GAMBARAN UMUM FILM AYAT-AYAT CINTA

BAB III GAMBARAN UMUM FILM AYAT-AYAT CINTA

III.1. Sejarah Lahirnya Film Ayat-Ayat Cinta Ayat-Ayat Cinta adalah sebuah film Indonesia karya Hanung Bramantyo yang dibintangi oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia Adya Mecca, dan Melanie Putria. Film ini merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy berjudul Ayat Ayat Cinta, dan melakukan penayangan perdana pada pertama tahun 2008. Walaupun kisah dalam film dan novel Ayat-Ayat Cinta berlatarkan kehidupan di Kairo, namun proses pengambilan gambar tidak dilakukan di kota itu. 35 Penulis akan menjelaskan beberapa kota yang dipakai sebagai tempat shooting ketika melakukan pengambilan gambar yang berlatarkan kairo. Ternyata dalam film itu tidak dilakukan langsung di kairo itu sendiri. Akan tetapi, dilakukan di kota Semarang yang juga mengikut sertakan menghadirkan seekor unta dari Kebun Binatang Gembiraloka Jogjakarta. 36 Adapun metro yang dibangun bangsa Prancis bertempat di stasiun Manggarai. Perpustakaan Al Azhar dan ruang Talaqi masjid Al Azhar di Gedung Cipta Niaga Jakarta Kota. Yang dijadikan Flat Fahri, Flat Maria dan Pasar El Khalili sebenarnya berada di kota lama dan Gedung Lawang Sewu Semarang serta ruang sidang pengadilan Fahri menggunakan di Gereja Imanuel Jakarta. Kemudian tim ayat-ayat cinta hijrah ke India untuk menghadirkan Sungai Nil dan Padang Pasir. 35 Ayat-ayat Cinta, “Ayat-Ayat Cinta film” diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http:id.wikipedia.orgwikiAyat-Ayat_Cinta_film 36 Thomy, “Di Balik Layar Ayat-ayat Cinta” diakses pada tanggal 24 maret 2010 dari http:thomy265.wordpress.com20080308kisah-di-balik-layar-ayat-ayat-cinta-i Dikisahkan, Maria Girgis Carissa Putri, putri Tuan Butros dan Maddame Nafed bertetangga flat apartemen dengan Fahri, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas al-Azhar. Maria, terlahir dari keluarga Kristen Koptik, digambarkan mengagumi Al-Quran, karena ayat-ayatnya yang dilantunkan indah, bersimpati pada Fahri. Simpati yang akhirnya berubah menjadi cinta. Sayang sekali, Maria tidak pernah mengutarakan perasaan hatinya. Ia hanya menuangkannya dalam diary saja. Selain Maria, ada juga Nurul diperankan Melanie Putri, mahasiswi asal Indonesia, anak seorang kyai yang cukup kesohor, yang juga menimba ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati kepadanya, tetapi sayang rasa cinta itu dihalangi oleh perasaan mindernya, karena Fahri hanya anak seorang petani. Cinta yang akhirnya tak terucapkan. Ada juga tetangga yang selalu disiksa ayahnya, dan Fahri ingin menolongnya, tetapi justru itulah yang menjadi awal bencana baginya. Fahri harus beberapa saat mendekam di penjara, karena tuduhan fitnah telah memperkosanya. Saat badai fitnah menimpa, saat itu Fahri sudah menikah dengan Aisha, gadis Turki yang menjadi warga Negara Jerman. Pendekatan diplomatik Indonesia buntu, gagal membebaskan Fahri. Tetapi berkat kewarganegaraan Jerman yang dimiliki Aisha, pengadilan Mesir melunak. Fahri bebas, setelah dibuktikan bahwa tuduhan itu fitnah belaka. Sebenarnya Fahri hanya difitnah, kesaksian Noura palsu karena dinyatakan di bawah tekanan Bahadur, ayahnya. Padahal Bahadur, yang ternyata bukan ayah kandungnya, justru dialah yang memperkosanya, dan ingin menjualnya menjadi seorang pelacur. Sementara itu, Maria sedang sakit, karena tekanan batin yang dideritanya karena Fahri telah menemukan “sungai Nil-nya, yang ternyata bukan dirinya. Tetapi berkat kegigihan Aisha, istri Fahri, Maria berhasil dihadirkan ke pengadilan. Kedatangannya menolong Fahri, karena ia menjadi saksi ketika Fahri dan Nurul menyembunyikan Noura di rumah Nurul, demi menyelamatkan Noura dari amukan Bahadur. Justru Aisha sendiri, yang ketika Maria terbaring sakit, membaca diary- nya. Ternyata Maria memendam rindu kepada Fahri, cinta yang dibawanya sampai ia terbaring sakit. Aisha terharu. Ia akhirnya bersedia membagi cinta dengan Maria. Fahri dan Maria pun menikah atas restunya karena itulah satu- satunya obat bagi kesembuhannya. Madamme Girgis, ibu Maria, sangat berterima kasih dengan pengorbanan Aisha. Madamme Girgis memeluk erat Aisha, ketika wanita keturunan Turki itu menghindar dari akad nikah yang sedang diselenggarakan antara Fahri dan Maria yang sedang berbaring sakit, karena tidak bisa menahan gejolak jiwanya. Beberapa menit terakhir film ini diisi dengan adegan kebersamaan antara Fahri dengan kedua istrinya. Ada cemburu antara kedua istri Fahri, tetapi keduanya berusaha keras menjaga hati. Sementara Fahri mempergumulkan makna keadilan bagi kedua istrinya. Aisha sedang hamil tua dan menunggu kelahiran bayinya, sementara Maria kembali jatuh sakit. Ajarilah aku shalat, ucap Maria kepada Fahri, karena aku ingin shalat bersama kalian. Fahri dan Aisha terkejut luar biasa. Dan dalam keadaan terbaring Maria shalat bersama Fahri dan Aisha, dan gadis Kristen Koptik itu mengehembuskan nafas terakhirnya sebagai seorang muslimah. 37 37 Thomy, “Di Balik Layar Ayat-ayat Cinta” III.1.1. Latar Belakang Pembuatan Film Ayat-ayat Cinta Fenomena atas suksesnya film Ayat-ayat Cinta, arahan Hanung Bramantyo ini adalah menarik untuk dicermati. Film layar lebar yang diangkat dari novel karya Habiburrahman el-Shirazy ini dalam waktu singkat telah berhasil meraup pemirsa lebih dari 3 juta orang di seluruh tanah air. Ada yang menonton karena memang lebih dahulu sudah membaca novelnya, ada pula yang hanya “sekedar ingin tahu, karena penyambutan film ini yang cukup luas. Bukan hanya Dr. Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah, akan tetapi juga melibatkan Presiden SBY, Wakil Presiden Jusuf Kala, yang memberikan sambutan antusias. 38 Ada yang memuji, ada pula yang menanggapi biasa-biasa saja tetapi ada pula yang serius mencermati kaitan film dan novel ini dengan hubungan Kristen- Islam di Mesir. Meskipun orang Muslim atau orang Kristen di Mesir sama-sama berbahasa Arab, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan. Idiom-idiom keagamaan mereka berbeda. Di koran-koran berbahasa Arab, ucapan bela sungkawa orang Kristen biasanya diawali ungkapan : Intiqala ila Amjadis samawat Telah berpulang kepada Kemuliaan Surgawi, cukup mudah dibedakan dengan kaum Muslim: Inna Iillahi wa Inna Ilayhi Raji’un Sesungguhnya semua karena Allah dan kepada-Nya pula semua akan kembali. Beberapa tokoh dalam film ini gagal memerankan tokoh orang Mesir. Madamme Nafed Marini, mamanya Maria, saat mengucapkan kata: bisyurah cepat, tampak kurang ekspresif. Alangkah lebih Egypt nuansanya, bila ia berkata dengan penekanan: Yala, yala, bisyurah, Ya Maria, misalnya. Begitu 38 Bambang Noorsena, “Novel dan Film Ayta-ayat Cinta” artikel diakses pada 20 Maret 2010 dari http:www.facebook.comtopic.php?uid=8881577689topic=4385 juga, sebagai sosok gadis Mesir, Maria yang diperankan Carissa Putri, rasanya terlalu calm dan melankolis. Ketika ia mengucapkan Afwan terima kasih kembali, menjawab kata-kata Fahri ketika menerima kiriman juice mangga yang dikirim Maria melalui tariakan keranjang kecil dari jendela kamarnya: “Musyakirin awi’ala ashir Manggo Terima kasih banyak atas juice mangga. Lebih ekspresif, seandainya Maria mengatakan: Afwan Ya Habibi. Malahan dalam suatu pesta perkawinan yang digambarkan dalam film tersebut, tidak ada bunyi jagreed suatu bunyi siulan ibu-ibu yang menandai pe- nyambutan acara-acara kegembiraan mereka. Yang juga tidak kalah penting untuk dicermati, dialek Arab tokoh Maria ketika bertanya : Qamus Arabi?, diucapkan dalam dialek terlalu Saudi Arabia: Qomus ‘Arabi? Saya kira ini salah satu kekhasan mahasiswa Islam asal Indonesia, karena ketika belajar bahasa Arab di pesantren, lebih mirip dialek Saudi Arabia yang memang lebih fushah klasik. Tetapi tidak demikian dengan dialek Mesir, mereka tidak mengucapkan: Subhro, Mubarok, Rohmat, melainkan: Subhra, Mubarak, Rahmat, dan sebagainya. Begitu juga, ungkapan salah seorang Mesir ketika melerai pertengkaran: Khalash Khalash sudah, sudah, lebih Mesir lagi kalau diucapkan: Khalash, khalash baah. Begitu juga, biasanya seorang Mesir mengucapkan kara La, la, la tidak, tidak, tidak, sambil dengan jari terlunjuk bergerak-gerak, dan bibir berdecak. Ucapan ahlan, biasanya diucapkan berkali-kali : Ahlan, ahlan, ahlan... Yang lebih mengganjal lagi, dalam salah satu percakapan, seorang tokoh mengucapkan dialek Mesir bercampur dengan bahasa Arab klasik: Asyan Ana bahibaki awi Karena saya sangat mencintaimu, mestinya: Asyan Ana bahibik awi. Asyan adalah ucapan cepat dari alashan, sedangkan Ana Bahibak, Ana bahibik, dalam bentuk klasiknya: Ana uhibuka, Ana uhibuki. Lokasi syuting yang memang tidak dibuat di Mesir, membuat penonton tidak bisa secara utuh mengikuti dan membayangkan suasana Mesir. Mulai ru- mah-rumah warga kelas menengah ke atas, lengkap dengan mashrabiya-nya, jalan-jalan kota lama Cairo yang macet, tidak terkecuali Midan Tahrir dengan wa- rung-warung Asher juice segarnya. Masih banyak adat kebiasaan lain, yang dalam film ini tidak berhasil ditonjolkan dengan baik, sehingga ber-suasana Indonesia dan India, ketimbang ber-suasana Mesir, dan negara-negara Arab di Timur Tengah pada umumnya. III.1.2. Kedudukan Film Ayat-ayat Cinta dalam Islam Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Salah satu topik yang diangkat dalam film yang diambil dari novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul yang sama ini mengemukakan mengenai poligami yang “terpaksa” harus dilakukan oleh Fahri, Aisha dan Maria, dan bagaimana gejolak rumah tangga mereka bertiga diawal pernikahan keduanya. Mengapa Fahri sampai melakukan poligami terpapar dengan sangat jelas karena dengan poligami itu bisa menyelamatkan paling tidak tokoh Maria, Fahri sendiri, dan masa depan anak Fahri - Aisha. 39 Dalam ‘Ayat-ayat Cinta’ disebutkan Ahlu dzimmah adalah semua non- Muslim yang berada di dalam negara kaum Muslimin, masuk secara legal, 39 Nina Kaham, “Poligamai ala Ayat-ayat Cinta” artikel diakses pada tanggal 26 Maret 2010 dari http:www.whatisallabout.compoligami-ala-ayat-ayat-cinta membayar visa, punya paspor, hukumnya sama dengan ahlu dzimmah, darah dan kehormatan mereka harus dilindungi. “Barangsiapa menyakiti orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku, dan siapa yang menyakiti diriku berarti dia menyakiti Allah.” Menempatkan turis asing sebagai dzimmi di negeri Muslim bukan saja tidak memiliki argumentasi syar’iyah, tetapi juga merusak tatanan syar’i secara keseluruhan. Persoalannya, bukan pada perlakuan kasar atau halus terhadap turis, melainkan pada posisi yang disematkan, bahwa sesungguhnya kedudukan turis tidak sama dengan ahludz dzimmah, baik hak maupun kewajibannya. Perbedaan itu antara lain, pertama, ahludz dzimmah dzimmi adalah orang kafir yang menjadi warganegara Negara Islam. Sedangkan turis tidak memiliki hak kewarganegaraan, tetapi hanya memiliki hak pelayanan sebagai tamu. Kedua, dzimmi mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga negara. Bilamana pemerintah tidak bisa memenuhi hak kewarganegaraan orang dzimmi, maka mereka tidak wajib lagi membayar jizyah pajak. Sedangkan pembayaran visa bagi turis yang berkunjung ke sebuah negara Islam tidak dapat dianggap sebagai jizyah, karena orang Islam yang bukan penduduk negara yang dikunjunginya juga harus membayar visa. Ketiga, pada keadaan darurat, pemerintah negara Islam dapat mewajibkan penduduk dzimmi untuk menjalani wajib militer. Berbeda dengan turis, apabila datang ke suatu negara yang sedang dalam keadaan darurat perang tidak bisa dipaksa ikut wajib militer bagi negeri yang dikunjunginya. 40 40 Media Pelajar, “Kontroversi dibalik Ayat-ayat Cinta” artikel diakses pada tanggal 20 Maret 2010 dari http:dunia.pelajar-islam.or.iddunia.pii209kontroversi -di-balik AAC.html III.2. Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta Jika Anda sudah menonton Film Ayat-Ayat Cinta, anda akan memperoleh banyak pesan moral untuk diri kita sendiri. Film ini becerita tentang kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup. Fahri bin Abdillah Fedi Nuril adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah. Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu lurus. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya. 41 Pesan moral dan spiritual yang ingin disampaikan dalam film ini menurut pendapat saya adalah sbb : 1. Jangan kita sombong dan selalu menggangap bahwa kita paling benar, karena kita tidak tahu apa maksud Tuhan dibalik itu semua. 2. Banyak orang yang berpandangan sempit, menjadikan agama hanya sebagai alat untuk kepentingan dirinya atau golongannya saja, Padahal agama salah satunya berfungsi memberikan kebutuhan akan ketenangan hati dan fikiran kita, bukan hanya simbol untuk dipertentangkan, di film ini agama secara spiritual dilihat dari sisi Rahamatan Lil Alamin Menjadikan Kesejahteraan Kepada 41 Dewa Dewanto, “Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta” artikel diakses pada tanggal 20 Maret 2010 dari http:aryantoabidin.blogspot.com200803pesan-moral-dari-film-ayat-ayat- cinta.html Seluruh Alam dan mungkin anda semua masih ingat bahwa semua agama asalnya dari 1 sumber. 3. Ini berhubungan dengan Entrepreneur yaitu IKHLAS SABAR, ada beberapa dari kita yang menganggap semua kesuksesan dalam UsahaBisnis adalah menunjukan kehebatan kita, seolah2 semua tergantung pada kita, sehingga lupa pada yang menciptakan Alam Semesta, bisa jadi kita berhasil dalam satu sisibidang sekarang ini, tapi kita tidak tahu maksud Tuhan 1,2,4 atau beberapa puluh tahun kemudian. Kalaupun kita belum berhasil, selain dengan berusaha kita juga diharuskan untuk Ikhlas Sabar. 4. Kalau tidak salah ada peribahasa yang berbunyi Jangan Melihat Buku Hanya Dari Sampulnya, Makna yang lebih luas saya fikir kita diharuskan melihat kedalam hati kita yang dalam, bahwa tidak semua yang terlihat diluar begitu juga dalamnya. Contoh yang paling segar dalam fikiran kita, ketika kita melihat seorang artis yang selalu terlihat di Layar Televisi dan terlibat dalam pemakaian narkoba, meskipun dia sudah beristeri tapi dia selalu terlihat kemana-mana berjalan dengan wanita lain ditempat-tempat Keramaian, dan ketika dia tertangkap dan diadili dengan simbol2nya seolah-olah dia seorang laki-laki baik yang taat kepada agama. 42 42 Dewa Dewanto, “Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta”

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN