Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah untuk membatasi alih fungsi lahan sawah. Upaya ini tidak memberikan hasil yang baik disebabkan
karena: a lahan sawah mudah untuk berubah kondisi fisiknya; b peraturan yang bertujuan untuk mengandalikan konversi lahan secara umum hanya bersifat
himbauan dan tidak dilengkapi sanksi yang jelas; dan c ijin konversi merupakan keputusan kolektif sehingga sulit ditelusuri pihak mana yang bertanggung jawab
atas pemberian ijin konversi lahan. Ketiga kelemahan tersebut pada gilirannya menyebabkan aparat cenderung mendukung proses konversi lahan dengan alasan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
2.2 Landasan Teori
Menurut Soekartawi 2005 faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian adalah sebagai berikut :
• Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf kehidupan
• Lokasi lahan pertanian yang strategis diminati untuk kegiatan non-
pertanian •
Fragmentasi lahan pertanian •
Kepentingan pembangunan wilayah yang seringkali mengorbankan sektor pertanian
Universitas Sumatera Utara
Proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi, perubahan
struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercermin dari adanya:
1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya
permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.
2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor-
sektor primer khususnya dari sektor-sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder manufaktur dan
tersier jasa. Berkurangnya luas lahan pertanian khususnya lahan sawah di suatu
daerah, sudah tentu akan ikut mempengaruhi produksi padi di daerah tersebut. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan penduduk yang pada umumnya semakin
bertambah dari tahun ke tahunnya, maka dikhawatirkan akan timbul masalah- masalah yang mengancam ketahanan pangan di daerah tersebut. Gunanto, 2007.
Model klasik dari alokasi lahan adalah model Ricardo Ricardian Rent. Menurut model ini, alokasi lahan akan mengarah pada penggunaan yang
menghasilkan surplus ekonomi land rent yang lebih tinggi, yang tergantung pada derajat kualitas lahan yang ditentukan oleh kesuburannya serta kelangkaan
lahan. Menurut von Thunen nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh kesuburannya tetapi merupakan fungsi dari lokasinya. Pendekatan von Thunen
mengibaratkan pusat perekonomian adalah suatu kota yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya homogen. Tataguna lahan yang dihasilkan dapat dipresentasikan
Universitas Sumatera Utara
sebagi cincin-cincin lingkaran yang bentuknya konsentris yang mengelilingi kota tersebut. Teori von Thunen mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian
dalam arti luas yang berkembang disekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut Suwandi,2002.
Alih fungsi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor
ekonomi tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya dekat dengan sumber ekonomi maka
akan menggeser penggunaannya kebentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena land rent persatuan
luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah. Hal ini terjadi karena land rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas
baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah. Suwandi,2002. Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara
berbagai kompetisi penggunaan sektor komersial dan strategis, mempunyai hubungan yang erat. Sektor tersebut berada pada kawasan strategis dengan land
rent yang tinggi, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai rentnya semakin kecil. Economic rent sama dengan surplus ekonomi yang
merupakan kelebihan nilai produksi total diatas biaya total. Suatu lahan sekurang- kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:
1. Ricardian rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan
2. Locational rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan
Universitas Sumatera Utara
3. Ecological rent, menyangkut fungsi ekologi lahan
4. Sosiological rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan
Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara berbagai kompetisi penggunaan sektor komersial dan strategis, mempunyai
hubungan yang erat. Sektor tersebut berada pada kawasan strategis dengan land rent yang tinggi, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai
rentnya semakin kecil. Economic rent sama dengan surplus ekonomi yang merupakan kelebihan nilai produksi total diatas biaya total. Winoto, 2005.
Untuk mencegah lebih banyak terjadi alih fungsi lahan untuk tahun-tahun berikutnya, dapat digunakan metode peramalan. Peramalan dapat diartikan
sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai dimasa yang akan datang. Untuk membuat
peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data
waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir. Suwandi,2002.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran