2.1.5. Sistem Fibrinolisis
Sistem fibrinolisis berfungsi menghancurkan bekuan fibrin Suharti, 2009. Plasminogen diubah menjadi plasmin oleh activator plasminogen di jaringan. Plasmin
membatasi perkembangan bekuan dan melarutkan jaringan fibrin untuk penyembuhan luka Howland dan Mycek, 2006. Pada umumnya proses penyembuhan berlangsung
dalam waktu 14 hari Tambunan, 2009.
2.2. Trombosis
Trombosis adalah proses pembentukan trombus atau adanya trombus dalam pembuluh darah atau ruang jantung Tambunan, 2009. Trombosis merupakan
pembentukan sumbat hemostatik yang patologis dalam pembuluh darah yang tidak terjadi perdarahan Rang et al., 2012. Trombosis dapat terjadi pada arteri dan vena.
Trombosis pada arteri disebut trombus putih karena komposisinya selain fibrin didominasi oleh trombosit Tambunan, 2009. Trombus tersebut biasanya
berhubungan dengan aterosklerosis dan dapat mengganggu aliran darah sehingga menyebabkan iskemia atau kematian jaringan Rang et al., 2012. Trombus pada vena
disebut trombus merah karena komposisinya selain fibrin didominasi oleh sel darah merah Tambunan, 2009.
Trombosis terjadi bila ada gangguan keseimbangan antara yang merangsang trombosis dan yang mencegah trombosis. Faktor merangsang atau faktor risiko
trombosis pada arteri adalah endotel pembuluh darah yang tidak utuh, trombosit yang teraktivasi, defisiensi antipembekuan, klirens faktor pembekuan aktif berkurang,
sistem fibrinolisis berkurang, dan stagnasi. Trombosis pada arteri serebral akan mengakibatkan Transient ischemic attack TIA atau strok iskemik. Trombosis pada
arteri koroner mengakibatkan angina pektoris atau infark miokard. Trombosis pada arteri perifer akan menyebabkan klaudikasio intermiten atau nekrosisgangren
Tambunan, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Trombus vena biasanya dimulai di vena betis yang kemudian meluas sampai vena proksimal. Trombus biasanya dibentuk pada daerah aliran darah yang lambat
atau yang terganggu. Stasis merupakan predisposisi trombosis karena mencegah faktor koagulasi aktif dilarutkan oleh darah yang tidak aktif, mencegah klirens faktor
koagulasi aktif, dan mencegah bercampurnya faktor koagulasi aktif dengan penghambatnya Tambunan, 2009.
2.3. Aspirin 2.3.1. Definisi
Acetylsalicylic acid, atau dikenal sebagai aspirin merupakan obat golongan antitrombosit yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan
terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri Rosmiati dan Gan, 1995.
2.3.2. Mekanisme Kerja
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A
2
TXA
2
di dalam trombosit dan prostasiklin PGI
2
di pembuluh darah dengan menghambat secara ireversibel enzim siklo-oksigenase akan tetapi siklo-oksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel
endotel. Sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi trombosit Rosmiati dan Gan, 1995. Trombosit tidak dapat mensintesis protein karena tidak mempunyai inti
sel, sehingga setelah pemberian aspirin, sintesis TXA
2
tidak terjadi sampai trombosit yang berkenaan diganti dalam tujuh hingga sepuluh hari Rang et al., 2012.
2.3.3. Farmakokinetik
Aspirin diserap dari lambung dan usus kecil. Aspirin memiliki sifat kelarutan air yang rendah yang merupakan faktor pembatas dalam penyerapan. Aspirin dapat
deasetilasi dengan cepat di dinding usus, hati, plasma, dan jaringan lain untuk melepaskan asam salisilat yang merupakan bentuk aktif. Aspirin terikat pada protein
Universitas Sumatera Utara
plasma sekitar 80 dan memiliki volume distribusi sebesar 0.17 Lkg. Aspirin secara perlahan memasuki otak, tetapi bebas melintasi plasenta. Kedua aspirin dan asam
salisilat terkonjugasi dalam hati dengan membentuk salicyluric acid dan glucuronic acid. Beberapa metabolit kecil lainnya juga diproduksi. Metabolit tersebut diekskresi
melalui filtrasi glomerulus serta sekresi tubular. Biasanya, hanya 110 diekskresikan sebagai asam salisilat bebas, tapi dapat ditingkatkan dengan alkalinisasi. Waktu paruh
aspirin adalah 15-20 menit. Namun, proses metabolisme menjadi jenuh selama rentang terapeutik; waktu paruh obat dengan dosis antiinflamasi mugkin sekitar
delapan sampai dua belas jam sedangkan selama keracunan mungkin sampai 30 jam. Dengan demikian, proses eliminasi tergantung pada dosisnya Tripathi, 2008.
2.3.4. Efek Samping
Efek samping aspirin misalnya rasa tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih dari 325 mg.
Penggunaan bersama antasid atau antagonist H
2
dapat mengurangi efek tersebut. Obat ini dapat mengganggu hemostasis pada tindakan operasi dan bila diberikan bersama
heparin atau antikoagulan oral dapat meningkatkan risiko perdarahan Rosmiati dan Gan, 1995. Efek samping aspirin, terutama pada saluran pencernaan, yang
bagaimanapun, jelas berhubungan dengan dosis, sehingga dosis rendah sering 75 mg sekali sehari biasanya dianjurkan untuk tromboprofilaksis. Thromboprophylaxis
disediakan untuk orang yang berisiko tinggi menderita penyakit kardiovaskular Rang et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Tempat Aksi Obat Antiplatelet Rang et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Propolis 2.4.1. Definisi
Propolis adalah hasil campuran dari lilin lebah dan resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari tanaman, khususnya dari bunga dan kuncup daun. Air liur dan
sekresi lain dari lebah dicampur berserta dengan lilin dalam proses pengumpulan dan pemodelan resin. Resin ini digunakan oleh lebah untuk melapisi bagian dalam rongga
sarang. Komposisi propolis tergantung pada jenis tanaman yang didatangi oleh lebah Krell, 1996.
2.4.2. Karakteristik Propolis
Propolis merupakan hasil produk lebah resin dengan penampilan fisik yang bervariasi, tergantung pada beberapa faktor. Warna propolis bervariasi dari kuning,
hijau, sampai coklat gelap Salatino et al., 2005. Propolis bersifat lembut, lentur, dan sangat lengket pada suhu 25
-45 C. Propolis akan menjadi keras dan rapuh di bawah
suhu 15 C. Sementara di atas suhu 45
C propolis semakin lengket dan akan menjadi cair pada suhu 60
sampai 70 C. Pelarut yang paling umum digunakan untuk
ekstraksi komersial adalah etanol, glikol dan air Krell, 1996.
2.4.3. Kandungan Propolis
Komposisi propolis sangat kompleks dan lebih dari 300 senyawa telah diidentifikasi. Komposisinya bervariasi dan tergantung pada musim dan vegetasi di
daerah di mana propolis dikumpulkan Castro, 2001. Propolis terdiri dari resin 50, lilin 30, minyak esensial 10, pollen 5, dan senyawa organik lain
5 Gomez-Caravaca et al., 2006. Polyphenols, termasuk flavonoid, phenolic acids dan ester merupakan molekul aktif yang utama dalam propolis Havsteen,
2002. Caffeic Acid Phenethyl Ester CAPE adalah komponen aktif propolis yang diperoleh dari sarang lebah madu Chen et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Pengaruh Propolis terhadap Agregasi Trombosit
Agregasi trombosit merupakan penyumbang utama pada proses aterosklerosis. Komponen propolis telah menunjukkan efek yang penting pada agregasi trombosit.
CAPE 15 dan 25 µM ternyata menghambat agregasi trombosit yang dirangsang oleh kolagen. CAPE yang terlibat dalam beberapa jalur penghambatan agregasi
trombosit menjadi kontributor penting untuk aktivitas antiplatelet dalam propolis Chen et al., 2007. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ivashchenko et al. pada
tahun 2014 juga telah membuktikan bahwa propolis efektif dalam mengurangi fungsi agregasi trombosit.
