Jaringan Islam Liberal 1. Latar Belakang Berdirinya Jaringan Islam Liberal

45 Jadi kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat politik, baik sebelum maupun sesudah mengambil alih kegiatan diluar hukum pemerintahan ataupun yang menyangkut pemerintahan. Kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia tidak hanya pada aspek pendidikan. Hizbut Tahrir Indonesia bukan madrasah. Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasehat- nasehat dan petunjuk-petunjuk. Akan tetapi kegiatannya bersifat politik, dengan cara mengemukakan fikrah-fikrah Islam beserta hukum-hukumnya untuk dilaksanakan, dipikul dan diwujudkan dalam kenyataan hidup dan pemerintahan. Hizbut Tahrir Indonesia mengemban dakwah Islam agar Islam dapat dilaksanakan dalam kehidupan, sehingga aqidah Islam menjadi dasar negara, dasar konstitusi dan Undang-undang. Karena aqidah Islam adalah aqidah aqliyah dasar untuk pemikiran dan aqidah siyasiyah dasar untuk politik yang memancarkan aturan yang dapat memecahkan problema manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat dan lain-lain. 62

B. Jaringan Islam Liberal 1. Latar Belakang Berdirinya Jaringan Islam Liberal

Islam liberal menurut Charles Kurzman muncul sekitar abad ke-18 ketika kerajaan Turki Utsmaniyah Dinasti Shafawi dan dinasti Mughal India berada diambang keruntuhan. Pada saat itu tampilah para ulama untuk mengadakan gerakan pemurnian, yaitu, kembali kepada Al- Qur‟an dan Sunnah. Faham liberal banyak berkembang di penjuru dunia, mulai dari India sampai dengan Indonesia, faham liberal di India diawali dengan seorang tokoh keagamaan yang bernama Syah Waliullah pada tahun 1703-1762, menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan keperluan penduduknya. Ide liberalisme juga mewarnai kahidupan Timur Tengah, Eropa dan sebaginya, para liberalis mencoba memasukan mata pelajaran sekuler kedalam kurikulum pendidikan Islam. 63 Di Mesir munculah Qasim Amin 1865-1908 ia adalah pemikir 62 Anonim, 2002. Mengenal Hizbut Tahrir: PartaiPolitik Islam Ideologis. Bogor: Pustaka Thariqah Izzah. hal. 23-25. 63 http:www.islamlib.comagenda-islam-liberal. Diakses tanggal 24 September 2015 Universitas Sumatera Utara 46 pembaharu dan peletak emansipasi wanita, penulis buku Tahrir Al- Mar‟ah Emansipasi Wanita, yang mencoba mengangkat citra kaum perempuan ke level yang lebih tinggi dan sederajat dengan kaum laki-laki. Kemudian muncul Ali Abdul Ar-Raziq 1888-1966, yang gencar menentang sistem khilafah, karena menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik, karenanya Muhammad hanyalah pemimpin agama bukan negarawan. Di teruskan di Pakistan, seorang pemikir yang menetap di Amerika dan menjadi pengarah di Universitas Chicago. Pemikir tersebut bernama Fazrul Rahman, Rahman lahir pada tahun 1914, ia mempelopori tafsir konstektual, satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Dia mengatakan Al- Qur‟an itu mengandung dua aspek, yaitu peraturan spesifik dan idea moral dan dituju oleh Al- Qur‟an adalah idea moralnya. 64 Keterangan di atas hanya sedikit keterangan tentang munculnya Islam liberal, disamping itu banyak pula yang terdapat di negara-negara lain, yang mencoba mengangkat permaslahan Islam itu sendiri dengan bersandingan dengan faham liberalisme. Di Indonesia, istilah Islam liberal telah menunjukkan popularitasnya sejak 1970-an, hampir bersamaan dengan menguatnya posisi Islam revivalis. 65 Wacana Islam liberal mulai populer dan berkembang sejak 1970-an dengan tokoh utama seperti Nurcholish Madjid, meski Nurcholish Madjid sendiri tidak pernah menggunakan istilah Islam liberal untuk gagasan dan pemikirannya. 66 Cak Nur telah memulai gagasan sejak 1970-an. Pada saat itu dia telah menyuarakan pluralisme agama dengan mengatakan: ”Rasanya toleransi agama hanya akan timbul diatas dasar faham kenisbian relativisme bentuk- bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal yang mengarah kepada setiap manusia yang kiranya merupakan inti setiap agama. 