Pentingnya Penerjemahan TEORI PENERJEMAHAN

BAB II TEORI PENERJEMAHAN

II.1. Pentingnya Penerjemahan

Perkembangan ilmu teknologi telah berkembang begitu sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini. Fenomena ini telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan umat manusia. Perkembangan ilmu yang pesat berarti adanya peningkatan kemampuan manusia dalam menguasai lingkungan telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi kehidupan umat manusia itu sendiri. Dalam memasuki abad ke-21 sebagai abad informasi, manusia dihadapkan dengan arus informasi yang mengalir sangat deras dan dengan cepat menjangkau hampir seluruh pelosok dunia. Ini berarti bahwa jarak tempuh antara bagian dunia yang satu dan yang lainnya semakin tidak berarti. Penerjemahan yang baik hanya bisa dihasilkan oleh seorang penerjemah yang memiliki kualifikasi yang tinggi karena proses penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dengan demikian, penerjemahan juga melibatkan perbedaan- perbedaan budaya untuk mengungkapkan ide dan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. 4 4 Dr. Frans Sayogie, M.Pd, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah h, 4 II.1.1. Definisi Penerjemahan Penerjemahan selama ini didefinisikan secara beragam oleh para pakar bahasa yang bergelut atau berkecimpung dalam penerjemahan. Sebagian pakar bahasa mendefinisikan terjemahan berdasarkan pada pengalihan bentuk-bentuk dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Ada juga sebagian pakar bahasa yang menekankan terjemahan sebagai pengalihan arti dan pesan dari suatu bahasa sumber BSu ke dalam bahasa sasaran BSa, atau bahkan berdasarkan perspektif bahwa terjemahan sebagai suatu proses transfer budaya. Berikut ini beberapa petikan definisi dari pakar bahasa tentang penerjemahan yang kerap kali dijadikan acuan para penerjemah dan pengamat penerjemahan. Catford, dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation mendefinisikan terjemahan: translation is the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. 5 Dari definisi tersebut Dia menekankan bahwa wacana alihan haruslah sepadan dengan wacana aslinya. Karena padanan merupakan kata kunci dalam proses terjemahan, dengan sendirinya pesan dalam wacana alihan akan sebanding dengan pesan pada wacana aslinya. Sebaliknya, jika wacana alihan dan wacana asli tidak sepadan, wacana alihan tidaklah dianggap sebagai suatu terjemahan. 6 Berbeda dari Catford, Levy dalam bukunya Translation as A Decition Process dikutip dalam Holidaja, 1993: 49 mengemukakan bahwa terjemahan adalah suatu proses kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada penerjemah dalam menghasilkan makna situasional. Lebih lanjut Levy 5 J. Catford, Linguistic Theory of Translation London: Oxford University Press, 1978, h. 20. 6 O. SetiawanDjuharie, Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia Bandung: Yrama Widya, 2004, cet ke 2. h. 11. mengatakan sebagai suatu proses kreatif, terjemahan memberi peluang kepada penerjemah dalam bentuk kebebasan atau otonomi untuk menemukan kesepadanan yang persis menurut konteks situasi. Dengan otonomi ini, seorang penerjemah memiliki peluang yang besar dan signifikan dalam mengembangkan keterampilan dan kebisaannya. Dia bebas untuk berkreasi menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak keluar dari konteks. Senada dengan pendapat Levy, Larson, dalam bukunya Meaning- Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence, mendefinisikan terjemahan: translation concist of translating the meaning of the source language into the receptor language. 7 Perubahan bentuk dari BSu ke dalam BSa yang harus dipelihara adalah maknanya. Dia juga memaparkan bahwa terjemahan terdiri berdasarkan penelusuran leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya BSu yang kemudian baru menentukan makna dan kemudian baru diadaptasikan ke dalam leksikon dan struktur gramatikal BSa dengan wajar. Dengan kata lain, pengalihan makna harus dilakukan melalui struktur semantis dan ia harus dipertahankan walaupun bentuknya berubah. Dari beberapa pendapat para ahli bahasa tentang penerjemahan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terjemahan, baik lisan maupun tulisan, memberikan penekanan lebih kepada makna atau pesan yang akan disampaikan. Bukanlah hal masalah prinsipil, apakah hasil terjemahan patuh 7 M. Larson, Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence Boston: University Press of America Inc, 1984, H. 3. kepada bentuk bahasa sumbernya, melainkan yang terpenting adalah hasil terjemahan mempunyai maksud dan makna yang sama persis dengan pesan bahasa sumbernya. Jadi terdapat keakuratan, kewajaran dan kejelasan makna antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. II.1.2. Metode Penerjemahan Dalam proses penerjemahan, perlu kiranya seorang penerjemah mengetahui metode penerjemahan terdahulu agar ia dapat memilah metode apa yang perlu diterapkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Terjemahan itu banyak ragamnya, begitu pula namanya. Oleh karena itu menurut Newmark metode penerjemahan ini dapat digambarkan seperti diagram V berikut ini. BSu BSa katademikata adaptasi harfiah bebas setia idiomatik semantis komunikatif Diagram V Newmark 1988:45 a. Penerjemahan Kata Demi Kata Word for Word Translation Metode penerjemahan ini pada dasarnya kata-kata bahasa sasaran diposisikan di bawah versi bahasa sumber. Kata-kata bahasa sumber diterjemahkan diluar konteks dan sangat terkait dalam tatanan kata. Penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa mengubah susunan kata bahasa sasaran. Dengan kata lain, penerjemahannya apa adanya. Contoh: ﺐﺘﻛ ﻪﺛﻸﺛ ﻱﺪﻨﻋ ﻭ Terjemahannya : Dan di sisiku tiga buku-buku. 8 b. Penerjemahan Harfiah Literal Translation Kategori ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya. Akibat yang sering muncul dari terjemah kategori ini adalah, hasil terjemahannya menjadi saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Hasilnya dapat dengan mudah dibayangkan, yakni bahasa Indonesia yang bergramatika bahasa Arab, sehingga sangat aneh untuk di baca penutur bahasa sasaran bahasa Indonesia. 9 Contoh: ﺭﻭﺰﻳ ﺎﶈﺍ ﻆﻓ ﺔﻘﻳﺪﺣ ﺍﻮﻴﳊﺍ ﻥ Terjemahannya: Mengunjungi Gubernur kebun binatang. 10 8 . Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h.5 9 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab Yogyakarta: Tiara kencana, 2004, h.16. 10 Rofii, Dalil Fi al-Tarjamah: Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia Jakarta: Persada Kemala, tt, h.1. c. Penerjemahan Semantis Semantic Translation Dibandingkan dengan penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis lebih lentur. Karena penerjemahan semantis dapat dikompromikan dengan struktur gramatikal bahasa sasaran. Selain itu, penerjemahan semantis masih mempertimbangkan unsur-unsur bahasa sumber selama masih dalam batas kewajaran. Contoh: ﻦﻣﻭ ﻝﺪﺒﺘﻳ ﺮﻔﻜﻟﺍ ﻥﺎﳝﻹﺎﺑ ﺪﻘﻓ ﻞﺿ ﺀﺍﻮﺳ ﻞﻴﺒﺴﻟﺍ ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ : ١٠٨ Terjemahannya: Barangsiapa mengambil kekufuran sebagai pengganti keimanan, ia tersesat dari jalan yang benar. 11 d. Penerjemahan Adaptasi Adaptation Translation Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan bahasa sasaran. Biasanya metode ini di pakai dalam menerjemahkan drama atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema, karakter dan alur. Ini berarti bahwa unsur budaya dalam teks sumber disulih substituted dengan unsur budaya pembaca TSa. . 12 Contoh : ﺖﺷﺎﻋ ﺓﺪﻴﻌﺑ ﺚﻴﺣ ﻻ ﻮﻄﲣ ﻡﺪﻗ ﺪﻨﻋ ﻊﻴﺑﺎﻨﻴﻟﺍ ﻰﻠﻋﺎﺑ ﺮﻬﻨﻟﺍ 11 M.Mansyur dan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia-Indonesia Arab Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002, h.47. 12 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan Jakarta: Pustaka Jaya, 2006, h 64. 13 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h. 4 Terjemahannya : Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemericik air sungai yang terdengar jernih. . 13 e. Penerjemahan Bebas Free Translation Metode penerjemahan bebas lebih mengutamakan isi dengan mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Terjemahan bebas, pada umumnya lebih laik diterima, ketimbang terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi penyimpangan makna maupun pelanggaran norma- norma BSu. Kekurangan teknik penerjemahan bebas ialah bahwa yang disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks BSu bukan padanan makna BSa, tapi gambaran situasi yang menghasilkan perolehan padanan situasi. 14 Contoh : ﰲ ﻥﺃ ﻝﺎﳌﺍ ﻞﺻﺃ ﻢﻴﻈﻋ ﻦﻣ ﺃ ﻞﺻ ﺩﺎﺴﻔﻟﺍ ﺓﺎﻴﳊ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﲔﻌﲨﺃ Terjemahannya: Harta sumber malapetaka. 15 f. Penerjemahan Idiomatik Idiomatic Translation Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Beberapa pakar penerjemahan kaliber dunia seperti Seleskovitch 14 Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New Millenium Publication Jakarta: Kesaint Blanc, 2006,h. 52-53 15 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h. 4. menyukai metode penerjemahan ini, yang dianggapnya “hidup” dan “alami” dalam arti akrab . 16 Contoh : ﺎﻣﻭ ﺓﺬﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﺪﻌﺑ ﺐﻌﺘﻟﺍ Terjemahannya : Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian. 17 g. Penerjemahan Komunikatif Metode ini mengupayakan mereproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik dari aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu versi TSa-nya pun langsung diterima. Sesuai dengan namamya metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. 18 Metode ini adalah yang banyak digunakan dalam penerjemahan. Dalam metode ini yang di pentingkan adalah penyampaian pesannya, sedangkan terjemahannya sendiri lebih diarahkan pada bentuk yang berterima dan wajar dalam BSa. 19 Contoh : ﺭﻮﻄﺘﻧ ﻦﻣ ﺔﻔﻄﻧ ﰒ ﻦﻣ ﺔﻘﻠﻋ ﰒ ﻦﻣ ﺔﻐﻀﻣ 16 Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 54. 17 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h. 5. 18 Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 54. 19 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h. 5. Terjemahannya : kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging. 20

II.2. Penerjemahan Teks Film