Tabel 5.2.4. menunjukkan distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden penelitian, dimana didapati sebanyak 27 orang 27,6 responden pendidikan
terakhirnya tamat SMP sedangkan 5 orang 5,1 dari keseluruhan responden memiliki diploma.
5.3. Hasil Analisis Data a. Persentase Penderita TB Paru Putus Berobat
Pada penelitian ini responden terbahagi 4 kelompok yaitu pasien TB putus berobat karena merasa sembuh,sibuk,rumah sakit jauh dan atas masalah lain. . Jumlah
responden dalam masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.3.1 Distribusi Penyebab Putus Berobat
No Penyebab
Jumlah orang Persentase
1 merasa sembuh
58 59,2
2
sibuk 14
14,3
3 rumah sakit jauh
15 15,3
4 lain-lain
11 11,2
Total 98
100,0 Tabel 5.3.1 menunjukkan distribusi frekuensi penyebab responden penelitian
putus berobat, dimana didapati sebanyak 58 59,2 orang yang putus berobat karena merasa sembuh, terdapat 14 14,3 orang yang putus berobat karena sibuk, 15
15,3 orang pula yang putus berobat karena rumah sakit jauh dan 11 orang 11,2 putus berobat atas sebab lain-lain seperti masalah transportasi,ketakutan efek samping
obat dan pindah
Tabel 5.3.2 Distribusi hilangnya gejala klinis
Bulan Gejala
2 2-3
3 Gejala tidak hilang
Total
Batuk 30
9 8
11 58
Batuk berdarah 29
14 6
49
Nyeri dada 19
20 7
2 48
Sesak nafas 23
15 6
2 46
Demam 27
10 6
10 53
Tabel 5.3.2 menunjukkan kebanyakan gejala hilang dalam 2 bulan dan tidak ada orang yang menghentikan pengobatan sebelum gejala batuk berdarah hilang.
Selain itu,hanya sedikit 2 orang yang menghentikan pengobatan sebelum gejala nyeri dada dan sesak nafas hilang. Terdapat 11 orang yang gejala batuknya tidak hilang
dan menghentikan pengobatan sebelum gejalanya hilang. Terdapat 10 orang yang gejala demamnya tidak walaupun sudah lebih dari 4 bulan pasien mengambil
pengobatan karena gejalanya hilang timbul sehingga pasien merasakan gejalanya tidak hilang.
5.4. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan gejala klinis dengan kepatuhan pengobatan. Data hasil penelitian dapat di lihat pada table berikut ini.
Tabel 5.4.1. Hubungan antara hilangnya gejala klinis dengan waktu makan obat
Gejala klinis
Makan obat Total Persentase
OR
Setiap hari Hanya
ambil jika ingat
Batuk 2 bulan
25 80,6
5 18,5
30 51,7
18,333
≥ 2 bulan 6
19,4 22
81,5 28
48,3
Total 31
100,0 27
100,0 58
100.0
Batuk berdarah
2 bulan 20
80,0
9
37,5
29 59,2
6,667
≥ 2 bulan 5
20,0 15
62,5 20
40,8
Total 25
100,0 24
100,0 49
100,0
Nyeri dada
2 bulan 15
60,0
4
17,4
19 39,6
7,125 ≥ 2 bulan 10 40,0
19
82,6
29 60,4
Total 25
100,0 23
100,0 48
100,0
Sesak nafas
2 bulan 18
75,0 5
22,7 23
50,0 10,200
≥ 2 bulan 6
25,0
17
77,3
23 50,0
Total 24
100,0 22
100,0 46
100,0
Demam 2 bulan
23 79,3
4 16,7
27 50,9
19,167
≥ 2 bulan 6
20,7 20
83,3 26
49,1
Total 29
100,0 24
100,0 53
100,0
Tabel 5.4.1. menunjukkan hilangnya gejala klinis dengan makan obat, daripada 58 orang yang putus berobat karena “sembuh” terdapat 30 orang gejala
klinis batuknya hilang kurang dari 2 bulan dan 28 orang gejalanya hilang lebih dari 2 bulan.Batuk berdarah pula terdapat 29 orang yang gejalanya hilang kurang dari 2
bulan dan 20 orang lebih dari 2 bulan. Terdapat 9 orang yang tidak mengalami gejala ini. Gejala klinis nyeri dada yang hilang kurang dari 2 bulan adalah 19 orang dan
lebih dari 2 bulan adalah 29 orang. Terdapat 10 orang yang tidak mengalami gejala ini.Terdapat 23 orang yang gejalanya hilang kurang dari 2 bulan dan 23 orang yang
gejalanya hilang lebih dari 2 bulan untuk sesak nafas. Terdapat 12 orang yang tidak mengalami gejala ini. Bagi demam pula, 27 orang yang gejalanya hilang dalam 2
bulan manakala seramai 26 orang gejalanya hilang lebih dari 2 bulan. Terdapat 5 orang yang tidak mengalami gejala ini.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh nilai p p value adalah 0,000 p 0,005 bagi batuk,sesak nafas dan demam nilai p p value
adalah 0,000 p 0,005 manakala untuk batuk berdarah adalah 0,002 0,005 dan nyeri dada adalah 0,003 p 0,005 yang berarti bahwa ada hubungan antara
hilangnya gejala klinis tb paru dengan pengambilan pengobatan. Hasil perhitungan Odds Ratio OR dan hasilnya seperti berikut odds ratio
batuk adalah 18,333.Odds Ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini
besarnya odds ratio di atas angka 1, karena itu dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini ada hubungan hilang gejala klinis dengan kepatuhan minum obat. Dari hasil
perhitungan, diketahui bahwa orang yang yang minum obat tidak teratur memiliki resiko 18,333 kali lebih besar untuk gejala batuk tidak hilang dalam pasien yang
putus berobat karena merasa sembuh. Odds rasio batuk berdarah adalah 6,667 yang bermakna orang yang minum obat setiap hari mempunyai tingkat kesembuhan 6,667
kali lebih tinggi dari yang minum obat apabila hanya ingat dalam pasien yang putus berobat karena merasa sembuh. Nyeri dada,sesak nafas dan demam mempunyai odds
rasio 7,125, 10,200 dan 19,167 masing-masing yang tingkat kesembuhan masing- masing tinggi dari yang minum obat apabila ingat saja dalam pasien yang putus
berobat karena merasa sembuh .
Table 5.4.2. Hubungan antara hilang gejala klinis dengan cara makan pengobatan
Gejala klinis
Cara Total Persentase
OR
Sebelum makan
Selepas makan
Batuk 2 bulan
27 73,0
3 14,3
30 51,7
16,200
≥ 2 bulan 10
27,0 18
85,7 28
48,3
Total 37
100,0 21
100,0 58
100,0
Batuk berdarah
2 bulan 26
74,3 3
21,4 29
59,2 10,539
≥ 2 bulan 9
25,7 11
78,6 20
40,8
Total 35
100,0 14
100,0 49
100,0
Nyeri dada
2 bulan 18
52,9
1
7,1
19 39,6
14,625
≥ 2 bulan 16
47,1 13
92,9 29
60,4
Total 34
100,0 14
100,0 48
100,0
Sesak nafas
2 bulan 20
71,4
3
16,7
23 50,0
12,500
≥ 2 bulan 8
28,6
15
83,3
23 50,0
Total 28
100,0 18
100,0 46
100,0
Demam 2 bulan
24 72,7
3 15,0
27 50,9
15,111
≥ 2 bulan 9
27,3
17
85,0
26 49,1
Total 33
100,0 20
100,0 53
100,0
Tabel 5.4.3. menunjukkan hilangnya gejala klinis dengan cara makan obat, daripada 58 orang yang putus berobat karena “sembuh” terdapat 30 orang gejala
klinis batuknya hilang kurang dari 2 bulan dan 28 orang gejalanya hilang lebih dari 2 bulan.Batuk berdarah pula terdapat 29 orang yang gejalanya hilang kurang dari 2
bulan dan 20 orang lebih dari 2 bulan. Terdapat 9 orang yang tidak mengalami gejala ini. Gejala klinis nyeri dada yang hilang kurang dari 2 bulan adalah seramai 19 orang
dan lebih dari 2 bulan adalah 29 orang. Terdapat 10 orang yang tidak mengalami
gejala ini.Terdapat 23 orang yang gejalanya hilang kurang dari 2 bulan dan 23 orang yang gejalanya hilang lebih dari 2 bulan untuk sesak nafas. Terdapat 12 orang yang
tidak mengalami gejala ini. Bagi demam pula, 27 orang yang gejalanya hilang dalam 2 bulan manakala seramai 26 orang gejalanya hilang lebih dari 2 bulan. Terdapat 5
orang yang tidak mengalami gejala ini. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh nilai p p
value adalah 0,000 p 0,005 bagi batuk,sesak nafas dan demam manakala nilai p p value untuk batuk berdarah adalah 0,001 p 0,005 dan nyeri dada 0,003
0,005 yang berarti bahwa ada hubungan antara hilangnya gejala klinis tb paru dengan minum obat yaitu sebelum makan lebih baik dari selepas makan.
Manakala melalui perhitungan Odds Ratio OR dan hasilnya seperti berikut besarnya odds ratio batuk adalah 16,200.Odds Ratio yang lebih besar dari 1
menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini besarnya odds ratio di atas angka 1, karena itu dapat
dikatakan bahwa pada penelitian ini ada hubungan hilang gejala klinis batuk berdarah dengan cara pengambilan obat. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa orang yang
yang mengambil selepas makan 16,200 kali lebih besar untuk gejala batuk tidak hilang dalam pasien yang putus berobat karena merasa sembuh. Sementara batuk
berdarah mempunyai odds rasio 10,539 yang bermakna orang yang mengambil pengobatan sebelum makan mempunyai tingkat kesembuhan 10,539 kali lebih tinggi
dari yang mengambil pengobatan apabila hanya ingat dalam pasien yang putus berobat karena merasa sembuh . Nyeri dada,sesak nafas dan demam mempunyai odds
rasio 14,625, 12,500 dan 15,111 masing-masing yang tingkat kesembuhan masing- masing tinggi dari yang mengambil pengobatan selepas makan dalam pasien yang
putus berobat karena merasa sembuh .
5.5. Pembahasan