PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TRIGONOMETRI BERBASIS PBL BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MAHASISWA S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA UISU.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TRIGONOMETRI BERBASIS PBL

BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR

KREATIF MATEMATIS MAHASISWA S1

PENDIDIKAN MATEMATIKA UISU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: MAYASARI NIM: 8146172043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji dan syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbasis PBL Berbantuan Software GeoGebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika UISU”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini sampai dengan selesai. 2. Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd serta Dr.

Izwita Dewi, M.Pd selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., dan Dr.Mulyono, S.Si, M.Si selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manulang, M.Si selaku staff Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan, nasihat serta semangat yang sangat berhrga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten Direktur beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dra. Rosliana Siregar, M.Pd dan Dhia Octariani, S.Pd, M.Si selaku dosen UISU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.


(3)

iv

6. Kedua Orang tua saya tercinta Ayahanda Samardi, dan Ibunda Sumarti, yang senantiasa mendo’akan penulis serta memberikan support yang luar biasa, motivasi dan dorongan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

7. Suamiku tercinta Ipan Witarsa yang senantiasa memberikan do’a , dukungan dan motivasinya.

8. Abang, kakak tersayang penulis, terutama abang aten, bg andri dan kak uli selalu memberikan dukungannya, semangat, motivasi dan dorongan moral dan material kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 9. Rekan-rekan tercinta khusunya Ibu Lilis, Ibu Ika, Kak Ita, Kak Efri, Bang

Tuani, Bang Nadran, Minda, Lia, Nova, Dahlia yang menjadi tempat bertanya disela-sela penyusunan tesis ini. Serta Keluarga besar Dikmat B-1 stambuk 2014 yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studinya.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat member inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Penulis


(4)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR..………... iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Batasan Masalah ... 15

1.4 Rumusan Masalah ... 16

1.5 Tujuan Penelitian ... 16

1.6 Manfaat Penelitian ... 17

1.7 Definisi Operasional ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika... 19

2.1.1 Belajar Matematika... 19

2.1.2 Pembelajaran Matematika ... 21

2.2 Bahan Ajar ... 23

2.2.1 Pengertian Bahan Ajar ... 23

2.2.2 Jenis Bahan Ajar ... 24

2.2.3 Karakteristik Bahan Ajar ... 27

2.2.4 Manfaat Penyusunan Bahan Ajar ... 28

2.2.5 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ... 29

2.2.6 Lembar Kerja Mahasiswa ... 31

2.2.7 Kualitas Bahan Ajar ... 37

2.2.8 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 40

2.3 Problem Based Learning (PBL) ... 43

2.3.1 Definisi Problem Based Learning ... 43

2.3.2 Karakteristik Model Problem Based Learning ... 45

2.3.3 Langkah Problem Based Learning ... 46

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model PBL ... 47

2.4 Teori Belajar yang Mendukung Yang Melandasi PBL ... 49

2.5 Model Problem Based Learning Berbantuan GeoGebra ... 51

2.5.1 Software GeoGebra ... 51

2.5.2 Pembelajaran Trigonometri Berbantuan GeoGebra ... 54

2.5.3 Kelebihan Software GeoGebra ... 57

2.6 Kemampuan Pemecahan Masalah... 58

2.6.1 Masalah dan Pemecahan Masalah... 58

2.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 62

2.6.3 Indikator Pemecahan Masalah Matematis ... 65


(5)

vi

2.7.1 Pengertian Berpikri Kreatif ... 68

2.7.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 71

2.7.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 76

2.8 Trigonometri ... 78

2.8.1 Pengenalan Trigonometri ... 78

2.8.2 Mata Kuliah Trigonometri ... 80

2.8.3 Materi Trigonometri ... 80

2.9 Penelitian yang Relevan ... 82

2.10 Kerangka Konseptual ... 85

BAB III METODE PENELITIAN ... 93

3.1 Jenis Penelitian ... 93

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 93

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 93

3.4 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 94

3.4.1 Tahap Pendefinisian (Define) ... 96

3.4.2 Tahap Perancangan (Design) ... 98

3.4.3 Tahap Pengembangan (Develop)... 99

3.4.4 Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 100

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 102

3.6 Teknik Analisis Data ... 107

3.6.1 Analisis Data untuk Menghitung Validitas dan Reliabilitas ... 107

3.6.2 Analisis Data untuk Efektivitas Bahan Ajar...110

3.6.3 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...114

3.6.4 Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 114

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 115

4.1 Hasil Penelitian ... 115

4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Bahan Ajar ... 115

4.1.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisi (Define)... 116

4.1.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 121

4.1.1.3 Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ... 126

4.1.1.3 Deskripsi Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 187

4.1.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Menggunakan Bahan Ajar BP-BSG yang dikembangkan ... 187

4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Menggunakan Bahan Ajar BP-BSG yang dikembangkan ... 189

4.2 Pembahasan Penelitian ... 192

4.2.1 Validitas Bahan Ajar Trigonometri BP-BSG dikembangkan ... 192

4.2.2 Efektivitas Bahan Ajar Trigonometri BP-BSG dikembangkan .. 194

4.2.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis Menggunakan Bahan Ajar Trigonometri BP-BSG dikembangkan ... 197


(6)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 200

5.1 Kesimpulan ... 200

5.2 Saran ... 201


(7)

viii

DAFTAR TABEL

2.1 Langkah Model Problem Based Learning ... 46

3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 106

3.2 Kisi-Kisi tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 107

3.3 Interprestasi Rerata Skor ... 109

3.4 Interprestasi Koefisien Validitas Butir Soal dan Realibilitas ... 110

3.5 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif ... 111

3.6 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Mahasiswa ... 113

4.1 Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan/SAP ... 127

4.2 Hasil Validasi Buku Mahasiswa/BM ... 130

4.3 Hasil Validasi Lembar Kegiatan Mahasiswa ... 133

4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis ... 135

4.5 Validitas Butir Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 136

4.6 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 136

4.7 Rata-Rata Skor Kemampuan Memahami Masalah Pada Uji Coba I ... 139

4.8 Rata-Rata Skor Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Uji Coba I ... 141

4.9 Rata-Rata Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah Uji Coba I ... 142

4.10 Rata-Rata Skor Kemampuan Mengevaluasi Kembali Uji Coba I ... 144

4.11 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba I ... 146

4.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Hasil Posttest uji coba I... 146

4.13 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Uji Coba I... 147

4.14 Rata-Rata Skor Indikator Kelancaran Pada Uji Coba I ... 149

4.15 Rata-Rata Skor Indikator Fleksibel Pada Uji Coba I ... 150

4.16 Rata-Rata Skor Indikator Originality Pada Uji Coba I ... 151

4.17 Rata-Rata Skor Indikator Elaborasi Uji Coba I ... 152

4.18 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Uji Coba I ... 153

4.19 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 154

4.20 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Uji Coba I ... 155

4.21 Rata-Rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Mahasiswa Uji Coba I ... 157

4.22 Hasil Analisis Respon Mahasiswa Uji Coba I ... 159

4.23 Revisi SAP... 162

4.24 Revisi Buku Mahasiswa ... 162


(8)

ix

4.26 Rata-Rata Skor Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah

Uji Coba II ... 166

4.27 Rata-Rata Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah Uji Coba II ... 168

4.28 Rata-Rata Skor Kemampuan Mengevaluasi Kembali Uji Coba II ... 170

4.29 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba II ... 171

4.30 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Hasil Posttest uji coba II ... 172

4.31 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Uji Coba II ... 173

4.32 Rata-Rata Skor Indikator Kelancaran Pada Uji Coba II ... 175

4.33 Rata-Rata Skor Indikator Fleksibel Pada Uji Coba II ... 175

4.34 Rata-Rata Skor Indikator Originality Pada Uji Coba II ... 176

4.35 Rata-Rata Skor Indikator Elaborasi Uji Coba II ... 177

4.36 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba II ... 178

4.37 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 179

4.38 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Uji Coba I ... 180

4.39 Rata-Rata Representasi Waktu Ideal Aktivitas Mahasiswa Uji Coba II ... 182

4.40 Hasil Analisa Respon Mahasiswa Uji Coba II ... 184

4.41 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji Coba II ... 187

4.42 Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Untuk Setiap Indikator ... 188

4.43 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis mahasiswa ... 190

4.44 Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Untuk Setiap Indikator ... 191


(9)

x

DAFTAR GAMBAR

1.1 Hasil Jawaban Mahasiswa 1 ... 3

1.2 Hasil Jawaban Mahasiswa 2 ... 5

1.3 SAP Trigonometri Semester II ... 8

2.1 Menu Geogebra ... 54

3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 95

3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbasis PBL Berbantuan Software Geogebra ... 101

4.1 Peta Konsep Trigonometri ... 118

4.2 Skor Indikator Kemampuan Memahami Masalah Pada Uji Coba I ... 140

4.3 Skor Indikator Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Uji Coba I... 142

4.4 Skor Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah Pada Uji Coba I ... 144

4.5 Skor Indikator Kemampuan Mengevaluasi Kembali Pada Uji Coba I ... 145

4.6 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Hasil Posttest Uji Coba I... 147

4.7 Pesentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa pada Uji Coba I ... 148

4.8 Tingkat Kemampuan Kelancaran Hasil Posttest Uji Coba I ... 150

4.9 Tingkat Kemampuan Fleksibel Hasil Posttest Uji Coba I ... 151

4.10 Tingkat Kemampuan Originality Hasil Posttest Uji Coba I ... 152

4.11 Tingkat Kemampuan Elaborasi Hasil Posttest Uji Coba I ... 153

4.12 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 154

4.13 Pesentase Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa pada Uji Coba I ... 155

4.14 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Mahasiswa Uji Coba I ... 157

4.15 Skor Indikator Kemampuan Memahami Masalah Pada Uji Coba II... 166

4.16 Skor Indikator Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Uji Coba II ... 167

4.17 Skor Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah Pada Uji Coba II ... 169

4.18 Skor Indikator Kemampuan Mengevaluasi Kembali Pada Uji Coba II ... 171

4.19 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ... 173

4.20 Pesentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa pada Uji Coba II... 174

4.21 Tingkat Kemampuan Kelancaran Hasil Posttest Uji Coba II ... 175

4.22 Tingkat Kemampuan Fleksibel Hasil Posttest Uji Coba II ... 176


(10)

xi

4.24 Tingkat Kemampuan Elaborasi Hasil Posttest Uji Coba II ... 178 4.25 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Hasil Posttest

Uji Coba II ... 180 4.26 Pesentase Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa

pada Uji Coba II... 181 4.27 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Mahasiswa Uji Coba II ... 182 4.28 Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

untuk Setiap Indikator... 189 4.29 Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk Setiap


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika di perguruan tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan kemandirian mahasiswa. Hal ini sesuai pendapat Anshar (2000), pembelajaran matematika di perguruan tinggi perlu diberi penekanan pada aspek: pemahaman konsep dengan baik dan benar, kekuatan bernalar matematika, keterampilan dalam teknik dan metode dalam matematika, dan kemampuan belajar mandiri. Martono (1999) menjelaskan tujuan pembelajaran matematika di perguruan tinggi untuk memperoleh pengetahuan dasar dan pola pikir matematika, dalam bentuk: (1) tertatanya pola pikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematik, (2) terlatihnya daya nalar dan kreativitas setelah mempelajari berbagai strategi dan taktik dalam pemecahan masalah kalkulus, (3) terlatih dalam merancang model matematika sederhana, (4) terampil dalam teknik matematika yang baku dengan didukung oleh konsep, penalaran, rumus, dan metode yang benar.

Mengingat pentingnya pendidikan matematika diperguruan tinggi, Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini didukung oleh hasil survei World Competitiveness Year Book dimana Indonesia berada pada tingkat 37 dari 60 negara (IMD_WCY, 2014:3). Sementara itu fakta lain yang didapat dari The Third International Mathematics Science Study, melaporkan bahwa persaingan Indonesia terhadap hasil belajar science dan matematika sangat memprihatinkan. Prestasi peserta dalam matematika tidak pernah berada pada rangking atas bahkan cenderung di bawah. Hal ini bisa dilihat


(12)

2 dari TIMSS-R-2011 dimana Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan nilai 386 (IEA, 2012:56). Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat dari hasil studi yang dilakukan PISA (Programme For International Student Assessment, dimana hasil studi PISA tahun 2012 Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 375, sedangkan skor rata-rata international 500 (OECD, 2014:5).

Rendahnya kualitas pendidikan seperti yang telah disebutkan di atas harus diperbaiki, karena matematika adalah ilmu dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, suatu bangsa yang ingin dapat menguasai IPTEK dengan baik perlu mempersiapkan tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan matematika yang cukup. Oleh karena itu maka matematika di sekolah harus mampu mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan pemecahan masalah. Semua permasalahan tersebut tidak akan terjadi apabila kualitas dari guru sendiri sudah layak. Kelayakan seorang guru, bersumber dari ilmu yang didapatnya ketika diperguruan tinggi.

Salah satu mata kuliah diperguruan tinggi yang paling dasar adalah mata kuliah trigonometri. Trigonometri merupakan mata kuliah keilmuan dan ketrampilan yang harus dipelajari dengan total 2 SKS oleh mahasiswa program studi pendidikan matematika. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah matematika tingkat dasar pertama perguruan tinggi yang perlu dikuasai oleh setiap mahasiswa Fakultas KIP, MIPA dan Fakultas Teknik. Pembelajaran trigonometri selama ini masih di dominasi oleh dosen dalam menjelaskan materi dan mahasiswa lebih banyak diajak untuk menggunakan rumus-rumus atau sifat-sifat (teorema) yang


(13)

3 telah disajikan. Akibatnya pemahaman mahasiswa terhadap pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif matematis pada trigonometri lemah.

Berdasarkan hasil penelitian awal peneliti dengan mengajukan soal uraian yang mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis materi trigonometri pada mahasiswa FKIP Matematika semester II, ternyata kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis mahasiswa masih rendah, mahasiswa kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal. Salah satu persoalan kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajukan kepada mahasiswa yaitu:

Pada segitiga ABC diketahui panjang jarak antara titik A dan titik B adalah 6 cm, panjang jarak antara titik B dan C adalah 8 cm, dan panjang antara titik A dan C adalah 7 cm. Titik P terletak pada perpanjang jarak antara titik B dan C sedemikian sehingga panjang CP samadengan setengah panjang BC. Hitunglah panjang jarak antara titik A ke titik P dengan berbagai cara?

Adapun hasil jawaban mahasiswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan dapat dilihat pada gambar 1.1:

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 1.1: Hasil Jawaban Mahasiswa

Hasil di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa masih rendah. Hal ini terlihat dari indikator berpikir kreatif matematis, adapun indikator dari berpikir kreatif matematis yaitu kelancaran, berpikir luwes, keaslian, dan elaborasi. Pada proses penyelesaian masalah mahasiswa tersebut


(14)

4 terlihat dengan jelas bahwa mahasiswa belum mampu berpikir lancar dan luwes memahami maksud soal. Seharusnya mahasiswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal guna mempermudah untuk mengerjakan soal tersebut. Mahasiswa belum mampu membuat gambar dari persoalan tersebut (elaboration).

Contoh ini merupakan salah satu soal yang diujikan kepada 24 mahasiswa yang hadir pada saat tes berlangsung dan tidak ada mahasiswa yang menjawab benar. Berikut persentase tiap indikator berpikir kreatif berdasarkan hasil jawaban mahasiswa. Untuk indikator kelancaran rata-rata mahasiswa mencapai 27,5%. Untuk indikator fleksibel/keluwesan rata-rata mahasiswa mencapai 28,75%. Sedangkan untuk indikator keaslian mencapai 30,0%. Dan untuk indikator elaborasi rata-rata mahasiswa hanya mencapai 1,25%. Dengan demikian disimpulkan bahwa mahasiswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis.

Selain berpikir kreatif matematis, ada hal lain yang juga penting dimiliki mahasiswa dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah. Berikut persoalan kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajukan kepada mahasiswa yaitu:

Diketahui segitiga OAB. Titik C pada garis AB dan titik D pada garis OB. Titik T perpotongan OC dan AD sedemikian sehingga AC : CB = 2 : 1 dan OD : DB = 1 : 3. Uraikanlah berbagai cara yang kalian ketahui, untuk mencari perbandingan antara jarak yang belum diketahui.

Adapun hasil jawaban mahasiswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan dapat dilihat pada gambar 1.2:


(15)

5

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 1.2: Hasil jawaban mahasiswa 1

Hasil di atas menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa masih rendah. Hal ini terlihat dari indikator pemecahan masalah matematis, pada proses penyelesaian masalah mahasiswa tersebut terlihat dengan jelas bahwa mahasiswa sudah mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal guna mempermudah untuk mengerjakan soal tersebut, tetapi mahasiswa belum mampu membuat gambar dari persoalan tersebut. Mahasiswa tersebut belum memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan mengembangkan gagasan/ide yang baru guna menghasilkan alternatif cara menyelesaikan masalah soal. Hal ini terbukti dari salahnya mahasiswa memilih cara untuk memecahkan soal tersebut. Mahasiswa tidak memeriksa kembali proses hasil pemecahan masalah sehingga simpulan yang dihasilkan juga salah.

Contoh ini merupakan salah satu soal yang diujikan kepada 24 mahasiswa yang hadir pada saat tes berlangsung dan tidak ada mahasiswa yang menjawab benar. Berikut persentase tiap indikator pemecahan masalah matematis berdasarkan hasil jawaban mahasiswa. Untuk indikator memahami masalah rata-rata mahasiswa mencapai 50,0%. Untuk indikator merencanakan penyelesaian rata-rata mahasiswa mencapai 34,38%. Sedangkan untuk indikator menyelesaikan masalah mencapai 14,58%. Dan untuk indikator mengevaluasi rata-rata mahasiswa hanya mencapai 4,17%. Dengan demikian disimpulkan bahwa


(16)

6 mahasiswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis.

Kedua soal tersebut merupakan soal yang diujikan ke mahasiswa yang hadir pada saat tes berlangsung, tidak ada satupun mahasiswa yang menjawab benar dari kedua soal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis mahasiswa masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis diatas menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap materi ajar sehingga tidak bisa menghasilkan alternatif penyelesaian untuk memecahkan masalah.

Hal ini dapat disebabkan dari faktor desain bahan pembelajaran yang dirancang atau bahkan penerapan dosen belum relevan terhadap tujuan pembelajaran. Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan mahasiswa semakin tidak mengerti matematika mengingat mereka (mahasiswa) adalah calon pendidik.

Menurut Wahyudi (2010) “kualitas pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor dominan antara lain; guru, kepemimpinan kepala sekolah, sarana dan perasarana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat pembelajaran, perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu komponen yang sangat penting dalam kualitas pendidikan adalah bahan ajar.

Kualitas bahan ajar yang digunakan juga menentukan kualitas pembelajaran. Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajar yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Dari pernyataan Akker (dalam Rochmad, 2012) menyimpulkan bahwa kriteria kualitas suatu bahan ajar yaitu kevalidan (validity),


(17)

7 kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness). Sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar yang berkualitas adalah yang memenuhi ketiga aspek tersebut.

Terkait bahan ajar, menurut Trianto (2011) “bahan ajar yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), Instrumen Evaluasi, media pembelajaran serta buku ajar mahasiswa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa bahan ajar yang lazim didengar adalah silabus, SAP, LKM, bahan ajar dan alat evaluasi. Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan terhadap bahan ajar yang digunakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara (FKIP UISU), terdapat beberapa kelemahan pada bahan ajar. Mulai dari SAP, buku mahasiswa, LKM dan juga media yang digunakan.

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) sangat menentukan tercapainya pembelajaran yang diharapkan. Dengan perancanaan yang baik, maka hasil yang diperoleh juga maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis terhadap SAP yang ada di FKIP Matematika UISU masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya: (1) SAP yang digunakan dosen bukan hasil rancangan sendiri dan masih bersifat umum, sehingga kurang sesuai dengan kemampuan matematis yang menjadi tujuan penelitian. Hal tersebut sejalan dalam Suprianto (2013) mengemukakan dalam penelitiannya terkait bahan ajar dimana guru kurang mampu atau kesulitan dalam membuat dan mengembangkan serta menerapkan bahan ajar. (2) Langkah-langkah pembelajaran sangat jarang menggiring


(18)

8 mahasiswa dalam mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran masih berpusat pada dosen. (3) Kriteria peniaian baik kognitif, afektif maupun psikomotorik masih sangat minim dan tidak adanya rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar mahasiswa. (4) SAP yang dipakai tidak mengarah pada kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis. Adapun SAP yang digunakan dosen dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut:

Gambar 1.3 SAP Trigonometri semester II

Pada gambar 1.3 di atas, sintaks pembelajaran kurang jelas terlihat. Hal ini terlihat dari metode pembelajaran yang digunakan dalam SAP masih pada kegiatan rutin untuk semua materi seperti ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematisnya tidak diperlihatkan, melainkan diberikan langsung oleh dosennya. Pengetahuan yang sampai kepada mahasiswa hanya berupa rumus dan contoh soal, sehingga ketika diberi soal yang dimodifikasi, mahasiswa cenderung tidak mampu menyelesaikannya karena berbeda dari contoh yang sebelumnya diberikan dosen,


(19)

9 akhirnya mahasiswa tidak punya keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah. Hal ini terlihat bahwa tidak mudah untuk mentransfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswanya.

Kelemahan selanjutnya terkait dengan buku teks sebagai salah satu bahan ajar yang digunakan. Kesesuaian antara buku teks dengan model pembelajaran yang digunakan akan lebih meningkatkan efektivitas pembelajaran yang dilakukan dosen. Pengembangan buku ajar yang baik menurut akbar (2013:34) meliputi (1) akurasi; (2) relevan; (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5) berorientasi pada student centered; (6) berpihak pada ideology bangsa dan Negara; (7) kaidah bahasa benar dan istilah serta struktur kalimat tepat; dan (8) terbaca, buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.

Buku ajar yang digunakan di FKIP Matematika UISU masih memiliki beberapa kelemahan, antara lain: buku mahasiswa yang digunakan masih bersifat struktural dan kurang melibatkan mahasiswa secara aktif dari materi yang dipelajari. Sehingga mahasiswa hanya hafal definisi dan rumus pada saat pembelajaran saja yang menyebabkan lupa dalam penggunaannya. Ketika di beri tes terkait materi yang telah berlalu, maka mahasiswa banyak yang lupa dan kebingungan sewaktu mengerjakannya. Hal ini menunjukkan bahwa buku teks tersebut kurang mampu menggiring mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Di dalam proses belajar mengajar Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) juga tidak kalah penting diperhatikan.Walaupun banyak sekali Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) yang diperjual belikan di pasaran, tetap saja dosen harus


(20)

10 mempertimbangkan dengan bijak, Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) mana yang seharusnya digunakan. Penilaian yang ada pada beberapa Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) hanya merupakan pemberian pemahaman terhadap materi, bukanlah bertujuan untuk mengaktifkan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Jadi dengan kata lain Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) tersebut hanyalah bentuk lain dari buku teks atau modul. Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) seharusnya memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk memaksimalkan kreativitas matematik mahasiswa dalam upaya membentuk kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Kelemahan berikutnya terkait dengan media yang digunakan. Dosen jarang menggunakan media yang melibatkan mahasiswanya secara langsung. Terkadang dosen hanya menampilkan materi pembelajarannya menggunkan infokus saja.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa bahan ajar sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dalam bahan ajar terdapat seluruh perencanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga dapat memudahkan dosen dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan proses yang kompleks sehingga berbagai kemungkinan bisa terjadi. Disamping itu, sebagai tenaga pendidik yang profesional dosen juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar, karena dengan mengembangkan bahan ajar dosen dapat meningkatkan kreativitas dalam mengajar.

