Optimalisasi kinerja prototipe mesin pemanen udang dan ikan berdasarkan tingkat kepadatan tertentu

(1)

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

Oleh :

RAMLI MANURUNG F14102115

2006


(2)

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor Oleh :

RAMLI MANURUNG F14102115

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(3)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor Oleh :

RAMLI MANURUNG F14102115

Dilahirkan pada tanggal 23 November 1983 di Jakarta

Menyetujui : Bogor, September 2006

Dr. Ir. Sam Herodian, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui,


(4)

Ramli Manurung. F14102115. Optimalisasi Kinerja Prototipe Mesin Pemanen Udang dan Ikan Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Sam Herodian, MS. 2006.

RINGKASAN

Indonesia sebagai negara kepulauan memilki potensi alam yang besar. Baik di daratan maupun di perairan. Dengan potensi perairan yang besar maka pembangunan diarahkan pada pengelolaan sumber daya perairan. Dewasa ini persaingan perdagangan komoditas perikanan, seperti ikan dan udang di pasar internasional semakin meningkat seiring dengan tuntutan konsumen akan bahan pangan, baik dari segi mutu maupun segi kuantitasnya. Mutu tertinggi dari produk perikanan berasal dari kesegaran produk ikan segar. Permintaan ikan hidup dibeberapa negara cenderung meningkat dari tahun ketahun, terutama Singapura, Hongkong dan Jepang. Komoditas perikanan yang paling mempunyai nilai tinggi untuk disajikan dalam keadaan hidup diantaranya adalah udang.

Penanganan udang/ikan pada saat pemanenan selama ini masih banyak menggunakan sistem pemanenan secra tradisional, dan tidak bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup udang/ikan pada saat panen maupun pasca panen.

Pada perancangan mesin pemanen udang diperlukan analisis mengenai optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang tersebut agar didapatkan suatu hasil yang optimal. Optimalisasi yang dilakukan ialah berdasarkan tingkat kepadatan tertentu yang diuji dengan menggunakan mesin pemanen udang dan dilakukan analisis optimalisasi dengan menggunakan data analisis biaya pemanenan secara manual yang dibandingkan dengan analisis biaya pemanenan menggunakan mesin pemanen udang.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pola pemanenan optimal pada udang/ikan menggunakan mesin pemanen serta menganalisis optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang/ikan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2006 sampai dengan bulan mei 2006 bertempat di Bengkel Metatron, Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set mesin pemanen udang, selang atau pipa penyaluran air, kolam ikan sebagai model, stopwatch. Sedangkan bahan dari penelitian ini ialah menggunakan ikan lele sebagai permodelan dan air kolam.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran pada saat pengujian kinerja mesin pemanen udang/ikan. Pengujian dilakukan berdasarkan tingkat kepadatan tertentu kemudian dilakukan analisis guna mencari optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang/ikan.

Dari hasil pengujian berdasarkan tingkat kepadatan tertentu dan dengan menggunakan rpm berbeda didapat bahwa efisiensi tertinggi yang dicapai yaitu sebesar 97.67% dengan menggunakan putaran poros sebesar 572 rpm, dan pada tingkat kepadatan 4 : 1. Sedangkan pada putaran poros 600 rpm pada tingkat kepadatan 4 : 1 efisiensi yang dicapai sebesar 96% dan pada


(5)

kepadatan 2 : 1 efisiensi sebesar 95.33%. Pada tingkat putaran poros 700 rpm efisiensi yang dicapai sebesar 95.16% untuk kepadatan 4 : 1 sedangkan untuk kepadatan 2 : 1 didapat efisiensi sebesar 91.83%.

Kapasitas tertinggi didapat pada putaran poros 700 rpm, sebesar 29.8 ekor/detik pada kepadatan 2 : 1 dan kapasitas terendah dicapai pada putaran poros 572 rpm kepadata 4 : 1 dengan kapasitas sebesar 16 ekor/detik.Untuk putaran poros 700 rpm kepadatan 4 : 1 didapat kapasitas sebesar 27.9 ekor/detik sedangkan pada putaran poros 600 rpm kapasitas sebesar 20.4% pada kepadatan 2 : 1 dan pada kepadatan 4 : 1 kapasitas yang dicapai sebesar 19.5 ekor/detik.

Dari hasil analisis optimalisasi kinerja mesin pemanen udang yang didapat dengan menggunakan data pembanding yaitu analisis biaya panen secara manual (Meinugraheni, 2004). Didapat bahwa panen dengan menggunakan sistem menyewa mesin pemanen udang dengan putaran poros 572 rpm dan pada tingkat kepadatan 4 : 1 lebih menguntungkan yaitu sebesar Rp.1,154,432 per musim panen untuk luasan 1 ha per tambak dengan asumsi sewa mesin sebesar Rp. 50,000.00/jam dan jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang. Maka jika pemanen yang dilakukan pada 100 tambak pada luasan 1 ha per tambak dipanen dengan menggunakan sistem penyewaan mesin pemanen ini, keuntungan yang didapat lebih besar ialah sebesar Rp. 141,276,538.33 dengan asumsi mesin yang digunakan sebanyak 3 unit, jumlah tenaga kerja yang tersedia sebanyak 20 orang dengan jam kerja 12 jam/hari dan upah sebesar Rp. 12,500.00/orang/jam/tambak.

Titik impas dicapai pada jam kerja minimal 74.8 jam/tahun untuk pola panen dengan menggunakan mesin pemanen udang/ikan.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Ramli Manurung

Ramli Manurung

Ramli Manurung

Ramli Manurung

Lahir di Jakarta pada tanggal 23 November 1983,

dibesarkan di Bogor. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Rojali Manurung

dan Ibu Murni Sidabutar.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Katulampa V Bogor tahun

1996, dan pada tahun 1999 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 2

Ciawi - Bogor dan pendidikan menengah atas ditamatkan pada tahun 2002 di SMU N 3

Bogor, Jawa Barat..

Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui jalur SPMB dan program studi yang dipilih adalah Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2004, penulis memilih subprogram

studi Teknik Mesin Pertanian, Lab. Ergonomika dan Elektronika.

Pada tahun 2005, penulis melaksanakan praktek lapang di PG. Gunung Madu

Plantation, Lampung, dengan judul laporan “Perawatan Alat Dan Mesin Pertanian Pada

Perkebunan Tebu Di PT. Gunung Madu Plantations Lampung.

Pada September 2006, penulis dinyatakan lulus setelah menyelesaikan skripsi

berjudul “

Optimalisasi Kinerja Prototipe Mesin Pemanen Udang Dan Ikan

Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu

” di bawah bimbingan Dr. Ir. Sam

Herodian, MS.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Kinerja Mesin Pemanen Udang Dan Ikan Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu”.

Penelitian dan skripsi ini terselesaikan atas kerjasama dan bimbingan orang-orang yang telah membantu penulis selama penyusunan. Kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi

2. Dr. Ir. I Wayan Astika, MS dan Ir. Mad Yamin, MT sebagai dosen penguji. 3. Bapak dan Ibu serta keluarga atas doa dan dukungannya.

4. Seluruh crew di Laboratorium Leuwi Kopo yang telah sudi berbagi pengetahuan dan pengalaman.

5. Teman-teman TEP ’39 yang telah memberikan semangatnya.

6. Teman seperjuanganku di Palladium yang sama – sama berjuang dan telah membantuku.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu di sini.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan maaf, saran dan kritik yang konstruktif untuk pengembangan lebih lanjut. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2006


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. TAMBAK DAN KLASIFIKASI TAMBAK... 3

1. Pengertian Tambak... 3

2. Klasifikasi Tambak ... 4

B. SISTEM BUDIDAYA TAMBAK... 4

C. TEKNIK BUDIDAYA UDANG WINDU ... 6

1. Budidaya Tradisional ... 6

2. Budidaya Semi – Intensif ... 8

D. DESKRIPSI UDANG WINDU ... 13

E. SIFAT DAN TINGKAH LAKU UDANG ... 14

F. IKAN LELE ... 15

G. MESIN PEMANEN UDANG... 17

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI... 18

IV. METODE PENELITIAN... 20

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 20

B. ALAT DAN BAHAN ... 20

1. Alat Penelitian... 20

2. Bahan Penelitian... 20


(9)

1. Analisis kepadatan optimal pada saat tumbuh panen

udang/ikan ... 20

2. Menentukan debit air ... 21

3. Melakukan pengujian ... 21

4. Menentukan efisiensi kinerja mesin pemanen udang/ikan... 22

5. Analisis optimalisasi kinerja mesin... 22

D. PARAMETER YANG DIGUNAKAN PADA SAAT PENGUKURAN ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. PENGUJIAN MESIN PEMANEN UDANG/IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU ... 24

B. OPTIMALISASI KINERJA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU PADA RPM BERBEDA... 31

C. KEUNTUNGAN LAIN YANG DIDAPAT DARI MENGGUNAKAN MESIN PEMANEN UDANG/IKAN ... 33

D. ANALISIS TITIK IMPAS MESIN PEMANEN UDANG/IKAN. ... 34

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 35

A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA... 36


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 572.72

rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1 ... 25 Tabel 2. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 600 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1... 26 Tabel 3. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 600 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 2 : 1... 26 Tabel 4. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 700 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1... 26 Tabel 5. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 700 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 2 : 1 ... 27 Tabel 6. Kapasitas mesin pemanen udang/ikan... 27 Tabel 7. Analisis tenaga kerja antara sistem panen manual dengan panen


(11)

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

Oleh :

RAMLI MANURUNG F14102115

2006


(12)

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor Oleh :

RAMLI MANURUNG F14102115

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(13)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor Oleh :

RAMLI MANURUNG F14102115

Dilahirkan pada tanggal 23 November 1983 di Jakarta

Menyetujui : Bogor, September 2006

Dr. Ir. Sam Herodian, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui,


(14)

Ramli Manurung. F14102115. Optimalisasi Kinerja Prototipe Mesin Pemanen Udang dan Ikan Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Sam Herodian, MS. 2006.

RINGKASAN

Indonesia sebagai negara kepulauan memilki potensi alam yang besar. Baik di daratan maupun di perairan. Dengan potensi perairan yang besar maka pembangunan diarahkan pada pengelolaan sumber daya perairan. Dewasa ini persaingan perdagangan komoditas perikanan, seperti ikan dan udang di pasar internasional semakin meningkat seiring dengan tuntutan konsumen akan bahan pangan, baik dari segi mutu maupun segi kuantitasnya. Mutu tertinggi dari produk perikanan berasal dari kesegaran produk ikan segar. Permintaan ikan hidup dibeberapa negara cenderung meningkat dari tahun ketahun, terutama Singapura, Hongkong dan Jepang. Komoditas perikanan yang paling mempunyai nilai tinggi untuk disajikan dalam keadaan hidup diantaranya adalah udang.

Penanganan udang/ikan pada saat pemanenan selama ini masih banyak menggunakan sistem pemanenan secra tradisional, dan tidak bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup udang/ikan pada saat panen maupun pasca panen.

Pada perancangan mesin pemanen udang diperlukan analisis mengenai optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang tersebut agar didapatkan suatu hasil yang optimal. Optimalisasi yang dilakukan ialah berdasarkan tingkat kepadatan tertentu yang diuji dengan menggunakan mesin pemanen udang dan dilakukan analisis optimalisasi dengan menggunakan data analisis biaya pemanenan secara manual yang dibandingkan dengan analisis biaya pemanenan menggunakan mesin pemanen udang.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pola pemanenan optimal pada udang/ikan menggunakan mesin pemanen serta menganalisis optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang/ikan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2006 sampai dengan bulan mei 2006 bertempat di Bengkel Metatron, Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set mesin pemanen udang, selang atau pipa penyaluran air, kolam ikan sebagai model, stopwatch. Sedangkan bahan dari penelitian ini ialah menggunakan ikan lele sebagai permodelan dan air kolam.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran pada saat pengujian kinerja mesin pemanen udang/ikan. Pengujian dilakukan berdasarkan tingkat kepadatan tertentu kemudian dilakukan analisis guna mencari optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang/ikan.

Dari hasil pengujian berdasarkan tingkat kepadatan tertentu dan dengan menggunakan rpm berbeda didapat bahwa efisiensi tertinggi yang dicapai yaitu sebesar 97.67% dengan menggunakan putaran poros sebesar 572 rpm, dan pada tingkat kepadatan 4 : 1. Sedangkan pada putaran poros 600 rpm pada tingkat kepadatan 4 : 1 efisiensi yang dicapai sebesar 96% dan pada


(15)

kepadatan 2 : 1 efisiensi sebesar 95.33%. Pada tingkat putaran poros 700 rpm efisiensi yang dicapai sebesar 95.16% untuk kepadatan 4 : 1 sedangkan untuk kepadatan 2 : 1 didapat efisiensi sebesar 91.83%.

Kapasitas tertinggi didapat pada putaran poros 700 rpm, sebesar 29.8 ekor/detik pada kepadatan 2 : 1 dan kapasitas terendah dicapai pada putaran poros 572 rpm kepadata 4 : 1 dengan kapasitas sebesar 16 ekor/detik.Untuk putaran poros 700 rpm kepadatan 4 : 1 didapat kapasitas sebesar 27.9 ekor/detik sedangkan pada putaran poros 600 rpm kapasitas sebesar 20.4% pada kepadatan 2 : 1 dan pada kepadatan 4 : 1 kapasitas yang dicapai sebesar 19.5 ekor/detik.

Dari hasil analisis optimalisasi kinerja mesin pemanen udang yang didapat dengan menggunakan data pembanding yaitu analisis biaya panen secara manual (Meinugraheni, 2004). Didapat bahwa panen dengan menggunakan sistem menyewa mesin pemanen udang dengan putaran poros 572 rpm dan pada tingkat kepadatan 4 : 1 lebih menguntungkan yaitu sebesar Rp.1,154,432 per musim panen untuk luasan 1 ha per tambak dengan asumsi sewa mesin sebesar Rp. 50,000.00/jam dan jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang. Maka jika pemanen yang dilakukan pada 100 tambak pada luasan 1 ha per tambak dipanen dengan menggunakan sistem penyewaan mesin pemanen ini, keuntungan yang didapat lebih besar ialah sebesar Rp. 141,276,538.33 dengan asumsi mesin yang digunakan sebanyak 3 unit, jumlah tenaga kerja yang tersedia sebanyak 20 orang dengan jam kerja 12 jam/hari dan upah sebesar Rp. 12,500.00/orang/jam/tambak.

Titik impas dicapai pada jam kerja minimal 74.8 jam/tahun untuk pola panen dengan menggunakan mesin pemanen udang/ikan.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Ramli Manurung

Ramli Manurung

Ramli Manurung

Ramli Manurung

Lahir di Jakarta pada tanggal 23 November 1983,

dibesarkan di Bogor. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Rojali Manurung

dan Ibu Murni Sidabutar.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Katulampa V Bogor tahun

1996, dan pada tahun 1999 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 2

Ciawi - Bogor dan pendidikan menengah atas ditamatkan pada tahun 2002 di SMU N 3

Bogor, Jawa Barat..

Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui jalur SPMB dan program studi yang dipilih adalah Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2004, penulis memilih subprogram

studi Teknik Mesin Pertanian, Lab. Ergonomika dan Elektronika.

Pada tahun 2005, penulis melaksanakan praktek lapang di PG. Gunung Madu

Plantation, Lampung, dengan judul laporan “Perawatan Alat Dan Mesin Pertanian Pada

Perkebunan Tebu Di PT. Gunung Madu Plantations Lampung.

Pada September 2006, penulis dinyatakan lulus setelah menyelesaikan skripsi

berjudul “

Optimalisasi Kinerja Prototipe Mesin Pemanen Udang Dan Ikan

Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu

” di bawah bimbingan Dr. Ir. Sam

Herodian, MS.


(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Kinerja Mesin Pemanen Udang Dan Ikan Berdasarkan Tingkat Kepadatan Tertentu”.

Penelitian dan skripsi ini terselesaikan atas kerjasama dan bimbingan orang-orang yang telah membantu penulis selama penyusunan. Kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi

2. Dr. Ir. I Wayan Astika, MS dan Ir. Mad Yamin, MT sebagai dosen penguji. 3. Bapak dan Ibu serta keluarga atas doa dan dukungannya.

4. Seluruh crew di Laboratorium Leuwi Kopo yang telah sudi berbagi pengetahuan dan pengalaman.

5. Teman-teman TEP ’39 yang telah memberikan semangatnya.

6. Teman seperjuanganku di Palladium yang sama – sama berjuang dan telah membantuku.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu di sini.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan maaf, saran dan kritik yang konstruktif untuk pengembangan lebih lanjut. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2006


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. TAMBAK DAN KLASIFIKASI TAMBAK... 3

1. Pengertian Tambak... 3

2. Klasifikasi Tambak ... 4

B. SISTEM BUDIDAYA TAMBAK... 4

C. TEKNIK BUDIDAYA UDANG WINDU ... 6

1. Budidaya Tradisional ... 6

2. Budidaya Semi – Intensif ... 8

D. DESKRIPSI UDANG WINDU ... 13

E. SIFAT DAN TINGKAH LAKU UDANG ... 14

F. IKAN LELE ... 15

G. MESIN PEMANEN UDANG... 17

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI... 18

IV. METODE PENELITIAN... 20

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 20

B. ALAT DAN BAHAN ... 20

1. Alat Penelitian... 20

2. Bahan Penelitian... 20


(19)

1. Analisis kepadatan optimal pada saat tumbuh panen

udang/ikan ... 20

2. Menentukan debit air ... 21

3. Melakukan pengujian ... 21

4. Menentukan efisiensi kinerja mesin pemanen udang/ikan... 22

5. Analisis optimalisasi kinerja mesin... 22

D. PARAMETER YANG DIGUNAKAN PADA SAAT PENGUKURAN ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. PENGUJIAN MESIN PEMANEN UDANG/IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU ... 24

B. OPTIMALISASI KINERJA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU PADA RPM BERBEDA... 31

C. KEUNTUNGAN LAIN YANG DIDAPAT DARI MENGGUNAKAN MESIN PEMANEN UDANG/IKAN ... 33

D. ANALISIS TITIK IMPAS MESIN PEMANEN UDANG/IKAN. ... 34

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 35

A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA... 36


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 572.72

rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1 ... 25 Tabel 2. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 600 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1... 26 Tabel 3. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 600 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 2 : 1... 26 Tabel 4. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 700 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1... 26 Tabel 5. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 700 rpm

dengan perbandingan antara ikan dan air 2 : 1 ... 27 Tabel 6. Kapasitas mesin pemanen udang/ikan... 27 Tabel 7. Analisis tenaga kerja antara sistem panen manual dengan panen


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tata Letak Tambak Udang Windu Tradisional Tampak Atas.... 6

Gambar 2. Tata Letak Tambak Udang Windu Tradisional Tampak Samping 7

Gambar 3. Tata Letak Tambak Udang Windu Semi – Intensif Tampak Atas 9

Gambar 4. Tata Letak Tambak Udang Windu Semi – Intensif Tampak Samping ... 9

Gambar 5. Morfologi dan sistem saluran makanan udang penaeid (Mujiman dan Suyanto, 2003) ... 14

Gambar 6. Pompa Pemanen Udang/Ikan ... 17

Gambar 7. Kolam model dengan ukuran 2 x 3 x 1 meter ... 24

Gambar 8. Kondisi ikan lele hasil pemanenan untuk ikan yang hidup... 28

Gambar 9. Ikan lele hasil simulasi pemanenan dengan tubuh terbelah... 28

Gambar 10. Ikan lele hasil simulasi pemanenan dengan tubuh tergores... 29


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabel Analisis Usaha Rata – Rata Udang Windu di Desa Singaraja, Untuk luasan 1 ha Tahun 2003 (Meinugraheni, 2004) ... 37 Lampiran 2. Analisis Usaha Rata – Rata Udang Windu Produksi 8 Ton Luasan

1 ha, (Biaya variabel dikonversi dari data Meinugraheni, 2004 menggunakan interpolasi) ... 38 Lampiran 3. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 572 Rpm, Kepadatan 4 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 97.67%. ... 39 Lampiran 4. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 600 Rpm, Kepadatan 4 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 96%. ... 40 Lampiran 5. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 700 Rpm, Kepadatan 4 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 95.33%. ... 41 Lampiran 6. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan

Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 600 Rpm, Kepadatan 2 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 95.16% ... 42 Lampiran 7. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 700 Rpm, Kepadatan 2 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 91.83% ... 43. Lampiran 8. Analisis Biaya Pokok Panen Antara Panen Manual Dan Panen

Dengan Menggunakan Mesin Pemanen Udang/Ikan Untuk Luasan Tambak 1 Ha Dan Analisis Titik Impas... 44


(23)

Lampiran 10. Mesin Pemanen Udang/Ikan ... 46 Lampiran 11. Analisis Biaya Panen Menggunakan Mesin Pada 100 Tambak

Untuk Luasan 1 ha Per Tambak ... 47 Lampiran 12. Analisis Usaha Pada 100 Tambak Dengan Luasan 1 ha Per Tambak

Menggunakan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan 48 Lampiran 9. Tabel Analisis Optimalisasi Kinerja Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Membandingkan Keuntungan Antara Pemanenan Manual Dengan Pemanenan Menggunakan Mesin Dengan Sistem


(24)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara kepulauan memilki potensi alam yang besar. Baik di daratan maupun di perairan. Dengan potensi perairan yang besar maka pembangunan diarahkan pada pengelolaan sumber daya perairan. Dewasa ini persaingan perdagangan komoditas perikanan, seperti ikan dan udang di pasar internasional semakin meningkat seiring dengan tuntutan konsumen akan bahan pangan, baik dari segi mutu maupun segi kualitasnya. Mutu tertinggi dari produk perikanan berasal dari kesegaran produk ikan segar. Permintaan ikan hidup dibeberapa negara cenderung meningkat dari tahun ketahun, terutama Singapura, Hongkong dan Jepang. Komoditas perikanan yang paling mempunyai nilai tinggi untuk disajikan dalam keadaan hidup diantaranya adalah udang.

Dari segi volume ekspor, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006), ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa pada periode Januari-Oktober 2005 naik 2,88 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya. Nilainya mencapai US$ 701.1 juta. Pada 2004, nilai ekspor udang Indonesia mencapai angka US$ 808.3 juta. Penurunan secara keseluruhan pada 2 tahun tersebut karena adanya isu pemeriksaan ketat terhadap pencemaran komoditas air yang masuk ke beberapa benua seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dan mulai akhir 2005 telah diberikan ijin impor bagi komoditas udang untuk masuk lagi ke benua-benua tersebut. Dari gambaran diatas jelas diperlukan teknik penanganan yang khusus untuk mempertahankan mutu udang agar dapat didistribusikan ke konsumen, terutama perubahan ekspor udang dalam bentuk segar (mati) menjadi dalam bentuk segar dan hidup.

Penanganan udang/ikan pada saat pemanenan selama ini masih banyak menggunakan sistem pemanenan secra tradisional, dan tidak bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup udang/ikan pada saat panen maupun pasca panen.

Mesin pemanen udang dirancang dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pemanenan udang dengan tingkat kelulusan hidup udang yang tinggi,


(25)

sekaligus mengurangi tingkat kerusakan pada udang. Pada perancangan mesin pemanen udang diperlukan analisis mengenai optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang tersebut agar didapatkan suatu hasil yang optimal. Optimalisasi yang dilakukan ialah berdasarkan tingkat kepadatan tertentu yang diuji dengan menggunakan mesin pemanen udang dan dilakukan analisis optimalisasi dengan menggunakan data analisis biaya pemanenan secara manual yang dibandingkan dengan analisis biaya pemanenan menggunakan mesin pemanen udang.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pola pemanenan optimal pada udang/ikan menggunakan mesin pemanen serta menganalisis optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang/ikan.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TAMBAK DAN KLASIFIKASI TAMBAK 1. Pengertian Tambak

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak dikaitkan langsung dengan budidaya udang windu. Udang windu merupakan produk perikanan yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan berorientasi ekspor.

Menurut Martosudarmo dan Bambang (1992) tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, udang laut dan hewan lainnya yang biasa hidup di air payau. Air yang masuk kedalam kolam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang, sehingga pengelolaan air dalam tambak dilakukan dengan memanfatkan pasang surut air laut.

Poernomo (1985) mendefinisikan tambak merupakan genangan air campuran dari laut dan sungai yang dibatasi oleh pematang – pematang dan dapat diatur melalui pintu air serta digunakan untuk usaha budidaya bandeng, udang, dan hasil perikanan lainnya. Dalam pengelolaan tambak baik yang menyangkut suatu perencanaan, pembangunan ataupun rehabilitasi tambak perlu dilakukan kajian mendalam dari berbagai aspek. Kajian mengenai faktor teknis maupun non teknis juga informasi yang akurat tentang suatu hasil lapangan sangat penting untuk dikaji, karena dari suatu penelitian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan yang objektif tentang suatu masalah untuk dijadikan keputusan.

Keberhasilan budidaya udang di tambak sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lahan pertambakan yang memenuhi persyaratan baik fisik, kimia dan biologi serta faktor – faktor sosial masyarakat disekitar tambak. Untuk mendapatkan lahan yang memenuhi persyaratan tersebut, perlu dilakukan perencanaan menyeluruh sebelum dilakukan usaha tersebut, mencakup dua kegiatan yaitu : penentuan areal yang memenuhi syarat untuk dijafikan tambak dan pembuatan konstruksi tambak (Afrianto dan Evi 1991).


(27)

2. Klasifikasi Tambak

Menurut Pudjianto dan Ranoemiharjo (1984) berdasarkan letak tambak dan kesempatan mendapatkan air laut, tambak dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1). Tambak Lanyah adalah tambak yang terletak ditepi pantai, sehingga berisi air laut yang memiliki salinitas 30‰, dibandingkan dengan daerah tambak yang lain, air pada tambak lanyah cenderung lebih tinggi salinitasnya. Penguapan yang berlangsung terus menerus didalam petakan tambak, menyebabkan semakin meningkatnya salinitas. Pada saat – saat tertentu salinitas air tambak dapat mencapai 60‰, terutama pada saat musim kemarau dan saat pergantian air sulit dilakukan.

2). Tambak Biasa adalah kelompok tambak biasa yang airnya merupakan campuran air tawar dari sungai dan air asin dari laut dan trerdapat pada daerah yang lebih dalam dari tepi laut. Daerah tergolong tambak biasa mempunyai keadaan air payau. Kadang kadang bila tambak biasa sulit mendapatkan air laut yaitu pada saat pasang rendah, maka tambak tersebut dengan terpaksa harus menerima air hujan untuk memenuhi kebutuhan air. 3). Tambak Darat adalah daerah pertambakan yang terletak paling jauh dari

pantai, air pada tambak ini tergantung pada curahan air hujan dan air sungai. Apabila curah hujan berkurang maka sebagian tambak itu akan kering sama sekali, sehingga dibeberapa tempat pengisian dan pergantian air dari sungai dan dilakukan dengan pompa.

B. SISTEM BUDIDAYA TAMBAK

Menurut Mujiman dan Suyanto (2003) terdapat 3 sistem hudidaya udang. Yaitu :

1). Sistem Budidaya Tradisional atau Ekstensif

Petakan tambak pada sistem budidaya tradisional memiliki bentuk dan ukuran yang tidak teratur, luas lahannya antara 3 ha sampai 10 ha per petak. Setiap petakan mempunyi saluran keliling (caren) yang lebarnya 5 – 10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam, di bagian tengah juga


(28)

pada tambak tradisional ini tidak diberi pupuk sehingga produktivitas semata – mata tergantung dari makanan alami yang tersbar diseluruh tambak yang kelebatannya tergantung dari kesuburan alamiah, pemberantasan hama juga tidak dilakukan, akibatnya produktivitas semakin rendah. Padat penebarannya rata – rata antara 3000 post larva/hektar (berkisar antara 1000 – 10.000 benur/ hektar), sering kali dicampur bandeng (500 – 2.000 nener/hektar) pada tambak yang siap tebar.

2). Sistem Budidaya Semi – intensif

Petakan tambak pada budidaya semi – intensif memiliki bentuk yang lebih teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1 ha sampai 3 ha per petakan. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran air (outlet) yang terpusat untuk pergantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan. Pakan udang masih dari pakan alami yang didoong pertumbuhannnya dengan pemupukan. Tetapi selanjutnya perlu diberi pakan tambahan berupa ikan – ikan rucah dari laut, rebon, siput – siput tambak, dicampur dengan bekatul (dedak halus). Padat penebaran 20.000 – 50.000 benur/hektar, dengan produksi pertahunnya dapat mencapai 600 kg – 1000 kg/Ha/tahun.

Pada tambak semi – intensif pengelolaan air cukup baik, ketika air pasang naik, sebagian air tambak diganti dengan air baru sehinnga kualitas air cukup terjaga dan kehidupan udang sehat. Bahkan menggunakan pompa untu dapat mengganti air pasang surut bila diperkirakan perlu. Pemberntasan hama dilakukan pada waktu mempersiapkan tambak sebelum penebaran benur, serangan hama juga dicegah dengan memasang sistem jaringan pada pintu – pintu air.

3). Sistem Budidaya Intensif

Sistem budidaya intensif dilakukan dengan teknik canggih dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Petakan umumnya kecil – kecil 0.2 ha sampai 0.5 ha per petakan, dengan tujuan agar lebih mudah dalam pengelolaan air dan pengawasannya. Ciri khas budidaya intensif


(29)

adalah padat penebaran benur sangat tinggi yaitu 50.000 sampai 600.000 ekor/ha. Makanan sepenuhnya tergantung dari makanan yang diberikan dengan komposisi yang ideal bagi pertumbuhan. Diberi aerasi (dengan kicir, atau alat lain) untuk menambah kadar oksigen dalam air. Pergantian air dilakukan sangat sering dan biasanya dengan menggunakan pompa, agar air tetap bersih tidak menjadi kotor oleh sisa – sisa makanan dan kotoran (ekskresi) udang yang padat itu. Produksi persatuan luas petak dapat mencapai 1.000 sampai 20.000 kg/Ha/tahun.

C. TEKNIK BUDIDAYA UDANG WINDU 1. Budidaya Tradisional

a. Persiapan tambak

1. Konstruksi Tambak

Tata letak tambak ekstensif/tradisional pada usaha budidaya udang windu hanya memilki satu pintu air yang berfungsi sebagai saluran pemasukan dan pengeluaran air. Pada awalnya tambak ini digunakan untuk memelihara udang windu dan bandeng, sehingga terdapat tempat peneneran, tetapi saat ini tambak hanya digunakan untuk memelihara udang windu sehingga tempar penenerannya sudah tidak digunakan lagi. Gambar 1. menjelaskan tata letak tambak tampak atas, sekeliling pelataran dibuat saluran atau caren. Tanah sekitar yang sudah digali tersebut digunakan untuk memperlebar dan mempertinggi tanggul. Rata – rata ketinggian air pada pelataran antara 40 – 60 cm.

5

2 1

4

3

Gambar 1. Tata Letak Tambak Udang Windu Tradisional Tampak Atas

Keterangan: 1. Peneneran 2. Saluran Pemasuk 3. Tanggul 4. Pelataran 5. Caren


(30)

Ketinggian air pada pelataran secara jelas dapat dilihat pada gambar 2.

40 – 60 cm

Amplitudo Parit keliling (caren) Parit pasok air Pasang surut

Gambar 2. Tata Letak Tambak Udang Windu Tradisional Tampak Samping

2. Pengeringan

Setelah tanah digali, maka selanjutnya dilakukan kegiatan pengeringan dengan menghilangkan lumpur yang terdapat pada tanah tersebut. Kegiatan pengeringan ini rata – rata dilakuka oleh 1 orang selama ± 1 minggu.

3. Pengapuran

setelah tanah mongering selanjutnya diberi kapur tambahkan air setinggi 3 cm untuk selanjutnya diolah dan dilakukan pengisian air. 4. Pengisian Air

Setelah tanah diberi kapur, langsung diisi air dengan kedalaman ± 1 meter. Setelah diisi air tunggu sampai air dalam kondisi normal (sekitar 1 – 2 minggu) kemudian diisi benur.

b. Penebaran Benur

Tahap selanjutnya setelah pengisian air ke dalam tambak adalah penebaran benur. Besarnya tingkat tebar benur tergantung pada petambak, sesuai dengan kondisi tambak yang dimiliki dan dapat memberikan keuntungan maksimal. Pembudidaya biasa membeli benur tersebut dari pedagang pemasok yang sudah dikemas dalam kantong plastic, dalam satu kantong rata –rata berisi 1000 ekor benur. Plastic yang berisi benur dibuka ikatannya dan disimpan dalam caren, lalu dibiarkan 10 menit kemudian dengan sendirinya benur itu akan keluar.


(31)

c. Pemeliharaan

Sistem budidaya tambak udang udang windu yang dilakukan adalah sistem budidaya ekstensif/tradisional. Sehingga petambak tidak melakukan pemeliharaan secara khusus, dimana setelah benur ditebar kemudian dilepas atau dibiarkan. Pembudidaya hanya memanfaatkan pakan alami yang ada ditambak seperti kelekap, plankton, dan lumut – lumut, selain itu juga pengisian air tergantung pada pasang surut air laut.

d. Pemanenan

Pemanenan udang windu dilakukan setelah pemeliharaan 3 – 4 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen antara lain waring dan sero daeng. Tetapi 2 dari 3 orang responden pembudidaya biasanya menggunakan waring sebagai alat untuk memanen. Pemanenan yang dilakukan biasanya pemanenan sebagian, pemanenan dilakukan dengan cara membuka pintu tambak agar air terbuang serta udang ikut masuk kedalam. Pada saat dilakukan pemanenan untuk budidaya secara tradisional apabila terdapat udang yang ukurannya masih dibawah standar maka, akan dikembalikan ke dalam tambak agar dapat tumbuh lebih besar. Survival Rate udang windu secara tradisional adalah 39.14% (Agustina, 2006)

2). Budidaya Semi – Intensif a. Persiapan Tambak

1. Konstruksi Tambak

Tata letak tambak semi – intensif pada usaha budidaya udang windu memiliki pintu pemasukan air (inlet) dan pintu pengeluaran air (outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.


(32)

2 1

3

4

Gambar 3. Tata Letak Budidaya Udang Windu Semi – Intensif Tampak Atas

Sekeliling pelataran dibuat saluran atau caren. Tanah sekitar yang sudah digali tersebut digunakan untuk memperlebar dan mempertinggi tanggul. Kedalam caren dan pelataran secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4.

Pematang Tambak Pematang Tambak

Caren 60 cm

Pelataran Caren

Gambar 4. Tata Letak Tambak Budidaya Udang Windu Semi – Intensif Tampak Samping

Konstruksi tambak terdiri atas :

• Caren : merupakan bagian tambak yang paling dalam, dengan kedalaman mencapai 60 cm

• Pelataran : kedalamannya mencapai 50 cm

• Pintu Tambak yang digunakan adalah satu buah yang terbuat dari kayu dengan umur teknis selama 3 tahun, dengan lebar 1 meter dan ketinggian pintu tambak mencapai 1.5 meter

• Pematang Tambak : ketinggian pematang tambak sebesar 120 cm dan lebar pematang tambak sebesar 180 cm

Ket :

1. Saluran Pemasuk dan pengeluaran

2. Pelataran 3. Caren


(33)

2. Pengeringan

Kegiatan pengeringan dilakukan dengan cara mengangkat lumpur, lumpur tersebut di ”taplok” kan pada bagian sisi tanggul, pelataran, dan caren kemudian diratakan dengan menggunakan cangkul. Kegiatan pengeringan ini dilakukan oleh satu orang selama ±2 minggu.

3. Pengapuran

Pengapuran dilakukan setelah kegiatan pengeringan, dengan menggunakan lodan. Setelah diberi kapur ketinggian air dinaikkan setinggi 5 cm, kemudian didiamkan selama ±2 hari.

4. Pemberian ”Raja Bandeng”

Setelah didiamkan selama dua hari, kemudian dilakukan pemberian ”Raja Bandeng” yang bertujuan untuk memberantas hama seperti tritip, keong, siput, remis dan lain sebagainya. Cara pemberiannya adalah ”Raja Bandeng” sebanyak 45 Kg dicampur dengan 15 ltr air, diaduk sampai rata kemudian ditambahkan dengan air tambak sebanyak 30 ltr, didiamkan selama ±1 hari dalam wadah kemudian ditebar di tambak.

5. Pengisian Air

Pengisian air pada tambak dilakukan pada saat terjadi pasang, air dimasukkan kedalam tambak dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa, setelah tambak terisi, biarkan selama ±3 hari sampai kondisi air normal.

b. Penebaran Benur

Tahap selanjutnya setelah pengisian air ke dalam tambak adalah penebaran benur. Sebelum benur ditebar, kantung yang berisi benur direndam dalam air selama ±30 menit, kemudian dituangkan ke dalam wadah, selanjutnya tambahkan air dari tambak sebanyak ¼ bagian dari volume yang berasal dari kantong itu, biarkan selama 1 – 2 jam, setelah benur dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tambak maka benur dapat dilepas secara perlahan lahan dengan cara


(34)

sebesar 63.333 ekor per luas 8500 m2 per tahun (Agustina, 2006). Kegaitan penebaran sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari.

c. Pemeliharaan

1. Pengaturan (pemasukan dan pengeluaran) Air

Pengisian air dilakukan pada saat terjadi pasang dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa. Pembuangan air dilakikan pada saat surut tiba dengan cara membuka pintu tambak, pembuangan air ini dilakukan setiap 4 hari sekali.

2. Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan setelah pakan alami habis kira – kira dalam waktu 3 minggu. Tanda – tanda udang yang lapar adalah udang berenang aktif sekeliling tambak. Pemberian pakan dilakukan dengan cara tebar langsung di sekeliling tambak, waktu pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pakan sebanyak 800 gram untuk padat penebaran 63.333 ekor, yang terdiri atas pagi hari sebanyak 300 gram dan sore hari sebanyak 500 gram (Agustina, 2006). Sedangkan pola pemberian pakan yang diberikan untuk hari – hari selanjutnya ialah ditambah 40 gr dari jumlah pakan awal, dengan persentase pemberian pakan adalah 40% diberikan pada pagi hari dan 60% diberikan pada sore hari. Pemberian pakan pada sore hari lebih besar dibanding dengan pemberian pakan pada pagi hari, hal ini karena sifat udang windu yang selalu aktif mencari makan pada sore atau menjelang malam hari.

d. Pemanenan

pemanenan udang windu dilakukan setelah pemeliharaan selama 4 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen antara lain waring dan sero daeng. Tetapi 2 dari 3 orang responden pembudidaya biasanya menggunakan waring sebagai alat untuk memanen.


(35)

Sebelumnya waring dipasang di dekat pintu tambak, pemasangan waring sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena pada malam hari udang windu aktif bergerak mengelilingi tambak untuk mencari makan.

Panen dilakukan dengan mengeringkan tambak dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa, kemudian waring ditaruh di dekat pintu tambak, pada saat air terbuang maka, udang akan ikut masuk kedalam waring. Apabila pada saat dilakukan panen masih ada udang windu di tambak maka, udang windu tersebut diambil dengan menggunakan tangan. Survival Ratenya adalah 49.95% (Agustina, 2006).


(36)

D. DESKRIPSI UDANG WINDU

Udang memiliki ciri-ciri umum yaitu memiliki tubuh yang beruas-ruas, kaki bersambungan, tubuh terdiri dari kepala, thoraks dan abdomen.. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonide, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Sedangkan udang laut pada umumnya termasuk dalam keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang panaeid. Sebutan udang-udang ini berdasarkan dari klasifikasi berikut :

Filum : Arthropoda Sub filum : Mandibulata

Kelas : Crustacea (binatang berkulit keras)

Sub kelas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi) Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh) Sub ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang) Famili : Palaemonidae, Penaeidae

Menurut Mujiman dan Suyanto (2003), jenis udang yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis udang yang termasuk dalam keluarga Peneaeide atau lebih dikenal dengan nama udang peneiad. Disamping itu terdapat juga udang-udang dari keluarga lain, tetapi umumnya kurang populer dan mempunyai harga pasaran yang lebih rendah.

Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eskoskeleton, yang terbuat dari bahan chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan mereka untuk bergerak. Bagian kepala-dada tertutup oleh sebuah kelopak yang kita namakan kelopak kepala atau cangkang kepala (Carapae). Di bagian depan, kelopak kepala memanjang dan meruncing, yang pinggirnya bergerigi. Bangunan ini dinamakan cucuk kepala (rostrum).


(37)

Gambar 5. Morfologi dan sistem saluran makanan udang penaeid, (Mujiman dan Suyanto, 2003).

E. SIFAT DAN TINGKAH LAKU UDANG

Udang mempunyai beberapa sifat khusus yang dapat membantu penangkapannya. Salah satu sifat penting yang dimiliki udang adalah sifat nokturnal, yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam hari.

Menurut Mujiman dan Suyanto (2003), pada waktu siang hari mereka lebih suka beristirahat, baik membenamkan diri dalam lumpur maupun menempel pada sesuatu benda yang terbenam dalam air. Dalam keadaan normal, yaitu apabila keadaan lingkungannya cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada waktu siang hari. Apabila di dalam suatu tambak udang tampak aktif bergerak pada waktu siang hari, ini menunjukkan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin karena makanannya kurang, kadar garam meningkat, suhu naik, oksigen kurang, ataupun karena timbul senyawa-senyawa beracun.


(38)

Udang pada umumnya terangsang oleh gerakan air. Apabila ada air masuk, mereka akan aktif bergerak, berenang mengelilingi tambak, dan kemudian mengerombol di dekat pintu air. Mereka akan lebih aktif lagi bergerak pada waktu pasang purnama dan pasang purbani. Puncak gerakan terjadi beberapa saat setelah matahari dan beberapa saat sebelum matahari terbit. Udang besar cenderung untuk lari ke laut, sehingga mereka akan lolos bila air keluar.

Udang bersifat bentik dan hidup pada permukaan dasar laut yang lumer (soft), biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir. Perairan yang berbentuk teluk dengan aliran sungai besar merupakan daerah yang baik bagi udang. Udang-udang penaeid menjadi dewasa dan bertelur di laut. Setelah telur menetas, keluarlah berunyak (larva) yang menuju ke pantai karena terbawa ombak dan arus. Larva berkeliaran berkeliaran di pantai, menyusuri terusan-terusan dan muara sungai, dan skhirnya masuk kerawa-rawa air payau dan tambak-tambak. Di daerah air payau mereka tumbuh menjadi udang muda (juvenil) sampai menjadi udang besar.

Sifat lain yang menguntungkan adalah ketahanan terhadap perubahan suhu (eurythermal) dan ketahanan tehadap perubahan kadar garam (eutyhalin). Temperatur air mempengaruhi kebiasaan udang dalam hal membenamkan diri. Jika temperatur di bawah 14 oC sampai dengan 28 oC, sekitar 50% udang membenamkan diri, sedangkan pada temperatur di atas 28 oC udang tidak membenamkan diri walaupun pada cahaya terang.

F. IKAN LELE

Menurut Suyanto (2001), ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik) dengan bentuk kepala yang pipih. Batok kepala ikan ini keras dan meruncing ke belakang. Ikan lele merupakan ikan yang bersungut, berlendir dan pada sirip dadanya terdapat patil. Dalam keadaan stress, kulit ikan lele diwarnai noda hitam dan putih (belang).

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan air tawar. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan


(39)

ini mengambil oksigen pernafasannya dari udara di luar air, sehingga ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya menggandung sedikit oksigen. Ikan lele relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dinggin, misalnya di bawah 200C pertumbuhanyan agak lambat. Kadar oksigen terlarut optimum bagi ikan adalah 5-12.5 ppm, ikan lele dapat hidup pada 1-5 ppm karena adanya alat pernafasan tambahan yang memungkinkan ikan lelemengambil oksigen langsung dari udara (Suyanto, 2001).

Secara alami ikan ini bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tampat yang gelap, tetapi dalam usaha budidaya dapat beradaptasi menjadi diurnal. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung pemakan daging (karnivora).

Pada perairan alami ikan lele biasa berada pada perairan tergenang yang relatif dangkal, ada pelindung atau sedikit gelap dan memiliki dasar perairan yang agak berlumpur. Pada hakekatnya tingkah laku ikan lele ialah bergerak melawan arah arus air tempat dia berada. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang terletak dibagian depan rongga insang yang memungkinkan ikan hidup dalam kondisi perairan yang sedikit mengandung oksigen (Suyanto, 1999).


(40)

G. MESIN PEMANEN UDANG

Menurut Karim 2006, mesin pemanen udang dirancang dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pemanenan udang dengan tingkat kelulusan hidup udang yang tinggi, sekaligus mengurangi tingkat kerusakan pada udang dengan menggunakan impeler/sudu pompa tipe ulir mengerucut pada pompa mesin pemanen udang sehingga dapat menaikan air (head) setinggi 4 – 5 meter.

Spesifikasi dari mesin pemanen udang tersebut ialah sebagai berikut : Dimensi (p×l×t) : 100 × 45 × 65 cm

Berat pompa : 65 kg Lubang pemasukan : 15.2 cm Lubang pengeluaran : 10.2 cm Putaran poros : 727 rpm Kapasitas pompa : 24 liter/detik Head pompa : 500 cm

Motor listrik : 3 HP, 1 Phase, 1400 rpm Panjang selang pemasukan : 50 cm

Panjang selang pengeluaran : 70 cm

Gambar 6. pompa pemanen udang/ikan Rangka

Pompa

Rumah volut

Impeler / sudu Pemegang poros

Roda gigi Motor listrik


(41)

IV. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai dengan bulan Mei 2006 bertempat di Bengkel Metatron, Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Penelitian

a. Mesin pemanen udang b. Kolam ikan (model)

c. Selang atau pipa penyaluran air d. Stopwatch

e. Alat tulis 2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah ikan lele dan air kolam. C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan pengukuran pada saat pengujian kinerja mesin pemanen udang/ikan. Pengukuran ini dilakukan setelah melalui tahap analisis kepadatan optimal pada saat tumbuh panen udang/ikan.

1. Analisis kepadatan optimal pada saat tumbuh panen udang/ikan

Kepadatan optimal udang/ikan merupakan kepadatan penebaran udang/ikan daam satu wadah budidaya per satuan volume atau luasan. Kepadatan optimal sangat mempengaruhi hasil produksi. Dalam pecobaan ini akan ditentukan formulasi kepadatan optimal yang sesuai dengan mesin pemanen udang guna meningkatkan hasil produksi yang maksimal. Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :


(42)

a. Menentukan berat jenis udang/ikan

Dalam menentukan berat jenis ini dilakukan dengan cara menggunakan gelas ukur, dimana telah diketahui berapa volumenya kemudian diisi air lalu dimasukkan sejumlah ikan, maka akan diketahui berapa volume dari ikan tersebut. Dengan menggunakan rumus berat jenis dimana telah diketahui berat dari ikan tersebut maka berat jenis dari ikan /udang dapat ditentukan.

Rumus berat jenis

=

keterangan :

= massa jenis (

) m = massa (kg)

v = volume (liter)

b. Menentukan perbandingan volume air dan udang/ikan

Perbandingan volume air dan udang/ikan harus ditentukan sesuai dengan kapasitas kolam pada saat pemanenan agar didapat hasil panen yang maksimal.

Vair : Vikan

pada penelitian kali ini akan digunakan beberapa perbandingan anara lain 4 : 1 dan 2 : 1.

2. Menentukan debit air

Penentuan debit air dapat dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik menggunakan gelas ukur (kolam sebagai model) dan stopwatch.

3. Melakukan pengujian

Pengujian dilakukan setelah semua persiapan bahan dan alat selesai. Pengujian dilakukan berdasarkan hasil analisis perhitungan dari perbandingan antara volume air dan volume ikan menggunakan model, kemudian diamati dan ditarik kesimpulan dari hasil pengujian.

v m

l kg


(43)

4. Menentukan efisiensi kinerja mesin pemanen udang/ikan

Setelah berat jenis udang/ikan ditentukan dan perbandingan volume dilakukan maka berdasarkan pengujian besarnya efisiensi dari mesin pemanen udang/ikan dapat ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan tertentu dengan menggunakan putaran poros yang berbeda.

5. Analisis optimalisasi kinerja mesin berdasarkan kepadatan tertentu dengan menggunakan data pembanding yaitu analisis biaya antara sistem panen secara manual dengan sistem panen menggunakan mesin, dengan memaksimumkan kuntungan pada sistem panen menggunakan mesin.

D. PARAMETER YANG DIGUNAKAN PADA SAAT PENGUKURAN

Parameter ini digunakan pada saat pengukuran untuk menguji kepadatan optimal pada kinerja mesin pemanen udang/ukan. Parameter yang diukur antara lain adalah :

a. Waktu Perjalanan Udang/Ikan (Travel Time)

Travel time dilakukan dengan cara memasukan ikan kedalam kolam pada saat pompa dijalankan dengan mengukur waktu terpakai saat ikan terhisap sampai keluar dari hopper. Pengukuran waktu dimulai saat udang masuk kedalam pipa yang menghubungkan kolam dengan pompa. Pengukuran travel time dilakukan sebanyak 10 kali ulangan untuk diambil rata – ratanya.

b. Kondisi Udang/Ikan

Kondisi ikan diamati setelah pengujian dilakukan. Ikan tersebut diamati keadaan fisiknya. Keadaan fisik ikan yang diamati setelah dilakukan pengujian antara lain :

1. Ikan tersebut patah atau tidak;

2. Terkelupas atau tidak kulit ikan tersebut; 3. Ikan tersebut hidup atau mati;

c. Prosentase Kelulusan Udang/Ikan

Perhitungan tingkat kelulusan hidup udang/ikan dilakukan dengan menghitung jumlah dan memprosentasikan udang/ikan yang hidup


(44)

Ikan yang tertampung dalam bak penampung dilihat dan dihitung jumlahnya yang hidup dan dalam keadaan baik. Ikan yang hidup diprosentasekan dengan ikan yang mati saat dilakukan pengujian. Prosentase ikan dihitung melalui persamaan :

M =

Dimana :

M : Tingkat kelulusan hidup udang/ikan (%) Nt : Jumlah udang/ikan hidup setelah diuji No : Jumlah udang/ikan mati

% 100 x No Nt


(45)

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Budi daya udang di tambak merupakan kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran udang di tambak mulai dari ukuran benih (benur) sampai menjadi ukuran yang layak untuk dikonsumsi. Seiring dengan bertambahnya permintaan konsumen terhadap produk hasil perikanan khususnya udang windu yang secara langsung dapat meningkatkan pendapatan (keuntungan) pembudidaya tambak udang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan budidaya tambak udang windu tersebut.

Dalam rangka pengembangan usaha budidaya tambak udang dimasa yang akan datang maka diperlukan suatu alat/mesin untuk meningkatkan hasil panen produksi udang khususnya udang windu. Alat panen ini dirancang dan kemudian dianalisis untuk menentukan optimalisasi kinerjanya.

Hasil dari analisis optimalisasi ini untuk menunjukkan layak atau tidaknya alat penen tersebut digunakan jika dbandingkan dengan sistem penen secara manual. Selain itu juga untuk menentukan pola pemanenan optimal menggunakan mesin pemanen udang/ikan.


(46)

Flowchart Percobaan

Tidak layak

Layak Mulai

Persiapan alat dan bahahan

Analisis dan perhitungan :

a. Menentukan Berat Jenis Udang/Ikan

b. Menentukan perbandingan Volume air dan Volume udang/ikan

Perhitungan debit air

Pengujian

Selesai Analisis optimalisasi kinerja mesin

Modifikasi mesin pemanen udang


(47)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGUJIAN PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG/IKAN

BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU

Pengujian dilakukan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan terlebih dahulu membuat desain pemodelan kolam yang berukuran 2 x 3 meter dengan ketinggian 1 meter yang menunjang untuk proses pemanenan.

Gambar 7. Kolam model dengan ukuran 2 x 3 x 1 meter

Lubang pengeluaran dari kolam ini menggunakan selang yang berdiameter 6 inchi. Selang ini akan disambungkan dengan lubang input pompa pemanen udang dengan posisi pipa sejajar dengan lubang input pompa, sedangkan lubang output pompa akan disambungkan dengan lubang input pada hopper.

2 m 3 m


(48)

Padat penebaran udang/ikan adalah jumlah udang/ikan yang ditebar dalam suatu wadah budidaya persatuan luasan atau volume. Apabila ukuran ikan semakin besar maka padat penebarannya kecil.

Tingkat kepadatan tergantung pada jenis udang/ikan yang dipelihara dan ukuran benih saat ditebarkan. Tingkat kepadatan yang terlalu rendah akan memberikan produksi yang rendah pula, meskipun ukuran setiap ekornya lebih besar. Akan tetapi tingkat kepadatan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan ukuran setiap ekornya menjadi kecil meskipun produksinya meningkat.

Pada pengujian mesin pemanen udang/ikan digunakan beberapa tingkat kepadatan tertentu pada rpm yang berbeda, diantaranya dengan menggunakan kepadatan 4 : 1 dan 2 : 1 pada rpm 600 dan rpm 700, sedangkan khusus untuk rpm 572 hanya digunakan tingkat kepadatan 4 : 1, hal ini dikarenakan bahwa jika daya dorong yang relatif rendah (rpm 572) maka akan memberikan hasil yang tidak maksimal jika harus menekan beban yang relatif besar (kepadatan 2 : 1).

Pengujian dilakukan dengan memasukan ikan lele kedalam lubang output pengeluaran dari dalam kolam yang kemudian akan terhisap oleh pompa menuju hopper. Lama pengujian tergantung dari besarnya tingkat kepadatan yang diuji

Berikut adalah hasil pengujian mesin pemanen udang dengan menggunakan ikan lele sebagai permodelan.

Tabel 1. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 572 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1 ulangan jumlah ikan ikan hidup ikan mati ikan cacat

Waktu (detik)

1 200 196 0 4 11.75

2 200 193 1 6 13.67

3 200 197 0 3 12.08

rata-rata 195.33 0.33 4.33 12.5 Persentase 0.9766 0.0016 0.0216


(49)

Tabel 2. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 600 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1 ulangan jumlah ikan

ikan

hidup Ikan mati ikan cacat

Waktu (detik)

1 200 190 1 9 10

2 200 194 0 6 10.5

3 200 192 0 8 10.25

rata-rata 192 0.33 7.66 10.25 Persentase 0.96 0.0016 0.0383

Tabel 3. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 600 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 2 : 1 ulangan jumlah ikan ikan hidup ikan mati ikan cacat

Waktu (detik)

1 200 189 2 9 9.45

2 200 193 0 7 9.65

3 200 190 1 9 10.3

rata-rata 190.66 1 8.33 9.8 Persentase 0.9533 0.0050 0.0416

Tabel 4. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 700 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 4 : 1 ulangan jumlah ikan

ikan hidup

ikan mati

ikan cacat

Waktu (detik)

1 200 188 2 10 7.2

2 200 193 0 7 7.8

3 200 190 1 9 6.5

rata-rata 190.33 1 8.66 7.16 Persentase 0.9516 0.0050 0.0433


(50)

Tabel 5. Tingkat kelulusan ikan lele dengan kecepatan putaran poros 700 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 2 : 1

Sedangkan berikut adalah tabel kapasitas mesin pemanen udang/ikan berdasarkan kepadatan tertentu.

Tabel 6. Kapasitas mesin pemanen udang/ikan

Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa persentase kelulusan hidup udang terbesar berada pada tingkat rpm rendah dengan kepadatan 4 : 1, yaitu sebesar 97.66% sedangkan kapasitas tertinggi berada pada tingkat rpm tinggi dengan kepadatan 2 : 1, yaitu sebesar 29.8 ekor/detik.

Pengambilan data secara keseluruhan terhadap pemanenan ikan lele, menunjukan bahwa terdapat kondisi ikan lele hasil simulasi pemanenan, yaitu hidup, mati dan terluka (cacat). Untuk ikan yang hidup jika dikategorikan ke dalam tingkatan mutu untuk proses produksi maka masih dapat dikategorikan pada tingkatan mutu first grade dan second grade sedangkan untuk ikan cacat dapat dikategorikan pada tingkatan mutu third grade.

jumlah ikan Ikan hidup ikan mati ikan cacat Waktu (detik)

1 200 182 3 15 6.8

2 200 185 2 13 6.25

3 200 184 1 15 7.05

rata-rata 183.66 2 14.33 6.7 persentase 0.9183 0.0100 0.0716

RPM Kepadatan Kapasitas (ekor/detik)

572 4 : 1 16

4 : 1 19.5 600

2 : 1 20.4 4 : 1 27.9 700


(51)

Gambar 8. Kondisi ikan lele hasil pemanenan untuk ikan yang hidup

1. Patah bagian tubuh

Ikan lele hasil simulasi pemanenan yang mengalami patah pada bagian tubuh, baik terbelah dan terlepas menjadi dua bagian maupun terbelah tetapi tetap menyatu, dapat dipastikan ikan lele ini mati.

Gambar 9. Ikan lele hasil simulasi pemanenan dengan tubuh terbelah

Ikan lele dengan tubuh terbelah disebabkan oleh perlakuan dalam memanen menggunakan mesin pemanen. Pada saat tersedot oleh pompa, kemungkinan ikan lele terbentur atau tergores pada impeler hal ini di


(52)

memasuki lubang input pompa. Ada beberapa ikan lele yang patah bagian tubuh di sebabkan oleh kecepatan putaran poros 700 rpm yang menghasilkan putaran poros 727.6 rpm. Sedangkan kecepatan putaran poros 600 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 1 : 2 ada 3 ikan yang patah dan 572.72 rpm tidak mengalami patah di bagian tubuh. Hal ini di sebabkan putaran sentrifugal maka air yang mengalir dari tengah impeler ke luar melalui saluran di antara sudu-sudu.

2. Tergores

Ikan lele yang terluka karena goresan, masih bisa bergerak. Dari data penelitian , tidak ada ikan lele yang mati karena tergores.

Gambar 10. Ikan lele hasil simulasi pemanenan dengan tubuh tergores

Pemanenan yang menyebabkan bagian tubuh ikan lele mengalami tergores disebabkan oleh adanya clearence yang masih lebar, sehingga ikan lele dapat masuk dan akibatnya ikan lele mengalami luka goresan. Ikan lele yang mengalami luka tergores memiliki pola khusus yaitu tergores pada bagian yang mendekati ekor menyerong dari bawah ke atas.

Ikan lele yang mengalami luka goresan hampir terdapat pada semua perlakuan kecepatan putaran poros. Tetapi yang paling banyak terjadi pada kecepatan putaran poros 700 rpm yang menghasilkan


(53)

putaran poros 727.6 rpm dengan perbandingan antara ikan dan air 1 : 2 hal ini terjadi karena putaran sentrifugal pada pompa lebih cepat sehingga ikan lele mengikuti arus pada ujung-ujung dari impeler.

3. Memar

Ikan lele yang mengalami memar karena benturan yang terjadi pada pengeluaran pompa disebabkan ikan lele mengikuti arus yang keluar. Aliran air yang cukup kuat membuat ikan lele terhempas pada dinding pompa dan terlempar ketika memasuki hopper.

Gambar 11. Ikan lele hasil simulasi pemanenan dengan tubuh memar

Besarnya persentase ikan lele yang mati dan cacat pada saat pemanenan dikarenakan pada saat pemanenan terjadi kerapatan dari ikan lele yang sangat tinggi pada saat memasuki lubang input.


(54)

B. OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN

UDANG/IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN

TERTENTU PADA RPM BERBEDA

Mesin pemanen udang/atau ikan dibuat atau dirancang untuk dapat meningkatkan keuntungan pada saat pemananenan dibandingkan dengan menggunakan sistem pemanenan secara manual. Oleh karena itu maka perlu dilakukan analisis optimalisasi kinerja dari mesin pemanen udang/ikan.

Dalam melakukan analisis optimalisasi kinerja mesin pemanen udang/ikan ini diperlukan data biaya produksi pada suatu tambak udang yang menggunakan sistem pemanenan secara manual. Data pembanding yang digunakan dalam menganalisis optimalisasi kinerja mesin pemanen udang/ikan ini ialah dengan menggunakan data skripsi Dwyanti Meinugraheni, 2004 yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Budidaya Udang Windu Di Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Jawa Barat”. Data analisis usaha rata – rata usaha budidaya udang windu di Desa Singaraja tahun 2003 dapat dilihat pada Lampiran1.

Analisis optimalisasi ditentukan dengan membandingkan besarnya keuntungan yang didapat antara sistem pemanenan secara manual dengan sistem pemanenan menggunakan mesin pemanen udang/ikan. Data – data yang dianalisis sebelumnya telah dikonversi terlebih dahulu berdasarkan data Meinugraheni dengan menggunakan interpolasi. Data yang dikonversi hanya pada data biaya variabel sedangkan untuk biaya tetap tidak perlu dikonversi lagi karena pada sistem tambak budidaya udang dengan luasan petak tambak yang sama dapat memberikan hasil panen yang lebih bagus jika kepadatan yang dilakukan pada tambak tersebut merupakan tingkat kepadatan yang tinggi dan optimal. Analisis keuntungan didapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Analisis optimalisasi dengan menggunakan data pembanding tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.


(55)

Dari data analisis didapat bahwa pola pemanen optimal dengan menggunakan mesin pemanen udang/ikan ialah pada tingkat kepadatan 4 : 1 dan pada putaran poros sebesar 572 rpm. Hasil analisis biaya dengan menggunakan mesin pemanen udang/ikan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan panen secara manual, keuntungan yang diperoleh ialah sebesar Rp. 1,154,432 yang dipanen dengan menggunakan mesin pemanen dengan putaran poros 572 rpm dan pada tingkat kepadatan 4 : 1. Sedangkan biaya panen yang diperoleh pada tingkat putaran poros yang berbeda dan pada tingkat kepadatan tertentu, ternyata didapat hasil yang tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem panen secara manual, yaitu pada putaran poros 600 rpm dengan kepadatan 4 : 1 kerugian yang didapat sebesar Rp. 4,948,479.6, dan pada kepadatan 2 : 1 didapat kerugian sebesar Rp.8,061,688.2. Sedangkan pada putaran poros 700 rpm kepadatan 4 : 1 kerugian yang didapat sebesar Rp.7,314,270.9 dan pada tingkat kepadatan 2 : 1 diperoleh kerugian sebesar Rp.20,390,270.5. Terjadinya perbedaan keuntungan yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh besarnya efisiensi dari kinerja tiap mesin pada tingkat putaran poros dan tingkat kepadatan tertentu. Sedangkan untuk biaya pokok panen pada pola pemanenan manual sebesar Rp.250,000.00/jam atau sebesar Rp.191.3/kg dan biaya pokok panen untuk pola panen dengan menggunakan mesin pemanen udang/ikan ialah sebesar Rp.103,377.67/jam atau sebesar Rp.66.18/kg (lihat Lampiran 8).

Dari data hasil analisis diatas jika jumlah tambak yang dipanen sebanyak 100 tambak maka akan diperoleh keuntungan sebesar Rp.141,276,538.33 (lihat Lampiran 13). Terjadinya perbedaan biaya antara menggunakan sistem panen secara manual dengan panen menggunakan mesin pemanen udang/ikan diakibatkan karena adanya faktor biaya variabel yang berbeda pada besarnya tenaga kerja yang digunakan antara sistem panen secara manual dengan panen menggunakan mesin, tabel analisis perbedaan biaya tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 7. Hal ini juga dipengaruhi oleh kapasitas mesin dan efisiensi persentase kelulusan udang dengan menggunakan mesin pemanen udang/ikan.


(56)

Tabel 7. Analisis biaya panen antara sistem panen manual dengan panen sistem menyewa mesin dengan jumlah panen sebesar 8 ton untuk luasan tambak 1 ha.

.

C. KEUNTUNGAN LAIN YANG DIDAPAT DARI MENGGUNAKAN MESIN PEMANEN UDANG/IKAN

Hasil panen dengan menggunakan mesin pemanen udang ialah hasil panen dengan kondisi udang dalam keadaan hidup dan ada dalam keadaan mati.Untuk udang hidup, pada penanganannya menggunakan mesin pemanen ini ialah udang yang baru dipanen dapat langsung disalurkan melalui pipa ke dalam wadah tempat penyimpanan yang telah diberi es agar udang dapat langsung pingsan dan kesegarannya tetap terjaga hingga pada saat dikosumsi.

Sedangkan hasil panen udang dalam keadaan mati atau cacat, dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pangan lain seperti halnya dapat dijadikan kerupuk udang yang masih dapat memberikan nilai keuntungan tersendiri, atau dapat dijadikan sebagai bahan pakan ternak.

Pola panen

Waktu Panen (jam)

Biaya Tenaga Kerja (Rp)

Biaya Sewa (Rp)

Biaya Panen (Rp)

Panen manual 6 1,500,000.00 1,500,000.00

572 #

4:1 5 375,000.00 250,000.00 625,000.00 Mesin Pemanen

Udang

600 #

4:1 4 300,000.00 200,000.00 500,000.00 700 #

4:1 3 225,000.00 150,000.00 375,000.00 600 #

2:1 4 300,000.00 200,000.00 500,000.00 700 #


(57)

D. ANALISIS TITIK IMPAS MESIN PEMANEN UDANG/IKAN

Mesin pemanen udang/ikan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan hasil produksi dalam budidaya tambak udang, sehingga dibutuhkan suatu investasi yang cukup besar.

Dari hasil analisis titik impas yang dilakukan menunjukkan bahwa titik impas dicapai pada jam kerja minimal 74.8 jam/tahun atau setara dengan memanen seluas 15 ha tambak/tahun untuk luasan tambak per hektar seluas 1 ha /tambak untuk pola panen menggunakan mesin pemanen udang/ikan (Lampiran 8).


(58)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Persentase kelulusan udang/ikan berbanding terbalik dengan kapasitas. Persentase kelulusan udang/ikan tertinggi dicapai pada putaran poros sebesar 572 rpm dengan kepadatan 4:1 yaitu sebesar 97.67%, sedangkan kapasitas tertinggi dicapai pada putaran poros 700 rpm pada kepadatan 2:1 yaitu sebesar 29.8 ekor/detik

2. Kinerja optimal mesin pemanen udang/ikan ialah pada putaran poros 572 rpm dengan kepadatan 4 : 1 yang memiliki persentase kelulusan udang/ikan sebesar 97.67% yaitu dengan keuntungan lebih banyak sebesar RP.1,154,432 dibandingkan dengan pemanenan secara manual.

3. Besarnya tingkat keuntungan pemanenan dengan menggunakan mesin sangat di pengaruhi oleh persentase kelulusan udang/ikan dan biaya tenaga kerja.

4. Titik impas dicapai pada jam kerja minimal 74.8 jam/tahun untuk pola panen menggunakan mesin pemanen udang/ikan.

B. SARAN

1. Hasil optimalisasi yang dicapai belum maksimum, maka perlu dilakukan lagi beberapa modifikasi pada mesin pemanen udang guna meningkatkan efisiensi pemanenan.

2. Diperlukan rancangan jenis tambak yang sesuai dalam menggunakan mesin pemanen udang.

3. Sisa hasil panen udang masih dapat dijadikan sumber penghasilan lain, seperti halnya dapat dijadikan kerupuk udang atau pakan ternak.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Adisukresno, S. 1978. Pedoman Pemeliharaan Udang Galah. Balai Budidaya Air Panyau. Jepara.

Afrianto E, Evi L. 1991. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Yogyakarta: Kanisus.

Agustina, Lia. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) Di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Amri, K, 2005. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Karim, Ahmad. 2006. Modifikasi Dan Uji Teknis Pompa Pada Mesin Pemanen Udang / Ikan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Martosudarmo, Bambang. 1992. Rekayasa Tambak Udang. Jakarta: PT Penebar Swadaya

Meinugraheni, Dwiyanti. 2004. Analisis Finansial Budidaya Udang Windu Di Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Mujiman A, Suyanto R. 2003 Budidaya Udang Windu. Jakarta: PT Penebar Swadaya

Panjaitan, Verawaty K. R. 2002. Analisis Perkembangan Volume Ekspor Udang Beku Di PT Central Windu Sejati, Medan. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Poernomo A. 1988. Faktor Lingkungan Dominan pada Budidaya intensif Didalam: Proseding Seminar Budidaya Tambak di Jawa Timur. Surabaya. 61 hal.

Ranoemiharji, Pudjianto. 1984. Pedoman Budidaya Tambak Udang. Jakarta: Direktorat Jenderal Pertanian. 225 hal.

Suwignyo. 1997. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


(60)

Lampiran 1. Tabel Analisis Usaha Rata – Rata Udang Windu di Desa Singaraja untuk luasan 1 ha, Tahun 2003 (Meinugraheni, 2004)

A. BIAYA TETAP

1. Sewa Lahan Rp. 2,649,900.00

2. PBB Rp. 36,960.00

3. Iuran Swadaya Rp. 58,960.00 4. Penyusutan Pintu Tambak Rp. 86,666.67 5. Penyusutan Mesin Pompa Rp. 666,666.67 6. Penyusutan Cangkul Rp. 16,111.11 7. Penyusutan Rumah Jaga Rp. 410,333.33 8. Pemeliharaan Pintu tambak Rp. 3,466.67 9. Pemeliharaan Mesin Pompa Rp. 40,000.00 10. Pemeliharaan Cangkul Rp. 966.67 11. Pemeliharaan Rumah Jaga Rp. 41,033.33 12. Gaji Penjaga Rp. 2,640,000.00 Total Biaya Tetap Rp. 5,616,564.45

B. BIAYA VARIABEL

1. Benih (171.720 ekor @ Rp. 33,00) Rp. 5,666,760.00

2. Pakan Rp. 8,297,145.00

3. Obat-obatan Rp. 470,160.00 4. Upah panen Rp. 1,340,000.00

5. Solar Rp. 620,235.00

6. Pelumas Rp. 192,000.00 7. Sewa Waring Rp. 15,000.00 Total Biaya Variabel Rp. 16,601.300.00

Total Biaya Rp. 22,217,864.45

C. PENERIMAAN

Produksi 755,4 Rp. 35,275,533.33 D. ANALISIS USAHA

Keuntungan = TR – TC

= Rp.35,275,533.33 – 22,217,864.45 = Rp. 13,057,668.


(1)

Lampiran 5. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 700 Rpm, Kepadatan 4 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 95.33%.

A. BIAYA TETAP (Rp/musim panen)

1. Sewa Lahan Rp. 2,649,900.00

2. PBB Rp. 36,960.00

3. Iuran Swadaya Rp. 58,960.00

4. Penyusutan Pintu Tambak Rp. 86,666.67 5. Penyusutan Mesin Pompa Rp. 666,666.67 6. Penyusutan Cangkul Rp. 16,111.11 7. Penyusutan Rumah Jaga Rp. 410,333.33 8. Pemeliharaan Pintu tambak Rp. 3,466.67 9. Pemeliharaan Mesin Pompa Rp. 40,000.00 10. Pemeliharaan Cangkul Rp. 966.67 11. Pemeliharaan Rumah Jaga Rp. 41,033.33

12. Gaji Penjaga Rp. 2,640,000.00

Total Biaya Tetap (Rp/musim panen) Rp. 5,616,564.45

B. BIAYA VARIABEL (Rp/musim panen)

1. Benih (1.818.586 ekor @ Rp. 33,00) Rp. 60,013,338.00

2. Pakan Rp. 39,025,254.00

3. Obat-obatan Rp. 3,640,938.05

4. Biaya panen Rp. 375,000.00

5. Solar Rp. 1,796,000.00

6. Pelumas Rp. 298,620.00

7. Sewa Waring Rp. 15,000.00

Total Biaya Variabel (Rp/musim panen) Rp. 105,164,150.45 Total Biaya (Rp/musim panen) Rp. 110,780,714.45 C. PENERIMAAN

Produksi 7626.664 kg/musim panen Rp. 356,165,208.80 D. ANALISIS USAHA

Keuntungan = TR – TC

= Rp.356,165,208.80 – Rp.110,780,714.45 = Rp.245,384,494.35


(2)

Lampiran 6. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 600 Rpm, Kepadatan 2 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 95.16%.

C. BIAYA TETAP (Rp/musim panen)

1. Sewa Lahan Rp. 2,649,900.00

2. PBB Rp. 36,960.00

3. Iuran Swadaya Rp. 58,960.00

4. Penyusutan Pintu Tambak Rp. 86,666.67 5. Penyusutan Mesin Pompa Rp. 666,666.67 6. Penyusutan Cangkul Rp. 16,111.11 7. Penyusutan Rumah Jaga Rp. 410,333.33 8. Pemeliharaan Pintu tambak Rp. 3,466.67 9. Pemeliharaan Mesin Pompa Rp. 40,000.00 10.Pemeliharaan Cangkul Rp. 966.67 11.Pemeliharaan Rumah Jaga Rp. 41,033.33

12.Gaji Penjaga Rp. 2,640,000.00

Total Biaya Tetap (Rp/musim panen) Rp. 5,616,564.45

D. BIAYA VARIABEL (Rp/musim panen)

1. Benih (1.818.586 ekor @ Rp. 33,00) Rp. 60,013,338.00

2. Pakan Rp. 39,025,254.00

3. Obat-obatan Rp. 3,640,938.05

4. Biaya panen Rp. 500,000.00

5. Solar Rp. 1,796,000.00

6. Pelumas Rp. 298,620.00

7. Sewa Waring Rp. 15,000.00

Total Biaya Variabel (Rp/musim panen) Rp. 105,289,150.45 Total Biaya (Rp/musim panen) Rp. 110,905,714.45 C. PENERIMAAN

Produksi 7613.33 kg/musim panen Rp. 355,542,791.20 D. ANALISIS USAHA

Keuntungan = TR – TC

= Rp.355,542,791.20 – Rp.110,905,714.45 = Rp.244,637,076.75


(3)

Lampiran 7. Analisis Usaha Rata – Rata Produksi Udang Windu Untuk Luasan Lahan 1 Ha Dengan Sistem Menyewa Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Putaran Poros 700 Rpm, Kepadatan 2 : 1 Dan Persentase Kelulusan Udang Sebesar 91.83%.

A. BIAYA TETAP (Rp/musim panen)

1. Sewa Lahan Rp. 2,649,900.00

2. PBB Rp. 36,960.00

3. Iuran Swadaya Rp. 58,960.00

4. Penyusutan Pintu Tambak Rp. 86,666.67 5. Penyusutan Mesin Pompa Rp. 666,666.67 6. Penyusutan Cangkul Rp. 16,111.11 7. Penyusutan Rumah Jaga Rp. 410,333.33 8. Pemeliharaan Pintu tambak Rp. 3,466.67 9. Pemeliharaan Mesin Pompa Rp. 40,000.00 10.Pemeliharaan Cangkul Rp. 966.67 11.Pemeliharaan Rumah Jaga Rp. 41,033.33

12.Gaji Penjaga Rp. 2,640,000.00

Total Biaya Tetap (Rp/musim panen) Rp. 5,616,564.45

B. BIAYA VARIABEL (Rp/musim panen)

1. Benih (1.818.586 ekor @ Rp. 33,00) Rp. 60,013,338.00

2. Pakan Rp. 39,025,254.00

3. Obat-obatan Rp. 3,640,938.05

4. Biaya panen Rp. 375,000.00

5. Solar Rp. 1,796,000.00

6. Pelumas Rp. 298,620.00

7. Sewa Waring Rp. 15,000.00

Total Biaya Variabel (Rp/musim panen) Rp. 105,164,150.00

Total Biaya (Rp/musim panen) Rp. 110,780,714.45 E. PENERIMAAN

Produksi 7346.66 kg/musim panen Rp. 343,089,208.80

F. ANALISIS USAHA

Keuntungan = TR – TC

= Rp.343,089,208.80 – Rp.110,780,714.45 = Rp. 232,308,494.35


(4)

Lampiran 8. Analisis Biaya Pokok Panen Antara Panen Manual Dan Panen Dengan Menggunakan Mesin Pemanen Udang/Ikan Untuk Luasan Tambak 1 Ha Dan Analisis Titik Impas

A. Biaya Pokok Panen Manual

1 tambak panen selama 6 jam = Rp.1,500,000.00, maka biaya pokok panen manual = Rp.250,000.00/jam

atau

Hasil panen tambak sebanyak 7840 kg/tambak selama 6 jam maka hasil panen tambak per jam = 1306.67 kg/jam

Biaya pokok panen = Rp.191.3/kg

kg/jam 67 . 1306 .00/jam Rp.250,000 =

B. Biaya Pokok Panen Dengan Menggunakan Mesin Pemanenan Udang/Ikan

1. Investasi = Rp.50,000,000.00

2. Umur ekonomis = 5 tahun

3. Nilai akhir diperkirakan 10% dari harga awal = Rp.5,000,000.00 a. Biaya Tetap (Rp/Th)

1. Penyusutan = Rp.9,000,000.00

2. Bunga modal (i = 12%/th) = Rp.6,000,000.00

Total biaya tetap = Rp.15,000,000.00/th

b. Biaya Tak Tetap (Rp/Jam)

1. Listrik 2.237KWh @ Rp.3000/KWh = Rp.6,711.00/jam 2. Operator Rp.200,000.00/3 orang/hr = Rp.16,666.67/jam

3. Upah penggiring 6 orang

@Rp.12,500.00/jam = Rp. 75,000.00/jam Total biaya tak tetap = Rp. 98,377.67/jam c. Perkiraan Jam Kerja = 10 jam/hari ; 300 hari/th

= 3000 jam/th

d. Kapasitas Alat = 7813 kg selama 5 jam, maka kapasitas per jam 1562 kg / jam

Biaya Pokok = BTT x

BT

+

= Rp.98,377.00/jam

jam/th 3000

000.00/th Rp.15,000,

+

= Rp.103,377.67/jam = Rp.66.18/kg

Kg/jam 1562

.67/jam Rp.103,377

= C. Titik Impas Mesin Pemanen Udang/Ikan

Biaya Panenmanual = Biaya Panenmesin

= k BTT x BT + 67/jam Rp.98,377. x 000/jam Rp.15,000, +

keterangan : BT = Biaya Tetap BTT = Biaya Tak Tetap

x = Perkiraan Jam Kerja per Tahun

x = jam kerja per tahun k = kapasitas alat = 1562 kg/jam


(5)

POTENSIAL PANEN (Kg/musim

panen)

RPM KEPADA

TAN

PERSENTASE KELULUSAN UDANG

(%)

HASIL PANEN (Kg/musim

panen)

HARGA JUAL(Rp/kg) BIAYA TOTAL

(Rp/musim panen) LABA (Rp/m

8000 572.

72 4:1 0.97667 7813.4 46,700.00 111,030,714.5

8000 600 4:1 0.96 7680 46,700.00 110,905,714.45 2

8000 700 4:1 0.953333 7626.664 46,700.00 110,780,714.45 2

8000 600 2:1 0.951667 7613.336 46,700.00 110,905,714,.45 2

8000 700 2:1 0.918333 7346.664 46,700.00 110,780,714.45 2

Sewa mesin sebesar Rp. 50,000.00/jam Harga solar Rp.4,300.00/l

Jumlah tenaga kerja 6 orang/tambak Harga pelumas Rp.14,000.00/l

Upah tenaga kerja Rp. 12.500,00/jam/orang

Persentase kelulusan udang secara panen manual sebesar 98% Keuntungan panen secara manual Rp.252,698,765.5/musim panen Jumlah benih 1.818.586 ekor @Rp.33/ekor

Biaya pakan Rp. 39,025,254.3

Lampiran 9. Tabel Analisis Optimalisasi Kinerja Mesin Pemanen Udang/Ikan Dengan Membandingkan Keuntungan Antara Pemanenan Manual Dengan Pemanenan Menggunakan Mesin Dengan Sistem Menyewa


(6)

Lampiran 10. Mesin Pemanen Udang/Ikan

Saluran output pompa Kolam model

Saluran input hopper Hopper