Pendugaan Jumlah Individu Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) Di Taman Nasional Gunung Leuser (SPTN Wilayah VI Besitang) Dengan Menggunakan Camera Trap

PENDUGAAN JUMLAH INDIVIDU HARIMAU SUMATERA
(Panthera tigris sumatrae) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG
LEUSER (SPTN WILAYAH VI BESITANG) DENGAN
MENGGUNAKAN CAMERA TRAP

SKRIPSI
Oleh:
DELCIA SEPTIANI
071201003

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

PENDUGAAN JUMLAH INDIVIDU HARIMAU SUMATERA
(Panthera tigris sumatrae) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG
LEUSER (SPTN WILAYAH VI BESITANG) DENGAN
MENGGUNAKAN CAMERA TRAP


SKRIPSI
Oleh:

DELCIA SEPTIANI
071201003/MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi


Nama
NIM
Program Studi

:Pendugaan Jumlah Individu Harimau Sumatera
(Panthera Tigris Sumatrae) Di Taman Nasional Gunung
Leuser (SPTN Wilayah VI Besitang) Dengan
Menggunakan Camera Trap
: Delcia Septiani
: 071201003
: Kehutanan

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut, M.Sc
Ketua

Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si
Anggota


Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D
Ketua Program Studi Kehutanan

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

DELCIA SEPTIANI : Pendugaan Jumlah Individu Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae) di Taman Nasional Gunung Leuser (SPTN Wilayah VI Besitang)
Dengan Menggunakan Camera Trap, dibimbing oleh PINDI PATANA dan
MA’RIFATIN ZAHRA.
Pendugaan jumlah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
dilakukan di Taman Nasoinal Gunung Leuser SPTN Wilayah VI Besitang.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2010 sampai dengan April 2011. Tujuan
untuk menduga jumlah individu Harimau Sumatera dan untuk menghitung tingkat

kehadiran Harimau Sumatera berdasarkan tipe tutupan lahan di lokasi penelitian.
Metode pendugaan jumlah individu dilakukan dengan menggunakan camera trap.
Camera trap dipasang berpasangan ditiap sel dan aktif dilapangan selama 60 hari.
Untuk mengetahui jumlah individu yang berhasil terekam, dilakukan identifikasi
berdasarkan pola loreng yang terdapat dibagian perut dan berdasarkan jenis
kelamin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 individu Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatrae) SPTN Wilayah VI Besitang. Individu yang
terdapat di daerah penelitian masing-masing berkelamin jantan dan terekam pada
ketinggian 500-2000 mdpl. Daerah jelajah harimau diperkirakan menurun saat
berada dihabitat yang lebih tinggi dari permukaan laut akibat satwa mangsa
banyak ditemukan di ketinggian antara 1700-2000 mdpl. Harimau Sumatera
hanya dijumpai pada hutan primer dengan total kehadiran dua individu sebanyak 9
kali, Individu 1 sebanyak 3 kali sedangkan Individu 2 sebanyak 6 kali.
Kata kunci: Harimau Sumatera, camera trap

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACK


DELCIA SEPTIANI : Utilizing Camera Trap to estimate Sumatera Tiger
quantity in Gunung Leuser Nasional Park (SPTN RegionVI Besitang), guided by
PINDI PATANA and MA’RIFATIN ZAHRA.
The Purpose of this research was to estimate Sumatera Tiger quantity and
to calculate attendance rate of Sumatera Tiger in Gunung Leuser Nasional Park
(SPTN RegionVI Besitang) based on land cover type. This research was
conducted from March 2010 to April 2011 in Gunung Leuser Nasional Park
(SPTN Region VI Besitang). The method was utilizing Camera Trap. Camera
Trap was put on pairs in every cell and operated for 60 days. For knowing the
quantity that has recorded, it was done identifiying based on the stripes’ tiger
pattern that was found in part of its stomach and based on sex.
The results showed that there were 2 Sumatera Tigers in the location. Both
of them were male and recorded on altitude 500-2000 m . The cross land areas of
them was predicted to decline when they were on the higher area, so there were
many prey animal of them that was found between altitude 1700-2000 m. Both of
them have found in the primary forest only . Attendance quantity of them were 9
times, the first tiger had 3 times and the second tiger had 6 times.
Keywords : Sumatera Tiger, Camera Trap

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tapak Tuan, Aceh Selatan pada tanggal 5 September
1989 dari ayah Rahman jamal dan ibu Nur Fahmi. Penulis merupakan putri ke tiga
dari empat bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMU Negeri 8 Medan dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Penelurusan Minat dan
Bakat. Penulis memilih jurusan Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan.
Selama mengikuti kuliah, penulis aktif sebagai anggota Mahasiswa
kehutanan USU, Sebagai Asisten Praktik Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH)
tahun 2010. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas
Himpunan Mahasiswa Silva.
Penulis mengikuti Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di
Hutan Daratan Rendah Aras Napal dan Hutan Mangrove Pulau Sembilan
Kabupaten Langkat tahun 2009. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang
(PKL) di KPH Randublatung Unit I Jawa Tengah dari tanggal 1 Januari sampai
dengan 1 Februari 2011.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pendugaan Jumlah Individu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di
Taman Nasional Gunung Leuser (SPTN Wilayah VI Besitang) dengan
Menggunakan Camera Trap .“
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan
mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan Ibu Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai
masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan
penelitian sampai pada ujian akhir.
Penelitian ini bekerja sama dengan Leuser International Foundation (LIF).
Terima kasih kepada GV. Reddy (Ecosystem manager), Tarmizi (Manager
Program Large Mammal), Eka Ramadiyanta beserta seluruh staff LIF yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan dan dukungan kepada penulis untuk dapat
mengikuti penelitian harimau di Taman Nasional Gunung Leuser (SPTN Wilayah
VI Besitang).

Terima kasih kepada teman-teman Tim Tiger 1, 2, 3. Syarifuddin A.N.,
Dahlawi, Agus winarno, Wasdi Andri, Edi Siaren, Ijarwoto dan khususnya Ricky
Darmawan Priatmojo atas motivasi yang diberikan dan bantuan dalam
pengumpulan data lapangan dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada

Universitas Sumatera Utara

seluruh rekan Manajemen Hutan 2007 yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staff
pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu Kehutanan Departemen Kehutanan,
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.

Medan, Mei 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Hlm.
ABSTRAK ...................................................................................................

i

ABSTRACK...................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................


viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

x

PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................

1
1
3
3


TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
Taksonomi Harimau Sumatera ...............................................................
Perilaku Harimau Sumatera .......................................................................
Biologi Harimau Sumatera .........................................................................
Habitat Harimau Sumatera .....................................................................
Hutan Primer dan Hutan Sekunder .........................................................
Daerah Jelajah dan Kepadatan Harimau Sumatera ..................................
Aktivitas Harimau Sumatera ...................................................................
Satwa Mangsa Harimau Sumatera ..........................................................
Camera Trap ............................................................................................
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ..........................................................

4
4
4
6
7
10
11
12
13
14
16

METODE PENELITIAN ..............................................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................
Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................
Prosedur Penelitian ................................................................................
Penentuan sampling .......................................................................
Penggunaan camera trap ...............................................................
Pengumpulan Data ........................................................................
Identifikasi individu harimau .........................................................
Menghitung daerah jelajah Harimau Sumatera ...............................
Aktivitas Harimau Sumatera ..........................................................

18
18
18
19
19
20
21
21
21
22

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Hasil Penelitian ......................................................................................
Titik Pemasangan Camera Trap .........................................................
Keberadaan Harimau Sumatera dan jenis tutupan lahan ..................
Waktu dan Lokasi Penemuan Harimau Sumatera .................................
Hasil Identifikasi individu Harimau Sumatera .....................................
Daerah jelajah Harimau Sumatera .......................................................
Aktifitas Harimau Sumatera ..............................................................
Pembahasan ...........................................................................................

23
23
23
24
25
29
31
34
35

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................

42
42
42

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

43

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.

Hlm.

1.

Waktu dan Lokasi Penemuan Harimau Sumatera .................................

26

2.

Titik koodinat camera trap yang mengambil gambar Individu 1
dan Individu 2 ......................................................................................

31

Jarak pergerakan individu-individu Harimau Sumatera di lokasi
Penelitian .............................................................................................

33

3.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Hlm.

1.

Peta Sebaran Harimau Sumatera ...........................................................

8

2.

Lokasi penelitian ..................................................................................

18

3.

Petak (grid) dan anak petak (sel) pemasangan Camera trap ..................

19

4.

Sketsa letak Camera trap .....................................................................

20

5.

Peta Lokasi Pemasangan camera trap survey Harimau Sumatera
di Taman Nasional Gunung Leuser.......................................................

6.

23

Peta Lokasi Pemasangan camera trap survey Harimau Sumatera
di Taman Nasional Gunung Leuser berdasarkan tipe tutupan lahan ......

25

7.

Potongan gambar sebelah kanan Individu 1 ..........................................

29

8.

Potongan gambar sebelah kiri Individu 1 ..............................................

29

9.

Potongan gambar sebelah kanan Individu 2 ..........................................

30

10.

Potongan gambar sebelah kiri Individu 2 ..............................................

30

11.

Peta lokasi temuan Harimau Sumatera dan jalur yang ditempuh

12.

oleh masing-masing individu ................................................................

32

Pola Aktifitas Harimau Sumatera di lokasi penelitian ...........................

34

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hlm.

1.

Titik pemasangan seluruh camera trap .................................................

2.

Peta lokasi pemasangan camera trap survei Harimau Sumatera di

47

Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2010 Berdasarkan
Ketinggian Tempat ...............................................................................
3.

49

Peta lokasi pemasangan camera trap survei Harimau Sumatera di
Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2010 Berdasarkan
Tipe Tutupan Lahan .............................................................................

50

4.

Jenis-jenis satwa yang terekam oleh camera trap. ................................

51

5.

Temuan satwa liar di setiap lokasi pemasangan camera trap. ...............

52

6.

Waktu kemunculan Harimau Sumatera di lokasi penelitian ..................

54

7.

Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). ............................

55

8.

Surat Perintah Tugas. ...........................................................................

56

9.

Gambar satwa yang terekam camera trap .............................................

57

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

DELCIA SEPTIANI : Pendugaan Jumlah Individu Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae) di Taman Nasional Gunung Leuser (SPTN Wilayah VI Besitang)
Dengan Menggunakan Camera Trap, dibimbing oleh PINDI PATANA dan
MA’RIFATIN ZAHRA.
Pendugaan jumlah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
dilakukan di Taman Nasoinal Gunung Leuser SPTN Wilayah VI Besitang.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2010 sampai dengan April 2011. Tujuan
untuk menduga jumlah individu Harimau Sumatera dan untuk menghitung tingkat
kehadiran Harimau Sumatera berdasarkan tipe tutupan lahan di lokasi penelitian.
Metode pendugaan jumlah individu dilakukan dengan menggunakan camera trap.
Camera trap dipasang berpasangan ditiap sel dan aktif dilapangan selama 60 hari.
Untuk mengetahui jumlah individu yang berhasil terekam, dilakukan identifikasi
berdasarkan pola loreng yang terdapat dibagian perut dan berdasarkan jenis
kelamin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 individu Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatrae) SPTN Wilayah VI Besitang. Individu yang
terdapat di daerah penelitian masing-masing berkelamin jantan dan terekam pada
ketinggian 500-2000 mdpl. Daerah jelajah harimau diperkirakan menurun saat
berada dihabitat yang lebih tinggi dari permukaan laut akibat satwa mangsa
banyak ditemukan di ketinggian antara 1700-2000 mdpl. Harimau Sumatera
hanya dijumpai pada hutan primer dengan total kehadiran dua individu sebanyak 9
kali, Individu 1 sebanyak 3 kali sedangkan Individu 2 sebanyak 6 kali.
Kata kunci: Harimau Sumatera, camera trap

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACK

DELCIA SEPTIANI : Utilizing Camera Trap to estimate Sumatera Tiger
quantity in Gunung Leuser Nasional Park (SPTN RegionVI Besitang), guided by
PINDI PATANA and MA’RIFATIN ZAHRA.
The Purpose of this research was to estimate Sumatera Tiger quantity and
to calculate attendance rate of Sumatera Tiger in Gunung Leuser Nasional Park
(SPTN RegionVI Besitang) based on land cover type. This research was
conducted from March 2010 to April 2011 in Gunung Leuser Nasional Park
(SPTN Region VI Besitang). The method was utilizing Camera Trap. Camera
Trap was put on pairs in every cell and operated for 60 days. For knowing the
quantity that has recorded, it was done identifiying based on the stripes’ tiger
pattern that was found in part of its stomach and based on sex.
The results showed that there were 2 Sumatera Tigers in the location. Both
of them were male and recorded on altitude 500-2000 m . The cross land areas of
them was predicted to decline when they were on the higher area, so there were
many prey animal of them that was found between altitude 1700-2000 m. Both of
them have found in the primary forest only . Attendance quantity of them were 9
times, the first tiger had 3 times and the second tiger had 6 times.
Keywords : Sumatera Tiger, Camera Trap

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki tiga dari delapan sub spesies harimau yang ada di
dunia, namun dua di antaranya, yaitu Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica)
dan Harimau Bali (Panthera tigris balica) telah dinyatakan punah, masing-masing
pada tahun 1940- an dan 1980-an (Seidensticker dkk., 1999), sedangkan
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) termasuk dalam klasifikasi satwa
kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies
terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Saat ini hanya sub
spesies harimau sumatera yang tersisa dan hidup pada habitat yang terfragmentasi
dan terisolasi satu dengan lainnya. Harimau Sumatera hanya terdapat di Sumatera
dan merupakan sub spesies dengan ukuran tubuh rata-rata terkecil di antara sub
spesies harimau yang ada saat ini (Kitchener, 1999).
Alih fungsi kawasan hutan secara besar-besaran menyebabkan hilangnya
habitat hutan atau terpotongnya blok kawasan hutan yang luas menjadi bagianbagian kecil yang terpisah-pisah. Kompetisi ruang dan sumber pakan antara
manusia dan harimau telah mendorong masyarakat untuk memusuhi dan
membunuh satwa ini. Perusakan habitat dan perburuan hewan mangsa telah
diketahui sebagai faktor utama yang menyebabkan turunnya jumlah harimau
secara dramatis di Asia (Seidensticker dkk., 1999).
Kehidupan harimau terus terancam. Perburuan liar dan musnahnya habitat
merupakan faktor penyebabnya, walaupun hanya ada sedikit informasi tentang
intensitas masalah tersebut. Harimau di Sumatera menghadapi tekanan lain

1
Universitas Sumatera Utara

dikarenakan populasi mereka yang semakin terpencar-pencar dan terisolir, dan
dikarenakan

semakin

meningkatnya

intensitas

pemanfaatan

lahan

(Franklin dkk., 1999).
Saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera yang ada di alam diperkirakan
sekitar 400 - 500 ekor. Berdasarkan publikasi PHPA, pada tahun 1992 populasi
Harimau Sumatera diperkirakan hanya tersisa 400 ekor yang tersebar di 5 (lima)
Taman Nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak dan Bukit
Barisan Selatan) dan 2 (dua) di Suaka Margasatwa (Kerumutan dan Rimbang),
sementara sekitar 100 ekor lainnya berada di luar ketujuh kawasan konservasi
tersebut (Abdillah, 2009).
Dari kelima Taman Nasional yang ada, populasi terbanyak yaitu 110 ekor
harimau terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatera Utara
(Griffiths, 1994), sementara sisanya berada di taman-taman lain yang jumlahnya
diperkirakan separuh atau bahkan lebih sedikit dari populasi yang ada di sana
(Franklin dkk., 1999).
Kebanyakan survei mamalia besar dilakukan dengan menggunakan
metode transek. Namun, dengan menggunakan metode transek sangat bergantung
pada kemampuan pengamat untuk mendeteksi dan mengenali spesies. Hal ini
meningkatkan

kemungkinan binatang melarikan diri tanpa diketahui.

Pada

habitat hutan hujan tropis yang lebat, camera trap berguna untuk mendeteksi
spesies dan memperkirakan kelimpahan individu. Penggunaan camera trap
dapat mengungkap adanya spesies

yang telah diabaikan keberadaannya pada

penerapan konvensional yang menggunakan metode transek (Azlan, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini secara tidak langsung membantu pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat yang terkait, dalam hal ini Yayasan Leuser Internasional,
dalam upaya pelestarian satwa endemik yang

terancam punah khususnya

Harimau Sumatera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah Harimau
Sumatera yang terdapat dilokasi penelitian dengan menggunakan camera trap.
Tujuan Penelitian
1.

Untuk menduga jumlah individu Harimau Sumatera di areal Taman Nasional
Gunung Leuser SPTN Wilayah VI Besitang Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara.

2.

Untuk menghitung tingkat kehadiran Harimau Sumatera berdasarkan tipe
tutupan lahan di lokasi pengamatan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan :
1. Menjadi referensi bagi pemerintah dalam menanggulangi populasi Harimau
Sumatera yang semakin menurun.
2. Dengan mengetahui jumlah individu harimau, dapat diketahui luasan daerah
jelajah Harimau Sumatera yang terdapat dalam TNGL SPTN Wilayah VI
Besitang.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Harimau merupakan satwa yang menempati posisi puncak dalam rantai
makanan (top predator) di hutan tropis. Peranannya sebagai top predator,
menjadikan harimau menjadi salah satu satwa yang berperan penting dalam
keseimbangan ekosistem. Keberadaannya sangat rawan terhadap kepunahan
dibandingkan dengan jenis satwa lain apabila kawasan hutan terpisah-pisah
menjadi blok-blok hutan kecil yang tidak mampu mendukung populasi hewan
mangsa (Woodroffe dan Ginsberg, 1998).
Taksonomi Harimau Sumatera
Harimau Sumatera secara taksonomi dalam biologi termasuk dalam:
Kingdom

:

Animalia

Phylum

:

Chordata

Subphylum

:

Vertebrata

Kelas

:

Mammalia

Ordo

:

Carnivora

Famili

:

Felidae

Genus

:

Panthera

Spesies

:

Panthera tigris

Subspesies

:

Panthera tigris sumatrae

(IUCN, 2010).
Perilaku Harimau Sumatera
Biasanya harimau hidup soliter, kecuali pada betina dan anak, mereka
tidak anti sosial. Jantan bergabung dengan betina untuk kawin dan pernah teramati

Universitas Sumatera Utara

jantan dengan betina dan anak saat makan atau istirahat. Tidak seperti kebanyakan
jenis kucing lain, harimau dengan mudah memasuki air. Selama musim panas
mereka akan berendam di danau atau kolam sepanjang hari yang panas.
Umumnya harimau berburu antara sore dan pagi hari, tetapi dalam
beberapa kondisi harimau berburu siang hari. Hewan mangsa harimau adalah
seluruh satwa yang ada di habitat mereka, yang terdiri dari berbagai jenis rusa,
babi, kerbau dan banteng. Harimau juga memangsa anak gajah dan badak, serta
jenis lainnya yang lebih kecil, termasuk monyet, burung, reptil dan ikan. Harimau
sewaktu-waktu membunuh leopard dan jenis mereka sendiri, serta karnivora
lainnya, termasuk beruang yang beratnya mencapai 170 kg.
Sifat khas harimau adalah mencengkeram leher mangsanya setelah
berhasil dirubuhkannya. Harimau mencengkeram leher mangsanya ini untuk
melindungi diri dari tanduk dan kaki mangsanya serta mencegah hewan mangsa
tersebut tegak kembali. Harimau lebih suka menggigit bagian belakang leher dan
membunuh mangsanya dengan cara mematahkan tulang belakang, kemudian akan
menyeret mangsanya tersebut ke daerah yang ternaungi oleh vegetasi pohon.
Harimau dapat memakan 18 - 40 kg daging mangsanya dalam sekali
makan. Jika masih bersisa, biasanya ia kembali ke tempat tersebut untuk makan
sisa-sisa perburuan. Mangsa yang besar ditangkap satu kali seminggu. Walaupun
mempunyai keahlian berburu yang tinggi, harimau sering tidak berhasil
memperoleh mangsa. Berburu mangsa biasanya dilakukan secara individu tetapi
sesekali harimau juga berburu secara berkelompok.
Harimau pada dasarnya tidak memangsa manusia kecuali habitatnya
terganggu. Terdapat beberapa korban dari reaksi harimau dalam mempertahankan

Universitas Sumatera Utara

diri dan melihat manusia sebagai makanan sehingga manusia menjadi target
karena dianggap hewan mangsa yang mudah ditangkap. Harimau yang memangsa
manusia mungkin mengajarkan kepada anaknya bahwa manusia adalah mangsa.
Tetapi kematian atau luka disebabkan oleh harimau ataupun harimau yang
melindungi anaknya, tidak selamanya menjadi petunjuk bahwa harimau pemakan
manusia (Taman Nasional Bukit Tigapuluh, 2009).
Biologi Harimau Sumatera
Harimau Sumatera melahirkan sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh
letak geografi (Semiadi dan Taufiq, 2006). Pendapat yang sama disampaikan oleh
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (2009), yang menyatakan bahwa musim kawin
harimau sepanjang tahun, tetapi sebagian besar terjadi di akhir bulan November
sampai awal April. Harimau mengalami estrus selama rata-rata tujuh hari, dengan
siklus 15-20 hari. Satu kelompok harimau rata-rata berjumlah 2,98 ekor. Satu ekor
betina biasanya diikuti oleh 2-3 ekor anaknya, sampai anak tersebut berumur 1824 bulan, baik jantan maupun betina. Interval antar kelahiran 20 - 24 bulan, tetapi
dalam kasus di mana anak hilang pada dua minggu pertama, interval antar
kelahiran hanya 8 bulan. Sedangkan terakhir bereproduksi pada umur 14 tahun.
Harimau dapat hidup sampai berumur 26 tahun. Kematian anak Harimau dapat
disebabkan oleh kehilangan kelompok, kebakaran, banjir atau pembunuh anak.
Harimau Sumatera jantan beratnya berkisar 100 - 140 kg, panjang diukur
dari kaki belakang dan depan 2,20 - 2,55 m, panjang tengkorak 295 - 335 mm.,
sedangkan betina beratnya 75 - 100 kg, panjangnya 2,15 - 2,30 m, dan panjang
tengkorak 263 - 294 mm (Taman Nasional Bukit Tigapuluh, 2009). Harimau
Sumatera jantan beratnya 100 – 140 kg dan betina beratnya 75 – 110 kg

Universitas Sumatera Utara

Guggisberg (1975), 140 kg untuk yang jantan dan 90 kg pada hewan betina
(Semiadi dan Taufiq, 2006).
Anak harimau mempunyai berat 780 untuk 1600 gram saat lahir,
membuka mata mereka setelah 6 sampai 14 hari, dirawat selama 3 sampai 6
bulan, dan memulai perjalanan dengan induknya ketika berusia 5 atau 6 bulan.
Mereka diajarkan bagaimana cara berburu mangsa, dan mereka mampu berburu
ketika berumur 11 bulan. Biasanya terpisah dari induk ketika berusia 2 tahun,
tetapi dapat menunggu tahun lain. Kematangan seksual dicapai pada harimau
betina pada umur 3 sampai 4 tahun dan pada harimau jantan pada umur 4 sampai
5 tahun. Sekitar setengah dari seluruh anak harimau tidak bertahan hidup lebih
dari 2 tahun (Schaller, 1967).
Habitat Harimau Sumatera
Harimau Sumatera hanya ditemukan di Pulau Sumatera. Kucing besar ini
mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan,
dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal
di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang
ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara
di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatera mengalami ancaman akan
kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran
rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan
untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas
pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan
manusia, dimana seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat

Universitas Sumatera Utara

memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan
manusia (Dinata dan Sugardjito, 2008). Adanya aktivitas manusia pada suatu
kawasan

menyebabkan

hidupan

liar

cenderung

menghindar

(Griffiths dan Schaick, 1994). Harimau cenderung menghindari suara gergaji
mesin (chainsaw) para pembalak dan menghindari area di mana dilakukannya
aktivitas perburuan oleh pemburu liar (Hutajulu, 2007). Peta sebaran Harimau
Sumatera dapat dilihat pada gambar berikut:

Aceh

North Sumatra

West Sumatra

Jambi

South Sumatra
Bengkulu

Lampung

Gambar 1. Peta Sebaran Harimau Sumatera

(Santiapillai dan Ramono, 1985)
Harimau Sumatera dijumpai di hutan-hutan dataran rendah sampai dengan
pegunungan. Wilayah penyebarannya pada ketinggian 0- 2.000 mdpl, tetapi
kadang-kadang juga sampai ketinggian lebih dari 2.400 mdpl. Hutan dataran
rendah merupakan habitat utama harimau sumatera dengan kepadatan 1-3 ekor per

Universitas Sumatera Utara

100 km2, sedangkan daerah pegunungan 1 ekor per 100 km2. Namun, tingginya
kerusakan hutan dataran rendah di Sumatera (65-80%) menyebabkan harimau
bergerak

ke

atas

menuju

hutan

perbukitan

dan

pegunungan

(Dinata dan Sugardjito, 2008).
Tipe lokasi yang biasanya menjadi pilihan habitat Harimau Sumatera
bervariasi, dengan ketinggian antara 0 – 3.000 meter dari permukaan laut, seperti :
1. Hutan hujan tropik, hutan primer dan sekunder pada dataran rendah
sampai dataran tinggi pegunungan, hutan savana, hutan terbuka, hutan
pantai, dan hutan bekas tebangan.
2. Pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau, dan pantai air tawar
3. Padang rumput terutama padang alang-alang
4. Daerah datar sepanjang aliran sungai, khususnya pada sungai yang
mengalir melalui tanah yang ditutupi oleh hutan hujan tropis
5. Juga sering terlihat di daerah perkebunan dan tanah pertanian
6. Selain itu juga banyak harimau ditemui di areal hutan gambut.
(Sinaga, 2005).
Sebagai hewan pemangsa utama (top predator), harimau memerlukan
wilayah habitat yang luas supaya dapat hidup dan berkembang biak. Oleh karena
itu, kepadatan hewan mangsa sebagai sumber pakan merupakan faktor yang
sangat penting dalam mendukung keberlanjutan populasi harimau. Ketersediaan
hewan mangsa ini juga memainkan peran penting dalam menentukan daerah
jelajah individu harimau (Dinata dan Sugardjito, 2008).
Pada prinsipnya untuk mempertahankan hidup, Harimau Sumatera
memerlukan tiga kebutuhan dasar yaitu ketersediaan hewan mangsa yang cukup,

Universitas Sumatera Utara

sumber air, dan tutupan vegetasi yang rapat untuk tempat menyergap mangsa
(Lynam dkk.,2000). Sunquist (1981) berpendapat bahwa harimau menyukai
habitat pinggir sungai (riverine habitat). Sungai merupakan tempat berkumpul
satwa dan keberadaan harimau dekat dengan sungai kemungkinan berhubungan
dengan pemangsaan. Dinata dan Sugardjito (2008) juga menyebutkan bahwa
harimau lebih memilih kawasan yang dekat dengan sungai agar lebih mudah
melakukan penyergapan terhadap hewan mangsa. Tempat-tempat di sekitar alur
sungai mempunyai tutupan vegetasi yang rapat, sehingga sangat menguntungkan
harimau yang memburu mangsanya dengan cara serangan mendadak atau
penyergapan. Menurut Karanth (2001), harimau merupakan jenis yang suka air
dan perenang yang handal. Suhu harian yang mencapai 330C tergolong tinggi
memungkinkan bagi harimau untuk menurunkan suhu tubuh dengan berendam di
sungai.
Hutan Primer dan Hutan Sekunder
Hutan Primer mengacu pada tidak disentuh, hutan murni yang ada dalam
kondisi asli nya. Hutan ini belum dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Hutan hujan
primer sering ditandai dengan langit-langit penuh kanopi dan biasanya terdiri dari
beberapa lapis. Lantai hutan umumnya dari vegetasi berat karena kanopi yang
penuh memungkinkan cahaya masuk yang sangat kecil. Hutan primer adalah jenis
yang paling beragam secara hayati hutan (Butler, 1994).
Hutan sekunder adalah hutan yang telah terganggu dalam beberapa cara,
alami maupun buatan. Hutan sekunder dapat dibuat dalam beberapa cara, dari
hutan terdegradasi pulih dari tebang pilih, ke daerah dibersihkan dengan garis
miring dan bakar pertanian yang telah direklamasi oleh hutan. Umumnya, hutan

Universitas Sumatera Utara

sekunder ditandai (tergantung tingkat degradasi) oleh struktur kanopi kurang
berkembang, pohon-pohon yang lebih kecil, dan keanekaragaman kurang
(Butler, 1994).
Daerah Jelajah dan Kepadatan Harimau Sumatera
Kajian yang dilakukan oleh Franklin dkk. (1999) menunjukkan bahwa
daerah jelajah Harimau Sumatera betina dewasa berkisar antara 40 – 70 km2,
sedangkan Griffith (1994) dalam Tilson dkk. (1994) memperkirakan bahwa
daerah jelajah Harimau Sumatera jantan dewasa sangat bervariasi, yaitu antara
180 km2 pada kisaran ketinggian antara 100 – 600 meter di atas permukaan laut
(mdpl.), 274 km2 pada kisaran ketinggian antara 600 – 1.700 mdpl., dan 380 km2
pada ketinggian di atas 1.700 mdpl. Daerah jelajah satu harimau jantan dewasa
dapat mencakup daerah jelajah dua betina dewasa (Franklin dkk., 1999).
Australian Zoo Organization (2004) menyatakan bahwa Harimau Sumatera jantan
mempunyai daerah jelajah sekitar 380 km2 dan untuk betina hanya setengahnya.
Seekor harimau betina penetap dapat melakukan pergerakan lebih dari 10 km per
hari dan harimau jantan pengembara mencapai ratusan km per minggu
(Karanth dan Chundawat, 2002: Sunquist, 1981).
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi luas jelajah Harimau
Sumatera adalah ketersediaan satwa mangsa. Sebagai contoh, Santiapillai dan
Ramono (1985) memperkirakan kepadatan rata-rata Harimau Sumatera dewasa
berkisar antara 1 individu/100km2 pada hutan dataran tinggi dan meningkat
hingga 1 – 3 individu/100 km2 pada hutan dataran rendah. Kajian lain
memperkirakan kepadatan Harimau Sumatera adalah 1,1 individu/100 km2 pada
hutan dataran tinggi dan meningkat tajam hingga 2,3 – 3 individu/100 km2 pada

Universitas Sumatera Utara

hutan dataran rendah (Borner 1978). Griffith (1994) memperkirakan bahwa
kecenderungan tersebut dipengaruhi oleh semakin berkurangnya ketersediaan
satwa mangsa dengan semakin meningkatnya ketinggian (Departemen Kehutanan,
2007).
Deforestasi yang terjadi akibat penebangan pohon menyebabkan
menurunnya biomassa vegetasi yang berarti juga menurunnya kualitas habitat.
Penurunan kualitas habitat ini sangat mempengaruhi populasi hewan-hewan
mangsa karena berkurangnya sumber pakan dan naungan vegetasi sebagai tempat
berlindung (Dinata dan Sugardjito, 2008).
Aktivitas Harimau Sumatera
Pola aktivitas Harimau Sumatera dapat dikatakan mengikuti pola aktivitas
satwa mangsa, yaitu krepuskular dan diurnal (seperti kijang, beruk, babi hutan dan
pelanduk) dan nokturnal (seperti rusa sambar). Kemungkinan hal tersebut
berhubungan dengan pemangsaan. Perubahan pola aktivitas harian harimau
sumatera juga kemungkinan disebabkan oleh tekanan dari manusia yang banyak
beraktivitas di dalam kawasan dan di pinggir kawasan sehingga menyebabkan
perubahan kualitas habitat dan menurunnya kelimpahan satwa mangsa utama
(Hutajulu, 2007).
Hewan nokturnal adalah binatang yang melakukan aktifitas di malam hari.
Sedangkan siang hari bagi binatang nokturnal adalah waktu untuk beristirahat
(tidur). Lawan dari hewan nokturnal adalah diurnal. Binatang diurnal melakukan
aktifitas pada siang hari dan malam harinya digunakan untuk istirahat. Selain
nokturnal dan diurnal juga masih terdapat binatang-binatang yang mempunyai
waktu beraktifas tertentu seperti hewan matutinal (fajar menjelang pagi), hewan

Universitas Sumatera Utara

krepuskular (senja menjelang malam), dan hewan metaturnal (aktif di sebagian
malam juga sebagian siang) (Alamendah, 2010).
Satwa Mangsa Harimau Sumatera
Sebagai predator, harimau memangsa berbagai jenis hewan, termasuk
burung, reptilia, amfibia, ikan dan bahkan hewan invertebrata, namun kelas
mamalia khususnya hewan ungulata merupakan pakan utamanya. Keberadaan
hewan

mangsa

merupakan salah

satu

faktor

penting

bagi kehidupan

Harimau Sumatera (Dinata dan Sugardjito, 2008).
Pakan utama Harimau Sumatera adalah Rusa dan Babi Hutan. Dalam
keadaan tertentu Harimau Sumatera juga memangsa berbagai jenis mangsa
alternatif lain, seperti Kijang, Kancil, Beruk, Landak, Trenggiling, Beruang Madu
dan Kuau Raja. Keberadaan harimau sangat dipengaruhi oleh keberadaan satwa
mangsanya (Departemen Kehutanan, 2007).
Pada siang hari, kemungkinan harimau memangsa jenis-jenis yang
melakukan aktivitas seperti Babi Hutan, Beruk dan Kijang, dan pada malam hari
melakukan pemangsaan terhadap Rusa dan Kancil (Hutajulu, 2007). Babi
sebagian besar aktif pada malam hari, tetapi juga secara periodik pada siang hari,
terutama ketika cuaca sejuk. Beruk dan kijang adalah hewan yang aktif pada siang
hari. Kancil aktif pada malam dan siang hari. Rusa aktif terutama pada malam
hari, juga pada pagi hari dan menjelang petang (Payne dkk.,2000).
Keanekaragaman dan kepadatan hewan mangsa di hutan dengan
ketinggian 100-600 mdpl lebih banyak dibandingkan di hutan dengan ketinggian
600- 1.700 mdpl. Semakin tinggi letak geografis habitat hutan semakin kecil
variasi vegetasinya yang mempengaruhi pula kepadatan satwanya (Griffith, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Pada habitat pegunungan dengan mangsa yang tersedia sangat terbatas dan hutan
cukup rapat, luasan area 100 km2 hanya akan mampu menampung seekor
harimau. Di habitat aslinya, sebagai akibat dari maraknya pembukaan hutan,
secara langsung akan menurunkan ketersediaan sumber pakan bagi harimau,
khususnya dari kelompok rusa dan babi (Semiadi dan Taufiq, 2006).
Camera Trap
Camera trap bukan alat baru dalam satwa liar ilmu pengetahuan. Ini
ditemukan di akhir 1890-an, sebelum yang pertama kali digunakan di lapangan
pada 1913 (Sanderson dan Trolle, 2005). Dalam dekade belakangan ini, telah
banyak digunakan di dunia, dengan kenaikan tahunan sebesar 50%. Hasil ini
penelitian

telah

dipublikasikan

di

internasional

diakui

jurnal

(Rowcliffe dan Carbone, 2008).
Camera trap berfungsi untuk mendapatkan gambar satwa liar di alam yang
sulit untuk ditemui dengan pertemuan langsung. Camera trapping adalah tehnik
yang semakin banyak digunakan untuk memonitor satwa yang sulit ditemui,
karena kamera dapat ditinggalkan di lapangan dan akan memicu pengambilan foto
saat dilewati oleh satwa. Hasil foto dapat digunakan sebagai perhitungan kasar
dari kelimpahan relatif, perkiraan dari jumlah populasi minimum suatu spesies
berdasarkan pada pengenalan secara individual atau perkiraan dari kelimpahan
berdasarkan cara menangkap tandai dan tangkap kembali (capture mark
recapture) (Maddox dkk., 2004).
Foto-foto yang dihasilkan camera trap juga menunjukkan adanya tumpang
tindih di wilayah hidup untuk kedua jenis kelamin. Compelx polygon yang
mempresentasikan wilayah hidup harimau, ditentukan di sekitar lokasi kamera

