pengganti tersebut. Selain mengganti tanaman padi sawah mereka menjadi tanaman perkebunan, para petani didaerah penelitian juga mengganti tanaman
padi sawahnya menjadi tanaman hortikultura. Sebesar 57 petani padi sawah mengalih fungsikan tanaman padi sawah menjadi tanaman-tanaman hortikultura
seperti cabai,tomat, dll.
5.2 Laju Alih Fungsi Lahan Di Daerah Penelitian
Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu sepuluh tahun dilihat dari persentase perubahan luas lahan sawah per
tahun. Tabel 5 menunjukkan luas lahan sawah dalam kurun waktu sepuluh tahun. Tabel 5. Laju alih fungsi lahan sawah per tahun di Kabupaten Deli Serdang
tahun 1999 - 2009 Tahun
Luas Lahan Perubahan Luas Lahan Sawah
Terhadap Tahun Sebelumnya Persentase
Ha Ha
1999 156,564
2000 150,824
-5,830 -3.72
2001 149,424
-1,400 -0.92
2002 131,500
-17,924 -11.99
2003 141,622
10,122 7.7
2004 72,742
-68,880 -48.6
2005 69,892
-2,850 -3.91
2006 74,237
4,345 6.2
2007 74,355
118 0.15
2008 73,369
-986 -1.33
2009 74,736
1,367 1.8
Sumber : BPS – Kabupaten Serdang bedagai berbagai tahun terbit Tabel 5 menunjukkan bahwa sejak tahun 1999 terjadi penurunan luas
lahan sawah. Tahun 1999 terjadi sedikit kenaikan luas lahan sawah namun kembali menurun drastis hingga tahun 2002. Peningkatan luas lahan sawah
Universitas Sumatera Utara
sedikit terjadi di tahun 2003 dan kemudian kembali menurun. Peningkatan lahan sawah terjadi pada tahun 2003, 2006,2007 dan 2009 namun peningkatan ini belum
mampu mengimbangi penurunan luas lahan yang terjadi sejak tahun 1999. Tabel 5 menunjukkan laju alih fungsi lahan sawah tertinggi terjadi pada
tahun 2004 yaitu sebesar 48,6 atau terjadi penunurunan luas lahan sawah sebesar 68.880 Ha setahun. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah
adanya pemekaran yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang. Peningkatan luas lahan sawah terbesar atau laju alih fungsi terendah yakni sebesar 10.122 Ha atau
7.7 yang terjadi pada tahun 2003. Secara keseluruhan, dari tahun 1998 sampai 2007 telah terjadi alih fungsi lahan sawah sebesar 81.914 Ha atau sekitar 52.29 .
Laju alih fungsi lahan sawah ke sektor non pertanian maupun komoditi selain padi sawah tentu akan dapat mengancam ketahanan pangan yang
berdampak terhadap turunnya produksi pertanian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto, dkk 2002, ditinjau dari aspek produksi, kerugian
akibat alih fungsi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun 1981-1998 diperkirakan telah menyebabkan hilangnya produksi beras sekitar 1,7 juta
tontahun atau sebanding dengan jumlah impor beras tahun 1984-1997 yang berkisar antara 1,5 - 2,5 juta tontahun. Hal tersebut mempertegas kenyataan
bahwa laju alih fungsi lahan yang terus terjadi ke sektor non pertanian maupun komoditi selain padi sawah akan mengancam ketahanan pangan dimasa
mendatang. Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terjadi laju alih fungsi lahan sebesar 10.284 Ha atau sekitar 11.44 . Indikasi alih
fungsi lahan tersebut apabila tidak diatasi maka tentu akan mengancam ketahanan pangan di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu ada aspek regulasi pemerintah
Universitas Sumatera Utara
yang berperan dalam menghambat laju alih fungsi lahan pertanian pangan ke bentuk non pertanian.
Laju alih fungsi lahan yang terjadi merupakan dampak dari pergeseran pusat perekonomian yang semakin meluas. Pusat perekonomian yang dalam hal
ini pusat kota yang semakin besar dan mulai menggeser sektor pertanian yang umumnya berada dipinggir. Untuk menahan laju alih fungsi lahan yang semakin
cepat dan tidak bisa dicegah lagi maka hendaknya pemerintah serta masyarakat bekerja sama dalam
menekan laju pertumbuhan penduduk, realokasi penduduk untuk mengurangi tekanan terhadap lahan pertanian terutama di kawasan
pertanian produktif, mengembangkan pajak progresif pada lahan nonpertanian untuk mengurangi permintaan lahan yang berlebihan dan tidak efisien, dan
menerapkan prinsip hemat lahan dalam mengembangkan kegiatan nonpertanian. Alih fungsi yang terjadi di daerah penelitian adalah bentuk pengalokasian usaha
tani padi sawah menjadi perkebunan, perumahan maupun infrastruktur. Selain mengharapkan keuntungan lebih atau surplus ekonomi dengan mengalih
fungsikan lahan, aspek kebijakan, misalnya pembangunan infrastruktur, juga menjadi salah satu alasan yang membuat petani mengalih fungsikan lahannya.
Model Ricardo melalui pendekatan Von Thunen cukup menjelaskan bahwa terjadinya laju alih fungsi oleh karena meningkatnya land rent secara
relatif. Meningkatnya land rent akan meningkatkan nilai tukar term of trade jasa-jasa komersial yang menyebabkan semakin bergesernya pusat perekonomian.
Pergeseran pusat perekonomian menyebabkan dorongan pada areal pertanian yang berada di sekeliling pusat perekonomian. Dorongan dalam hal ini yakni berupa
nilai tukar yang diberikan lebih besar dibandingkan mempertahankan usaha
Universitas Sumatera Utara
taninya, sehingga petani lebih memilih mengalih fungsikan lahannya ke bentuk lain. Dorongan lain yang menyebabkan meningkatnya laju alih fungsi yakni
pertimbangan petani terhadap opprtunity cost, dengan mengganti komoditi padi sawah dengan komoditi perkebunan yang dianggap lebih menguntungkan.
Oleh karena itu laju alih fungsi lahan yang terus terjadi di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu sepuluh tahun sejak 1999 – 2009 adalah 52,29
untuk penggunaan pertanian selain padi dan non pertanian seperti perumahan dan infrastruktur.
5.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Didaerah Penelitian