,809,207,163 39.10

20,643,012,000 39.30

1,166,195,163 (0.21) Pendapatan lain-lain (82,472,914,964) (147.85)

(96,088,464,000) (182.95)

13,615,549,036 35.11 B. lain-lain

92,436,986,653 165.71

88,329,099,000 168.18

4,107,887,653 (2.47) Total B. FOB

1,629,108,950,789 2,920.46

1,425,615,409,000 2,714.40

203,493,541,789 206.06

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan…, 2008

USU e-Repository © 2008