TEKNIK BUDIDAYA UDANG WINDU

6 adalah padat penebaran benur sangat tinggi yaitu 50.000 sampai 600.000 ekorha. Makanan sepenuhnya tergantung dari makanan yang diberikan dengan komposisi yang ideal bagi pertumbuhan. Diberi aerasi dengan kicir, atau alat lain untuk menambah kadar oksigen dalam air. Pergantian air dilakukan sangat sering dan biasanya dengan menggunakan pompa, agar air tetap bersih tidak menjadi kotor oleh sisa – sisa makanan dan kotoran ekskresi udang yang padat itu. Produksi persatuan luas petak dapat mencapai 1.000 sampai 20.000 kgHatahun.

C. TEKNIK BUDIDAYA UDANG WINDU

1. Budidaya Tradisional a. Persiapan tambak 1. Konstruksi Tambak Tata letak tambak ekstensiftradisional pada usaha budidaya udang windu hanya memilki satu pintu air yang berfungsi sebagai saluran pemasukan dan pengeluaran air. Pada awalnya tambak ini digunakan untuk memelihara udang windu dan bandeng, sehingga terdapat tempat peneneran, tetapi saat ini tambak hanya digunakan untuk memelihara udang windu sehingga tempar penenerannya sudah tidak digunakan lagi. Gambar 1. menjelaskan tata letak tambak tampak atas, sekeliling pelataran dibuat saluran atau caren. Tanah sekitar yang sudah digali tersebut digunakan untuk memperlebar dan mempertinggi tanggul. Rata – rata ketinggian air pada pelataran antara 40 – 60 cm. 5 2 1 4 3 Gambar 1. Tata Letak Tambak Udang Windu Tradisional Tampak Atas Keterangan: 1. Peneneran 2. Saluran Pemasuk 3. Tanggul 4. Pelataran 5. Caren 7 Ketinggian air pada pelataran secara jelas dapat dilihat pada gambar 2. 40 – 60 cm Amplitudo Parit keliling caren Parit pasok air Pasang surut Gambar 2. Tata Letak Tambak Udang Windu Tradisional Tampak Samping 2. Pengeringan Setelah tanah digali, maka selanjutnya dilakukan kegiatan pengeringan dengan menghilangkan lumpur yang terdapat pada tanah tersebut. Kegiatan pengeringan ini rata – rata dilakuka oleh 1 orang selama ± 1 minggu. 3. Pengapuran setelah tanah mongering selanjutnya diberi kapur tambahkan air setinggi 3 cm untuk selanjutnya diolah dan dilakukan pengisian air. 4. Pengisian Air Setelah tanah diberi kapur, langsung diisi air dengan kedalaman ± 1 meter. Setelah diisi air tunggu sampai air dalam kondisi normal sekitar 1 – 2 minggu kemudian diisi benur. b. Penebaran Benur Tahap selanjutnya setelah pengisian air ke dalam tambak adalah penebaran benur. Besarnya tingkat tebar benur tergantung pada petambak, sesuai dengan kondisi tambak yang dimiliki dan dapat memberikan keuntungan maksimal. Pembudidaya biasa membeli benur tersebut dari pedagang pemasok yang sudah dikemas dalam kantong plastic, dalam satu kantong rata –rata berisi 1000 ekor benur. Plastic yang berisi benur dibuka ikatannya dan disimpan dalam caren, lalu dibiarkan 10 menit kemudian dengan sendirinya benur itu akan keluar. 8 c. Pemeliharaan Sistem budidaya tambak udang udang windu yang dilakukan adalah sistem budidaya ekstensiftradisional. Sehingga petambak tidak melakukan pemeliharaan secara khusus, dimana setelah benur ditebar kemudian dilepas atau dibiarkan. Pembudidaya hanya memanfaatkan pakan alami yang ada ditambak seperti kelekap, plankton, dan lumut – lumut, selain itu juga pengisian air tergantung pada pasang surut air laut. d. Pemanenan Pemanenan udang windu dilakukan setelah pemeliharaan 3 – 4 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen antara lain waring dan sero daeng. Tetapi 2 dari 3 orang responden pembudidaya biasanya menggunakan waring sebagai alat untuk memanen. Pemanenan yang dilakukan biasanya pemanenan sebagian, pemanenan dilakukan dengan cara membuka pintu tambak agar air terbuang serta udang ikut masuk kedalam. Pada saat dilakukan pemanenan untuk budidaya secara tradisional apabila terdapat udang yang ukurannya masih dibawah standar maka, akan dikembalikan ke dalam tambak agar dapat tumbuh lebih besar. Survival Rate udang windu secara tradisional adalah 39.14 Agustina, 2006 2. Budidaya Semi – Intensif a. Persiapan Tambak 1. Konstruksi Tambak Tata letak tambak semi – intensif pada usaha budidaya udang windu memiliki pintu pemasukan air inlet dan pintu pengeluaran air outlet yang terpisah untuk keperluan penggantian air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. 9 2 1 3 4 Gambar 3. Tata Letak Budidaya Udang Windu Semi – Intensif Tampak Atas Sekeliling pelataran dibuat saluran atau caren. Tanah sekitar yang sudah digali tersebut digunakan untuk memperlebar dan mempertinggi tanggul. Kedalam caren dan pelataran secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4. Pematang Tambak Pematang Tambak Caren 60 cm Pelataran Caren Gambar 4. Tata Letak Tambak Budidaya Udang Windu Semi – Intensif Tampak Samping Konstruksi tambak terdiri atas : • Caren : merupakan bagian tambak yang paling dalam, dengan kedalaman mencapai 60 cm • Pelataran : kedalamannya mencapai 50 cm • Pintu Tambak yang digunakan adalah satu buah yang terbuat dari kayu dengan umur teknis selama 3 tahun, dengan lebar 1 meter dan ketinggian pintu tambak mencapai 1.5 meter • Pematang Tambak : ketinggian pematang tambak sebesar 120 cm dan lebar pematang tambak sebesar 180 cm Ket : 1. Saluran Pemasuk dan pengeluaran 2. Pelataran 3. Caren 4. Pematang Tambak 10 2. Pengeringan Kegiatan pengeringan dilakukan dengan cara mengangkat lumpur, lumpur tersebut di ”taplok” kan pada bagian sisi tanggul, pelataran, dan caren kemudian diratakan dengan menggunakan cangkul. Kegiatan pengeringan ini dilakukan oleh satu orang selama ±2 minggu. 3. Pengapuran Pengapuran dilakukan setelah kegiatan pengeringan, dengan menggunakan lodan. Setelah diberi kapur ketinggian air dinaikkan setinggi 5 cm, kemudian didiamkan selama ±2 hari. 4. Pemberian ”Raja Bandeng” Setelah didiamkan selama dua hari, kemudian dilakukan pemberian ”Raja Bandeng” yang bertujuan untuk memberantas hama seperti tritip, keong, siput, remis dan lain sebagainya. Cara pemberiannya adalah ”Raja Bandeng” sebanyak 45 Kg dicampur dengan 15 ltr air, diaduk sampai rata kemudian ditambahkan dengan air tambak sebanyak 30 ltr, didiamkan selama ±1 hari dalam wadah kemudian ditebar di tambak. 5. Pengisian Air Pengisian air pada tambak dilakukan pada saat terjadi pasang, air dimasukkan kedalam tambak dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa, setelah tambak terisi, biarkan selama ±3 hari sampai kondisi air normal. b. Penebaran Benur Tahap selanjutnya setelah pengisian air ke dalam tambak adalah penebaran benur. Sebelum benur ditebar, kantung yang berisi benur direndam dalam air selama ±30 menit, kemudian dituangkan ke dalam wadah, selanjutnya tambahkan air dari tambak sebanyak ¼ bagian dari volume yang berasal dari kantong itu, biarkan selama 1 – 2 jam, setelah benur dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tambak maka benur dapat dilepas secara perlahan lahan dengan cara memiringkan wadah sampai benur keluar. Padat penebaran benur 11 sebesar 63.333 ekor per luas 8500 m 2 per tahun Agustina, 2006. Kegaitan penebaran sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari. c. Pemeliharaan 1. Pengaturan pemasukan dan pengeluaran Air Pengisian air dilakukan pada saat terjadi pasang dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa. Pembuangan air dilakikan pada saat surut tiba dengan cara membuka pintu tambak, pembuangan air ini dilakukan setiap 4 hari sekali. 2. Pemberian Pakan Pemberian pakan dilakukan setelah pakan alami habis kira – kira dalam waktu 3 minggu. Tanda – tanda udang yang lapar adalah udang berenang aktif sekeliling tambak. Pemberian pakan dilakukan dengan cara tebar langsung di sekeliling tambak, waktu pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pakan sebanyak 800 gram untuk padat penebaran 63.333 ekor, yang terdiri atas pagi hari sebanyak 300 gram dan sore hari sebanyak 500 gram Agustina, 2006. Sedangkan pola pemberian pakan yang diberikan untuk hari – hari selanjutnya ialah ditambah 40 gr dari jumlah pakan awal, dengan persentase pemberian pakan adalah 40 diberikan pada pagi hari dan 60 diberikan pada sore hari. Pemberian pakan pada sore hari lebih besar dibanding dengan pemberian pakan pada pagi hari, hal ini karena sifat udang windu yang selalu aktif mencari makan pada sore atau menjelang malam hari. d. Pemanenan pemanenan udang windu dilakukan setelah pemeliharaan selama 4 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen antara lain waring dan sero daeng. Tetapi 2 dari 3 orang responden pembudidaya biasanya menggunakan waring sebagai alat untuk memanen. 12 Sebelumnya waring dipasang di dekat pintu tambak, pemasangan waring sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena pada malam hari udang windu aktif bergerak mengelilingi tambak untuk mencari makan. Panen dilakukan dengan mengeringkan tambak dengan cara membuka pintu tambak yang dibantu dengan menggunakan pompa, kemudian waring ditaruh di dekat pintu tambak, pada saat air terbuang maka, udang akan ikut masuk kedalam waring. Apabila pada saat dilakukan panen masih ada udang windu di tambak maka, udang windu tersebut diambil dengan menggunakan tangan. Survival Ratenya adalah 49.95 Agustina, 2006. 13

D. DESKRIPSI UDANG WINDU