Universitas Sumatera Utara

dimana

tercatat

kemunculan

beberapa

individu

harimau

tertentu

(Franklin dkk., 1999).
Camera trap dipasang secara berpasangan pada setiap lokasi dan titik
koordinat serta ketinggian lokasi direkam dengan GPS (Global Positioning
System). Jarak antar lokasi camera trap ditentukan dari luas daerah jelajah
minimum Harimau Sumatera. Berdasarkan hasil penelitian Franklin dkk. (1999)
di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, luas jelajah minimum Harimau
Sumatera betina adalah 49 km2, sehingga diperoleh jarak maksimal antar stasiun
camera

trap

tidak

melebihi

3,95

km

(Hutajulu,

2007).

Menurut

Franklin dkk. (1994) Penghitungan luas daerah jelajah harimau dengan
menggunakan data camera trap kurang akurat untuk menggambarkan wilayah
jelajah sebenarnya. Ukuran sampel kecil sangat sensitif untuk menggambarkan
home range suatu individu jenis (Pete, 2005).
Pada kebanyakan studi dengan menggunakan camera trap, jumlah kamera
merupakan faktor pembatas, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan desain sampel yang baik. Apabila jumlah kamera yang digunakan
sedikit maka solusinya adalah dengan membagi lokasi studi menjadi beberapa
petak area dengan luas yang lebih kecil, kemudian pemasangan kamera dilakukan
per bagian area yang lebih kecil tersebut satu demi satu . Lokasi dan lama waktu
pemasangan camera trap merupakan dua faktor yang perlu diperhatikan untuk
mendapatkan data yang mencukupi dan mewakili untuk suatu area penelitian
(Karanth dan Nicholas, 2002).
Seperti manusia, kebanyakan satwa liar menggunakan jalur-jalur yang ada di
hutan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain sehingga jalur-jalur yang ada di

Universitas Sumatera Utara

dalam

hutan

dapat

digunakan

sebagai

lokasi

pemasangan

camera

trap

(Asriana, 2007).

Keadaan Umum Lokasi Penelitian
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) menetapkan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai
Tropical Rainforest Heritage of Sumatra pada tahun 2004 sekaligus sebagai cagar
biosfer pada tahun 1981. kawasan ini sangat penting bukan hanya karena
keanekaragaman hayatinya yang tinggi tetapi juga karena fungsinya sebagai
sumber kehidupan masyarakat sekitarnya (Balai TNGL, 2006).
TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas
1.094.692 ha yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Provinsi NAD yang terdeliniasi
TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya,Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh
Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang
terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat. Taman nasional
ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan
ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Nanggroe Aceh Darussalam.
Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi
yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan salah satu taman
nasinal yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yang terletak di
wilayah sumatera bagian utara. Selain itu TNGL merupakan hulu dari sepuluh

Universitas Sumatera Utara

daerah aliran sungai yang mensuplai air untuk Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara. Namun keadaan terkini TNGL
mengalami degradasi dan deforestrasi akibat perambahan hutan dan alih guna
lahan di beberapa lokasi (Waruwu, 1984).
Dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,
Kawasan Taman Nasional dikatagorikan sebagai kawasan lindung merupakan satu
komponen yang menyusun suatu pola keruangan berdasarkan fungsi utama
kawasan. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan denagn fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumber daya buatan (Lubis, 2009).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 s.d April 2011. Lokasi
pemasangan camera trap pada Grid I (N25W27) dan II (N26W26) yang berada di
areal Taman Nasional Gunung Leuser SPTN Wilayah VI Besitang Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 2. Lokasi penelitian

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan adalah Peta kontur pada Grid N25W27,
N25W26, N26W26, N26W27, camera trap tipe Panthera, GPS Garmin 76CSX,
kompas, kamera digital, meteran, alat tulis, dan laptop.

18
Universitas Sumatera Utara

Prosedur Penelitian
Penentuan sampling
Populasi dari penelitian ini adalah Taman Nasional Gunung Leuser SPTN
Wilayah VI Besitang dengan luas 1.258,25 km2. Penelitian ini menggunakan grid
(petak contoh) dengan luas 289 km2 (17 km x 17 km) sebagai sampel, dengan
pertimbangan bahwa daerah jelajah terluas harimau di Asia Tenggara diperkirakan
250 km2. Oleh sebab itu, penentuan petak seluas 289 km2 diperkirakan cukup luas
untuk memungkinkan penaksiran penggunaan wilayah yang sebenarnya oleh
harimau. Tiap petak diberi identitas (ID Petak) untuk kepentingan pengelolaan
data. Grid system (Sistem petak) yang meliputi seluruh Pulau Sumatera telah
dikembangkan oleh proyek konservasi harimau WCSIP (Wildlife conservation
Society Indonesian Program) dan secara umum telah disepakati dan digunakan
oleh organisasi lain, seperti ZSL (Zoological Society of London), FFI (Flora
Fauna International), dan WWF-Riau (World Wildlife Fund - Riau), dan saat ini
telah digunakan untuk survai mamalia besar di seluruh Pulau Sumatera. Setiap
petak dibagi menjadi 16 anak petak (cells) berukuran identik 4,25 km x 4,25 km.
4,25 km
17 km
4,25 km

17 km

Gambar 3. Petak (grid) dan anak petak (sel) pemasangan camera trap

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan camera trap
Camera trap dipasang ± 45 cm dari permukaan tanah. Kamera ini
diikatkan pada kayu yang telah dipotong dan ditancapkan ke tanah. Pada tiap sel
dipasang dua buah camera trap yang saling berhadapan dengan jarak 7-10 meter.
Penentuan lokasi pemasangan camera trap berdasarkan atas temuan jejak satwa
yang paling dominan. Sketsa pemasangan camera trap dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 4. Sketsa Letak Camera trap

Jarak rata-rata camera trap antar sel adalah 3-6 km. Jarak rata-rata ini
sesuai dengan penelitian menggunakan camera trap di daerah hutan tropis lainnya
dan juga sesuai rekomendasi dari WCS Program India. Camera trap akan
diaktifkan selama 2 periode dengan lama waktu tiap periode adalah 30 hari.
Penelitian ini menggunakan 32 unit camera trap. Dalam penelitian ini,
kamera tidak dipasang serentak di seluruh areal penelitian. Camera trap dipasang
bergantian berdasarkan grid merupakan solusi dari minimnya jumlah kamera trap
yang tersedia.

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan Data
Foto-foto Harimau Sumatera yang didapatkan selama kegitaan penelitian
berlangsung, di masukkan kedalam tabel waktu dan lokasi penemuan Harimau
Sumatera (Tabel 1). Tabel tersebut menginformasikan keberadaan Harimau
Sumatera berdasarkan sel dan tanggal perekaman gambar. Foto-foto yang didapat
diidentifikasi jenis kelamin dengan melihat foto dari hasil camera trap
dilapangan.
Identifikasi individu harimau
Foto-foto harimau dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, pola loreng, ciriciri yang berbeda secara morfologis dan berdasarkan dimensi badan yang
mendasar. Kemudian dikembangkan data base referensi dari foto-foto harimau
yang bermutu ini sehingga terlihat gambar harimau yang telah diidentifikasi dari
arah kanan dan kiri, dan mungkin juga dari arah depan dan belakang. Setelah
kumpulan referensi ini dibuat maka semua foto dapat diklasifikasikan secara tepat.
Identifikasi dilakukan berdasarkan panggul, bahu, panjang pendek loreng pada
ekor, loreng bagian luar maupun bagian dalam pada kaki depannya dan kadangkadang pipi atau dahi kalau gambar diambil dari arah depan (Franklin dkk, 1999).
Menghitung Daerah Jelajah Harimau Sumatera
Harimau Sumatera yang telah diidentifikasi, dilihat keberaadaannya
didalam peta yang telah dibuat dengan menggunakan software Arc-view 3.3.
Daerah perpindahan tiap Individu dapat dilihat dari titik koordinat pengambilan
gambar sesuai dengan waktu perekaman gambar harimau. Titik-titik tersebut

Universitas Sumatera Utara

dihubungkan hingga menjadi sebuah poligon, sehingga didapatkan daerah jelajah
minimum tiap individu. Kemudian dihitung luasan daerah jelajah tersebut dengan
menggunakan menggunakan program X-Tools pada software Arc-view 3.3.
Aktivitas Harimau Sumatera
Waktu aktivitas dibagi dalam 2 periode, yaitu siang mulai pukul 07:00
sampai 17:59 dan malam mulai pukul 18:00 sampai pukul 06:59. Kategori waktu
aktivitas tersebut mengikuti Hutajulu (2007).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Titik Pemasangan Camera Trap
Pendugaan jumlah individu Harimau Sumatera di SPTN Wilayah VI
Besitang dilakukan pada 3 grid penelitian, yaitu Grid I (N25W27), II (N26W26),
dan III (N26W27) dengan jumlah sel yang terpasang camera trap sebanyak 32 sel.
Pada Grid I terdapat 16 titik pemasangan, Grid II terdapat 10 titik pemasangan,
dan Grid III terdapat 6 titik pemasangan. Titik-titik pemasangan dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 5. Peta Lokasi Pemasangan camera trap survey Harimau Sumatera di Taman
Nasional Gunung Leuser

Terjadinya penambahan grid pada penelitian ini, yaitu Grid III disebabkan
oleh kondisi lapangan yang ada pada beberapa sel pada Grid II, tepatnya Sel 24,

23
Universitas Sumatera Utara

Sel 27, Sel 28, Sel 31, dan Sel 32 tidak memungkinkan untuk dilakukan
pemasangan camera trap, karena sudah tidak ada lagi vegetasi pohon yang
tumbuh di lokasi tersebut akibat adanya perambahan hutan. Sedangkan Sel 20
tidak termasuk dalam kawasan taman nasional, sehingga tidak perlu dilakukan
pemasangan camera trap.
Untuk mengantisipasi kehilangan camera trap pada waktu dilapangan,
peneliti menempelkan informasi singkat seputar

kegiatan penelitian. Hal ini

cukup mempengaruhi kondisi keamanan camera trap. Dari 32 titik pemasangan,
terdapat satu titik (3,125 %) yang mengalami kehilangan camera trap. Kamera
tersebut diletakkan di jalur satwa yang masih aktif pada Sel 40 Grid II. Sampai
saat ini kamera tidak ditemukan dan dugaan kuat yang mengambil camera trap
tersebut adalah pemburu satwa liar yang mencoba menghilangkan jejak bukti
Camera trap tersebut diketahui hilang pada saat akan dilakukan pengecekan.
Setelah kejadian tersebut, sel-sel yang letaknya bersebelahan dengan sel
yang kehilangan camera trap, yaitu Sel 39, Sel 43, dan Sel 44 pada Grid III, tidak
dilakukan pemasangan camera trap pada tahap dua untuk mengantisipasi
terjadinya kehilangan maupun kerusakan pada kamera. Akibatnya, hasil yang
didapatkan pada sel-sel ini, hanya merupakan hasil rekaman camera trap pada
satu priode pemasangan atau sekitar satu bulan.
Keberadaan Harimau Sumatera dan Jenis Tutupan Lahan
SPTN Wilayah VI Besitang terbagi atas dua jenis tutupan lahan yaitu
hutan primer dan hutan sekunder. Hutan sekunder yang terbentuk adalah hutan
bekas tebangan HPH PT. Raja Garuda Mas yang mengalami permudaan secara

Universitas Sumatera Utara

alami. Titik pemasangan camera trap berdasarkan jenis tutupan lahan dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6. Peta Lokasi Pemasangan camera trap survey Harimau Sumatera di Taman
Nasional Gunung Leuser Berdasarkan Jenis Tutupan Lahan

Dari 32 titik