67 Salah satu aktivis JIL, Novriantoni mengatakan bahwa, keberadaan JIL untuk menindaklanjuti proyek pembaharuan Islam yang sudah ada. Novri juga 64 Charles Kurzman, Terj. Bahrul Ulum. 2001. Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global. Jakarta: Paramadina. hal.12 65 lbid. hal. 48. 66 Adian Husaini dan Nu‟im Hidayat, 2002. Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya. Jakarta: Gema Insani. hal. 2 67 Nurcholish Madjid, 1992. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan. hal. 239. Universitas Sumatera Utara 47 tidak menampik keberadaan sosok Cak Nur yang turut menginspirasi JIL. Menurutnya, ketika zaman Cak Nur perspektif tentang Islam itu inklusif, kini JIL agak sedikit melangkah kedepan, sedikit lebih kritis. 68 Setelah Cak Nur meluncurkan gagasannya apada era 1970-an, kini giliran generasi yang lebih muda seperti, Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assaukanie dan Ahmad Sahal melakukan langkah-langkah yang sistematis dan terorganisir dalam mengusung gagasannya. Kelompok ini menamakan dirinya dengan ”Jaringan Islam Liberal yang biasa disebut dengan JIL”. Jaringan Islam Liberal yang mereka singkat dengan JIL ini mulai menancapkan dirinya pada bulan Maret 2001, kegiatan awal dilakukan melalui forum diskusi dunia maya milis yang tergabung dalam islamliberal.yahoogroup.com, selain menyebarkan gagasan-gagasannya lewat website dengan alamatnya www.islamlib.com. 69 Islam dan liberal adalah dua istilah yang mempunyai makna yang berbeda, adapun dua istilah ini adalah sesuatu yang antagonis, yaitu saling bertentangan dan berlawanan. Islam liberal menggambarkan prinsip yang mereka anut, yaitu yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Liberal disini bermakna dua yakni, kebebasan dan pembebasan, mereka percaya bahwa Islam selalu dilekati dengan kata sifat tersebut, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirannya, mereka memilih satu jenis tafsir dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu ”liberal” untuk mewujudkan Islam liberal, mereka membentuk Jaringan Islam Liberal JIL. Gagasan Jaringan Islam Liberal, dibicarakan pertama kali di Utan Kayu, tahun 2001, pada waktu itu beberapa intelektual muda antara lain, Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assyaukanie, Gunawan Muhammad dan lain-lain, berkumpul untuk membentuk Jaringan Islam Liberal. JIL yang merupakan forum intelektual terbuka dan menyebarkan faham liberalisme Islam Indonesia ini awalnya sebatas komunitas diskusi beberapa intelektual muda muslim di ISAI Insitut Studi Arus 68 httpwww.islamlib.com.Hasil Wawancara antara Suparni Surjono, mantan duta besar RI di Suriname dengan Novriantoni tentang Islam dan Sekularisme. Diakses pada 9 Oktober 2015. Pukul 18.00 wib 69 Ahmad Suhelmi, 2002. Polemik Negara Islam: Soekarno Versus Natsir. Jakarta: Teraju. hal. 185. Universitas Sumatera Utara 48 Informasi, namun kemudian berkembang menjadi forum diskusi via internet. Jaringan Islam Liberal JIL terbentuk pada tanggal 9 Maret 2001. Tanggal tersebut merujuk pada awal diluncurkannya milis islamliberalyahoogroups.com yang awalnya beranggotakan puluhan aktivis-intelektual muda dari berbagai kelompok Muslim moderat. Sejak awal, JIL di desain sebagai forum bersama kaum Muslim moderat untuk menyaringkan aspirasi dan opini mereka tentang persoalan-persoalan sosial-keagamaan dalam perspektif demokrasi dan pluralisme. Disebut menyaringkan, karena suara Muslim moderat yang diyakini sebagai mayoritas secara statistik di Indonesia, selama ini cenderung “diam” silent majority. Sementara kalangan hardliners, meskipun minoritas tapi vokal vocal minority. Pengelolaan JIL dikomandani oleh beberapa pemikir muda, antara lain, Ulil Abshar Abdalla Lakpesdam NU, Luthfi Assyaukanie Dosen Paramadina Mulya dan Ahmad Sahal Jurnal Kalam. Markas JIL yang berpusat di Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Timur, markas tersebut sering diramaikan dengan diskusi atau kongkow-kongkow para aktivis muda dari berbagai kalangan. 70 Jaringan Islam Liberal dengan slogan menuju Islam yang membebaskan, bertujuan untuk memperkokoh landasan demokratisasi melalui penanaman nilai- nilai pluralisme, inklusivisme dan humanisme, membangun kehidupan keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan terhadap perbedaan, mendukung gagasan penyebaran pemahaman keagamaan terutama Islam yang pluralis, terbuka dan humanis, mencegah agar gagasan yang militan dan pro kekerasan menguasai publik. JIL adalah sebuah fenomena menarik di Indonesia, karena dianggap mendobrak kemapanan dan kejumudan berfikir. Hal ini bisa dimengerti karena rata-rata aktivis JIL memiliki latar belakang Islam tradisional, yang berorientasi masalah ubudiyah dan tradisi yang dogmatis, yang praktis harus diikuti tanpa diskusi, padahal aturan-aturan itu sering tidak relevan dengan pembebasan umat Islam dari kemiskinan, kebodohan ataupun penindasan. 71 70 lbid 71 http:www. islamlib.comidhalamantentang-jil. Diakses tanggal 24 September 2015. Pukul 23.00 wib Universitas Sumatera Utara 49 Disamping aktif dalam berkampanye lewat internet dan radio, sejumlah aktivis Islam liberal juga menerbitkan jurnal Tashwirul Afkar, yang dikomadani oleh Ulil, jurnal yang terbit empat bulan sekali ini resmi dibawahi oleh Lakpesdam NU Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM bekerja sama dengan The Asia Fundation. Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan beberapa landasan diantarannya adalah: 72 Pertama, membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam, mereka percaya bahwa ijtihad adalah prinsip utama untuk menafsirkan segala sesuatu. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat interaksi sosial, ubudiyat ritual dan ilahiyyat teologi. Kedua, mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks, mereka tidak menafsirkan sesuatu tanpa lewat sumber hukum Islam yakni, Al- Qur‟an dan Hadis, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Ketiga, mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural, mereka mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran dalam penafsiran keagamaan sebagai suatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang mungkin dapat memperoleh kebenaran dan kemungkinan kesalahan. Keempat, memihak pada yang minoritas dan tertindas, mereka berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang memperlakukan praktik ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas disini mencakup minoritas agama, etik, ras, jender, budaya, politik dan ekonomi. Kelima, kebebasan beragama, mereka menyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. 72 lbid Universitas Sumatera Utara 50 Mereka tidak membenarkan penganiayaan persekusi atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan. Keenam, memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik, mereka yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Mereka menentang negara agama teokrasi. Mereka yakin bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.

2. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Jaringan Islam Liberal

Dalam struktur organisasinya JIL hanya memiliki struktur kepengurusan sederhana, yaitu ketua yayayasan yang diketuai oleh Syaiful Mujani. Lalu anggota yayasan atau biasa disebut kordinator yaitu yang pertama dipegang oleh Ulil Absar Abdalla yang kemudian digantikan Luthfi Asyaukani dan kini di pegang oleh Abdul Mukhsid Ghazali. 