PRODUKSI VAKSIN RABIES. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies

Dengan adanya peningkatan kebutuhan vaksin rabies dalam rangka pengendalian rabies di Indonesia menimbulkan tantangan bagi Pusvetma untuk meningkatkan jumlah vaksin rabies yang diproduksinya. Masalah yang dihadapi yaitu kesulitan mendapatkan kambingdomba umur 3 bulan dalam jumlah banyak. Untuk memproduksi vaksin sebanyak 60.000 dosis satu batch dibutuhkan kambingdomba sebanyak 300 ekor. Di samping itu kambingdomba makin lama makin tinggi, timbulnya pencemaran lingkungan dan resiko tersebarnya penyakit sangat tinggi. Dengan bantuan seorang tenaga WHO, Dr. Larghi pada tahun 1983, era baru pembuatan vaksin rabies di Pusvetma telah dimulai. Dalam Cara baru ini digunakan biakan sel sebagai media pertumbuhan virus rabies. Virus yang digunakan yaitu virus rabies galar Pastuer yang dibiakan pada kultur sel ginjal anak hamster BHK 21, dengan bahan inaktif berupa 2-Bromo Ethylamin BEA. Sel BHK 21 seperti yang dinyatakan Bear 1975 merupakan sel yang paling peka untuk pembiakan virus rabies. Setelah melalui rangkaian percobaan, pada tahun 1984, Pusvetma telah mengeluarkan vaksin rabies yang menggunakan biakan sel sebagai tempat pembiakan virus. Vaksin baru ini diberi nama rabivet. Vaksin rabivet mempunyai kelebihan dibandingkan dengan rasivet yaitu: 1. Rabivet tidak mengandung jaringan syaraf dan kandungan proteinnya lebih rendah sehingga efek samping berupa alergi dan paralisa non spesifik sangat dikurangi. 2. Mudah diproduksi secara besar-besaran. 3. Harga satuan lebih rendah. 4. Pencemaran lingkungan dan resiko tersebarnya virus sangat rendah. 5. Rabies mempunyai masa kekebalan yang lebih lama. Berdasarkan hasil pengujian baik pada kondisi laboratorium maupun kondisi lapangan menunjukkan bahwa vaksin rabivet mempunyai keamanan dan potensi yang baik. Vaksin tetap stabil selama dua tahun pada penyimpanan temperatur 4 C. Pengujian di laboratorium menggunakan hewan percobaan anjing untuk mengukur masa kekebalan vaksin rabivet dengan index Netralisasi test menunjukkan bahwa pada bulan ke 16 setelah vaksinasi, titer antibodi terhadap rabies masih tetap tinggi yaitu index netralisasi in = 3. Setelah pengujian menunjukkan hasil yang baik, vaksin rabivet diproduksi dalam skala besar dan didistribusikan diseluruh Indonesia Ternyata dilapangan vaksin rabivet menimbulkan masalah. Beberapa daerah melaporkan adanya endapan warna hitam pada dasar vial skibat pemakaian thiomersal sebagai bahan bakterisida pada vaksin.

X. PRODUKSI VAKSIN RABIES.

Sesuai dengan SK Mentan No. 317KeptsOrg1978 tanggal 25 Mei 1978 Pusat Veterinaria faram mempunyai tugas pelaksanaan pengadaan dan penyaluran vaksin, antisera diagnostika dan bahan biologis lain. Sesuai dengan tugas tersebut diatas, PUSVETMA telah memproduksi vaksin antara lain vaksin rabies. Dalam memproduksi vaksin digunakan anggaran berasal dari Proyek Rutin. PUSVETMA dalam memproduksi vaksin rabies berusaha untuk memenuhi jumlah sesuai target dan waktu distribusi, tetapi sering kali terjadi pergeseran jadwal produksi sebagai akibat pengadan bahan produksi yang harus melalui tender. Untuk tahun 19931994 telah diambil langkah-langkah kebijaksanaan sehingga vaksin Rabivet dapat diproduksi dan didistribusikan tepat waktu dan tepat jumlah. ©2003 Digitized by USU digital library 5 Kapasitas produksi vaksin rabivet setiap tahun semakin meningkat. Sebelum tahun 19901991 kapasitas produksi mencapai 400.000. dosis per tahun kemudian meningkat menjadi 600.000 dosis per tahun pada tahun 19901991. Dengan adanya bantuan hibah dari pemerintah Jepang melalui JICA, mulai tahun 19931994 kemampuan produksi dapat tingkatkan menjadi 1000.000 dosis per tahun. Dengan adanya perbaikan prosedur kerja produksi dan efesiensi penggunaan alat kemampuan produksi dapat ditingkatkan menjadi 500.000 dosis per tahun. XI. KEGUNAAN VAKSIN RABIES. Manfaat dari vaksin rabies adalah untuk mengendalikan penyakit rabies antara lain, mengusahakan agar hewan yang peka terhadap rabies kebal terhadap serangan virus rabies. Untuk mencapai hal tersebut, sebagian besar populasi hewan harus dikebalkan melalui vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi dapat berhasil dengan baik apabila tersedia vaksin dengan kualitas bermutu dan tersedia dalam jumlah cukup. Untuk menjawab tantangan ini PUSVETMA telah berhasil memproduksi vaksin rabivet dengan kualitas baik dan murah. Untuk memperoleh vaksin rabivet dengan kualitas bermutudlan murah telah diadakan suatu rekayasa pembuatan media dan cloning virus sehingga diperoleh virus yang cocok untuk tumbuh pada media yang baru. Dibandingkan dengan vaksin rabivet maka vaksin rabivet supra 92 mempunyai kandungan protein yang jauh lebih rendah yaitu 2 mgml. Dengan turunnya kandungan protein diharapkan tidak terjadi reaksi anfilaksis dan tidak menimbulkan rasa sakit pada suntikan. PH vaksin juga menunjukkan kestabilan yaitu kurang lebih 7 sesuai dengan PH tubuh. Hasil uji potensi vaksin tersebut dibandingkan dengan vaksin impor rabisin menurut metode modifikasi NIH menunjukkan hasil yang sama dengan Relative Potency sebesar 1,2. Hasil uji dalam bentuk garis regrasi dari kedua jenis vaksin tersebut ternyata memperlihatkan garis linear yang hampir sejajar. Upaya yang dilakukan PUSVETMA tidak hanya meningkatkan mutu vaksin yang dihasilkan tetapi juga kapasitas produksi per tahun juga ditingkatkan. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan melengkapi peralatan yang ada penggunaan slat yang efisien dan penguasaan teknik produksi. Vaksin Rabivet supra 92 produksi pusat veterinaria farma dapat dipertanggungjawabkan untuk dipakai dalam pengendalian penyakit rabies di Indonesia sebab mempunyai potensi baik, stabil dan efek samping rendah.

XII. TATA CARA PENGIRIMAN BAHAN ATAU SAMPEL PEMERIKSAAN RABIES.