UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2 Rice Bran Oil RBO
Dedak merupakan hasil samping proses penggilingan padi, terdiri atas lapisan luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Sementara bekatul
polish adalah lapisan dalam butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati Nasir, et al., 2009.
Minyak dedak padi atau dikenal sebagai rice bran oil RBO merupakan minyak alami yang kaya akan antioksidan yang diperoleh dari ekstraksi dedak
padi. Rice bran oil terbentuk sebagai cairan jernih berwarna kuning pucat, tidak berbau, dan rasanya sedikit manis Cicero Derosa, 2005.
2.2.1 Komponen Kimia Rice Bran Oil
Rice bran oil mengandung beberapa jenis asam lemak dan senyawa antioksidan. Asam lemak yang terkandung dalam rice bran oil antara lain asam
oleat γ8.4, asam linoleat γ4.4, dan asam α-linolenat 2.2 sebagai asam lemak tidak jenuh serta asam palmitat 21.5, dan asam stearat 2.9 sebagai
asam lemak jenuh Sayre et al., 1990. Sedangkan senyawa antioksidannya terdiri dari vitamin E 0.1-0.14, dan gamma-oryzanol 0.9-2.9. Vitamin E terdiri
atas empat kelompok tokoferol α, , and δ dan empat kelompok tokotrienol α, , and δ Arab, et al., 2011.
2.2.2 Manfaat Rice Bran Oil
Rice bran oil diketahui dapat menangkal radikal bebas karena mengandung senyawa antioksidan. Gamma-oryzanol melindungi kulit dari radiasi
sinar ultraviolet dan meningkatkan kelembaban kulit. Gamma-oryzanol juga diketahui memiliki aktivitas farmakologis karena dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah. Vitamin E berfungsi sebagai pemecah rantai antioksidan yang mencegah propagasi dari reaksi radikal bebas. Sedangkan tokotrienol juga
telah dilaporkan terlibat dalam aktivitas antikanker dan anti aging Arab, et al., 2011; Choudhary, et al., 2013.
2.3 Krim
2.3.1 Definisi Krim
Krim adalah tipe emulsi dimana dua cairan yang tidak saling bercampur, seperti minyak dan air, dibuat menjadi dispersi yang stabil dengan mendispersikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fase terdispersi melalui fase lain yang bertindak sebagai medium pendispersi Mitsui, 1997. Dispersi ini bersifat tidak stabil sehingga dibutuhkan suatu
emulgator agar dihasilkan suatu emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk lapisan film disekeliling butir-butir tetesan terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah Anief, 2008.
2.3.2 Tipe Krim
Seperti halnya emulsi, krim terdiri dari dua fase cair dimana salah satu fase bersifat polar contoh: air dan fase lainnya bersifat relatif non-polar contoh:
minyak. Krim dengan sistem emulsi minyak dalam air ma dimana fase minyak didispersikan sebagai butiran-butiran ke dalam fase air yang bertindak sebagai
fase kontinyu. Krim dengan sistem emulsi air dalam minyak am dimana fase minyak bertindak sebagai fase kontinyu Martin, et al., 1993.
2.3.3 Komponen Krim
Menurut Mitsui 1997 komponen krim secara umum mengandung fase minyak, fase air, emulgator, dan bahan-bahan lainnya.
Tabel 2.1 Komponen Utama Krim Mitsui, 1997
Komponen Jenis Bahan
Fase minyak Hidrokarbon: skualen, paraffin, petrolatum, ceresin
Lemak dan minyak: minyak zaitun, minyak almond, lemak coklat Wax ester: bees wax, lanolin, carnauba wax
Asam lemak: asam stearat, asam oleat, asam palmitat, asam miristat Lemak alkohol: stearil alkohol, heksadesil alkohol
Ester sintetik: IPM, gliserin triester, kolesteril ester Lainnya: minyak silikon dimetikon, siklometikon
Fase air Humektan: gliserin, propilenglikol, mannitol
Agen pengental: pektin, turunan sellulosa, xanthan gum, karagenan Alkohol: etanol, isopropil alkohol
Air murni: aqua DM
Surfaktan Non-ionik: gliserin monostearat, ester asam lemak sorbitan
Anionik: sabun asam lemak, natrium alkil sulfat Bahan lainnya
Alkalis, parfum, pewarna, agen pengkhelat, pengawet, antioksidan, buffer, dan bahan aktif farmasi
Penggunaan minyak tumbuhan dalam komponen fase minyak sediaan krim, lebih baik daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan
lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat Tranggono dan Latifah, 2007.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fase lemak lain yang digunakan adalah asam stearat dan setil alkohol. Asam stearat berbentuk padatan kristal, berwarna putih atau sedikit kuning,
mengkilat, praktis tidak larut dalam air, berfungsi sebagai emulsifying agent Rowe, et al., 2009.
Setil alkohol terbentuk sebagai lilin, berupa butiran atau serpihan, berwarna putih, praktis tidak larut dalam air, berfungsi sebagai stiffening agent.
Setil alkohol juga dapat berfungsi sebagai emolien, water-absorptive dan emulsifying agent Rowe, et al., 2009.
Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal, terutama dalam pembentukan emulsi. Trietanolamin terbentuk sebagai cairan
kental yang jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat, dan berbau sedikit amoniak Rowe, et al., 2009.
Aplikasi gliserin pada produk perawatan kulit berfungsi sebagai humektan dan pelindung kulit Loden, 2009. Gliserin juga digunakan sebagai solven dan
kosolven dalam sediaan krim dan emulsi Rowe, et al., 2009. Golongan paraben telah secara luas digunakan sebagai pengawet dalam
kosmetik karena efektif pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, meskipun paling efektif terhadap ragi dan jamur.
Aktivitas antimikrobanya meningkat dengan meningkatnya panjang gugus alkil, namun kelarutan dalam larutan berair menurun sehingga campuran paraben sering
digunakan agar fungsi pengawetnya efektif. Kombinasi metil paraben dan propil paraben memberikan efek sinergis yang dapat meningkatkan aktivitas
antimikrobanya Rowe, et al., 2009.
2.3.4 Stabilitas Krim