73 Layaknya sebuah organisasi keagamaan atau non keagamaan pasti mempunyai visi, misi serta tujuan mengapa organisasi tersebut berdiri. Visi JIL dirumuskan dalam beberapa hal, diantaranya. Pertama, memperkokoh landasan demokrasi melalui penanaman nilai pluralisme, inklusivisme dan humanisme. Kedua, membangun kehidupan keagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan. 74 Adapun misi JIL sebagaimana termaktub dalam websitenya sebagai berikut: 75 Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yaang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang mereka anut serta menyebarkannya kepada seluas mungkin masyarakat. Kedua, mengusahakan terbentuknya ruang dialog yang bebas dari 73 Wawancara dengan Novriantoni Kahar Aktivis Jaringan Islam Liberal, pada 9 januari 2016. 74 http:www.islamlib.comagenda-islam-liberal.html . Diakses tanggal 24 September 2015. Pukul 23.30 wib 75 lbid Universitas Sumatera Utara 51 tekanan konservatisme, mereka menyakini bahwa, terbentuknya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat. Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi. Sedangkan tujuan dari JIL adalah menyebarkan gagasan-gagasan Islam liberal seluas-luasnya kepada masyarakat, baik yang diterima atau tidak diterima oleh khayalak masyarakat Indonesia khususnya, maupun mancanegara umumnya. Adapun tujuan khususnya adalah: 76 Pertama, menciptakan intellectual discourses tentang isu-isu keagamaan yang pluralis dan demokratis serta berperspektif gender di kampus-kampus, media-massa cetak maupun elektronik dengan tujuan yang lebih spesifik, yakni, memberi pandangan alternatif bagi umat tentang isu-isu sosial keagamaan, sehingga tidak dimonopoli oleh satu penafsiran yang anti-demokrasi dan anti- pluralisme serta misoginis. Mengajak publik untuk berpikir kritis, argumentatif, berpikir kontekstual dan tidak terjebak pada nilai-nilai yang dogmatis. Kedua, membentuk intellectual community yang bersifat organik dan responsif serta berkemauan keras untuk memperjuangkan nilai-nilai keagamaan yang suportif terhadap pemantapan konsolidasi demokrasi di Indonesia Memperbanyak jaringan kampus untuk bersama-sama memperjuangkan wacana Islam dan demokrasi. Ketiga, menggulirkan intellectual networking yang secara aktif melibatkan jaringan kampus, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, media massa, akademisi dan civitas academica di perguruan tinggi, dan lain-lain untuk menolak fasisme atas nama agama. Mengaktifkan jaringan-jaringan kampus, mengajak LSM, media masa, intelektual dan para akademisi untuk bersama-sama memperjuangkan isu kebebasan sipil, sosial-keagamaan sebagai prioritas pemantapan demokraasi. Mengingat kompleksitas permasalahan dan luasnya cakupan, adalah sebuah keniscayaan bagi JIL untuk membangun networking dan kemitraan strategis dengan media massa, LSM, akademisi, dan tidak menutup kemungkinan dengan parlemen dan pemerintah. Namun, JIL sendiri harus 76 Nong Darul Mahmada dan Burhanuddin, 2005. Jaringan Islam Liberal: Pewaris Pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta: Litbang. Dep. Agama. hal. 7 Universitas Sumatera Utara 52 realistik untuk menetapkan area of concern pada wilayah publik, meski tidak menutup pintu untuk menjalin aliansi strategis dengan LSM-LSM yang sudah bergerak pada level parlemen dan pemerintahan.

3. Perkembangan dan Kegiatan Pokok Jaringan Islam Liberal

Perkembangan JIL untuk saat ini masih melalui forum diskusi dalam kampus, UIN adalah salah satu kampus yang sering kedatangan aktivis JIL untuk mengadakan diskusi mengenai keagamaan dan politik nasional dan internasional, tapi keberadaan aktivis JIL yang menempuh studi di luar negeri adalah salah satu penghambat bagi JIL itu sendiri diantaranya adalah, Ulil Abshar Abdalla yang studi di AS, Nong Darul Mahmada yang studi di Australia, Lutfhi Assyaukanie yang studi di Singapura, Anick yang studi di India serta Burhanuddin yang belum lama ini sudah kembali ke Tanah Air setelah studi di Australia dan Ahmad Wahib yang studi di Amerika Serikat. Ditambah lagi dengan melemahnya dukungan dana dari Asia Fundation yang merupakan penyokong dana terbesar bagi JIL, lembaga tersebut sekarang tidak lagi memberikan sumbangan. JIL sendiri tidak menjelaskan berapa dana yang diberikan oleh The Asia Foundation. Mungkin ini adalah salah satu penghambat bagi perkembangan JIL itu sendiri untuk memperluas kader-kader atau menambah aktivis-aktivis JIL yang lain. Sementara kegiatan yang sampai saat ini berkembang dan terus-menerus disampaikan oleh JIL adalah sebagai berikut: 77 Pertama, sindikasi penulis Islam liberal. Maksudnya adalah mengumpulkan tulisan sejumlah penulis yang selama ini dikenal atau belum dikenal oleh publik luas sebagai pembela pluralisme dan inklusivisme. Kedua, mengadakan talk-show di Kantor Berita Radio 68H. talk-show ini akan mengundang sejumlah tokoh yang selama ini dikenal sebaga i “pendekar pluralisme dan inklusivisme” untuk berbicara tentang berbagai isu sosial- keagamaan di Tanah Air. Acara ini akan diselenggarakan setiap minggu dan 77 http:www.islamlib.comartikelpolitik-dalam-islam. Diakses tanggal 25 September 2015. Pukul 10.30 wib Universitas Sumatera Utara 53 disiarkan melalui jaringan Radio namlapanha di 40 Radio, antara lain: Radio namlapanha Jakarta, Radio Smart Manado, Radio DMS Maluku, Radio Unisi Yogyakarta, Radio PTPN Solo, Radio Mara Bandung dan Radio Prima Aceh. Ketiga, penerbitan buku. JIL berupaya menghadirkan buku-buku yang bertemakan pluralisme dan inklusivisme agama, baik berupa terjemahan, kumpulan tulisan maupun penerbitan ulang buku-buku lama yang masih relevan dengan tema-tema tersebut. Saat ini JIL sudah menerbitkan buku kumpulan artikel, wawancara dan diskusi yang diselenggarakan oleh JIL. Keempat, mereka menerbitkan buku setebal 50-100 halaman, buku tersebut membahas masalah isu yang menjadi perdebatan dalam masyarakat antara lain antara lain, jihad, penerapan syariat Islam liberalisme, sekularisme, HAM, jilbab dan lain-lain. Kelima, website Islamlib.com. Program ini berawal dari dibukanya milis Islam liberal islamlibyahoogroup.com yang mendapat respon positif. Keenam, iklan layanan masyarakat. mereka membuat iklan layanan masyarakat public service advertisment, dengan tema seputar, pluralisme, penghargaan atas perbedaan dan pencegahan konflik social. Ketujuh, diskusi keagamaan. Mereka bekerjasama dengan pihak luar Universitas, LSM, kelompok mahasiswa, pesantren dan pihak-pihak lain, JIL menyelenggarakan sejumlah diskusi dan seminar mengenai tema-tema keagamaan dan keislaman secara umum. Termasuk dalam kegiatan ini adalah diskusi keliling yang diadakan melalui kerjasama dengan kelompok-kelompok mahasiswa di sejumlah Universitas, seperti Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Islam Negeri UIN, Universitas Diponegoro Semarang, Insitut Pertanian Bogor, dan lain-lain. Lebih lanjut Nong Darul Mahmada dan Burhanuddin mengatakan bahwa ada beberapa agenda dan kegiatan yang selama ini sudah berjalan antara lain: 78 Pada 2001, mereka menggunakan beberapa medium untuk mensosialisasikan tafsir-tafsir yang suportif terhadap isu-isu kebebasan sipil itu, 78 Nong Darul Mahmada dan Burhanuddin, opchit hal. 1-3 Universitas Sumatera Utara 54 yakni. Pertama, mailing list islamliberalyahoogroups.com yang hingga saat ini telah tercatat sekitar ratusan anggota. Kedua Jaringan radio, yang awalnya hanya berangotakan 10 radio yang secara reguler menyiarkan rubrik “Agama dan Toleransi”. Ketiga, sindikasi koran daerah melalui jaringan Jawa Pos di seluruh Indonesia yang hingga saat ini masih melampirkan satu halaman penuh tiap minggu buat rubrik yang mereka kelola. Keempat memproduksi dan mengelola website http:www.islamlib.com. Kelima, mengadakan diskusi keislaman di Teater Utan Kayu secara rutin pada setiap bulannya. Adapun agenda kerja pada 2002, mereka berusaha memperluas wilayah jangkauan media, baik radio, sindikasi media maupun iklan layanan masyarakat di TV-TV. Jadi empat medium sosialisasi pada 2001 keberadaan JIL di atas tetap dilanjutkan dengan fokus dan sasaran lebih luas, sehingga gagasan-gagasan JIL tidak bersifat elitis dan bisa diterima lebih luas di lapisan masyarakat. Pada tahun 2002, jaringan radio yang dimiliki JIL sekitar 50 radio di seluruh Indonesia yang merelai talkshow mingguan tentang isu-isu terkait dengan para narasumber yang kredibel. Selain itu, mereka berusaha meng-up date secara reguler tampilan dan contents website http:www.islamlib.com. Pada tahun kedua ini pula, mereka mulai menerbitkan artikel, wawancara , diskusi dan milis ke dalam penerbitan buku “Wajah Liberal islam Indonesia”. JIL juga menerbitkan booklet dari naskah-naskah berkualitas, baik dari intelektual tanah air seperti Prof. Dr. Nasaruddin Umar lewat buku “Qur‟an untuk Perempuan” atau terjemahan buku karya Muhammad Said al- Asymawi tentang hijab. Pada tahun 2002 JIL sudah mulai merambah dunia kampus, dengan mengadakan diskusi-diskusi secara langsung di kampus-kampus umum. Pelaksanaan diskusi di kampus sekuler merupakan masukan dari peserta workshop jaringan JIL di kampus-kampus yang merasa gerah dengan fenomena revivalisme keagamaan yang cenderung literal dan fundamentalistik. Melaksanakan workshop bagi para penulis dan kontributor juga JIL gelar pada tersebut. Tak terkecuali penayangan iklan layanan masyarakat di stasiun-stasiun televisi. Sudah dua tema yang mereka tayangkan, yakni tema keberagaman intra- Islam dan pluralisme beragama. Salah satu iklan layanan masyarakat tersebut iklan Islam Warna-warni menjadi kontroversi dan sekaligus menjadi bahan baku penulisan skripsi, tesis dan disertasi dari aspek semiotik sebagaimana yang sudah Universitas Sumatera Utara 55 tercantum dalam agenda di atas. Pada 2003 JIL, tetap melanjutkan kegiatan- kegiatan reguler di atas. Ada beberapa tambahan agenda kegiatan seperti menggelar workshop bersama Abdullah Ahmed An-Naim dan Nasr Hamid Abu Zayd. Yang pertama bahkan telah dibukukan sebagai kompilasi dari hasil workshop yang menggairahkan. Pada tahun 2003, JIL melakukan pembenahan dan perluasan agenda kerja sebagai berikut: 79 Pertama, untuk sindikasi media berhasil dikembangkan tidak hanya dengan memanfaatkan jaringan Jawa Pos, tapi juga dengan jaringan Kompas, Media Indonesia, Pikiran Rakyat dan Suara Merdeka. Hanya saja, perluasan sindikasi tersebut tidak sampai pada tahap pemuatan secara reguler. Kedua, untuk program radio, berhasil diadakan survei pendengar untuk acara talk show “Agama dan Toleransi” yang sesuai dengan hasil yang didapat yang kemudian dimuat oleh majalah Time, terdapat lima juta pendengar acara talkshow. Ketiga, untuk jaringan kampus yang awalnya hanya dikonsentrasikan di kampus-kampus di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Ciputat dan Bandung, pada 2003 ini berhasil diluaskan ke seluruh kampus di Jawa. Keempat, JIL juga mulai meluaskan kapling garapan dengan menyentuh isu-isu kebebasan politik political rights. mereka menyadari bahwa isu-isu kebebasan sipil tak mungkin terselenggara dengan baik di tengah iklim politik otokrasi. Hal inilah yang menjadi raison d‟etre keterlibatan dalam Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat JPPR-The Asia Foundation.Adapun keterlibatan JIL dalam pendidikan pemilih voters education melalui JPPR diaplikasikan dalam dua kegiatan utama, yakni, pembuatan dan penayangan iklan melalui televisi. JIL menggarap tiga iklan dengan tema besar, antara lain: Menolak politisasi agama, toleransi politik, pilihan politik atas dasar program dan platform. JIL juga telah merilis program sindikasi penyadaran hak-hak politik melalui di Jawa Pos dan Media Indonesia. Di kedua media besar di tanah air ini, sindikasi pemilu yang digalang JIL mempublikasikan artikel-artikel yang 79 http:www.islamlib.comagenda-islam-liberal.html. Diakses tanggal 25 September 2015. Pukul 12.30 wib Universitas Sumatera Utara 56 mencerahkan dua artikel setiap minggunya. Universitas Sumatera Utara 57

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK HIZBUT TAHRIR