Analisis Pemikiran Politik Hizbut Tahrir Indonesia Tentang Relasi Islam dan Negara

57

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK HIZBUT TAHRIR

INDONESIA DENGAN JARINGAN ISLAM LIBERAL TENTANG RELASI ISLAM DAN NEGARA

A. Analisis Pemikiran Politik Hizbut Tahrir Indonesia Tentang Relasi Islam dan Negara

1. Negara Islam Menurut Hizbut Tahrir Indonesia

Keberadaan penting sebuah negara bagi masyarakat Islam adalah untuk menerapkan hukum-hukum syara‟ dan mengemban dakwah Islam keseluruh penjuru dunia. 80 Adapun bentuk negara dan pemerintahan yang dikehendaki Hizbut Tahrir adalah model pemerintahan yang berbentuk kekhalifahan klasik. Model ini mereka anggap sebgai satu-satunya bentuk autentik pemerintahan Islam, yang diupayakannya untuk dihidupkan kembali bersama lembaga-lembaga tradisional yang menyertainya. Untuk mencapai tujuan ini, partai menyusun konstitusi yang merinci sistem politik, ekonomi dan sosial negara yang dimaksud. Hizbut Tahrir merinci dan menggambarkan sebuah sistem kekhalifahan yang sentalistik dalam arti sistem yang memberikan kekuasaan eksekutif dan legislatif kepada khalifah terpilih, yang pada dirinya sebagian besar fungsi negara terpusat. Warga negara didorong untuk menggunakan hak mereka meminta tanggung jawab negara melalui oposisi politik yang didasarkan pada ideologi Islam dan diekspresikan melalui sistem multi partai. Menurut Taqiyuddin al-Nabhani, Islam sebagai ideologi bagi negara, telah menjadikan negara beserta kekuasaannya sebagai satu kesatuan yang integral dengan eksistensinya. Islam telah memerintahkan pemeluknya agar mendirikan negara dan pemerintahan, yang memerintah berdasarkan hukum-hukum syariat, sebab para pemimpin itulah yang 80 Pusat Studi khazanah Ilmu-Ilmu PSKII, 2001. Materi dasar Islam. Bogor: PSKII. hal. 100 Universitas Sumatera Utara 58 secara operasional melaksanakan pelayanan terhadap urusan-urusan umat secara langsung. Menurutnya, Islam telah menetapkan sekaligus membatasi bentuk pemerintahan dengan sistem khilafah. Sistem khilafah ini satu-satunya sistem bagi daulah Islam. Khilafah merupakan kekuatan politik praktis yang berfungsi untuk menerapkan dan memberlakukan hukum-hukum Islam. 81 Seperti yang dijelaskan oleh Syaiful Rahman yang merupakan wakil ketua DPD I Sumatera Utara Hizbut Tahrir Indonesia sebagai berikut: 82 “Permasalahan tentang “Negara Islam” sebenarnya bukan pembahasan yang baru, hal ini telah banyak di bahas oleh para ulama-ulama terdahulu. Istilah negara Islam dalam kajian para Fuqoha disebut dengan istilah “Daar al-Islam”, dan diluar negara Islam disebut dengan “Daar Kufr. Misalnya pendapat Al-Kasaaiy, Badaai al-Shanaai, juz 7, hal. 130 : Tidak ada perbedaan di kalangan fukaha kami, bahwa Daar Kufr negeri kufur bisa berubah menjadi Daar al-Islaam dengan tampaknya hukum-hukum Islam di sana. Mereka berbeda pendapat mengenai Daar al-Islaam; kapan ia bisa berubah menjadi Daar al- Kufr? Abu Hanifah berpendapat; Daar al-Islaam tidak akan berubah menjadi Daar al-Kufr kecuali jika telah memenuhi tiga syarat. Pertama, telah tampak jelas diberlakukannya hukum-hukum kufr di dalamnya. Kedua, meminta perlindungan kepada Daar al- Kufr. Ketiga, kaum Muslim dan dzimmiy tidak lagi dijamin keamanannya, seperti halnya keamanaan yang pertama, yakni, jaminan keamanan dari kaum Muslim. Sedangkan Abu Yusuf dan Mohammad berpendapat, ”Daar al- Islaam berubah menjadi Daar al-Kufr jika di dalamnya telah tampak jelas hukum-hukum kufur. Kemudian pendapat Syaikh Abd al-Wahhab Khalaf, al-Siyaasat al- Syariyyah, hal. 69: Daar al-Islam adalah negeri yang diberlakukan hukum-hukum Islam; dan keamanan negeri itu dibawah keamanan kaum Muslim, sama saja, apakah penduduknya Muslim atau dzimmiy. Sedangkan Daar al-Harb adalah negeri yang tidak diberlakukan hukum-hukum Islam, dan keamanan negeri itu tidak dijamin oleh kaum Muslim. 81 Taqiyuddin al-Nabhani, 1996. Nidham fi al-Islam. Beirut Libanon: Dar al-Umah, hal. 20 82 Wawancara dengan Syaiful Rahman Wa.Ketua DPD I Sumatera Uatara Hizbut Tahrir Indonesia, pada 23 desember 2015 Universitas Sumatera Utara 59 Dr. Mohammad Khair Haekal, Al-Jihad wa al-Qitaal, juz 1, hal. 669, mengatakan : “.......dari pendapat-pendapat di atas, pendapat yang paling rajih adalah pendapat yang menyatakan, bahwa Daar al-Islam adalah negeri yang system pemerintahannya adalah system pemerintahan Islam diatur dengan hukum Islam, dan pada saat yang sama, keamanan negeri tersebut; baik keamanan dalam dan luar negeri berada di bawah kendali kaum Muslim. “ Pengarang kitab al Muahadat fii asy-syariah al Islamiyyah menegaskan: “Dan Muhammad Khair maksudnya Al-allamah Ad duktur Muhamad Khair Haikal telah menghadirkan dalam kitabnya pendapat lebih dari 30 orang Fuqaha tentang devinisi Daar; dan menurut beliau yang rajih adalah bahwa yang disebut Darul Islam adalah negeri yang menjadikan sistem pemerintahannya adalah sistem islam, dan sekaligus keamanan luar negeri dan dalam negeri dalam kekuasaan kaum Muslimin; dalam arti bahwa kekuatan militer yang menjaga keamanan dalam negeri serta yang melindungi tapal batas negara dari ancaman musuh dari luar; kekuatan ini didominasi oleh kaum Muslimin; dalam arti kalaulah non muslim bersama-sama dengan kaum Muslimin kebersamaan mereka bersifat ringan, dan dominasi tetap milik kaum muslimin. Maka disana terdapat dua syarat yang wajib dipenuhi untuk satu negeri agar merupakan darul Islam; pertama berhukum dengan islam dan kedua kekuatan yang mengcover negeri tersebut ditangan kaum Muslimin Al allamah Hamad Fahmi Thayyib, Abu Muktasim, al Muahadaat fii asy-Syariah al Islamiyyah, hal 50 .” Negara Islam adalah sebuah negara yang menerapkan seluruh syariat islam dan keamanannya berada ditangan kaum muslimin. Pandangan HTI mengenai negara islam sebenarnya merupakan pandangan-pandangan dari ualam-ulama terdahulu dimana syarat negara Islam itu adalah menerapkan syariat Islam secara menyeluruh kaffah, keamanan wilayah itu berada ditangan kaum muslimin, dalil-dalilnya seperti surat An Nisaa‟ ayat 141 : 83 الْيبس ي مْ ْ ا ى ع ْيرفا ْ ه عْجي ْ Dan Allah selama-lamanya tidak memberikan hak bagi orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin. [TQS An Nisaa‟ 4: 141] 83 Surat An-Nisa, Ayat 141. http:quran.com3104. diakses pada tanggal 24 Desember 2015, Pukul 22.30 wib Universitas Sumatera Utara 60 Di dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwasanya Anas bin Malik ra berkata.: ْ ع ْي ح ي ثَ ح يعا ْس ا ثَ ح ا ْي س ا ثَ ح س أ ْم اامْ ق ازغ ا اك مَ س هْي ع َه ىَ ص َيبَ ا َ أ ك ام ْب ْم ْ ْم ْ ع َفك اا ا أ ع س ْ ف حبْصي ىَتح الْي ا ب زْغي م ْي ع راغأ اا ا أ ْع ْسي Adalah Rasulullah apabila memerangi suatu kaum, tidak memeranginya di waktu malam, hingga tiba waktu pagi. Maka, apabila beliau mendengar adzan shubuh berkumandang, maka beliau mengurungkan peperangan, dan apabila tidak mendengar suara adzan beliau melanjutkan rencana perangnya setelah shalat shubuh.[HR. Imam Ahmad]. Dalam riwayat Isham al Muzaniy : اةَيرس ْ أ ااشْيج ثعب ا مَ س هْي ع َه ىَ ص َه سر اك اا حأ ا تْقت لف اا ِ م ْمتْع س ْ أ اا جْسم ْمتْيأر ا ْم قي Nabi SAW apabila mengutus tentara atau pasukan perang, beliau selalu berpesan kepada mereka, Apabila kalian melihat masjid atau mendengar adzan berkumandang, janganlah kalian membunuh seorang pun.[HR. Imam Tirmidziy] Menurut Hizbut Tahrir Indonesia seperti yang diutarakan oleh Syaiful Rahman yang merupakan Wa.Ketua DPD I Sumatera Uatara Hizbut Tahrir Indonesia, bahwa: 84 “tidak ada negara islam di dunia ini, karena negara islam adalah negara yang menerapkan syariat islam secara keseluruhan dan bersifat total. Bukan sebagian-sebagian, seperti contohnya Arab Saudi yang memakai ekonomi kapitalis walaupun juga memakai hukum potong tangan. ” 84 Wawancara dengan Syaiful Rahman Wa.Ketua DPD I Sumatera Uatara Hizbut Tahrir Indonesia, pada 23 desember 2015 Universitas Sumatera Utara 61 Dalam menjalankan kehidupan bernegara, negara Islam membebaskan pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai ajarannya dan tidak memaksakan untuk memeluk Islam. Namun hanya dalam tatanan kemasyarakatanlah pemeluk agama lain juga harus mengikuti syariat Islam. Misalnya dalam pemerintahan, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya. Sementara dalam tatanan individu mereka bebas beribadah dan menjalankan agamanya.

2. Khilafah Sebagai Sistem Pemerintahan

Dalam pembahasan ini kiranya hal yang paling awal perlu dipahami adalah memahami apa itu khilafah. Baik pemahaman secara terminologi maupun secara maknawi. Khilafah secara bunyi sangat dekat dengan khalifah begitu juga hubungan makna antara kedua kata ini. Kata khilafah dalam konteks sekarang tentunya secara umum dipahami sebagai sebuah pemerintahan Islam yang di pimpim oleh seorang khalifah. Pada dasarnya adalah sebutan bagi seorang pemimpin yang menggantikan kedudukan pemimpin sebelumnya dalam urusan kenegearaan. Dalam periode pemerintahan Islam kita sering mendengar istilah ke-khalifahan untuk menunjukkan sebuah kepemimpinan. Istilah khilafah sebagi suatu bentuk pemerintahan diamabil dari sebutan bagi pemimpinnya yaitu sang Khalifah, suatu bentuk kepemimpinan dalam Islam yang juga mewakili suatu bentuk pemerintahan bahkan berkembang menjadi sebuatan bagi bentuk negara Islam negara Khilafah. Khilafah adalah sistem pemerintahan yang merujuk pada pemerintahan yang pernah dijalankan Rasulullah dan Khulafa Rasyidin. Sistem pemerintahan khilafah adalah sistem pemerintahan yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta dimana pemilihan atau pengangkatan khilafah sebagai seorang pemimpin dilakukan berdasarkan kitabullah dan Sunnah Rasul-nya untuk memerintah sesuai dengan wahyu yang diturunkan. Universitas Sumatera Utara 62 Sebenarnya pemahaman khilafah menurut Hizbut Tahrir Indonesia mengadopsi pemikiran dari ulama-ulama terdahulu seperti Imam An- Nawawi, Al-Ghazali dan Imam-imam yang lain, jadi pemikiran yang diadopsi Hizbut Tahrir Indonesia bukan pemikiran baru dimana pemikiran mengenai khilafah oleh ulama-ulama tersebut sudah kelir. Dimana khilafah itu adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia utnuk menerapkan syariat Islam dan mengemban dakwah Islam keseluruh dunia. Pada wawancara yang dilakukan dengan Syaiful Rahman selaku Wa.Ketua DPD I Sumatera Uatara Hizbut Tahrir Indonesia, beliau menjelaskan yaitu: 85 “seperti juga yang disebutkan oleh Syeikh Mahmud A majid Al- khalidiy, dalam tesis doktornya yang berjudul Qawa‟idu Nidzamil Hukmi fii Al-islam. Beliau menegaskan bahwa Imam dan khalifah itu menunjuk pada obyek sama. Bahkan setelah mengkaji dan selanjutnya m erangkum pendapat para ulama‟ tentang imamah dan khilafah ini Dr Mahmud A Majid mengemukakan devinisi tentang imamah atau khilafah yang lebih konprehensif. Beliau menegaskan bahwa ta‟rif khilafah adalah: Kepemimpinan yang sifatnya bagi kaum Muslim secara k eseluruhan di dunia untuk menegakkan hukum syara‟ yang Islami serta mengemban dakwah islam ke suluruh dunia.” Selanjutnya beliau juga mengatakan, bahwa: 86 Politik dalam negeri khilafah itu adalah takbiqul ahkam atau penerapan hukum Islam. Karena bentuknya adalah kepemimpinan terpusat maka jika konteksnya kita kaitkan dengan Indonesia, Indonesia nantinya akan menjadi sebuah wilayah yang dipimpin oleh seorang wali. Kepemimpinan pusat memipin wilayah-wilayah di seluruh dunia yang merupakan bagian dari khilafah Istilah khalifah pertama sekali muncul sebagai sebutan bagi pengganti kepemimpinan Rasul setelah wafatnya. Masa-masa setelah pemerintahan Rasul dikenal sebagai masa kepemimpinan Khulafa Ar Rasyidin yakni dimulai sejak naiknya Abu Bakar As-Siddiq sebagai Khalifah pertama, kemudian digantikan oleh umar bin Khattab sebagai khalifah kedua dan kemudian digantikan oleh Ustman bin Affan sebagai 85 Wawancara dengan Syaiful Rahman Wa.Ketua DPD I Sumatera Uatara Hizbut Tahrir Indonesia, pada 23 desember 2015 86 lbid Universitas Sumatera Utara 63 khalifah ketiga dan khalifah keempat di duduki oleh Ali bin Abu Thalib. Hingga saat ini oleh sebagian kalangan konsep ataupun model pemerintahan khilafah ini diyakini sebagai suatu bentuk pemerintahan Islam yang murni. Berikut merupakan beberapa hal pokok negara khilafah menurut Hizbut Tahrir2 : 87 Pertama, dalam pemahaman dan ide yang diyakini oleh Hizbut Tahrir tentang khilafah adalah bahwa Sistem Pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta adalah sistem Khilafah. Dimana dalam sistem ini pemimipin atau khilafah diangkat melalui bai‟at berdasarkan dalil Al-Quran, Sunnah Rasul dan Ijmak sahabat. Salah satu dalil Al- Quran tentang hal ini adalah: Artinya: Karena itu, putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. TQS al-Maidah [5]: 48 . 88 87 syabab.com situs pemuda Hizbut tahrir. Diakses tanggal 4 Oktober 2015. Pukul 20.00 wib 88 Surat Al-Maidah Ayat 48. http:quran.com548. diakses pada tanggal 5 Oktober 2015, Pukul 20.00 WIB Universitas Sumatera Utara 64 Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu. TQS al- Maidah [5]: 49 . 89 Berdasarkan dalil di ataslah ide penegakan khilafah itu muncul dan menguat sebagai sebuah bentuk pemerintahan yang wajib dijalankan. Seruan untuk memutuskan suatu perkara bedasarkan ketentuan Allah di artikan sebagai sebuah bentuk kewajiban mengikuti sumber hukum Allah yakni Al- Qur‟an dan Sunnah. Allah telah menyerukan kepada rasul untuk memutuskan perkara berdasarkan Hukum dan ketentuan Allah maka setelah Rasul wafat kaum muslimin wajib memilih pemimpin untuk menegakan hukum dan memutuskan perkara di tengah mereka sesuai dengan wahyu dan ketentuan Allah. Kedua, Sistem Pemerintahan Islam Khilafah berbeda dengan seluruh bentuk pemerintahan yang dikenal di seluruh dunia. Baik dari segi asas yang mendasarinya, dari segi pemikiran, pemahaman, standard dan hukum-hukmnya untuk mengatur berbagai urusan darisegi segi konstitusi dan undang-undang yang dilegalisasi untuk diimplementasikan dan di terapkan, ataupun dari segi bentuknya yang mencerminkan Daulah Islam sekaligus membedakannya dari semua bentuk pemerintahan yang ada di dunia ini. Sering kali muncul banyak kesalahan dalam memahami sistem 89 Surat Al-Maidah Ayat 49. http:quran.com549. diakses pada tanggal 5 Oktober 2015, Pukul 20.20 WIB Universitas Sumatera Utara 65 khilafah itu diantaranya adalah seringnya timbul anggapan bahwa bentuk pemerintahan Islam sam dengan bentuk kerajaan dan bahkan disamakan dengan model Imperium. Namun sesungguhnya hal pemerintahan Islam sangat jauh berbeda dari keduanya, Hal itu karena dalam sistem kerajaan, seorang anak putra mahkota menjadi raja karena pewarisan. Umat tidak memiliki andil dalam pengangkatan raja. Adapun dalam sistem Khilafah tidak ada pewarisan. Akan tetapi, baiat dari umatlah yang menjadi metode untuk mengangkat khalifah. Sistem kerajaan juga memberikan keistimewaan dan hak-hak khusus kepada raja yang tidak dimiliki oleh seorang pun dari individu rakyat. Hal itu menjadikan raja berada di atas undang-undang dan menjadikannya simbol bagi rakyat, yakni ia menjabat sebagai raja tetapi tidak memerintah, seperti yang ada dalam beberapa sistem kerajaan. Atau ia menduduki jabatan raja sekaligus memerintah untuk mengatur negeri dan penduduknya sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa nafsunya, sebagaimana yang ada dalam beberapa sistem kerajaan yang lain. Raja tetap tidak tersentuh hukum meskipun ia berbuat buruk atau zalim. Sebaliknya, dalam sistem Khilafah, Khalifah tidak diberi kekhususan dengan keistimewaan yang menjadikannya berada di atas rakyat sebagaimana seorang raja. Khalifah juga tidak diberi kekhususan dengan hak-hak khusus yang mengistimewakannya di hadapan pengadilan dari individu-individu umat. Khalifah juga bukanlah simbol umat dalam pengertian seperti raja dalam sistem kerajaan. Khalifah merupakan wakil umat dalam menjalankan pemerintahan dan kekuasaan. Ia dipilih dan dibaiat oleh umat untuk menerapkan hukum-hukum syariah atas mereka. Khalifah terikat dengan hukum-hukum syariah dalam seluruh tindakan, kebijakan, keputusan hukum, serta pengaturannya atas urusan-urusan dan kemaslahatan umat. Sistem Pemerintahan Islam juga bukan sistem imperium kekaisaran. Sebab, sesungguhnya sistem imperium itu sangat jauh dari Islam. Berbagai wilayah yang diperintah oleh Islam meskipun penduduknya berbeda-beda suku dan warna kulitnya, yang semuanya kembali ke satu pusat tidak diperintah dengan sistem imperium, tetapi Universitas Sumatera Utara 66 dengan sistem yang bertolak belakang dengan sistem imperium. Sebab, sistem imperium tidak menyamakan pemerintahan di antara suku-suku di wilayah-wilayah dalam imperium. Akan tetapi, sistem imperium memberikan keistimewaan kepada pemerintahan pusat imperium, baik dalam hal pemerintahan, harta, maupun perekonomian. Metode Islam dalam memerintah adalah menyamakan seluruh orang yang diperintah di seluruh wilayah negara. Islam menolak berbagai sentimen primordial. Islam memberikan berbagai hak pelayanan dan kewajibankewajiban kepada non-Muslim yang memiliki kewarganegaraan sesuai dengan hukum syariah. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum Muslim secara adil. Bahkan lebih dari itu, Islam tidak menetapkan bagi seorang pun di antara rakyat di hadapan pengadilan apapun mazhabnya sejumlah hak istimewa yang tidak diberikan kepada orang lain, meskipun ia seorang Muslim. Sistem pemerintahan Islam, dengan adanya kesetaraan ini, jelas berbeda dari imperium. Dengan sistem demikian, Islam tidak menjadikan berbagai wilayah kekuasaan dalam negara sebagai wilayah jajahan, bukan sebagai wilayah yang dieksploitasi, dan bukan pula sebagai “sapi perah” yang diperas untuk kepentingan pusat saja. Akan tetapi, Islam menjadikan semua wilayah kekuasaan negara sebagai satu kesatuan meskipun jaraknya saling berjauhan dan penduduknya berbeda- beda suku. Semua wilayah dianggap sebagai bagian integral dari tubuh negara. Seluruh penduduk wilayah memiliki hak seperti penduduk pusat atau wilayah lainnya. Islam menetapkan kekuasaan, peraturan pemerintahan adalah satu untuk semua wilayah. Ketiga, bahwa struktur negara khilafah berbeda dengan struktur semua sistem yang dikenal di dunia saat ini, keski ada kemiripan dalam penampakannya. Struktur negar khilafah ditetapkan berdasarkan negara madinah yang pernah didirikan Rasulullah. Universitas Sumatera Utara 67 A.2.1. Struktur Negara Khilafah a. Khalifah Khalifah adalah sebutan gelar untuk pemimpin sebuah negara Islam atau kepemimpinan Islam, khalifah bukan hanya sebagai pemimpin politik dan pemerintan melainkan juga sebagai pemimpin agama. Untuk menjadi seorang khalifah harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan berdasarkan hukum dan ketentuan yang berlaku. Adapaun syarat dan ketentuan Islam untuk menjadi seorang khalifah adalah: 90 1. Khalifah haruslah seorang muslim 2. Khalifah haruslah seorang laki-laki 3. Khalifah harus baligh 4. Khalifah haruslah orang yang berakal sehat 5. Khalifah haruslah orang yang adil 6. Khalifah haruslah orang yang merdeka bukan seorang hamba yang tunduk kepada tuannya 7. Khalifah haruslah orang yang memiliki kemampuan dan kecakapan dalam menjalankan semua tugasnya artinya khalifah harus memiliki kualifikasi yang baik. Sebagaimana layaknya sebuah sistem pemerintahan lainnya, sudah tentu Khilafah memiliki tata cara ataupun metode pengangkatanpemilihan seorang khalifah. Seperti kita ketahui bahwa yang menjadi ideologi dan landasan dalam tiap persoalan kehidupan adalah Kitabullah, Sunnah serta Ijmak maka metode pengangkatan Khalifah juga telah ditentukan berdasarkan al-Kitab dan as-Sunnah serta Ijmak sahabat. Metode itu adalah baiat. Dengan demikian, pengangkatan khalifah itu dilakukan dengan baiat kaum Muslimin kepadanya untuk memerintah berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Yang dimaksud kaum kaum muslimin di sini adalah kaum muslimin yang menjadi rakyat khalifah sebelumnya, jika Khalifah sebelumnya itu ada, atau kaum muslim penduduk suatu 90 Taqiyuddin An- Nabani, 2006. Struktur Negara Khilafah. Jakarta: HTI Press. hal. 34 Universitas Sumatera Utara 68 wilayah yang di situ hendak diangkat seorang khalifah khalifah sementara, jika sebelumnya tidak ada khalifah. Sebagai seorang pemimpin khalifah juga memiliki kekuasaan yang tak terbatas yang berupa wewenang. Khalifah memiliki sejumlah wewenang sebagai berikut: 91 1. Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang memang dibutuhkan untuk memelihara urusan-urusan rakyat. Hukum-hukum itu harus digali dengan ijtihad yang sahih dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Dengan diadopsi oleh Khalifah, hukum-hukum itu menjadi undang-undang yang wajib ditaati, dan seorang pun tidak boleh melanggarnya. 2. Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar negeri sekaligus. Khalifah juga yang memegang kepemimpinan atas angkatan bersenjata; ia memiliki hak untuk mengumumkan perang serta mengadakan perjanjian damai, gencatan senjata, dan seluruh bentuk perjanjian lainnya. 3. Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak para duta negara asing. Khalifah juga berwenang mengangkat dan memberhentikan para duta kaum Muslim. 4. Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan para Mu„âwin dan para waligubernur termasuk para amil. Mereka semuanya bertanggung jawab di hadapan Khalifah sebagaimana mereka juga bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat. 5. Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Qadhi al-Qudhat Kepala Kehakiman dan para qadhi hakim yang lain, kecuali Qadhi Mazhalim. Khalifah lah yang mengangkat Qadhi Mazhalim, sedangkan berkaitan dengan pencopotannya, Khalifah harus terikat dengan beberapa. Khalifah juga memiliki wewenang mengangkat dan 91 Ibid, hal. 63 Universitas Sumatera Utara 69 memberhentikan para dirjen, panglima militer, komandan batalion, dan komandan kesatuan. Mereka semuanya ber tanggungjawab di hadapan Khalifah dan tidak bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat. 6. Khalifah memiliki wewenang mengadopsi hukum-hukum syariah yang menjadi pegangan dalam menyusun APBN. Khalifah memiliki wewenang menetapkan rincian APBN, besaran anggaran untuk masing-masing pos baik berkaitan dengan pemasukan maupun pengeluaran. b. Mu‟awin at – Tafwidh wuzara‟ at- Tafwidh Mu„awin adalah pembantu yang telah diangkat oleh Khalifah untuk membantunya dalam mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan. 92 Karena banyaknya tugas-tugas kekhilafahan, khususnya ketika wilayah negara Khilafah menjadi semakin besar dan bertambah luas, Khalifah akan berat untuk mengembannya seorang diri. Karena itu, ia membutuhkan orang yang dapat membantunya dalam mengemban tanggung jawab kekhilafahan dan melaksanakantugas-tugas kekhilafahan itu. Wazir at-Tanfidz merupakan penghubung Khalifah dengan struktur dan aparatur negara, rakyat, dan pihak luar negeri. Ia bertugas menyampaikan kebijakan-kebijakan Khalifah kepada mereka dan menyampaikan informasi dari mereka kepada Khalifah. Sebab, Wazir at- Tanfidz ditunjuk sebagai pembantu Khalifah dalam pelaksanaan berbagai urusan, bukan sebagai penanggung jawab dan bukan pula sebagai orang yang diserahi wewenang atas berbagai urusan tersebut. Tugasnya adalah tugas administrasi, bukan tugas pemerintahan. Departemennya merupakan lembaga pelaksana yang melaksanakan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Khalifah kepada instansi-instansi dalam negeri dan luar negeri, di samping menyampaikan informasi-informasi dari berbagai 92 Ibid, hal. 90 Universitas Sumatera Utara 70 instansi itu. Dia merupakan penghubung Khalifah dengan struktur negara dan aparat yang lain; menyampaikan kebijakan dari Khalifah kepada bawahannya dan menyampaikan informasi dari bawahan Khalifah kepada Khalifah. c. Para Wali Wali adalah orang yang di angkat oleh khalifah sebagai pemimpin suatu wilayahprovinsi sebagai pejabat pemerintah atau disebut juga sebagi Amir. Negeri yang diperintah oleh Negara Khilafah dibagi dalam beberapa bagian dan setiap bagian disebut wilâyah. Setiap wilayah dibagi dalam beberapa bagian dan setiap bagian disebut „imalah. Setiap orang yang memimpin wilâyah disebut walî atau amîr dan orang yang memimpin „imalah disebut „amil atau hakim. Setiap „imalah dibagi dalam beberapa bagian administratif. Setiap bagian itu disebut qashabah kota. Setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih kecil: masing-masing bagian itu disebut dengan hayyu kampungdesa. Orang yang mengurusi qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir dan tugasnya adalah tugas administrasi. Para wali adalah para penguasa hukam karena wewenangnya dalam hal ini adalah wewenang pemerintahan. Karena para wali adalah penguasa, maka mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagai penguasa, yaitu: harus seorang laki-laki, merdeka, Muslim, balig, berakal, adil, dan termasuk orang yang memiliki kemampuan. Jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari Khalifah atau orang yang mewakili Khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu. Wali tidak diangkat kecuali oleh Khalifah. Dasar adanya jabatan imarah atau wilayah, yakni para wali atau amir, adalah aktivitas Rasulullah saw., karena beliau telah mengangkat para wali untuk berbagai negeri. Beliau menetapkan bagi mereka hak memutuskan persengketaan. Universitas Sumatera Utara 71 d. Amir Al-Jihad Istilah jihad memang sudah tidak asing lagi dalam Islam jihad sebenarnya adalah istilah yang digunakan untuk perjuangan dalam menegakkan agama Allah. Hanya saja belakangan ini banyk pemikir yang mencoba mengartikannya dengan sesuatu yang berbeda. Berjuang tidak hanya diartikan dengan mengangkat senjata, karena jihad kini juga diartikan secara luas dan umum. Lalu bagaimana kita melihat dan memaknai jihad dalam konteks ini dimana kita sedang membicarakan sebuah struktur negara khususnya lembaga militer dalam sistem negara khilafah. Jihad adalah puncak keagungan Islam, jihad merupakan metode mendasar yang telah ditetapkan dalam Islam untuk mengemban dakwah Islam ke luar negeri. Mengemban dakwah Islam merupakan aktivitas pokok Daulah Islam setelah penerapan dibutuhkan berbagai hal yang mendukung, mulai dari pasukan, perlengkapan yang mencakup persenjataan dan sebagainya. Perang memerlukan latihan, pembekalan dan logistik. Salah satu hal yang paling vital dalam hal ini adalah persenjataan yang sudah tentu akan memerlukan industri persenjataan olehkarenanya industri yang dibangun di setiap wilayah berdasarkan atas azas industri perangmiliter. Sesungguhnya pemikiran ini dapat kita pahami dengan mudah dan sederhana. Sebagaimana sebuah negara yang berdaulat apapun bentuk kedaulatannya militer yang kuat merupakan salah satu faktor yang menunjang untuk kewibawaan sebuah negara. Walaupun kini secara jelas tidak ada persaingan persenjataan antar negara yang ada namun tetap saja pada dasarnya negara yang kuat secara militer tentu saja lebih memiliki posisi tawar dalam hubunagan luar negeri antara negara hukum-hukum Islam di dalam negeri. Jihad adalah perang di jalan Allah untuk meinggikan kalimat Allah. Dalam sebuah perang tentunya dibutuhkan berbagai hal yang mendukung, mulai dari pasukan, perlengkapan yang mencakup persenjataan dan sebagainya. Perang memerlukan latihan, pembekalan dan logistik. Salah satu hal yang paling Universitas Sumatera Utara 72 vital dalam hal ini adalah persenjataan yang sudah tentu akan memerlukan industri persenjataan olehkarenanya industri yang dibangun di setiap wilayah berdasarkan atas azas industri perangmiliter. Sesungguhnya pemikiran ini dapat kita pahami dengan mudah dan sederhana. Sebagaimana sebuah negara yang berdaulat apapun bentuk kedaulatannya militer yang kuat merupakan salah satu faktor yang menunjang untuk kewibawaan sebuah negara. Walaupun kini secara jelas tidak ada persaingan persenjataan antar negara yang ada namun tetap saja pada dasarnya negara yang kuat secara militer tentu saja lebih memiliki posisi tawar dalam hubunagan luar negeri antara negara. Demikian juga, stabilitas kondisi dalam negeri akan menopang kemampuan dan kekuatan pasukan di dalam peperangan. Jika kondisi dalam negeri tidak aman dan tidak stabil, hal itu akan menyibukkan pasukan militer untuk menstabilkan kondisi dalam negeri terlebih dulu sebelum berangkat berjihad. Seandainya pasukan militer telah berangkat berjihad, sementara keamanan di dalam negeri terganggu setelah pasukan keluar berangkat berjihad, hal itu akan melemahkan kemampuan pasukan militer dalam melanjutkan peperangan. Hubungan luar negeri dengan negara-negara lain didasarkan pada prinsip mengemban dakwah Islam. Atas dasar semua itu, empat departemen yang ada yaitu militer, keamanan dalam negeri, perindustrian, dan urusan luar negeri mungkin untuk dijadikan satu departemen, lalu Khalifah mengangkat seorang amir untuk mengurusinya, karena semuanya memiliki kaitan erat dengan jihad. e. Keamanan Dalam Negeri Departemen ini dikepalai oleh Mudir Keamanan Dalam Negeri Mudir al-Amni ad-Dakhili. Departemen ini memiliki cabang di setiap wilayah yang dinamakan Idârah al-Amni ad-Dâkhili Administrasi Keamanan Dalam Negeri yang dikepalai oleh Kepala Kepolisian Wilayah Shahib asy-Syurthah al-Wilayah. Cabang ini di bawah wali dari sisi tanfidz pelaksanaaneksekusi, tetapi dari sisi administrasi berada di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri. Hal ini akan diatur dengan Universitas Sumatera Utara 73 undang-undang yang khusus untuk masalah ini. Departemen Keamanan Dalam Negeri merupakan departemen yang mengurusi segala bentuk gangguan keamanan. Departemen ini juga mengurusi penjagaan keamanan di dalam negeri melalui satuan kepolisian dan ini merupakan sarana utama untuk menjaga keamanan dalam negeri. Departemen Keamanan Dalam Negeri berhak menggunakan satuan kepolisian kapan pun dan seperti yang diinginkannya. Perintah departemen ini harus segera dilaksanakan. Adapun jika keperluan menuntut untuk meminta bantuan pasukan, maka departemen ini wajib menyampaikan perkara tersebut kepada Khalifah. Khalifah berhak memerintahkan pasukan untuk membantu Departemen Keamanan Dalam Negeri, atau dengan menyiapkan kekuatan militer untuk membantu Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menjaga keamanan, atau perkara lain menurut pandangan Khalifah. Khalifah juga berhak menolak permintaan Departemen Keamanan Dalam Negeri itu dan memerintahkannya agar mencukupkan diri dengan satuan kepolisian saja. f. Industri Industri yang diwajibkan Allah agar didirikan bukan hanya terbatas pada industri militer. Terdapat industri-industri lain yang juga wajib didirikan oleh negara. Di dalam kitab Al-Amwal fi Dawlah al-Khilafah disebutkan sebagai berikut: Perindustrian: Hal itu karena Daulah wajib mendirikan dua macam industri sebagai konsekuensi kewajiban memelihara kemaslahatan masyarakat: Jenis pertama: Industri yang berhubungan dengan harta kekayaan yang termasuk dalam kepemilikan umum, seperti industri eksploitasi barang tambang berikut pemurnian dan peleburannya, dan industri pengeboran minyak bumi berserta kilang-kilang penyulingannya. Industri- industri dari jenis ini dikuasai sebagai milik umum sesuai dengan komoditas yang diusahakannya dan yang berhubungan dengan industri itu. Karena harta kekayaan milik umum dikuasai sebagai milik umum bagi Universitas Sumatera Utara 74 seluruh kaum Muslim, maka industri yang mengusahakannya juga dikuasai sebagai milik umum bagi kaum Muslim. Dalam hal ini, negara membangun dan mengelola industri tersebut mewakili kaum Muslim. Jenis kedua: Industri-industri yang berhubungan dengan industri berat dan industri persenjataan. Industri jenis ini boleh dimiliki oleh individu karena komoditasnya termasuk ke dalam kepemilikan individual. Akan tetapi, industri-industri semisal ini memerlukan modal yang sangat besar, dan hal itu sering sulit terpenuhi pada diri orang-perorang. Di samping itu, persenjataan berat saat ini tidak dikategorikan sebagai senjata perorangan yang dimiliki oleh individu, seperti halnya juga pada masa Rasulullah saw. dan para khalifah sesudah Beliau, tetapi menjadi milik negara. Negaralah yang harus mengadakannya karena kewajiban melakukan ri„ayah mengharuskan yang demikian, khususnya setelah persenjataan berkembang dengan perkembangan yang menakutkan, sehingga untuk menyiapkannya menjadi berat dan menjadi beban yang sangat besar. Atas dasar semua itu, kewajiban tersebut mengharuskan negara agar mendirikan pabrik serta industri persenjataan dan industri- industri berat. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa individu dilarang mendirikan industri-industri jenis ini. Industri-industri jenis ini menjadi kewajiban Daulah untuk mendirikannya, artinya menjadi kewajiban Khalifah. Khalifah berhak mengangkat direktur umum yang berhubungan secara langsung dengannya atau dengan orang yang mewakilinya. Direktur umum itu melakukan tugas sesuai dengan yang dikehendaki oleh Khalifah dan orang yang mewakilinya itu g. Peradilan. Lembaga Peradilan adalah lembaga yang bertugasmenyampaikan keputusan hukum yang bersifat mengikat. Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan di antara anggota masyarakat, mencegah hal- hal yang dapat membahayakan hak-hak jamaah, atau mengatasi Universitas Sumatera Utara 75 perselisihan yang terjadi antara rakyat dan seseorang yang duduk dalam struktur pemerintahan; baik ia seorang penguasa atau pegawai negeri, Khalifah ataupun selain Khalifah. Definisi peradilan adalah meliputi peradilan perselisihan yang terjadi di antara anggota masyarakat, sebagaimana yang telah disebutkan, juga meliputi masalah hisbah, yaitu penyampaian keputusan hukum syariah yang bersifat mengikat dalam masalah yang membahayakan hak jamaah. h. Mashalih an-Nas Kemaslahatan Umum Manajemen berbagai urusan negara dan berbagai kepentingan masyarakat ditangani oleh departemen, jawatan, serta unit-unit yang didirikan untuk menjalankan urusan-urusan negara dan memenuhi kepentingan-kepentingan masyarakat tersebut. Untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal. Untuk setiap jawatan diangkat seorang direktur yang mengurusi manajemennya dan ia bertanggung jawab secara langsung terhadap jawatan tersebut. Para direktur itu bertanggung jawab kepada orang yang memimpin departemen, jawatan, atau unit mereka yang lebih tinggi dari sisi pertanggungjawaban pelaksanaan tugas-tugas mereka. Mereka juga bertanggung jawab kepada wali dan amil dari sisi pertanggungjawaban terhadap keterikatan mereka dengan hukum-hukum syariah dan peraturanperaturan secara umum. Struktur administratif ini terdiri dari departemen-departemen Mashlahah, jawatan-jawatan Dâ‟irah, dan unitunit Idarah. Mashlahah Departemen merupakan lembaga administratif tertinggi untuk satu kemaslahatan di antara berbagai kemaslahatan negara seperti kewarganegaraan, transportasi, pencetakan mata uang, pendidikan, kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, jalan, dan sebagainya. Departemen itu mengurusi manajemen departemen itu sendiri, jawatan-jawatan, dan unit-unit yang ada di bawahnya. Jawatan Da‟irah mengurusi manajemen Universitas Sumatera Utara 76 jawatan itu sendiri dan unit-unit di bawahnya. Adapun unit Idarah mengurusi urusan-urusan unit itu sendiri dan cabang serta bagian yang ada di bawahnya. Departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit tersebut didirikan tidak lain hanya untuk menjalankan berbagai urusan negara dan untuk memenuhi berbagai kepentingan masyarakat. Untuk menjaga jalannya departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit harus diangkat para penanggung jawab untuk masing-masing departemen, jawatan, dan unit tersebut. Karena itu, untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal yang secara langsung mengurusi manajemen urusan-urusan departemennya. Ia juga bertugas mengontrol semua jawatan dan unit yang ada di bawahnya. Untuk setiap jawatan dan setiap unit diangkat seorang direktur yang bertanggung jawab secara langsung atas jawatan dan unit yang dikepalainya serta cabang dan bagian yang ada di bawahnya. i. Baitul Mal Baitul Mal 93 merupakan kata benda yang dibentuk secaraidhâfah. Baitul Mal digunakan untuk menyebut tempat penyimpanan berbagai pemasukan negara dan sekaligus menjadi tempat pengeluarannya. Baitul Mal juga digunakan untuk menyebut lembaga yang bertugas memungut dan membelanjakan harta yang menjadi milik kaum Muslim. Sebagaimana yang sudah kemi jelaskan sebelumnya, kami mengadopsi bahwa wali diangkat dengan wewenang yang bersifat khusus, yang tidak meliputi pasukan, peradilan, dan harta. Karena itu, pasukan seluruhnya memiliki departemen pusat, yaitu Amirul Jihad. Peradilan juga memiliki departemen pusat, yaitu al- Qadha‟. Begitu pula masalah harta; ia memiliki departemen pusat, yaitu Baitul Mal. Karena itu, Baitul Mal merupakan institusi tersendiri yang mandiri dari institusi negara yang lain. Baitul Mal berada di bawah Khalifah sebagaimana institusi negara yang lain. Apalagi terdapat banyak dalil yang menjelaskan bahwa Baitul Mal secara langsung 93 Taqyuddin An-Nabani, 1996. Membangun Sistem ekonomi Alternatif. Surabaya . Risalah Gusti. hal 253 Universitas Sumatera Utara 77 berada di bawah Rasulullah saw., di bawah Khalifah, atau di bawah orang yang mengurusi Baitul Mal itu atas izin Rasul saw. atau Khalifah. Rasulullah saw. kadangkadangmenyimpan harta sendiri. Beliau memiliki tempatpenyimpanan harta. Beliau juga secara langsung memungut harta, mendistribusikannya, dan menempatkannya di tempatnya. Kadang-kadang Beliau juga mengangkat orang lain untuk menangani urusan-urusan tersebut. Begitu pula Khulafa ar Rasyidin sesudah Beliau. Mereka secara langsung menangani urusan Baitul Mal dan mengangkat orang lain untuk menjadi wakil yang mewakilinya menangani urusan Baitul Mal itu. j. Lembaga Informasi Penerangan merupakan aktivitas penting bagi dakwah dan negara. Lembaga Penerangan bukan termasuk departemen yang mengurusi kepentingan masyarakat. Akan tetapi, posisinya berhubungan langsung dengan Khalifah sebagai instansi yang mandiri. Keadaannya sama seperti keadaaan instansi-instansi yang lain di dalam negara Khilafah. Adanya strategi informasi yang spesifik untuk memaparkan Islam dengan pemaparan yang kuat dan membekas akan mampu menggerakkan akal manusia agar mangarahkan pandangannya pada Islam serta mempelajari dan memikirkan muatan-muatan Islam. Hal itu juga akan memudahkan upaya menggabungkan negeri-negeri Islam menjadi bagian integral dari Daulah Khilafah. Apalagi banyak perkara informasi yang memiliki kaitan sangat kuat dengan negara yang menjadikan informasi itu tidak boleh disebarkan tanpa perintah Khalifah. Hal itu tampak jelas dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan urusan-urusan militer dan yang terkait dengan militer seperti pergerakan pasukan, berita kemenangan dan kekalahan dalam perang, dan industri-industri militer. Informasi-informasi jenis demikian wajib dihubungkan dengan Khalifah secara langsung untuk menetapkan informasi apa yang wajib ditutupi dan informasi apa yang wajib disebarkan dan diumumkan . Universitas Sumatera Utara 78 k. Majelis Umat Syura dan Muhasabah Majelis Umat adalah majelis yang beranggotakan orang-orang yang mewakili kaum Muslim dalam memberikan pendapat sebagai tempat merujuk bagi Khalifah untuk meminta masukan nasihat mereka dalam berbagai urusan. Mereka mewakili umat dalam melakukan muhâsabah mengontrol dan mengoreksi para pejabat pemerintahan al-Hukkam. Sebagaimana umat memiliki hak untuk mengangkat wakil dalam menjalankan syuramusyawah, umat juga berhak mengangkat wakil dalam menjalankan aktivitas muhasabah. Semua itu menunjukkan kebolehan untuk membentuk majelis yang secara khusus mewakili umat dalam mengontrol dan mengoreksi para pejabat pemerintahan dan dalam menjalankan musyawarah yang telah ditetapkan di dalam al-Quran dan as- Sunnah. Majelis itu diberi nama dengan Majelis Umat karena majelis tersebut merupakan wakil umat dalam melakukan muhasabah koreksi dan kontrol dan syura musyawarah. Orang non-Muslim yang menjadi warga negara Daulah boleh menjadi anggota Majelis Umat. Hal itu dalam rangka menyampaikan pengaduan tentang kezaliman penguasa kepada mereka, atau pengaduan tentang buruknya penerapan Islam terhadap mereka, atau dalam masalah tidak tersedianya berbagai pelayanan bagi mereka, dan yang semisalnya.

B. Analisis Pemikiran Politik Jaringan Islam Liberal Tentang Relasi Islam dan Negara