Penerjemahan dialog Arab dalam film Ayat-ayat cinta

(1)

i Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh:

MELLY AMALIA 106024000936

J U R U S A N T A R J A M A H

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 16 Juni 2010

Melly Amalia NIM: 106024000936


(3)

iii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh: Melly Amalia 106024000936

Pembimbing

Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA NIP: 197606152003121002

J U R U S A N T A R J A M A H

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010


(4)

iv

Skripsi berjudul “Penerjemahan Dialog Arab Dalam Film Ayat-Ayat Cinta

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 16 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 16 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag Ahmad Saekhuddin, M.Ag

NIP: 195708161994031001 NIP: 197005052000031003

Anggota

Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA


(5)

v rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra Jurusan Tarjamah pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah dan Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. (2) Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Tarjamah dan Ahmad

Saekhuddin, M.Ag. Selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah.

(3) Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini. (4) Dosen Tarjamah: Ibu Karlina Helmanita, M.Ag, Bpk. Syarif Hidayatullah,

M.Hum, Bpk. Dr. Syukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abubakar, MA, dan lainnya. (5) Penguji Bpk Ahmad Saekhuddin, M.Ag, terima kasih ya pa atas masukan dan

saran-saran yang bapak berikan pada saya.

(6) Abah dan mamah, serta kakak dan adik yang telah memberikan doa, perhatian, dan kasih sayangnya dalam penyusunan skripsi ini.

(7) My Soulmate yang saya sayangi, Ahmad Wahyudin dan Wulandari karena telah setia menemani kemanapun, dimanapun dan kapanpun disaat saya membutuhkan. (8) Teman-teman Seperjuangan Tarjamah Angkatan 2006 yang saya cintai, Erna,

Elid, Fufu, Nisa, Meri, Leni, Daus, Ofah, Olis, Aini, Emvi, Ujah, Mida, Suty, Rina, Uton, Yatm, Yuli Yome, dan Yu2n karena telah memberikan bantuan/dukungan/doa dalam segala hal untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 16 Juni 2010


(6)

vi latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا ط t

ب b ظ z

ت t ع ‘

ث ts غ gh

ج j ف f

ح h ق q

خ kh ك k

د d ل l

ذ dz م m

ر r ن n

ز z و w

س s ة h

ش sy ء `

ص s ي y

ض d

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ◌

a Fathah

ِ◌

----

i Kasrah

ُ◌

---

u Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ◌

---ي ai a dan i

َ◌

---و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab


(7)

vii

ي ِ◌

---و ُ◌ û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwânbukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda--- ّ◌ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ةروﺮّﻀﻟاtidak ditulis ad-darûrahmelainkan

al- darûrah, demikian seterusnya. 5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﯾﺮط tarîqah

2 ﺔﯿﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.


(8)

viii

PERNYATAAN………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………... iv

UCAPAN TERIMA KASIH………... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………... vi

DAFTAR ISI………... viii

ABSTRAK... x

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

I.3. Tujuan Penelitian ... 4

I.4. Tinjauan Pustaka... 4

I.5. Metodologi Penelitian... 5

I.6. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. TEORI PENERJEMAHAN II.1. Pentingnya Penerjemahan ... 9

II.1.1. Definisi Penerjemahan... 10

II.1.2. Metode Penerjemahan... 12

II.2. Penerjemahan Teks Film ... 17

II.2.1. Subtitling... 18

II.2.2. Dubbing(Sulih Suara) ... 20

II.2.3. Unsur Naratif dan Unsur Sinematik ... 21

II.4. Jenis-jenis Film... 23

II.4.1. Film Dokumenter... 24

II.4.2. Film Fiksi... 24


(9)

ix III.1.1. Latar Belakang Pembuatan Film Ayat-ayat Cinta... 29 III.1.2. Kedudukan Film Ayat-ayat Cintadalam Islam ... 31 III.2. Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta... 33

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Data

IV.1.1 Analisis Data Potongan Ayat Al-Qur’an dalam Film Ayat-ayat Cinta.. 35 IV.1.2 Analisis Data Dialog Arab dalam Film Ayat-ayat Cinta... 43 IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Berdasarkan Bentuk Bahasa Arab Fasih (Fushâ) ... 45 IV.2.2 Berdasarkan Bentuk Bahasa Arab Umum (‘Âmiyyah)... 56

BAB V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 67 V.2. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran I Dialog Pendek Pada Film Ayat-ayat Cinta

Lampiran II Dialog Panjang Pada Film Ayat-ayat Cinta

Lampiran III Skenario Yang Terdapat Surat Al-Imran Lampiran IV Skenario Yang Terdapat Surat Maryam

Lampiran V Skenario Yang Terdapat Surat Annisa dan Hadis Rasul Lampiran VI Skenario Yang Terdapat Surat Yusuf

Lampiran VII Skenario Yang Terdapat Hadis Rasul Lampiran VIII Skenario Yang Terdapat Hadis Rasul Lampiran IX Skenario Yang Terdapat Hadis Rasul


(10)

x Jakarta: Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Dibawah bimbingan Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA

Film merupakan media komunikasi yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Disaat film diperkenalkan pertama kali di Indonesia, film dibuat oleh orang-orang belanda dan cina. Tujuannya hanya untuk menghibur semata dan sebagai alat dagang untuk mencapai keuntungan tanpa memperdulikan isi pesan yang ada dalam film tersebut.

Dalam sebuah film pasti terdapat dialog yang merupakan suatu alat sebagai percakapan antar dua karakter atau lebih, kemudian disampaikan secara jelas agar terkesan hidup lebih nyata dari skenario yang dibuat untuk dihafal oleh para pemainnya karena bahasa film merupakan kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar.

Hasil suatu terjemahan itu dinilai baik atau buruk, jelas atau tidak, sangat bergantung dari siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu adalah sebagai pencipta tetapi ia tidak punya kebebasan seluas kebebasan yang dimiliki penulis naskah aslinya, karena ia harus menciptakan terjemahannya dari dunia ciptaan yang sudah ada. Misalnya dalam penerjemahan film memiliki dialog arab yang merujuk pada skenario.

Permasalahan yang terdapat pada hasil terjemahan dari dialog film

Ayat-ayat Cinta menurut Penulis masih ada yang kurang tepat. Misalnya, penggunaan gaya terjemahan harfiah yang mendominan sehingga hasil terjemahan kurang enak untuk dibaca dan ada beberapa bahasa Arab yang tidak sesuai dengan skenario.

Penulis menarik Kesimpulan bahwa hasil terjemahan dialog film

Ayat-ayat Cinta masih kurang baik, seharusnya metode penerjemahan yang cocok lebih mudah dipahami serta gaya terjemahan harus lebih diperhatikan agar hasil terjemahan lebih baik dan lebih enak dibaca. Berdasarkan dari analisa Penulis menyebutkan bahwa apa yang ada dalam tulisan arab tersebut merupakan hasil dari pendengaran.


(11)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Dialog merupakan pembicaraan antar karakter (kadang tidak punya tujuan storytelling, cuma sekedar chitchat). Menulis skenario dalam sebuah dialog film tidak semudah para pemain menghafalnya, Dalam budaya yunani kuno (Aristoteles) Dramaturgi dibangun berdasarkan plot (aksi) yang didalamnya terdapat aksi dengan meniru aksi dari kehidupan nyata. Yang penting showing, baru kemudian telling. Dalam film, dianggap penting tapi tanpa dialog storytelling bisa jalan. Hal ini terjadi pada film Ayat-ayat Cinta.

Adapun berbagai fungsi dialog yaitu mengetahui karakterisasi siapa yang berbicara, mengetahui ilustrasi hubungan antara siapa yang berbicara dengan karakter lainnya (termasuk pilihan kata ketika berinteraksi dengan orang lain), bisa memperkaya aksi dan informasi tentang hasrat pikiran pemain. Dialog memiliki beberapa teknik didalamnya yang terdiri dari point dialog yang disampaikan secara jelas agar terkesan hidup realis sebagai pertanyaan untuk seorang pemainnya, dalam dialog film juga terdapat prinsip-prinsip dialog yang merupakan alat sebagai pembicaraan antara dua karakter atau lebih, dialek, aksen, intonasi, diksi yang mengarahkan pitch, loudness, timbre yang sangat terlihat fonetiknya karena dialog menempel pada bahasa tubuh karakter dimana dalam dialog itu tidak hanya apa yang dikatakan tetapi bagaimana cara mengatakannya.

Film merupakan sebuah karya seni, yang didalamnya juga terdapat berbagai macam jenis seni-seni yang lain, seni film lebih menonjol pada visualisasi gerakan para aktor maupun aktris dalam berakting di depan kamera.


(12)

Setelah membaca peran yang akan dijalankan serta penyesuaian dengan skenario yang telah diatur oleh sutradara. Para pemeran, memerankan apa yang diperankan dalam skenario sebuah cerita film dengan olah peran penuh ekspresi yang meyakinkan para penonton.

Di dalam alur cerita film, para aktor maupun aktrisnya akan mengikuti pada teks skenario yang disodorkan oleh sang sutradara dan sesuai dengan tema maupun judul dari film yang diputar. Dalam sebuah film terdapat banyak sisi-sisi kesenian nyata, yang semua sisinya mengandung estetika manifestasi seni. Seni memang indah serta enjoy, enak bahkan sejuk dilihat, tapi tidak menutup kemungkinan sifat seni yang liberal, dapat mengesampingkan etika atau moral seniman. Oleh sebab itu keindahan seni yang diciptakan para seniman harus equilibrium (seimbang) dengan moral atau etika para pekerja seni.

Dalam mengalihkan pesan dari bahasa ke bahasa lain, yang harus dipertahankan sedapat mungkin ialah isi, sedangkan bentuk di-nomor-duakan kecuali dalam kasus-kasus tertentu seperti dalam puisi. Oleh karena itu, agar pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut dapat dipahami dan dimengerti, maka harus diperhatikan bentuk bahasa sasarannya. Eugena A. Nida mengungkapkan bahwa: “menerjemahkan berarti menciptakan padanan paling dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan Bsu, pertama dalam hal makna dan kedua pada gaya bahasanya.1

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada film ayat-ayat cinta ini memiliki terjemahan Arab-Indonesia yang sangat berbeda dengan bahasa versi yang lain, karena dalam setiap percakapan arabnya yang para pemain ucapkan

1


(13)

memiliki arti perumpamaan, seperti pada contoh percakapan dalam ucapan berikut ini:

١

.

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻭ ﺎﻨﻴﻠﻋ

2

Contoh yang ini membalas ucapan seseorang yang mengatakan ucapan terima kasih kepadanya lalu diartikan dalam film ayat-ayat cinta seperti: “Terima kasih juga”. Jika dibandingkan dengan arti sebenarnya yaitu: “Untuk kami dan untuk kalian”.

٣

.

ﻢﻗ ﺍﺭﻮﻧ

...

ﻢﻗ ﺍﺭﻮﻧ

...

ﻢﻗ

3

Pada contoh yang satu ini memiliki kesalahan pada ucapan yang

seharusnya kata

ﻢﻗ

itu merujuk kepada seorang laki-laki tetapi disini kata

ﻢﻗ

diperuntukan kepada perempuan, jadi dalam film ayat-ayat cinta diterjemahkan seperti: “Bangun Nauro....Nauro bangun...bangun”. Seharusnya jika kepada

seorang perempuan menggunakan kata

ﻰﻤﻗ

.

Dari kedua contoh diatas berasal dari bahasa arab yang diucapkan oleh para pemain yang memerankan film ayat-ayat cinta dan diubah menjadi tulisan arab dari apa yang terdengar oleh Penulis dalam kesalahan masing-masing yang juga memiliki terjemahan yang berbeda pula dalam setiap percakapannya.

2

Dialog tersebut terdapat di dalam film Ayat-ayat Cinta karya Hanung Bramantyo yang sengaja Penulis ubah dalam bahasa Arab dari apa yang terdengar.

3


(14)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis hendak mengkaji lebih jauh dengan menemukan hal-hal yang unik didalamnya lalu mengangkat judul “Penerjemahan Dialog Arab dalam Film Ayat-ayat Cinta”.

I.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat begitu banyaknya percakapan dalam sebuah film layar lebar pembatasan penelitian ini dilakukan pada beberapa percakapan yang berhubungan dengan Bahasa Arab saja yaitu dari 80 ucapan menjadi 20 ucapan serta kumpulan beberapa ayat Alquran dan hadis rasul. Adapun perumusan masalah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Apakah terjemahan dialog arab dalam Film Ayat-ayat Cintasudah tepat?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Penulis ingin menggunakan sebuah metode penerjemahan dalam film. b. Mengetahui metode apa yang dipergunakan oleh penerjemah dalam

tulisan.

I.4. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan penelitian buku-buku, skripsi, dan tesis yang pernah diteliti bahwa penelitian yang sama dengan judul ini belum pernah ada yang membahasnya. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahas judul ini yang merupakan suatu wujud baru dalam dunia penerjemahan film layar lebar.


(15)

Adapun skripsi yang sudah pernah diteliti yaitu mengenai analisis penerjemahan Arab-Indonesia terhadap film Al-Risalah karya Mustapha Akkad yang diteliti oleh Abdul Rohman pada tahun 2009 yang lalu.

I.5. Metodologi Penelitian

Seorang penerjemah haruslah mampu mencarikan padanan yang tepat dari Bsu ke dalam Bsa. Satu kesalahan bila seorang penerjemah memadankan sebuah kata atau konteks kalimat ke dalam bahasa sasaran tidak sesuai dengan bahasa sumber, hal itu dapat mengakibatkan perubahan makna dan dapat memberikan kesalahan informasi yang diterima oleh pembaca karya terjemahan maupun film-film asing yang ada terjemahannya. Seorang penerjemah harus cermat dalam menganalisis teks dan terampil dalam mengolah kata-kata yang sepadan dengan konteks kalimat yang ditemukan. Kesesuaian dan kesepadanan antara konteks bahasa sumber dan konteks bahasa sasaran merupakan salah satu syarat penerjemahan.

Selain itu, penguasaan bahasa sasaran yang baik juga merupakan prasyarat agar semua detil dan nuansa karya asli dapat terwakili dalam karya terjemahan. Selain kriteria-kriteria tersebut, ada tambahan bagi seorang penerjemah film, baik

subtitle maupun dubbing, yaitu penguasaan teknik dan penyelarasan teks dalam penerjemahan film.

Proses penelitian ini mengacu pada teks skenario asli dan subtitle pada film Ayat-ayat Cinta karena dari beberapa hal tersebut merupakan rangkuman alur dari seluruh penelitian ini.

1. Identifikasi; mengumpulkan dialog-dialog arab yang mempengaruhi ketepatan dalam penerjemahan yang sesuai dengan metode ataupun syarat penerjemahan tersebut, baik dari potongan ayat Al-Qur’an maupun dialog pendeknya.


(16)

2. Penyaringan; kumpulan dialog-dialog arab diseleksi menurut bentuk dan makna pada potongan ayat Al-Qur’an, adapun menurut dialek dan subtitle untuk mengetahui ketepatan.

3. Penganalisisan; setiap dialog arab yang siap dianalisis berdasarkan bentuk, makna serta dialek ataupun ketepatan dalam subtitle.

4. Penyimpulan; penarikan kesimpulan dari hasil analisis, dimana setiap kesimpulan harus menjawab setiap rumusan masalah yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah pencarian data. Yakni dengan mencari kalimat-kalimat yang berhubungan dengan

bahasa Arab dan penulis menggunakan metode random samplingatau penentuan

sample secara acak, lalu menggunakan metode penelitian studi kasus teks Arab,

yaitu dengan memindahkan apa yang diucapkan para pemain pada film ayat-ayat

cintakemudian data tersebut dianalisa.

Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian adalah film

“ayat-ayat cinta”dalam format VCD. Alasannya karena format VCD ini memiliki rasio layar yang sama dengan layar televisi. Data sekunder yang penulis peroleh berasal dari literatur buku-buku, internet, koran, kamus serta penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini bermaksud mengungkapkan suatu masalah dengan memberikan penilaian secara menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut pandang ilmu yang relevan.

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Menonton film “ayat-ayat cinta” dalam format VCD.

2. Mengamati keseluruhan cerita beserta dialog-dialog yang dilakukan para pemain dalam film “ayat-ayat cinta”.

3. Menentukan dialog arab serta mengubahnya kedalam tulisan Arab sesuai dengan apa yang didengar secara langsung pada film.


(17)

4. Mentranskrip dialog-dialog dalam film “ayat-ayat cinta”.

5. Memilih dialog-dialog yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan kamus sebagai alat penerjemahan dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran, kemudian dibahas sesuai dengan kajian.

I.6. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan bagian pendahuluan atau berisi pengantar, yang memuat latar belakang masalah yang menyangkut tentang judul yang dibahas, yaitu tentang penerjemahan dialog arab dalam film ayat-ayat cinta, perumusan dan pembatasan masalah yang terdapat didalamnya yaitu tentang pertanyaan dan jawaban apa yang ditanyakan dan dibahas dalam judul tersebut, tujuan penelitiannya mengetahui seluk-beluk tentang isi apa yang ingin diketahui oleh penulis, metode penelitian bersifat kajian pustaka sedangkan metode yang penulis gunakan adalah menganalisis dengan memberikan gambaran dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas tentang pentingnya penerjemahan, definisi penerjemahan, metode penerjemahan, kemudian kesetiaan dalam penerjemahan yang akan memberikan pemahaman tentang perbedaan antara bahasa arab dan bahasa indonesia serta gambaran umum tentang penerjemahan dalam parameter dimensi zaman. Adapula penerjemahan teks film seperti subtitling dan dubbing yang juga berhubungan dengan syarat penerjemahan film dan jenis-jenis film.


(18)

Bab ketiga, berupa gambaran umum pembuatan filmayat-ayat cinta yang bisa dilihat dari sejarah lahirnya film ayat-ayat cinta dan kedudukan film ayat-ayat cinta dalam islam, kemudian kita juga dapat mengetahui pesan moral yang ada dalam film ayat-ayat cintamelaui resensi yang terdapat pada film tersebut.

Bab keempat, membahas yang berkaitan dengan judul yaitu penerjemahan dialog arab dalam film ayat-ayat cinta. Adapun isi bab tersebut tentang beberapa ayat Al-Qur’an dalam film tersebut yang juga bisa dilihat dari ketepatan subtitle dan terjemahan sebenarnya dari dialog film ayat-ayat cinta.


(19)

BAB II

TEORI PENERJEMAHAN II.1. Pentingnya Penerjemahan

Perkembangan ilmu teknologi telah berkembang begitu sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini. Fenomena ini telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan umat manusia. Perkembangan ilmu yang pesat berarti adanya peningkatan kemampuan manusia dalam menguasai lingkungan telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi kehidupan umat manusia itu sendiri.

Dalam memasuki abad ke-21 sebagai abad informasi, manusia dihadapkan dengan arus informasi yang mengalir sangat deras dan dengan cepat menjangkau hampir seluruh pelosok dunia. Ini berarti bahwa jarak tempuh antara bagian dunia yang satu dan yang lainnya semakin tidak berarti.

Penerjemahan yang baik hanya bisa dihasilkan oleh seorang penerjemah yang memiliki kualifikasi yang tinggi karena proses penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dengan demikian, penerjemahan juga melibatkan perbedaan-perbedaan budaya untuk mengungkapkan ide dan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.4

4

Dr. Frans Sayogie, M.Pd, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah) h, 4


(20)

II.1.1. Definisi Penerjemahan

Penerjemahan selama ini didefinisikan secara beragam oleh para pakar bahasa yang bergelut atau berkecimpung dalam penerjemahan. Sebagian pakar bahasa mendefinisikan terjemahan berdasarkan pada pengalihan bentuk-bentuk dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Ada juga sebagian pakar bahasa yang menekankan terjemahan sebagai pengalihan arti dan pesan dari suatu bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa), atau bahkan berdasarkan perspektif bahwa terjemahan sebagai suatu proses transfer budaya. Berikut ini beberapa petikan definisi dari pakar bahasa tentang penerjemahan yang kerap kali dijadikan acuan para penerjemah dan pengamat penerjemahan.

Catford, dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation

mendefinisikan terjemahan: translation is the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language.5 Dari definisi tersebut Dia menekankan bahwa wacana alihan haruslah sepadan dengan wacana aslinya. Karena padanan merupakan kata kunci dalam proses terjemahan, dengan sendirinya pesan dalam wacana alihan akan sebanding dengan pesan pada wacana aslinya. Sebaliknya, jika wacana alihan dan wacana asli tidak sepadan, wacana alihan tidaklah dianggap sebagai suatu terjemahan.6

Berbeda dari Catford, Levy dalam bukunya Translation as A Decition

Process (dikutip dalam Holidaja, 1993: 49) mengemukakan bahwa terjemahan adalah suatu proses kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada penerjemah dalam menghasilkan makna situasional. Lebih lanjut Levy

5

J. Catford, Linguistic Theory of Translation(London: Oxford University Press, 1978), h. 20.

6

O. SetiawanDjuharie, Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia (Bandung: Yrama Widya, 2004), cet ke 2. h. 11.


(21)

mengatakan sebagai suatu proses kreatif, terjemahan memberi peluang kepada penerjemah dalam bentuk kebebasan atau otonomi untuk menemukan kesepadanan yang persis menurut konteks situasi. Dengan otonomi ini, seorang

penerjemah memiliki peluang yang besar dan signifikan dalam

mengembangkan keterampilan dan kebisaannya. Dia bebas untuk berkreasi menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak keluar dari konteks.

Senada dengan pendapat Levy, Larson, dalam bukunya

Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence, mendefinisikan terjemahan: translation concist of translating the meaning of the source language into the receptor language.7Perubahan bentuk dari BSu ke dalam BSa yang harus dipelihara adalah maknanya. Dia juga memaparkan bahwa terjemahan terdiri berdasarkan penelusuran leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya BSu yang kemudian baru menentukan makna dan kemudian baru diadaptasikan ke dalam leksikon dan struktur gramatikal BSa dengan wajar. Dengan kata lain, pengalihan makna harus dilakukan melalui struktur semantis dan ia harus dipertahankan walaupun bentuknya berubah.

Dari beberapa pendapat para ahli bahasa tentang penerjemahan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terjemahan, baik lisan maupun tulisan, memberikan penekanan lebih kepada makna atau pesan yang akan disampaikan. Bukanlah hal masalah prinsipil, apakah hasil terjemahan patuh

7

M. Larson, Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence (Boston: University Press of America Inc, 1984), H. 3.


(22)

kepada bentuk bahasa sumbernya, melainkan yang terpenting adalah hasil terjemahan mempunyai maksud dan makna yang sama persis dengan pesan bahasa sumbernya. Jadi terdapat keakuratan, kewajaran dan kejelasan makna antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.

II.1.2. Metode Penerjemahan

Dalam proses penerjemahan, perlu kiranya seorang penerjemah mengetahui metode penerjemahan terdahulu agar ia dapat memilah metode apa yang perlu diterapkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Terjemahan itu banyak ragamnya, begitu pula namanya. Oleh karena itu menurut Newmark metode penerjemahan ini dapat digambarkan seperti diagram V berikut ini.

BSu BSa katademikata adaptasi

harfiah bebas setia idiomatik semantis komunikatif Diagram V (Newmark 1988:45)

a. Penerjemahan Kata Demi Kata (Word for Word Translation)

Metode penerjemahan ini pada dasarnya kata-kata bahasa sasaran diposisikan di bawah versi bahasa sumber. Kata-kata bahasa sumber diterjemahkan diluar konteks dan sangat terkait dalam tatanan kata. Penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber ke dalam bahasa


(23)

sasaran tanpa mengubah susunan kata bahasa sasaran. Dengan kata lain, penerjemahannya apa adanya.

Contoh:

ﺐﺘﻛ ﻪﺛﻸﺛ ﻱﺪﻨﻋ ﻭ

Terjemahannya : Dan di sisiku tiga buku-buku.8

b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Kategori ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya. Akibat yang sering muncul dari terjemah kategori ini adalah, hasil

terjemahannya menjadi saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan

aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Hasilnya dapat dengan mudah dibayangkan, yakni bahasa Indonesia yang bergramatika bahasa Arab, sehingga sangat aneh untuk di baca penutur bahasa sasaran (bahasa Indonesia).9

Contoh:

ﺭﻭﺰﻳ

ﺎﶈﺍ

ﻆﻓ

ﺔﻘﻳﺪﺣ

ﺍﻮﻴﳊﺍ

Terjemahannya: Mengunjungi Gubernur kebun binatang.10

8

. Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h.5

9

Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab (Yogyakarta: Tiara kencana, 2004), h.16.

10

Rofi'i, Dalil Fi al-Tarjamah: Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia (Jakarta: Persada Kemala, tt), h.1.


(24)

c. Penerjemahan Semantis (Semantic Translation)

Dibandingkan dengan penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis lebih lentur. Karena penerjemahan semantis dapat dikompromikan dengan struktur gramatikal bahasa sasaran. Selain itu, penerjemahan semantis masih mempertimbangkan unsur-unsur bahasa sumber selama masih dalam batas kewajaran. Contoh:

ﻦﻣﻭ

ﻝﺪﺒﺘﻳ

ﺮﻔﻜﻟﺍ

ﻥﺎﳝﻹﺎﺑ

ﺪﻘﻓ

ﻞﺿ

ﺀﺍﻮﺳ

ﻞﻴﺒﺴﻟﺍ

)

ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ

:

١٠٨

(

Terjemahannya: Barangsiapa mengambil kekufuran sebagai pengganti keimanan, ia tersesat dari jalan yang benar.11

d. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan bahasa sasaran. Biasanya metode ini di pakai dalam menerjemahkan drama atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema, karakter dan alur. Ini berarti bahwa unsur budaya dalam teks sumber disulih (substituted) dengan unsur budaya pembaca TSa. .12

Contoh :

ﺖﺷﺎﻋ

ﺓﺪﻴﻌﺑ

ﺚﻴﺣ

ﻮﻄﲣ

ﻡﺪﻗ

ﺪﻨﻋ

ﻊﻴﺑﺎﻨﻴﻟﺍ

ﻰﻠﻋﺎﺑ

ﺮﻬﻨﻟﺍ

11

M.Mansyur dan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia-Indonesia Arab (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002), h.47.

12

Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan(Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h 64.

13


(25)

Terjemahannya : Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemericik air sungai yang terdengar jernih. .13

e. Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Metode penerjemahan bebas lebih mengutamakan isi dengan

mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Terjemahan bebas, pada umumnya lebih laik diterima, ketimbang terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi penyimpangan makna maupun pelanggaran norma-norma BSu. Kekurangan teknik penerjemahan bebas ialah bahwa yang disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks BSu bukan padanan makna BSa, tapi gambaran situasi yang menghasilkan perolehan padanan situasi.14

Contoh :

ﻥﺃ

ﻝﺎﳌﺍ

ﻞﺻﺃ

ﻢﻴﻈﻋ

ﻦﻣ

ﻞﺻ

ﺩﺎﺴﻔﻟﺍ

ﺓﺎﻴﳊ

ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﲔﻌﲨﺃ

Terjemahannya: Harta sumber malapetaka.15

f. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Beberapa pakar penerjemahan kaliber dunia seperti Seleskovitch

14

Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New Millenium Publication (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006),h. 52-53

15


(26)

menyukai metode penerjemahan ini, yang dianggapnya “hidup” dan “alami” (dalam arti akrab) .16

Contoh :

ﺎﻣﻭ

ﺓﺬﻠﻟﺍ

ﻻﺇ

ﺪﻌﺑ

ﺐﻌﺘﻟﺍ

Terjemahannya : Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian.17

g. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan mereproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik dari aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu versi TSa-nya pun langsung diterima. Sesuai dengan namamya metode ini memperhatikan

prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan

penerjemahan.18

Metode ini adalah yang banyak digunakan dalam penerjemahan. Dalam metode ini yang di pentingkan adalah penyampaian pesannya, sedangkan terjemahannya sendiri lebih diarahkan pada bentuk yang berterima dan wajar dalam BSa.19

Contoh :

ﺭﻮﻄﺘﻧ

ﻦﻣ

ﺔﻔﻄﻧ

ﻦﻣ

ﺔﻘﻠﻋ

ﻦﻣ

ﺔﻐﻀﻣ

16

Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 54.

17

Moch Syarif,Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…,h. 5.

18

Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 54.

19


(27)

Terjemahannya : kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan

kemudian segumpal daging.20

II.2. Penerjemahan Teks Film

Film pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat pada akhir abad 19. film pada masa itu masih berbentuk film bisu, yaitu film yang hanya menampilkan gambar tapi tidak ada dialognya. Film dan bioskop pertama lahir di Perancis yang kemudian menyebar dan terus berkembang keseluruh dunia. Dampak terjemahan karya-karya tertulis dari zaman ke zaman sudah kita lihat. Kita pun dapat merasakan dampak itu, baik dalam kehidupan biasa sehari-hari, kehidupan kesenian, maupun kehidupan intelektual. Akan tetapi, memang diperlukan waktu berabad-abad (bukan sekedar beberapa tahun saja) untuk terjadinya dampak itu. Kemajuan dibidang percetakan, komunikasi, informasi, dan transportasi telah menyebabkan penyebaran hasil penerjemahan terjadi dalam waktu yang cepat. Pengaruh buku terjemah dan film terjemahan pada masyarakat kita tentunya makin cepat terjadi.21

Stasiun televisi maupun bioskop-bioskop yang bertebaran di setiap penjuru kota memiliki program acara yang terdiri dari program acara lokal dan program acara bahasa asing. Untuk membantu penonton memahami suatu film yang ditayangkan maka sudah tentu diperlukan seorang penerjemah. Penerjemah berfungsi mengalihbahasakan isi film bahasa sumber (bahasa asing yang bersangkutan) ke bahasa sasaran (bahasa Indonesia) sehingga pemirsa dapat menangkap isi yang disampaikan oleh sebuah film.

20

Moch Syarif,Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…,h. 5.

21


(28)

Penerjemahan televisi berbeda dengan penerjemahan pada umumnya. Televisi adalah media audio-visual, karena itu penerjemahan film televisi bertumpu kepada audio dan visual. Pada dasarnya, penerjemahan film televisi terbagi atas dua, yaitu subtitlingdan dubbing (sulih suara). Subtitleadalah teks

terjemahan yang muncul di bagian bawah layar televisi. Dubbing adalah sulih

suara, mengganti audio bahasa sumber dengan audio bahasa sasaran.22

II.2.1. Subtitling

Subtitel, yaitu memberikan sebuah terjemahan dari dialog bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk disinkronkan keterangannya, biasanya di bagian bawah layar, Subtitling sebagai bentuk foreignisasi

merupakan pendekatan untuk penerjemahan yang dapat digambarkan sebagai "mengirim pembaca ke luar negeri". Subtitle dapat membawa penonton ke dalam suasana budaya dan cita rasa bahasa asing tanpa harus pergi ke negara yang bersangkutan tapi cukup dengan melihat dan menonton film asing tersebut. Selain itu, dalam dunia industri film, penerjemahan cara subtitle

menjadi pilihan karena secara finansial lebih ekonomis dan praktis.23

Prinsip subtitling adalah membantu pemirsa memahami isi film,

bukan membuat pemirsa sibuk membaca. Oleh karena itu, bahasa subtitling

haruslah merupakan bahasa yang singkat, padat dan tepat sasaran. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dibawah ini akan

22

Moch Syarif,Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…,h. 92.

23

Agnieszka Szarskowska, “The Power of Film Translation”artikel diakses pada 01 Januari 2010 dari http://www.accurapid.com/journal/32film.html.


(29)

disebutkan hal-hal yang harus diperhatikan oleh penerjemah film metode

subtitleyaitu :

1. Nama sutradara, produser, aktor dan tim kru yang muncul di openingdan

ending titletidak perlu diterjemahkan.

1. Lirik lagu hanya diterjemahkan jika merupakan bagian dari isi film. Kalau sekedar merupakan musik ilustrasi, tidak perlu diterjemahkan.

2. Kalau ada repetisi kata, cukup satu yang diterjemahkan.

3. Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang jelas. 4. Tulisan di papan nama, surat, email, dll. yang ada kaitannya dengan isi

cerita harus diterjemahkan.

5. Ungkapan dan peribahasa jangan diterjemahkan secara harafiah, namun dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.

6. Tidak perlu menerjemahkan semua detil. Kalimat boleh disederhanakan dengan tetap menganut pola Subyek-Predikat- Obyek.

Dalam subtitling, yang harus diperhatikan adalah dalam timeframe

pemunculan subtitle yang didasarkan pada time code (ukuran waktu dalam hh:mm:ss:ff). pemunculan subtitleamat ditentukan oleh penentuan in-pointdan

out-point time code. Waktu pemunculan subtitle adalah antara 2-7 detik. Satu

subtitle maksimal terdiri dari 2 baris dan satu baris maksimal 35 karakter. Pemenggalan kalimat perlu diperhatikan, dengan mempertimbangkan tatabahasa dan logika dalam satu kalimat.24

24


(30)

II.2.2. Dubbing (Sulih Suara)

Dubbing (sulih suara) diketahui menjadi metode yang memodifikasi sebagian besar teks sumber sehingga menjadikannya biasa dan familiar dengan penonton melalui domestifikasi. Ini adalah sebuah metode dimana dialog bahasa asing disesuaikan dengan pergerakan mulut aktor yang terdapat di film tersebut dengan menggunakan bahasa sasaran (penonton), yang bertujuan untuk membuat para penonton merasa jika mereka benar-benar mendengarkan aktor berbicara dengan bahasa target.25Ditinjau dari segi ideologi, kebijakan sulih suara ini merupakan ideology domestication. Sulih suara film tidak dapat dilepaskan dari soal penerjemahan, penyelarasan naskah, dan pengarahan dialog.26

Dalam proses sulih suara ada kegiatan pengisian suara yang merupakan bagian yang memberikan hasil akhir yang ditonton dan didengarkan oleh penonton. Dalam kenyataan, proses ini dilakukan di bawah arahan pengarah dialog yang juga harus menguasai segi kebahasaannya. Secara teknis sinematografis suara harus sesuai dengan karakter suara tokoh yang disulih. Pengisi suara harus memahami benar tokoh dan situasi sosial budaya yang melatarinya. Dalam hubungan ini, kemampuan mengatur artikulasi sangat penting. Ia harus seperti seorang dalang yang dapat menuturkan kalimat-kalimatnya dengan karakter sosial dan intonasi serta tekanan yang tepat. Inilah segi kebahasaan yang harus diterapkan dalam proses pengisian suara.

25

Agnieszka Szarskowska, “The Power of Film Translation”

26


(31)

Pengawasan dan pengarahan proses pengisian suara dilakukan oleh pengarah dialog.27

Dalam sulih suara, bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia yang luwes, baik dan benar. Dalam sulih suara, bahasa Indonesia yang baik dan benar bukanlah berarti menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tapi menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, kondisi, konteks film dan jenis film dengan tetap mengacu kepada kaidah yang berlaku.

Secara garis besar, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Panjang pendek terjemahan sama dengan panjang pendek kalimat bahasa sumber.

1. Kalimat terjemahan lip-syncdengan kalimat bahasa sumber.

2. Hubungan antar kalimat tidak terputus.

3. Mengikuti tatabahasa bahasa Indonesia.

4. Kalimat/kata sesuai dengan gambar.

5. Bahasa terjemahan mampu menunjukkan strata sosial pemeran.28

II.2.3. Unsur Naratif dan Unsur Sinematik

Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa

27 Beni Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan,h.108-109.

28


(32)

kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. 29

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh peristiwa tersebut terikat sebuah aturan hukum kausalitas (logika- sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif. 30

Mise en scene

Sinematografi

Editing

Suara

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. scene adalah segala hal yang berada di depan kamera.

29

Rana Biru, “Film Psychodelic,” artikel diakses pada tanggal 16 Maret 2010 dari http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur pembentuk-film.html

30

Himawan Pratista, Memahami Film(Yogyakarta: Homerian Pustaka,2008), h. 2 FILM

Unsur Sinematik : Unsur Naratif


(33)

scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make up, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Sedangkan suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melaui indra pendengaran. 31

II.3. Jenis-jenis Film

Sebelum lebih jauh masuk ke dalam pembahasan yang lebih rinci kita perlu mengetahui jenis-jenis film secara umum. Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non naratif (non cerita).

Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep formalisme (abstrak). Sementara film fiksi berada persis di tengah-tengah dua kutub tersebut.

Dokumentar Fiksi Eksperimental

(nyata) (rekaan) (abstrak)

II.3.1. Film Dokumenter

Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun

31


(34)

merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumentar tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya.

Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton

untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. 32 Dalam

menyajikan faktanya, film dokumenter dapat menggunakan beberapa metode. Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa tersebut benar-benar terjadi.

II.3.2. Film Fiksi

Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karekter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan serta pola pengembangan cerita yang jelas.

Dari sisi produksi, film fiksi relatif lebih kompleks ketimbang dua jenis film lainnya, baik masa pra-produksi, produksi, pasca-produksi. Manajemen produksinya juga lebih kompleks karena biasanya menggunakan pemain serta kru dalam jumlah yang besar. Produksi film fiksi juga memakan waktu relatif lebih

32


(35)

lama. Persiapan teknis seperti lokasi syuting serta setting dipersiapkan secara matang baik di studio maupun non studio.33

Film fiksi yang berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak, sering kali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematik. Seperti telah kita singgung sebelumnya film fiksi sering menggunakan teknik gaya dokumenter.

II.3.3. Film Eksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para eksperimental umumnya bekerja di luar industri film utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Mereka umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya sejak awal hingga akhir. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka.

Film eksperimental juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang menentang kausalitas. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka

menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri. Para

eksperimental kadang mengeksplorasi berbagai kemungkinan dari medium film.34

33

Himawan Pratista, Memahami Film,h. 6.

34


(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM AYAT-AYAT CINTA

III.1. Sejarah Lahirnya Film Ayat-Ayat Cinta

Ayat-Ayat Cinta adalah sebuah film Indonesia karya Hanung Bramantyo yang dibintangi oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia Adya Mecca, dan Melanie Putria. Film ini merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah novel best sellerkarya Habiburrahman El Shirazy berjudul Ayat Ayat Cinta, dan melakukan penayangan perdana pada pertama tahun 2008. Walaupun kisah dalam film dan novel Ayat-Ayat Cinta berlatarkan kehidupan di Kairo, namun proses pengambilan gambar tidak dilakukan di kota itu.35

Penulis akan menjelaskan beberapa kota yang dipakai sebagai tempat shooting ketika melakukan pengambilan gambar yang berlatarkan kairo. Ternyata dalam film itu tidak dilakukan langsung di kairo itu sendiri. Akan tetapi, dilakukan di kota Semarang yang juga mengikut sertakan menghadirkan seekor

unta dari Kebun Binatang Gembiraloka Jogjakarta. 36 Adapun metro yang

dibangun bangsa Prancis bertempat di stasiun Manggarai. Perpustakaan Al Azhar dan ruang Talaqi masjid Al Azhar di Gedung Cipta Niaga Jakarta Kota. Yang dijadikan Flat Fahri, Flat Maria dan Pasar El Khalili sebenarnya berada di kota lama dan Gedung Lawang Sewu Semarang serta ruang sidang pengadilan Fahri menggunakan di Gereja Imanuel Jakarta. Kemudian tim ayat-ayat cinta hijrah ke India untuk menghadirkan Sungai Nil dan Padang Pasir.

35

Ayat-ayat Cinta, “Ayat-Ayat Cinta (film)” diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ayat-Ayat_Cinta_(film)

36

Thomy, “Di Balik Layar Ayat-ayat Cinta” diakses pada tanggal 24 maret 2010 dari http://thomy265.wordpress.com/2008/03/08/kisah-di-balik-layar-ayat-ayat-cinta-i/


(37)

Dikisahkan, Maria Girgis (Carissa Putri), putri Tuan Butros dan Maddame Nafed bertetangga flat (apartemen) dengan Fahri, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas al-Azhar. Maria, terlahir dari keluarga Kristen Koptik, digambarkan mengagumi Al-Qur'an, karena ayat-ayatnya yang dilantunkan indah, bersimpati pada Fahri. Simpati yang akhirnya berubah menjadi cinta. Sayang sekali, Maria tidak pernah mengutarakan perasaan hatinya. Ia hanya menuangkannya dalam diary saja.

Selain Maria, ada juga Nurul (diperankan Melanie Putri), mahasiswi asal Indonesia, anak seorang kyai yang cukup kesohor, yang juga menimba ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati kepadanya, tetapi sayang rasa cinta itu dihalangi oleh perasaan mindernya, karena Fahri hanya anak seorang petani. Cinta yang akhirnya tak terucapkan. Ada juga tetangga yang selalu disiksa "ayahnya", dan Fahri ingin menolongnya, tetapi justru itulah yang menjadi awal bencana baginya. Fahri harus beberapa saat mendekam di penjara, karena tuduhan fitnah telah memperkosanya. Saat badai fitnah menimpa, saat itu Fahri sudah menikah dengan Aisha, gadis Turki yang menjadi warga Negara Jerman. Pendekatan diplomatik Indonesia buntu, gagal membebaskan Fahri.

Tetapi berkat kewarganegaraan Jerman yang dimiliki Aisha, pengadilan Mesir melunak. Fahri bebas, setelah dibuktikan bahwa tuduhan itu fitnah belaka. Sebenarnya Fahri hanya difitnah, kesaksian Noura palsu karena dinyatakan di bawah tekanan Bahadur, "ayah"nya. Padahal Bahadur, yang ternyata bukan ayah kandungnya, justru dialah yang memperkosanya, dan ingin menjualnya menjadi seorang pelacur. Sementara itu, Maria sedang sakit, karena tekanan batin yang dideritanya karena Fahri telah menemukan “sungai Nil"-nya, yang ternyata bukan


(38)

dirinya. Tetapi berkat kegigihan Aisha, istri Fahri, Maria berhasil dihadirkan ke pengadilan. Kedatangannya menolong Fahri, karena ia menjadi saksi ketika Fahri dan Nurul menyembunyikan Noura di rumah Nurul, demi menyelamatkan Noura dari amukan Bahadur.

Justru Aisha sendiri, yang ketika Maria terbaring sakit, membaca diary-nya. Ternyata Maria memendam rindu kepada Fahri, cinta yang dibawanya sampai ia terbaring sakit. Aisha terharu. Ia akhirnya bersedia "membagi cinta" dengan Maria. Fahri dan Maria pun menikah atas restunya karena itulah satu-satunya obat bagi kesembuhannya. Madamme Girgis, ibu Maria, sangat berterima kasih dengan pengorbanan Aisha. Madamme Girgis memeluk erat Aisha, ketika wanita keturunan Turki itu menghindar dari akad nikah yang sedang diselenggarakan antara Fahri dan Maria yang sedang berbaring sakit, karena tidak bisa menahan gejolak jiwanya.

Beberapa menit terakhir film ini diisi dengan adegan kebersamaan antara Fahri dengan kedua istrinya. Ada cemburu antara kedua istri Fahri, tetapi keduanya berusaha keras "menjaga hati". Sementara Fahri mempergumulkan makna keadilan bagi kedua istrinya. Aisha sedang hamil tua dan menunggu kelahiran bayinya, sementara Maria kembali jatuh sakit. "Ajarilah aku shalat", ucap Maria kepada Fahri, "karena aku ingin shalat bersama kalian". Fahri dan Aisha terkejut luar biasa. Dan dalam keadaan terbaring Maria shalat bersama Fahri dan Aisha, dan gadis Kristen Koptik itu mengehembuskan nafas terakhirnya sebagai seorang muslimah.37

37


(39)

III.1.1. Latar Belakang Pembuatan Film Ayat-ayat Cinta

Fenomena atas suksesnya film "Ayat-ayat Cinta", arahan Hanung Bramantyo ini adalah menarik untuk dicermati. Film layar lebar yang diangkat dari novel karya Habiburrahman el-Shirazy ini dalam waktu singkat telah berhasil meraup pemirsa lebih dari 3 juta orang di seluruh tanah air. Ada yang menonton karena memang lebih dahulu sudah membaca novelnya, ada pula yang hanya “sekedar ingin tahu", karena penyambutan film ini yang cukup luas. Bukan hanya Dr. Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah, akan tetapi juga melibatkan Presiden SBY, Wakil Presiden Jusuf Kala, yang memberikan sambutan antusias. 38

Ada yang memuji, ada pula yang menanggapi biasa-biasa saja tetapi ada pula yang serius mencermati kaitan film dan novel ini dengan hubungan Kristen-Islam di Mesir. Meskipun orang Muslim atau orang Kristen di Mesir sama-sama berbahasa Arab, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan. Idiom-idiom keagamaan mereka berbeda. Di koran-koran berbahasa Arab, ucapan bela sungkawa orang Kristen biasanya diawali ungkapan : Intiqala ila Amjadis samawat (Telah berpulang kepada Kemuliaan Surgawi), cukup mudah dibedakan dengan kaum Muslim: Inna Iillahi wa Inna Ilayhi Raji’un (Sesungguhnya semua karena Allah dan kepada-Nya pula semua akan kembali).

Beberapa tokoh dalam film ini gagal memerankan tokoh orang Mesir. Madamme Nafed (Marini), mamanya Maria, saat mengucapkan kata: "bisyur'ah" (cepat!), tampak kurang ekspresif. Alangkah lebih "Egypt" nuansanya, bila ia berkata dengan penekanan: "Yala, yala, bisyur'ah, Ya Maria!", misalnya. Begitu

38

Bambang Noorsena, “Novel dan Film Ayta-ayat Cinta” artikel diakses pada 20 Maret 2010 dari http://www.facebook.com/topic.php?uid=8881577689&topic=4385


(40)

juga, sebagai sosok gadis Mesir, Maria yang diperankan Carissa Putri, rasanya terlalu calm dan "melankolis". Ketika ia mengucapkan "Afwan" (terima kasih kembali), menjawab kata-kata Fahri ketika menerima kiriman juice mangga yang dikirim Maria melalui tariakan keranjang kecil dari jendela kamarnya: “Musyakirin awi’ala ashir Manggo" (Terima kasih banyak atas juice mangga). Lebih ekspresif, seandainya Maria mengatakan: "Afwan Ya Habibi!".

Malahan dalam suatu pesta perkawinan yang digambarkan dalam film tersebut, tidak ada bunyi jagreed (suatu bunyi siulan ibu-ibu yang menandai pe-nyambutan acara-acara kegembiraan mereka). Yang juga tidak kalah penting untuk dicermati, dialek Arab tokoh Maria ketika bertanya : Qamus 'Arabi?, diucapkan dalam dialek terlalu "Saudi Arabia": Qomus ‘Arabi? Saya kira ini salah satu kekhasan mahasiswa Islam asal Indonesia, karena ketika belajar bahasa Arab di pesantren, lebih mirip dialek Saudi Arabia yang memang lebih "fushah" (klasik). Tetapi tidak demikian dengan dialek Mesir, mereka tidak mengucapkan: Subhro, Mubarok, Rohmat, melainkan: Subhra, Mubarak, Rahmat, dan sebagainya.

Begitu juga, ungkapan salah seorang Mesir ketika melerai pertengkaran: "Khalash! Khalash!" (sudah, sudah!), lebih "Mesir" lagi kalau diucapkan: "Khalash, khalash ba'ah!". Begitu juga, biasanya seorang Mesir mengucapkan kara "La, la, la" (tidak, tidak, tidak!), sambil dengan jari terlunjuk bergerak-gerak, dan bibir berdecak. Ucapan "ahlan", biasanya diucapkan berkali-kali : "Ahlan, ahlan, ahlan..." Yang lebih mengganjal lagi, dalam salah satu percakapan, seorang tokoh mengucapkan dialek Mesir bercampur dengan bahasa Arab klasik: Asyan Ana bahibaki awi (Karena saya sangat mencintaimu), mestinya: Asyan Ana


(41)

bahibik awi. Asyan adalah ucapan cepat dari alashan, sedangkan Ana Bahibak, Ana bahibik, dalam bentuk klasiknya: Ana uhibuka, Ana uhibuki.

Lokasi syuting yang memang tidak dibuat di Mesir, membuat penonton tidak bisa secara utuh mengikuti dan membayangkan "suasana Mesir". Mulai ru-mah-rumah warga kelas menengah ke atas, lengkap dengan mashrabiya-nya, jalan-jalan kota lama Cairo yang macet, tidak terkecuali Midan Tahrir dengan wa-rung-warung Asher (juice) segarnya. Masih banyak adat kebiasaan lain, yang dalam film ini tidak berhasil ditonjolkan dengan baik, sehingga ber-"suasana Indonesia dan India", ketimbang ber-"suasana Mesir", dan negara-negara Arab di Timur Tengah pada umumnya.

III.1.2. Kedudukan Film Ayat-ayat Cintadalam Islam

Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Salah satu topik yang diangkat dalam film yang diambil dari novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul yang sama ini mengemukakan mengenai poligami yang “terpaksa” harus dilakukan oleh Fahri, Aisha dan Maria, dan bagaimana gejolak rumah tangga mereka bertiga diawal pernikahan keduanya. Mengapa Fahri sampai melakukan poligami terpapar dengan sangat jelas karena dengan poligami itu bisa menyelamatkan paling tidak tokoh Maria, Fahri sendiri, dan masa depan anak Fahri - Aisha.39

Dalam ‘Ayat-ayat Cinta’ disebutkan Ahlu dzimmah adalah semua

non-Muslim yang berada di dalam negara kaum non-Muslimin, masuk secara legal,

39

Nina Kaham, “Poligamai ala Ayat-ayat Cinta” artikel diakses pada tanggal 26 Maret 2010 dari http://www.whatisallabout.com/poligami-ala-ayat-ayat-cinta/


(42)

membayar visa, punya paspor, hukumnya sama dengan ahlu dzimmah, darah dan kehormatan mereka harus dilindungi. “Barangsiapa menyakiti orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku, dan siapa yang menyakiti diriku berarti dia menyakiti Allah.” Menempatkan turis asing sebagai dzimmi di negeri Muslim bukan saja tidak memiliki argumentasi syar’iyah, tetapi juga merusak tatanan syar’i secara keseluruhan.

Persoalannya, bukan pada perlakuan kasar atau halus terhadap turis, melainkan pada posisi yang disematkan, bahwa sesungguhnya kedudukan turis

tidak sama dengan ahludz dzimmah, baik hak maupun kewajibannya.

Perbedaan itu antara lain, pertama, ahludz dzimmah (dzimmi) adalah orang kafir yang menjadi warganegara Negara Islam. Sedangkan turis tidak memiliki hak kewarganegaraan, tetapi hanya memiliki hak pelayanan sebagai

tamu. Kedua, dzimmi mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Bilamana pemerintah tidak bisa memenuhi hak kewarganegaraan orang dzimmi,

maka mereka tidak wajib lagi membayar jizyah (pajak). Sedangkan pembayaran

visa bagi turis yang berkunjung ke sebuah negara Islam tidak dapat dianggap

sebagai jizyah, karena orang Islam yang bukan penduduk negara yang

dikunjunginya juga harus membayar visa.

Ketiga, pada keadaan darurat, pemerintah negara Islam dapat mewajibkan penduduk dzimmi untuk menjalani wajib militer. Berbeda dengan turis, apabila datang ke suatu negara yang sedang dalam keadaan darurat perang tidak bisa dipaksa ikut wajib militer bagi negeri yang dikunjunginya.40

40

Media Pelajar, “Kontroversi dibalik Ayat-ayat Cinta” artikel diakses pada tanggal 20 Maret 2010 dari http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/kontroversi -di-balik AAC.html


(43)

III.2. Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta

Jika Anda sudah menonton Film Ayat-Ayat Cinta, anda akan memperoleh banyak pesan moral untuk diri kita sendiri. Film ini becerita tentang kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup. Fahri bin Abdillah (Fedi Nuril) adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama.

Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah. Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu 'lurus'. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat

dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.41

Pesan moral dan spiritual yang ingin disampaikan dalam film ini menurut pendapat saya adalah sbb :

1. Jangan kita sombong dan selalu menggangap bahwa kita paling benar, karena kita tidak tahu apa maksud Tuhan dibalik itu semua.

2. Banyak orang yang berpandangan sempit, & menjadikan agama hanya sebagai alat untuk kepentingan dirinya atau golongannya saja, Padahal agama salah satunya berfungsi memberikan kebutuhan akan ketenangan hati dan fikiran kita, bukan hanya simbol untuk dipertentangkan, di film ini agama secara spiritual dilihat dari sisi Rahamatan Lil Alamin (Menjadikan Kesejahteraan Kepada

41

Dewa Dewanto, “Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta” artikel diakses pada tanggal 20 Maret 2010 dari http://aryantoabidin.blogspot.com/2008/03/pesan-moral-dari-film-ayat-ayat-cinta.html


(44)

Seluruh Alam) dan mungkin anda semua masih ingat bahwa semua agama asalnya dari 1 sumber.

3. Ini berhubungan dengan Entrepreneur yaitu IKHLAS & SABAR, ada beberapa dari kita yang menganggap semua kesuksesan dalam Usaha/Bisnis adalah menunjukan kehebatan kita, seolah2 semua tergantung pada kita, sehingga lupa pada yang menciptakan Alam Semesta, bisa jadi kita berhasil dalam satu sisi/bidang sekarang ini, tapi kita tidak tahu maksud Tuhan 1,2,4 atau beberapa puluh tahun kemudian. Kalaupun kita belum berhasil, selain dengan berusaha kita juga diharuskan untuk Ikhlas & Sabar.

4. Kalau tidak salah ada peribahasa yang berbunyi " Jangan Melihat Buku Hanya Dari Sampulnya", Makna yang lebih luas saya fikir kita diharuskan melihat kedalam hati kita yang dalam, bahwa tidak semua yang terlihat diluar begitu juga dalamnya.

Contoh yang paling segar dalam fikiran kita, ketika kita melihat seorang artis yang selalu terlihat di Layar Televisi dan terlibat dalam pemakaian narkoba, meskipun dia sudah beristeri tapi dia selalu terlihat kemana-mana berjalan dengan wanita lain ditempat-tempat "Keramaian", dan ketika dia tertangkap dan diadili dengan simbol2nya seolah-olah dia seorang laki-laki baik yang taat kepada agama.42

42


(45)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Data

IV.1.1 Analisis Data Potongan Ayat Al-Qur’an dalam Film Ayat-ayat Cinta

Dari 80 sampel penelitian yang diperoleh dalam dialog Arab film Ayat-ayat Cinta

hanya 3 surat dalam Alquran yang kemudian menjadi beberapa potongan ayat serta beberapa hadis rasul yang terdapat didalamnya. Penulis akan menganalisis data dalam film tersebut seperti contoh dibawah ini:

 Contoh percakapan pertama yang berhubungan dengan Alquran:

٠١















































































“Katakanlah:Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari

orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki

dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala

kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(Al-Imran: 26)43

Dalam skenario potongan ayat tersebut hanya ditulis dalam huruf latin seperti ini: Qulillahuma mulki tu’ta mantasya dan tidak mencakup sampe 1 ayat atau lebih padahal tertulis dalam skenario bahwa potongan ayat itu berasal dari Surat Ali Imron ayat 22-23, tetapi ketika ditemukan dalam Alquran potongan ayat

43


(46)

tersebut terdapat pada ayat ke-26 Surat Al-Imran. Adapun terjemahan yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang diterjemahkan Departemen Agama RI

karena dalam skenario diterjemahkan menjadi “jika Allah menghendaki, siapapun

bisa menjadi jodohmu. Jangan sekali-kali melangkahi kehendaknya”.

 Contoh percakapan kedua yang berhubungan dengan Alquran:

٠٢





















































































































“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan

menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah

melakukan sesuatu yang Amat mungkar.”(Maryam: 27)44

“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang

yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”(Maryam: 28)45

“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana

Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”

(Maryam: 29)46

Surat Maryam yang dibaca oleh salah satu pemain film tersebut yaitu Maria adalah seorang gadis kristen koptik yang pintar dan juga banyak memahami tentang ajaran agama Islam terutama pada hal mengagumi Alquran, ayat-ayat

44

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 307

45

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 307

46


(47)

surat Maryam yang dilantunkan pun terdengar indah, tetapi sayangnya rasa cinta Maria pada Fahri tidak pernah diutarakan dalam hatinya. Ia hanya menuangkan isi hatinya dalam buku diary saja.

 Contoh percakapan ketiga yang berhubungan dengan Alquran:

٠٣



































































































































































“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi

memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara

(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan

untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”

(An-nisa: 34)47

47


(1)

66

10. Bsu:

ﺎﻳﺮﻣﺎﻳ ﱃﺎﻳ

98

Terjemahan:Ayo maria99

Pada kalimat diatas sudah jelas terlihat metode apa yang digunakan

penerjemah yaitu kata demi kata yang bersifat kultural dan diterjemahkan apa

adanya, disebut sebagai bahasa Arab ‘âmiyyahjuga karena kebiasaan bahsa Arab

yang kita pelajari tidak menggunakkan kata-kata tersebut, adapun jika kita ingin

menggunakkan kata ajakan seperti ayo bahasa arabnya cukup seperti ini:

ﺎﻴﺣ

Pada ungkapan seorang tokoh dalam film ini gagal memerankan tokoh

orang mesir yang mengucapkan kata-kata tersebut tampak kurang ekspresif,

sebaiknya alangkah lebih mudah terdengar nuansa mesirnya bila tokoh tersebut

berkata dengan menggunakan penekanan seperti yang orang arab lakukan pada

kesehariannya.

Memang ungkapan di atas itu merujuk kepada seorang ibu yang menyuruh

anaknya agar segera cepat-cepat turun kebawah untuk pergi ketempat neneknya,

tetapi dalam struktur bahasa sumber maupun bahasa sasaran tidak terdapat isi dari

kata-kata yang menjelaskan bahwa adegan tersebut ingin adanya proses desakan

agar segera cepat-cepat.

98

Dialog tersebut terdapat di dalam film Ayat-ayat cintayang diredaksikan kedalam tulisan arab melalui apa yang terdengar dalam film.

99

Terjemahan tersebut terdapat di dalam skenario film Ayat-ayat CintaKarya Salman Aristo dan Ginatri S. Noer.


(2)

67

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian yang ada, maka didapat empat kesimpulan dari

hasil analisis. Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Menerjemahkan suatu bahasa mensyaratkan adanya persamaan dan

penyesuaian amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan amanat

yang akan disampaikan ke bahasa sasaran. Dengan kata lain, amanat yang

ingin disampaikan harus semaksimal mungkin dapat diterima oleh pembaca

atau audiencenya.

2. Berdasarkan dari pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa dialog

arab masih banyak kekurangan yang diantaranya mengenai potongan ayat

dalam Al-Qur’an yang diartikan tidak sesuai dengan makna sebenarnya

dalam Al-Qur’an terjemahan Depag RI ataupun tidak sesuai dengan metode

penerjemahan yang ada.

3. Mengetahui lebih jauh mengenai perfilman ternyata tidak mudah karena ada

pula dialog arab yang kurang tepat dalam skenario dengan subtitle ketika

dalam film Ayat-ayat Cinta keduanya tidak saling berhubungan antara satu

dengan yang lain, seakan-akan mencerminkan terjemahan yang buruk

karena tidak sesuai dengan aslinya ketika pindah pada teks.

4. Berdasarkan dari analisa Penulis menyebutkan bahwa apa yang ada dalam

tulisan arab tersebut merupakan hasil dari pendengaran dan metode

terjemahan yang dipakai oleh penerjemah film tersebut masih banyak

menggunakkan metode harfiah dan kata demi kata, seharusnya metode


(3)

68

V.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang ingin Penulis

sampaikan, diantaranya :

1. Apabila film Ayat-ayat Cinta ini diterbikan dan diedarkan kembali,

disarankan untuk penerjemahnya agar lebih teliti dan dalam bahasa

sasarannya (bahasa Indonesia) menggunakan bahasa yang baik dan

benar berdasarkan konteks cerita dan audio visualnya.

2. Disarankan juga agar ada tim penyunting dan penyelaras akhir dalam

penerjemahan film ini agar hasil terjemahan subtitlingnya dapat

dipahami dengan baik oleh penonton serta memenuhi syarat

penerjemahan film.

3. Penulis mengharapkan agar dilakukan penelitian lanjutan baik secra

komprenhensif maupun argumentative khususnya terhadap

penerjemahan film yang berbentuk subtitling.

4. Mengadakan referensi untuk menjadi standar bahasa Amiyah dan

bahasa Fusha dalam bahasa Indonesia.

Akhirnya, perlu penulis kemukakan bahwa penelitian ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan menjadi sebuah solusi yang

baik guna terselesaikannya suatu permasalahan, karena manusia tidak luput dari


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan dari Buku

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Catford, J. Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press,

1978.

Damono, Sapardi Djoko.Politik Idiologi dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.

Djuharie, O Setiawan, Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya, 2004.

Hidayatullah, Moch Syarif.Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Pamulang: Dikara, 2009.

---. “Teori dan Permasalahan Penerjemahan”. Diktat. Jakarta: t.pn., 2007.

Kridalaksana, Harimurti, Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah, 1985.

Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan. Bandung: Kiblat Buku Utama, 2006, cet. ke-1.

Larson, Mildred L. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antar Bahasa, terj. Kencana Wati Taniran. Jakarta: Arcan, 1991, cet. Ke-2

Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.

Mansyur, Moh. dan Kustiawan. Panduan Terjemahan. Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002.


(5)

Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2007.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Rofi’i. Dalil Fi al-Tarjamah. Jakarta: Persada kemala,tt.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Syihabudin,Penerjemahan Arab-Indonesia,Bandung: Humaniora, 2005.

Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia, 1993.

Widyamartaya. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Yusuf, Suhendra. “Teori Terjemah” Pengantar kearah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung: Mandar Maju, 1994.

Rujukan dari Internet

http://senirupa.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=116

Diakses pada tanggal 01 Januari 2010.

http://makarimexecutive.blogspot.com/2009/04/mengenal-bahasa-arab-amiyah-mesir.html diakses pada tanggal 24 Maret 2010.

http://www.beritaindonesia.co.id/hiburan/masa-depan-film-indonesia/

Diakses pada tanggal 01 Januari 2010.

http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/kontroversi-ayat-ayat-cinta-buku-dan-film.html Diakses pada tanggal 01 Januari 2010.

http://skenario.blog.com/2008/12/ Diakses pada tanggal 11 januari 2010.

http://www.accurapid.com/journal/32film.html Diakses pada tanggal 01 Januari


(6)

http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur pembentuk-film.html Diakses

pada tanggal 16 Maret 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ayat-Ayat_Cinta_(film) Diakses pada tanggal

17 Februari 2010.

http://thomy265.wordpress.com/2008/03/08/kisah-di-balik-layar-ayat-ayat-cinta-i/

Diakses pada tanggal 24 Maret 2010.

http://www.facebook.com/topic.php?uid=8881577689&topic=4385 Diakses pada

tanggal 20 Maret 2010.

http://www.whatisallabout.com/poligami-ala-ayat-ayat-cinta/ Diakses pada

tanggal 26 Maret 2010.

http://rita.dzikr.com/keanehan-film-ayat-ayat-cinta/ Diakses pada tanggal 2010

http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/kontroversi -di-balik AAC.html

Diakses pada tanggal 2010.

http://aryantoabidin.blogspot.com/2008/03/pesan-moral-dari-film-ayat-ayat-cinta.html Diakses pada tanggal 20 Maret 2010.

Rujukan dari Kamus

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdhar. Al-Ashri. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003, cet. ke-8.

Alwi, Hasan. dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2000.

Bisri, Adib dan Munawwir A. Fatah. Al-Bisri. Surabaya: Pustaka Progressif, 1999, cet. Pertama.

Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia).Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Spiro, Socrates. An English Arabic Dictionary of The Colloquial Arabic of Egypt.