Jadi dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar memberikan manfaat yang baik dalam pembelajaran. Tujuan dilakukan


(21)

11 pengembangan bahan ajar adalah untuk meningkatkan dan menghasilkan sebuah produk baru. Selain itu bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang mampu memecahkan masalah pembelajaran di kelas, karena pada hakikatnya tidak ada satu sumber belajar yang dapat memenuhi segala macam keperluan proses pembelajaran. Dengan kata lain pemilihan bahan ajar, perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan matematik mahasiswa, khususnya kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa.

Menanggapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di universitas seperti yang telah diuraikan di atas, terutama berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa maka perlu bagi dosen atau peneliti memilih pembelajaran yang dapat mengubah paradikma tersebut.

Dalam standar National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) dinyatakan:

Problem solving means engaging in a task for which the solution method is not known in advance. In order to find a solution, students must draw on their knowledge, and through this process, they will often develop new mathematical understandings. Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so. … In everyday life and in the workplace, being a good problem solver can lead to great advantages. … Problem solving is an integral part of all mathematics learning, …

Berdasarkan pernyataan tersebut pemecahan masalah berarti melibatkan tugas yang metode penyelesaiannya tidak diketahui. Untuk menemukan solusi, mahasiswa harus menggambar pengetahuan yang dimilikinya melalui proses ini, mahasiswa mengembangkan pemahaman matematika yang baru. Memecahkan masalah tidak hanya tujuan dari pembelajaran matematika tetapi juga


(22)

12 mengutamakan arti dari apa yang dilakukan. Didalam kehidupan sehari-hari, ditempat kerja, orang yang melakukan pemecahan masalah bisa memperoleh keuntungan yang besar. Pemecahan masalah adalah bagian integrasi dari pemecahan matematika.

Menurut Polya (1973) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sementara Sujono (1988) melukiskan masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Lebih spesifik Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap mahasiswa. Mengingat pentingnya pemecahan masalah bagi siswa, maka mahasiswa calon guru yang akan mendidik siswa untuk belajar pemecahan masalah haruslah meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah. Untuk itu, model Problem Based Learning (PBL) dianggap cocok untuk mengatasi masalah ini.

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000:20)

menyatakan Students must learn mathematics with understanding, actively building new knowledge from experience and prior knowledge yang dapat diartikan bahwa siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.


(23)

13 Untuk itu, model Problem Based Learning (PBL) dianggap cocok untuk mengatasi masalah ini.

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu solusinya, sebab menurut Arends (2008b) menyatakan bahwa model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran mahasiswa pada masalah autentik dan bermakna kepada mahasiswa yang berfungsi sebagai landasan bagi investasi dan penyelidikan mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan mahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting.

Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. Problem Based Learning memberikan tantangan kepada mahasiswa, bekerja bersama dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan permasalahan. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan Problem Based Learning.

Menurut Albanese & Mitchell; Dolmans & Schmidt (Cahyono, dkk., 2013:3) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) selain melengkapi mahasiswa dengan pengetahuan, PBL juga bisa digunakan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, belajar


(24)

14 sepanjang hayat, keterampilan komunikasi, kerjasama kelompok, adaptasi terhadap perubahan dan kemampuan evaluasi diri. PBL dirancang untuk membantu dosen memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa melalui suatu permasalahan. Selain itu melalui PBL mahasiswa dapat mempresentasikan gagasannya, mahasiswa terlatih merefleksikan persepsinya, mengargumentasikan dan mengkomunikasikan ke pihak lain sehingga dosenpun memahami proses berpikir mahasiswa, dan dosen dapat membimbing serta mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Dengan demikian, pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan mahasiswa, sehingga interaksi antara dosen dan mahasiswa, serta mahasiswa dengan mahasiswa menjadi terkondisi dan terkendali.

Untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan matematika khususnya kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematus melalui Problem Based Learning (PBL), akan lebih efektif jika dalam pengembangan bahan ajar tersebut dihubungkan dengan penggunaan media. Media yang digunakan berupa aplikasi software GeoGebra yang diintegrasikan sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan bekerja secara kelompok. Selain itu dalam pembelajaran, software GeoGebra menjadi sebuah media bagi mahasiswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, dalam mengatasi permasalahan-permasalahan terkait rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa, maka sangat penting dalam pengembangan bahan ajar dengan model


(25)

15 PBL berbantuan software GeoGebra, maka penelitian ini berfokus dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbasis PBL Berbantuan Software Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika UISU”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukan pada latar belakang sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mahasiswa kurang mampu memberikan ide/pendapat, pendekatan pembelajaran yang diterapkan dosen dikelas dalam menyampaikan materi pelajaran tidak melibatkan mahasiswa secara aktif.

2. Bahan ajar yang digunakan masih belum memadai

3. Mahasiswa kesulitan menyelesaikan soal kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis.

4. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa. 5. Rendahnya kemampuan pemecahan matematis mahasiswa. 1.3Batasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran matematika seperti yang telah diidentifikasi diatas, maka penelitian ini perlu dibatasi, sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini dibatasi pada pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa. Masalah yang teridentifikasi diatas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis membatasi masalah pada:


(26)

16 1. Efektivitas pengembangan bahan ajar berbantuan Software geogebra untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan pemecahan masalah matematis mahasiswa.

2. Pengembangan bahan ajar berbantuan Software geogebra untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa yang dibatasi pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP), buku mahasiswa, Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). 3. Pengembangan bahan ajar berbantuan Software geogebra untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang dibatasi pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP), buku mahasiswa, Lembar Kerja Mahasiswa (LKM).

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari identifikasi masalah serta batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis PBL berbantuan software GeoGebra?

2. Bagaimana efektivitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis PBL berbantuan software GeoGebra?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan pemecahan masalah matematis mahasiswa dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan berbantuan software GeoGebra?

1.5Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang ditetapkan, maka yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk:


(27)

17 1. Untuk mendeskripsikan validitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis

PBL berbantuan software GeoGebra.

2. Untuk mendeskripsikan efektivitas bahan ajar yang dikembangkan berbasis PBL berbantuan software GeoGebra.

3. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan pemecahan masalah matematis mahasiswa dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan berbantuan software GeoGebra.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Mahasiswa mampu memecahakan masalah matematis dan berpikir kreatif matematis.

2. Dosen sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan agar pembelajaran lebih efisien, efektif, dan relevan.

3. Peneliti sebagai sumber ide dan referensi dalam pengembangan sumber belajar dalam bentuk bahan ajar lain.

4. Pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun, serta sebagai landasan untuk melanjutkan penelitian ini.

1.7Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap penafsiran istilah-istilah yang digunakan, akan dijelaskan beberapa istilah yang didefinisikan secara operasional dengan tujuan penelitian ini menjadi lebih terarah. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(28)

18 1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang akan dikembangkan adalah SAP, buku mahasiswa, LKM, tes kemampuan pemecahan masalah dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis.

2. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang dimulai dengan masalah didunia nyata dan kemudian mahasiswa mampu mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri dengan kemampuan berpikir yang dimilikinya.

3. Bahan ajar berbasis Problem Based Learning (PBL) adalah alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah dari PBL.

4. GeoGebra adalah Software matematika dinamis yang menggabungkan

geometri, aljabar dan kalkulus.

5. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:

(a) Memahami masalah; (b) Merencanakan pemecahan masalah; (c) Menyelesaikan masalah sesuai rencana; (d) Memeriksa kembali prosedur

dan hasil penyelesaian

6. Kemampuan Berpikir Kreatif adalah kemampuan berpikir secara bervariasi dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah yang melibatkan dimensi kreativitas, yakni: (a) Kelancaran (fluency) (b) Fleksibilitas (flexibility); (c) Elaborasi (elaboration); dan (d) Orisinalitas (originality).


(29)

200 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Validitas bahan ajar yang dikembangkan termasuk dalam kategori valid dengan nilai rata-rata total validitas SAP sebesar 4,22 buku mahasiswa sebesar 4,19 LKM sebesar 4,21, butir soal tes kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis juga telah berada pada kategori valid. 2. Bahan ajar trigonometri yang dikembangkan berbasis PBL berbantuan

software GeGeobra telah memenuhi kriteria efektif. Kriteria efektif ditinjau

dari: (1) ketuntasan kemampuan pemecahan masalah secara klasikal telah tercapai 96,15% pada uji coba II; (2) ketuntasan kemampuan berpikir kreatif matematis secara klasikal telah tercapai 96,15% pada uji coba II (3) aktivitas mahasiswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan; dan (3) respon mahasiswa positif terhadap komponen-komponen bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan.

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis berbasis PBL berbantuan software GeoGebra adalah rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada uji coba I sebesar 81,88 meningkat menjadi 94,38 pada uji coba II. Di samping itu, rata-rata setiap indikator kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.


(30)

201

4. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis berbasis PBL berbantuan software GeoGebra adalah rata-rata pencapaian kemampuan berpikir kreatif

matematis mahasiswa pada uji coba I sebesar 77,88 meningkat menjadi 83,15 pada uji coba II. Di samping itu, rata-rata setiap indikator kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

5.1 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bahan ajar trigonometri berbasis PBL berbantuan software GeoGebra yang dikembangkan ini sudah memenuhi aspek kevalidan dan keefektifan, maka disarankan kepada dosen untuk dapat menggunakan bahan ajar ini dalam menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa, khususnya mahasiswa semester II pendidikan matematika.

2. Bahan ajar trigonometri berbasis PBL berbantuan software GeoGebra yang dihasilkan dapat disebarluaskan mengingat tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan pada penelitian ini. Sehingga terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh tentang keefektifan bahan ajar yang dikembangkan.

3. Bahan ajar trigonometri berbasis PBL berbantuan software GeoGebra yang dikembangkan ini dapat dijadikan rujukan untuk membuat suatu bahan ajar


(31)

202

dengan materi lain guna menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis mahasiswa khususnya dan kemampuan bermatematika secara umum baik tingkat satuan pendidikan yang sama maupun berbeda.


(32)

203

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J. Van den. (1999). Principles and Method of Development Research. London. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., &

Plomp, T. (pnyt.)”. Design approaches and tools in educational and

training.Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Anshar, M dan Sembiring RK.(2000). Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Arends, Richard. (2008).Learning to Teach.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ariawan, W. P. (2014). Pengembangan LKM Multi Representasi Berbantuan

GeoGebra Untuk Meningkatkan Kemmapuan Berpikir Kritis Mahasiswa.

ISSN: 2303-288X. Vol.3, No1.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Asyhar, R.( 2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:Gaung

Persada (GP) Press Jakarta.

Atun, I. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Bloom, B.S (1971). Handbook on Formative And Sumatve Evaluation Of Sudents Students Learning. New York: Mc Graw Hill Book Comoeby.

Burris, S & Garton, B.L. (2007). Effect of Instructional Strategy on Critical Thinking and Content Knowledge: Using PBL in the Secondary Clasroom. Journal of Agriculture Education, 48 (1): 106-116.

Cahyono, dkk. (2013). Problem Based Learning Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Journal of Mathematics Education. UJME 2.

Costa, A.L (2001). Developing Mind A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmodjo, dkk. (1992). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Daulay, Leny. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematika SMP Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis


(33)

204

Masalah. Jurnal Paradikma PPs UNIMED. (Online) http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-0735/25828/leni-agustina-daulay.Akses tanggal 15 Desember 2015. Vol 4, No.1 Juni 2011. Medan:Universitas Negeri Medan.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta:Publisher.

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Djamarah dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dwijanto.(2007). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Pakem) Dengan Pemanfaatan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Aktivitas, Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Peserta Didik Kelas VI SD Negeri Turus Pada Materi Luas Dan Keliling. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.

Fitrani, N. (2012). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Secara Berkelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self ConfidenceSiswa SMP: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Ngamprah. Thesis tidak diterbitkan. UPI

Graff. E.D. (2003). Characteristics of Problem Based Learning. In J.EngEd, Vol.19, No. 5: 657-662.

Hamalik, Oemar. (2003). Proses belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara Hartono. (2009). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Aplikasi Matematika Mahasiswa pada Pembelajaran Open-Ended dengan Konvensional di Sekoalah Menengah Pertama. Disertasi. SPS. UPI. Tidak Dipublikasikan.

Hohenwarter, M. & Fuchs, K. (2004). Combination of Dynamic Geometry, Algebra, and Calculus in the Software System Geogebra. Tersedia: www.geogebra.org/publications/pecs_2004.pdf. [16 Nopember 2015]. Hohenwarter, M., et al. (2008). Teaching and Learning Calculus with Free

Dynamic Matematics Software GeoGebra. Tersedia; http://www. publications.uni.lu/record/2718/files/ICME11-TSG16.pdf. [15 Nopember 2015].

Hudoyo, H., (1990). Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Jakarta : DepDikbud.


(34)

205

Joni, T. R (1983). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3LPTK

Kantowski. M.G. (1981). Problem Solving. Mathematics Education Research, Implications for 80’s. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Kusumah, Yaya S. (2003). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasiskan Teknologi Komputer. Makalah terdapat pada Seminar Proceeding National Seminar on Science and Math Education. Seminar diselenggarakan oleh FMIPA UPI Bandung bekerja sama dengan JICA.

Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya _________ (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mann, E. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics:Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Dissertation University of Connecticut. (Online). Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/Dissert ations/Eric%20Mann.pdf. Martono, K. (1999). Kalkulus. Jakarta: Erlangga.

Muliyardi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Menggunakan Komik di Kelas I Sekolah Dasar. Disertasi UNESA Surabaya: Tidak Diterbitkan

Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Nara, H dan Siregar, E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

NCTM. (2000). Priciple and Stdandards for shool Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nieveen. (2007). An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of the seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR China). Novembel 23-26, 2007.

Orbyt, Yusrin. (2012). Teori Belajar John Dewey. Tersedia di laman

http://yusrin-orbyt.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-john-dewey.html. Di akses pada tanggal 6 Oktober 2014.


(35)

206

Pehkonen,E (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity. Zentrallblatt fur Didaktik der Mathematik

Polya, G. (1973). How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.

Rahman & Amri. (2013). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Riyanto, Yatim . (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: Kencana.

Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan Data Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano. Vol. 3 No 1.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

______. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT. Raja Grafindo Persada. Silver, E.A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in

Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X.

Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3).Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Unesa.

Siswono, Y.E. T. (2004). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika. Berpandu dengan model Wallas. dan Creative Problem Solving (CPS). Jurusan Matematika FMIPA Unesa.

Soedjoko, E. (2004). Mengevaluasi Kegiatan Penalaran dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan dalam Konferensi Nasional Matematika XII, Bali 23 – 27 Juli 2004.

Solso, Robert L. (1995). Cognitive Psychology. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon


(36)

207

Sternberg, R. J. (2007). Psikologi kogitif. (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumarmo. U. (2010). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada

Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI, melalui (http://math.sps.upi.edu)[ diakses 20 Desember 2015)

Suryobroto. B. (1986). Mengenal Metode Pengajaran di Skeolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar. Yokyakarta.

Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suhendri. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, Jakarta, Ditjen Dikti P2LPTK.

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian Psikologi, Pendidikan, Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Yogyakarta: CAPS.

Sukmadinata. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprawoto. (2009). Mengembnagkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar dengan-Menyusun-Modu, diakses 20 September 2015).

Supriadi, dkk (2014). Developing High-Order Mathematical Thinking

Competency on High School Students’ Through GeoGebra-Assisted

Blended Learning. Journal IISTE, Vol. 4. No.6

Tall,D. (1991). Advanced Mathematical Thinking. London: An ICMI Study.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Turmudi, Aljupri, (2009). Pembelajaran Matematika, Jakarta : Ditjen Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia.

Wahyudin. (2003). “Peranan Problem Solving”. Proceeding National Seminar on

Selence and Mathematics Education, the Role of IT/ICT in Supporting the Implementation of Competensy-Based Curriculum. Bandung: JICA-IMSTEP

Wasiso, S.J., Hartono. (2013). Implementasi Model Problem Based Learning Bervisi Sets Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Ipa


(37)

208

Dan Kebencanaan Oleh Siswa. Journal of Innovative Science Education. JISE 2 (1) (2013). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise.

Zabit. (2010). Problem Based Learning on Students Critical Thinking Skills In Teaching Business Education In Malaysia: A Literature Review. American Journal of Business Education, Vol. 3 No. 6: 19-32.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J. Van den. (1999). Principles and Method of Development Research. London. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (pnyt.)”. Design approaches and tools in educational and training.Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Anshar, M dan Sembiring RK.(2000). Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Arends, Richard. (2008).Learning to Teach.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ariawan, W. P. (2014). Pengembangan LKM Multi Representasi Berbantuan GeoGebra Untuk Meningkatkan Kemmapuan Berpikir Kritis Mahasiswa. ISSN: 2303-288X. Vol.3, No1.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Asyhar, R.( 2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:Gaung

Persada (GP) Press Jakarta.

Atun, I. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Bloom, B.S (1971). Handbook on Formative And Sumatve Evaluation Of Sudents Students Learning. New York: Mc Graw Hill Book Comoeby.

Burris, S & Garton, B.L. (2007). Effect of Instructional Strategy on Critical Thinking and Content Knowledge: Using PBL in the Secondary Clasroom. Journal of Agriculture Education, 48 (1): 106-116.

Cahyono, dkk. (2013). Problem Based Learning Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Journal of Mathematics Education. UJME 2.

Costa, A.L (2001). Developing Mind A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmodjo, dkk. (1992). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Daulay, Leny. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematika SMP Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis


(2)

Masalah. Jurnal Paradikma PPs UNIMED. (Online) http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-0735/25828/leni-agustina-daulay.Akses tanggal 15 Desember 2015. Vol 4, No.1 Juni 2011. Medan:Universitas Negeri Medan.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta:Publisher.

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Djamarah dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dwijanto.(2007). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Pakem) Dengan Pemanfaatan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Aktivitas, Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Peserta Didik Kelas VI SD Negeri Turus Pada Materi Luas Dan Keliling. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.

Fitrani, N. (2012). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Secara Berkelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self ConfidenceSiswa SMP: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Ngamprah. Thesis tidak diterbitkan. UPI

Graff. E.D. (2003). Characteristics of Problem Based Learning. In J.EngEd, Vol.19, No. 5: 657-662.

Hamalik, Oemar. (2003). Proses belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara Hartono. (2009). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Aplikasi Matematika Mahasiswa pada Pembelajaran Open-Ended dengan Konvensional di Sekoalah Menengah Pertama. Disertasi. SPS. UPI. Tidak Dipublikasikan.

Hohenwarter, M. & Fuchs, K. (2004). Combination of Dynamic Geometry, Algebra, and Calculus in the Software System Geogebra. Tersedia: www.geogebra.org/publications/pecs_2004.pdf. [16 Nopember 2015]. Hohenwarter, M., et al. (2008). Teaching and Learning Calculus with Free

Dynamic Matematics Software GeoGebra. Tersedia; http://www. publications.uni.lu/record/2718/files/ICME11-TSG16.pdf. [15 Nopember 2015].

Hudoyo, H., (1990). Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Jakarta : DepDikbud.


(3)

Joni, T. R (1983). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3LPTK

Kantowski. M.G. (1981). Problem Solving. Mathematics Education Research, Implications for 80’s. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Kusumah, Yaya S. (2003). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasiskan Teknologi Komputer. Makalah terdapat pada Seminar Proceeding National Seminar on Science and Math Education. Seminar diselenggarakan oleh FMIPA UPI Bandung bekerja sama dengan JICA.

Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya _________ (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mann, E. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics:Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Dissertation University of Connecticut. (Online). Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/Dissert ations/Eric%20Mann.pdf. Martono, K. (1999). Kalkulus. Jakarta: Erlangga.

Muliyardi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Menggunakan Komik di Kelas I Sekolah Dasar. Disertasi UNESA Surabaya: Tidak Diterbitkan

Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Nara, H dan Siregar, E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

NCTM. (2000). Priciple and Stdandards for shool Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nieveen. (2007). An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of the seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR China). Novembel 23-26, 2007.

Orbyt, Yusrin. (2012). Teori Belajar John Dewey. Tersedia di laman http://yusrin-orbyt.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-john-dewey.html. Di akses pada tanggal 6 Oktober 2014.


(4)

Pehkonen,E (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity. Zentrallblatt fur Didaktik der Mathematik

Polya, G. (1973). How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.

Rahman & Amri. (2013). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Riyanto, Yatim . (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: Kencana.

Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan Data Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano. Vol. 3 No 1.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

______. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT. Raja Grafindo Persada. Silver, E.A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in

Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X.

Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3).Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Unesa.

Siswono, Y.E. T. (2004). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika. Berpandu dengan model Wallas. dan Creative Problem Solving (CPS). Jurusan Matematika FMIPA Unesa.

Soedjoko, E. (2004). Mengevaluasi Kegiatan Penalaran dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan dalam Konferensi Nasional Matematika XII, Bali 23 – 27 Juli 2004.

Solso, Robert L. (1995). Cognitive Psychology. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon


(5)

Sternberg, R. J. (2007). Psikologi kogitif. (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumarmo. U. (2010). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada

Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI, melalui (http://math.sps.upi.edu)[ diakses 20 Desember 2015)

Suryobroto. B. (1986). Mengenal Metode Pengajaran di Skeolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar. Yokyakarta.

Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suhendri. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, Jakarta, Ditjen Dikti P2LPTK.

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian Psikologi, Pendidikan, Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Yogyakarta: CAPS.

Sukmadinata. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprawoto. (2009). Mengembnagkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar dengan-Menyusun-Modu, diakses 20 September 2015).

Supriadi, dkk (2014). Developing High-Order Mathematical Thinking

Competency on High School Students’ Through GeoGebra-Assisted

Blended Learning. Journal IISTE, Vol. 4. No.6

Tall,D. (1991). Advanced Mathematical Thinking. London: An ICMI Study.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Turmudi, Aljupri, (2009). Pembelajaran Matematika, Jakarta : Ditjen Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia.

Wahyudin. (2003). “Peranan Problem Solving”. Proceeding National Seminar on Selence and Mathematics Education, the Role of IT/ICT in Supporting the Implementation of Competensy-Based Curriculum. Bandung: JICA-IMSTEP

Wasiso, S.J., Hartono. (2013). Implementasi Model Problem Based Learning Bervisi Sets Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Ipa


(6)

Dan Kebencanaan Oleh Siswa. Journal of Innovative Science Education. JISE 2 (1) (2013). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise.

Zabit. (2010). Problem Based Learning on Students Critical Thinking Skills In Teaching Business Education In Malaysia: A Literature Review. American Journal of Business Education, Vol. 3 No. 6: 19-32.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PBL BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA NEGERI 3 LANGSA.

2 10 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA.

0 6 47

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KALKULUS I BERBASIS PBM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA STKIP “TAPANULI SELATAN” PADANGSIDIMPUAN.

0 5 41

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NASRANI 5 MEDAN.

2 9 40

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X2 TKJ SMKS CITRA ABDI NEGORO BATUBARA.

1 3 36

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 44

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBATUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 41

106906078 Berbagai Pendekatan Matematika untuk Mengembangkan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

0 0 85

Metode Discovery Learning Berbantuan Software Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Mahasiswa Politeknik Kediri

0 1 9

TAHAP DEFINE DAN DESIGN PADA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PEMECAHAN MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA

0 0 11