2.5. Madu 2.5.1. Definisi
Madu adalah bahan manis alami yang dihasilkan oleh lebah madu, Apis melifera yang berasal dari nektar bunga atau sekresi dari tanaman. Lebah madu
mengumpulkan nektar atau sekresi, mengubahnya dengan kombinasi dari zat-zat lebah sendiri, dan menyimpannya dalam sarang lebah untuk menjadi matang Codex
Stan 12-1981.
2.5.2. Jenis-jenis Madu
Madu dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori berdasarkan asal nektar. Pertama, blossom honey madu flora yang diperoleh dari nektar bunga. Kedua,
honeydew honey madu embun yang dihasilkan oleh lebah setelah mengumpulkan “honeydew”cairan hasil sekresi serangga dari genus Rhynchota. Ketiga, madu
monofloral yang berasal dari satu jenis nektar atau didominasi oleh satu nektar. Keempat, madu multifloral yang berasal dari beberapa jenis tanaman Alvarez-Suarez
et al., 2014.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Karakteristik Madu
Madu merupakan cairan yang kental. Viskositas madu tergantung pada jenis dan komposisi zat terutamanya kadar air yang terkandung dalam madu.
Higroskopisitas adalah salah satu sifat madu yang menggambarkan kemampuan madu untuk menyerap dan menahan kelembaban dari lingkungan. Madu dengan
kadar air sebanyak 18,8 atau kurang akan menyerap kelembaban dari udara pada kelembaban relatif di atas 60. Warna madu bervariasi dari yang tidak berwarna ke
kuning gelap atau hitam tergantung pada jumlah partikel seperti serbuk sari Olaitan et al., 2007. Madu memiliki tegangan permukaan rendah sehingga menjadi pelembab
yang sangat baik dalam produk kosmetik. Tegangan permukaan bervariasi dengan asal madu dan mungkin karena zat koloidnya. Viskositas yang tinggi dan tegangan
permukaan yang rendah bertanggung jawab untuk karakteristik berbusa pada madu. Madu memiliki kapasitas menyerap panas yang bervariasi dari 0,56-0,73 kalg
C sesuai dengan komposisi dan keadaan kristalisasi Krell, 1996.
2.5.4. Kandungan Madu
Madu alami mengandung lebih kurang 200 zat termasuk asam amino, vitamin, mineral, dan enzim saccharase, amylase, catalase, glucose oxidase, tetapi gula dan
air adalah kandungan utamanya Eteraf-Oskouei dan Najafi, 2013. Madu terdiri dari 95-99 gula, termasuk fruktosa dan glukosa yang mewakili sebanyak 85-95 dari
totalnya. Madu juga mengandung disakarida sukrosa dan maltosa dan beberapa trisakarida serta oligosakarida dalam jumlah yang kecil. Komponen kedua yang
paling penting dalam madu adalah air Krell, 1996. Madu mengandung beberapa enzim, termasuk amylase,
α-Glucosidase, glucose oxidase, dan catalase. Kandungan minor pada madu adalah asam amino, mineral, vitamin, dan polyphenols Apigenin,
Quercetin, CAPE Bogdanov et al., 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.5.5. Pengaruh Madu terhadap Agregasi Trombosit Madu ternyata mempunyai efek kardioprotektif, termasuk antitrombotik,
vasodilator, mempertahankan peran homeostasis pembuluh darah, menghambat oksidasi LDL dan sebagainya. Oleh karena itu, madu berperan penting dalam
mengobati penyakit jantung Farooqui et al., 2014. Madu mengandung flavonoid, termasuk hesperetin yang berfungsi sebagai
antiagregasi platelet. Hesperetin bekerja dengan menghambat fosforilasi fosfolipase γ2 dan mengganggu aktivitas COX-1 Jin, 2007. Dalam studi lain, peneliti telah
menganalisis aktivitas antiagregasi terhadap 30 jenis flavonoid. Flavonoid yang paling berpotensi dalam aktivitas antiagregasi adalah 3,6-dihydroxyflavone
0.119µM dan syringetin O-methylated flavonol Bojic et al., 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al. pada tahun 2011 terbukti madu mempunyai efek
antiagregasi platelet.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka konsep
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi