Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI

PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE

PROVINSI MALUKU UTARA

LISBET SITORUS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

Lisbet Sitorus I351070091


(3)

ABSTRACT

The objectives of this research were: (1) to describe the respondents distributions on certain antecedent variables. (2) to identifity the competencies of the extension worker in Ternate City, (3) to analyze the correlation the agents’, characteristics and their competence. The antecedent variables were: ages, work experience, family size, formal education, job perception, nonformal education, cosmopoliteness, motivation and income. The Dependent variables was the agents’ competencies: program development, extension teachnig methods, program evaluation, information of input production and market, communication, developing partnership, leadership, organization management and coconut farming. Total respondents were 50 agent random selected. Data were collected in February througt April 2009, the data were analized by Kendall W Concordance procedure. The results showed that: the average age of extension workers was 37.4 years, they had varied working experiences, they had 4 family members, graduated from university, had high level of non formal education, motivations and average income of Rp 4,188,622. Their important competencies consecutively were (1) leadership, (2) information of input production & market, (3) communication, (4) extension teaching methods, and (5) extension program planning. While the less important competencies were: (1) extension programme design (2) Technical competence of coconut farming (3) program evaluation (4) organization management and (5) Developing business partnership. In general the agent characteristics correlated higly significantly with their competencies.


(4)

RINGKASAN

Lisbet Sitorus. Hubungan Karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati. (2) Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate. (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate. Variabel bebas terdiri atas: umur, masa kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi tentang bidang keahlian, pendidikan nonformal, kekosmopolitan, motivasi, dan penghasilan. Variabel terikat adalah: Kompetensi penyuluh dalam hal: Penyusunan programa penyuluhan, menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, Metode penyuluhan, Evaluasi program penyuluhan, Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, Kemampuan komunikasi, Kemitraan Usaha, Kepemimpinan, Manajemen organisasi, dan Kompetensi Teknis Budidaya kelapa. Jumlah responden adalah 50 orang, yang ditentukan secara sengaja yaitu penyuluh pertanian yang ada di Kota Ternate. Data dihimpun pada Bulan Pebruari hingga April 2009 dan dianalisis dengan menggunakan Konkordansi Kendall W. Hasil penelitian adalah: Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37,4 tahun, mayoritas memiliki masa kerja baru dan lama, memiliki rata-rata 4 orang tanggungan keluarga, pendidikan formal kebanyakan sarjana, mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki dengan baik, memiliki pendidikan nonfromal tinggi, kekosmopolitan tinggi, motivasi tinggi, dan berpenghasilan rata-rata Rp. 4.188.622. Bidang kompetensi yang paling dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang kurang dikuasai adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Secara keseluruhan, karakteristik menunjukkan hubungan nyata dan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh yang berhubungan sangat nyata pada taraf α = 0,01 adalah: umur, masa kerja, tanggungan keluarga, motivasi, dan penghasilan. Karakteristik penyuluh yang berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 adalah: pendidikan formal, pendidikan noformal, dan kekosmopolitan. Sedangkan karakteristik yang menunjukkan hubungan tidak nyata adalah persepsi tentang bidang keahlian. Kata kunci: Karakteristik, Kompetensi, Penyuluh Pertanian.


(5)

@ Hak cipta milik IPB tahun 2009 Hak cipta dilindungi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya ilmiah dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(6)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE

PROVINSI MALUKU UTARA

LISBET SITORUS

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(7)

Judul Tesis : Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Nama Mahasiswa : Lisbet Sitorus

NIM : I351070091

Disetujui: Komisi Pembimbing

Ir. Richard WE Lumintang MSEA Dr. Ir. Amri Jahi, MSc Anggota Ketua

Diketahui:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara.

Penulis menyadari bahwa bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Richard WE Lumintang MSEA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga Kepada Pemerintah Kota Ternate Yang telah memberikan biaya Pendidikan dan dukungan dan juga kepala BIPP yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data penelitian terlebih terhadap rekan-rekan penyuluh yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis untuk melaksanakan penelitiannya.

Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tersayang ibunda Duma Panjaitan dan ayahanda Dottor Sitorus yang selalu mendoakan keberhasilan ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada suami tersayang Rustam Latif Sip yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Putra putri tersayang Ryan, Widya, Alma, M Sihar dan Kakak dan abangku tersayang Delima Sitorus, Nelson Sitorus, Juner Sitorus, Jainal Sitorus, Pesta Sitorus terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, Gita muliyasari, Amana martaguri, Syafruddin, Kodir, mbak, Desi, serta teman-teman angkatan 2007 Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas kerjasama dan dukungan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yanmg membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Agustus 2009


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siringi-Ringo pada tanggal 01 November 1974 dari ayah Dottor Sitorus. Penulis merupakan putri keenam dari enam bersaudara.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMU Swasta Handayani Balige Tapanuli Utara Sumatra Utara dan pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan Strata satu di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate. Penulis menyelesaikan strata 1 pada bulan Agustus tahun 1998 dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Pada bulan April tahun 2000, penulis diterima sebagai calon pegawai negeri sipil di Balai Informasi Penyuluhan Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penulis telah menikah dengan Rustam Latif, Sip dan telah dikaruniai empat orang anak dua putra dan dua putri

Penulis melanjutkan strata 2 di Program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.


(11)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI

PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE

PROVINSI MALUKU UTARA

LISBET SITORUS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

Lisbet Sitorus I351070091


(13)

ABSTRACT

The objectives of this research were: (1) to describe the respondents distributions on certain antecedent variables. (2) to identifity the competencies of the extension worker in Ternate City, (3) to analyze the correlation the agents’, characteristics and their competence. The antecedent variables were: ages, work experience, family size, formal education, job perception, nonformal education, cosmopoliteness, motivation and income. The Dependent variables was the agents’ competencies: program development, extension teachnig methods, program evaluation, information of input production and market, communication, developing partnership, leadership, organization management and coconut farming. Total respondents were 50 agent random selected. Data were collected in February througt April 2009, the data were analized by Kendall W Concordance procedure. The results showed that: the average age of extension workers was 37.4 years, they had varied working experiences, they had 4 family members, graduated from university, had high level of non formal education, motivations and average income of Rp 4,188,622. Their important competencies consecutively were (1) leadership, (2) information of input production & market, (3) communication, (4) extension teaching methods, and (5) extension program planning. While the less important competencies were: (1) extension programme design (2) Technical competence of coconut farming (3) program evaluation (4) organization management and (5) Developing business partnership. In general the agent characteristics correlated higly significantly with their competencies.


(14)

RINGKASAN

Lisbet Sitorus. Hubungan Karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati. (2) Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate. (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate. Variabel bebas terdiri atas: umur, masa kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi tentang bidang keahlian, pendidikan nonformal, kekosmopolitan, motivasi, dan penghasilan. Variabel terikat adalah: Kompetensi penyuluh dalam hal: Penyusunan programa penyuluhan, menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, Metode penyuluhan, Evaluasi program penyuluhan, Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, Kemampuan komunikasi, Kemitraan Usaha, Kepemimpinan, Manajemen organisasi, dan Kompetensi Teknis Budidaya kelapa. Jumlah responden adalah 50 orang, yang ditentukan secara sengaja yaitu penyuluh pertanian yang ada di Kota Ternate. Data dihimpun pada Bulan Pebruari hingga April 2009 dan dianalisis dengan menggunakan Konkordansi Kendall W. Hasil penelitian adalah: Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37,4 tahun, mayoritas memiliki masa kerja baru dan lama, memiliki rata-rata 4 orang tanggungan keluarga, pendidikan formal kebanyakan sarjana, mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki dengan baik, memiliki pendidikan nonfromal tinggi, kekosmopolitan tinggi, motivasi tinggi, dan berpenghasilan rata-rata Rp. 4.188.622. Bidang kompetensi yang paling dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang kurang dikuasai adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Secara keseluruhan, karakteristik menunjukkan hubungan nyata dan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh yang berhubungan sangat nyata pada taraf α = 0,01 adalah: umur, masa kerja, tanggungan keluarga, motivasi, dan penghasilan. Karakteristik penyuluh yang berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 adalah: pendidikan formal, pendidikan noformal, dan kekosmopolitan. Sedangkan karakteristik yang menunjukkan hubungan tidak nyata adalah persepsi tentang bidang keahlian. Kata kunci: Karakteristik, Kompetensi, Penyuluh Pertanian.


(15)

@ Hak cipta milik IPB tahun 2009 Hak cipta dilindungi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya ilmiah dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(16)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE

PROVINSI MALUKU UTARA

LISBET SITORUS

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(17)

Judul Tesis : Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Nama Mahasiswa : Lisbet Sitorus

NIM : I351070091

Disetujui: Komisi Pembimbing

Ir. Richard WE Lumintang MSEA Dr. Ir. Amri Jahi, MSc Anggota Ketua

Diketahui:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro


(18)

(19)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara.

Penulis menyadari bahwa bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Richard WE Lumintang MSEA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga Kepada Pemerintah Kota Ternate Yang telah memberikan biaya Pendidikan dan dukungan dan juga kepala BIPP yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data penelitian terlebih terhadap rekan-rekan penyuluh yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis untuk melaksanakan penelitiannya.

Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tersayang ibunda Duma Panjaitan dan ayahanda Dottor Sitorus yang selalu mendoakan keberhasilan ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada suami tersayang Rustam Latif Sip yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Putra putri tersayang Ryan, Widya, Alma, M Sihar dan Kakak dan abangku tersayang Delima Sitorus, Nelson Sitorus, Juner Sitorus, Jainal Sitorus, Pesta Sitorus terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, Gita muliyasari, Amana martaguri, Syafruddin, Kodir, mbak, Desi, serta teman-teman angkatan 2007 Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas kerjasama dan dukungan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yanmg membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Agustus 2009


(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siringi-Ringo pada tanggal 01 November 1974 dari ayah Dottor Sitorus. Penulis merupakan putri keenam dari enam bersaudara.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMU Swasta Handayani Balige Tapanuli Utara Sumatra Utara dan pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan Strata satu di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate. Penulis menyelesaikan strata 1 pada bulan Agustus tahun 1998 dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Pada bulan April tahun 2000, penulis diterima sebagai calon pegawai negeri sipil di Balai Informasi Penyuluhan Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penulis telah menikah dengan Rustam Latif, Sip dan telah dikaruniai empat orang anak dua putra dan dua putri

Penulis melanjutkan strata 2 di Program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

PRAKATA ... iii

PENDAHULUAN ... 1

MASALAH PENELITIAN ... 3

TUJUAN PENELITIAN ... 4

KEGUNAAN PENELITIAN ... 5

DEFINISI ISTILAH ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Karakteristik Penyuluh ... 7

Umur ... 7

Pendidikan Formal ... 8

Pendidikan Nonformal ... 9

Masa Kerja ... 9

Besar Tanggungan Keluarga ... 10

Kekosmopolitan ... 10

Motivasi Kerja ... 11

Pendapatan ... 12

Persepsi Terhadap Pekerjaan ... 12

Konsep Kompetensi ... 14

Kompetensi yang dibutuhkan Penyuluh Pertanian ... 18

Menyusun Programa Penyuluhan ... 19

Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan ... 22

Metode Penyuluhan ... 23

Evaluasi Program Penyuluhan ... 27

Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran ... 29

Kemampuan Komunikasi ... 32

Kemitraan Usaha ... 33

Kepemimpinan... 34

Manajemen Organisasi ... 34

Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa ... 36

Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi ... 40

Hubungan Umur dengan Kompteensi ... 40

Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ... 40

Hubungan Besar Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ... 41


(22)

Hubungan Persepsi terhadap Bidang Keahlian

Dengan Kompetensi ... 43 Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi ... 43 Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ... 43 Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ... 44 Model Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensinya ... 45

METODE PENELITIAN ... 46 Populasi ... 46 Sampel ... 46 Desain Penelitian ... 46 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47 Data dan Instrumen ... 47 Data ... 48 Instrumentasi ... 51 Validitas Instrumen ... 51 Reliabilitas Instrumen ... 51 Analisis Data... 52

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53 Hasil ... 53 Distribusi Penyuluh pada Sejumlah Karakteristik yang diamati ... 53 Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur ... 53 Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja ... 54 Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga ... 55 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal ... 56 Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi

tentang Bidang Keahlian ... 57 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal ... 58 Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan ... 59 Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi ... 60 Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan ... 61 Kompetensi Penyuluh ... 62 Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi ... 63 Hubungan Umur dengan Kompetensi ... 64 Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ... 65 Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ... 67 Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi ... 69 Hubungan Persepsi tentang Bidang Keahlian

dengan Kompetensi ... 71 Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi ... 72 Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi ... 74


(23)

Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ... 76 Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ... 78 Pembahasan ... 80 Karakteristik Penyuluh ... 80 Kompetensi Penyuluh ... 85 Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh ... 86

KESIMPULAN DAN SARAN ... 91 Kesimpulan ... 91 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93


(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Variabel, indikator, dan cara pengukuran data penelitian ... 49 2. Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur ... 54 3. Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja ... 55 4. Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga ... 56 5. Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal ... 56 6. Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi tentang Bidang Keahlian ... 57 7. Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal ... 58 8. Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan ... 59 9. Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi ... 60 10. Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan ... 61 11. Kompetensi Penyuluh ... 62 12. Hubungan Umur dengan Kompetensi ... 64 13. Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ... 66 14. Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ... 67 15. Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi ... 69 16. Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ... 71 17. Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi ... 73 18. Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi ... 75 19. Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ... 76 20. Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ... 78


(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Provinsi Maluku Utara memiliki 243 penyuluh PNS yang tersebar di 6 Kabupaten dan Kota, dengan jumlah penyuluh terbanyak ada di Kota Ternate. Kelembagaan penyuluh di tingkat provinsi berada di Dinas Pertanian, sedangkan di tingkat kabupaten dan kota berada dalam bentuk yang bervariasi seperti BIPP, Dinas Pertanian Kabupaten, dan Sub Dinas atau UPTD.

Penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara harus memiliki sejumlah kompetensi. Dalam hal ini kompetensi atau kemampuan, mutu, kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol (unsur psikomotorik). Pada aspek pengetahuan penyuluh pertanian yang memiliki pengetahuan yang luas dan mengetahui berbagai informasi baru tentang fakta, metode atau teknik dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan intelektual individu yang harus dimiliki penyuluh pertanian.

Selain itu, Penyuluh Pertanian yang kompeten memiliki sikap mental yang penuh tanggungjawab dalam merefleksikan pengetahuan atau kecakapan yang dimilikinya untuk dideseminasi kepada sasaran penyuluhan merasa penuh tanggung jawab dalam melaksanakannya. Pada aspek keterampilan, maka penyuluh pertanian yang kompeten adalah yang memiliki kemampuan atau keahlian psikomotorik untuk menerapkan bidang pengetahuan yang telah dikuasasinya. Kemampuan seperti ini merupakan komponen yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan penyuluhan karena memiliki daya tarik tersendiri, khususnya bagi sasaran penyuluhan


(26)

Dengan menguasai tiga aspek kompetensi tersebut, program-program penyuluhan dapat dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas pelaksanaan kegiatan penyuluhan sebagaimana dimaksudkan di atas sangat bergantung pada karakteristik penyuluh. Karakteristik tersebut antara lain dapat diketahui dari umur penyuluh, pendidikan formal, pendidikan non formal, masa kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, bidang keahlian, kekosmopolitan, motivasi kerja, dan penghasilan yang diperolehnya. Karakteristik ini senantiasa akan berhubungan dengan kompetensi penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian.

Penyuluh Pertanian yang kompoten memiliki karakteristik yang dapat menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Setiap karakteristik yang dimilikinya merupakan bagian yang menentukan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut. Penyuluh Pertanian yang memiliki masa kerja yang cukup lama dengan jenjang pendidikan yang relatif tinggi merupakan bagian karakteristik yang dapat meningkatkan kompetensi penyuluh.

Demikian pula dengan sejumlah pelatihan yang pernah diikuti, penghasilan yang diperolehnya dari kegiatan penyuluhan, serta motivasi kerja penyuluh pertanian yang bersangkutan akan sangat menentukan kompetensinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang kompetensi. Sebagai salah satu daerah otonom yang senantiasa berupaya mengembangkan sektor pertaniannya secara kompetitif, Kota Ternate memiliki sejumlah tenaga penyuluh pertanian. Tenaga-tenaga penyuluh ini selalu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui berbagai kegiatan peningkatan sumberdaya manusia, antara lain seperti pelatihan, magang, dan studi banding.


(27)

Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kompetensi yang mereka miliki dalam merealisasikan pengetahuan dan kemampuan mereka sebagai tenaga penyuluh pertanian. Kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang, yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik.

Secara keseluruhan, tenaga penyuluh di Kota Ternate memiliki beban kerja yang telah ditetapkan dalam Tupoksi penyuluh. Selain itu, prinsip pelaksanaan menganut sistem polyvalen, sehingga dengan demikian, setiap penyuluh dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam segala hal terkait pertanian di Kota Ternate. Sementara itu, rata-rata petugas penyuluhan memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, yang mungkin tidak ada kaitannya dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan kajian mendalam melalui kegiatan penelitian untuk memahami kompetensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab sebagai penyuluh pertanian di kota Ternate Provinsi Maluku Utara.

Masalah Penelitian

Kompetensi seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, kompetensi merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik tersebut merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk penyuluh pertanian, dengan demikian karakter penyuluh dapat juga mempengaruhi motivasi, produktivitas kerja. Kedua bahwa kompetensi merupakan pengaruh- pengaruh dari situsional diantaranya terjadi perbedaan


(28)

pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di setiap kabupaten/kota yang menyangkut beragamnya aspek kelembagaan, ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan.

Berdasarkan uraian di atas, secara khusus dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi penyuluh pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara pada sejumlah karakteristik yang diamati?

2. Kompetensi apa yang harus dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara?

3. Seberapa jauh terdapat hubungan antara karakteristik penyuluh pertanian dengan kompetensi mereka dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang penyuluh?

Tujuan Penelitian

Kompetensi para penyuluh dalam hal ini sangat berbeda- beda dan bersifat dinamis. Kompetensi perlu disesuaikan sejalan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan profil penyuluhan. Di mana penyuluh pertanian yang kompeten memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab. Sehubungan dengan hal ini, penelitian ini bertujuan:

1. Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati.

2. Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate.


(29)

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan, khususnya di Kota Ternate dalam meningkatkan sumberdaya manusia terutama bagi para penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggungjawab sebagai aparatur pemerintah.

Secara khusus rencana penelitian berguna:

1. Sebagai bahan penyempurnaan penentuan kebijakan bagi lembaga penyuluhan dalam membina dan meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

2. Memberikan data tentang kompetensi penyuluh pertanian bagi Pemerintah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan petugas penyuluh pertanian.

3. Memberikan data kepada Badan Sumberdaya manusia Pertanian Departemen Pertanian tentang potret kompetensi penyuluh pertanian Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.

Definisi Istilah

Karakteristik penyuluh adalah karakter yang melekat pada masing-masing individu penyuluh pertanian, masing-masing dapat didefenisikan sebagai berikut: 1. Umur yaitu satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai

penelitian dilakukan.

2. Masa kerja yaitu lama responden mulai bekerja menjadi penyuluh, dihitung dalam satuan tahun.


(30)

3. Besar tanggungan keluarga ialah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh kehidupannya oleh penyuluh.

4. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh penyuluh.

5. Persepsi tentang bidang keahlian adalah pandangan/penilaian penyuluh terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini.

6. Pendidikan nonformal ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti penyuluh oleh penyuluh untuk peningkatan sumberdaya penyuluh.

7. Kekosmopolitan adalah intensitas penyuluh melakukan kontak dengan pihak-pihak luar berkaitan dengan kegiatan penyuluhan.

8. Motivasi adalah hal-hal yang menjadi pendorong untuk meningkatkan kompetensi bagi penyuluh

9. Penghasilan adalah nilai rupiah yang diperoleh penyuluh dalam satu bulan. 10. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang penyuluh agar

dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, kompetensi tersebut adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, (3) Metode penyuluhan, (4) Evaluasi program penyuluhan, (5) Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, (6) Kemampuan komunikasi, (7) Kemitraan Usaha, (8) Kepemimpinan, (9) Manajemen organisasi, dan (10) Kompetensi Teknis Budidaya kelapa


(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Penyuluh

Karakteristik individu penyuluh pertanian adalah identifikasi internal yang melekat pada diri seorang penyuluh pertanian seperti umur penyuluh, masa kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, persepsi tentang bidang keahlian, pelatihan yang pernah diikuti, motivasi kerja, dan penghasilan yang diperolehnya.

1. Umur

Umur adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar dan efesiensi belajar langsung maupun tidak langsung. Umur 25 tahun adalah umur yang optimal untuk belajar. Pada umur 46 tahun, kemampuan belajar mulai menurun dan akan menurun drastis pada umur 60 tahun. Variasi umur yang dimiliki oleh penyuluh pertanian akan juga berpengaruh pada kompetensi dan kinerjanya.

Umur dapat memberikan gambaran pengalaman seseorang. Pengalaman adalah sumber belajar. Orang yang memiliki banyak pengalaman akan lebih mudah mempelajari sesuatu. Rakhmat (2002:21) mengatakan bahwa pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Empirisme, salah satu aliran dalam filsafat mengatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu karena pengalaman masa lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku.


(32)

2. Pendidikan Formal

Soekanto (2002:327-328) menyatakan pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Menurut Vaizey (1978:39) tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan kapasitas untuk dapat menikmati hidup yang biasa. Sejalan dengan hal tersebut, Rusell (1993:39) mengemukakan bahwa pendidikan senantiasa mempunyai dua sasaran, yaitu pengajaran dan pelatihan perillaku yang baik.

Cooms, et. a.l (1973) menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup atau dinyatakan bahwa hidup ini adalah belajar. Mereka membagi pendidikan dengan tiga jalur antara lain, (1) Pendidikan formal (pendidikan melaui bentuk sekolah), (2) Pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah yang masih diorganisasikan, (3) Pendidikan informal (pendidikan dalam masyarakat dan keluarga tanpa pengorganisasian tertentu).

Lebih lanjut para ahli pendidikan itu mengatakan bahwa pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari Sekolah Dasar samapai dengan Perguruan Tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialis dan latihan profesional yang dilaksakan dalam waktu yang terus menerus.


(33)

3. Pendidikan Non Formal

Cooms dengan kawan-kawannya kemudian mendefinisikan pendidikan non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang di organisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang sudah matang, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya (Ruwiyanto, 1994). Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

4. Masa Kerja

Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa yang memiliki masa kerja atau pengalaman kerja adalah yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan promosi, disamping peningkatan kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan karir selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan intelegensi, baik pengalaman yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi.


(34)

Masa kerja sebagai penyuluh pertanian dengan sendirinya ikut membentuk pengetahuan, sikap, watak, karakter dan ketrampilan. Makin lama seseorang menekuni suatu bidang tertentu, pengetahuannya tentang bidang itu pun semakin tinggi. Seorang penyuluh pertanian dengan pengetahuan yang dikembangkan melalui pengalamannya akan mampu membentuk kompetensi pribadinya dan kinerja serta etos kerjanya. Pengalaman yang banyak membentuk kompetensi dan kecerdasan, sikap dan ketrampilan.

5. Besar Tanggungan Keluarga

Besar tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung kehidupannya. Menurut Soekartawi, e.t al., (1986:113-114) banyaknya tanggungan keluarga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan pengahasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Besarnya jumlah anggota keluarga yang akan menggunakan jumlah pendapatan yang sedikit akan berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja, kecerdasan, dan menurunnya kemampuan berinvestasi (Hernanto, 1993 :94).

6. Kosmopolitan

Kosmpolitan adalah sikap keterbukaan terhadap ide, gagasan, pengetahuan, informasi yang datang dari luar suatu sistem sosial. Sifat kosmopolitan ini terbentuk karena adanya akomodasi dan adap tasi terhadap ide, gagasan atau informasi dan berasal dari luar atau tempat lain. Hubungan dan relasi sosial yang luas tanpa dibatasi oleh ruang, waktu, tempat, sekat-sekat


(35)

primordialisme, budaya yang dianut akan membentuk sikap-sikap kosmopolitan. Sikap-sikap kosmopolitan ini adalah sumber belajar yang dapat mempertajam kualitas dan kemampuan nalar, kecerdasan, kompetensi dan kecakapan seseorang yang pada akhirnya akan juga mempengaruhi kinerja seseorang.

7. Motivasi Kerja

Motivasi kerja bagi siapapun, termasuk penyuluh pertanian, suatu kegiatan tertentu dilaksanakan karena didorong oleh keinginan tertentu yang disebut motivasi. Mc. Donald (Djamarah, 2002) mengatakan bahwa motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions (motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mancapai tujuan). Afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu ini menjadi pemicu bagi orang untuk berusaha, berbuat atau melakukan suatu tindakan. Pemicu tindakan ini disebut motivasi seperti yang dikatakan oleh Terry (1997) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang untuk melakukan tindakan.

Motivasi pada manusia baik motivasi intrinsik yakni dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu dan motivasi ekstrinsik yakni dorongan dari luar diri untuk melakukan sesuatu melekat pada setiap orang, termasuk penyuluh pertanian. Keinginan untuk belajar dan meningkatkan kecerdasan, kecakapan, sikap dan ketrampilan didorong oleh motivasi tertentu yang bisa bersifat intrinsik ataupun ekstrinsik. Seorang penyuluh pertanian didorong oleh motivasi intrinsiknya agar memiliki kompetensi yang tinggi dalam penyuluhan selalu mempertajam nalarnya dengan belajar, membaca, mengikuti diklat, seminar,


(36)

diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Dorongan intrinsik ini bisa menjadi lebih kuat jika ada pula dorongan ekstrinsik yang menyertainya.

8. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah pendapatan atau reward yang diperoleh seseorang dari hasil kerjanya. Menurut Penny (1990:56-138) pendapatan seseorang merupakan keseluruhan dari apa yang ia peroleh dari cara pemanfaatan tenaga kerja, tanah dan modal lainnya. Pendapatan di sini bersifat pendapatan tetap setiap bulan ataupun pendapatan tidak tetap. Makin tinggi pendapatan ekonomi, makin tinggi pula kesempatan ia membelanjakan uangnya baik untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan, maupun untuk kebutuhan rekreasi atau aktualisasi diri. Orang yang memiliki pendapatan yang cukup lebih memiliki peluang untuk mengakses berbagai kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengetahuan dan kecakapannya.

9. Persepsi terhadap pekerjaan

Menurut Hackman dan Oldham dalam Armansyah (2002:39) terdapat tiga karaktersitik pekerjaan yang dihipotesiskan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pekerjaannya yaitu (1) variasi keterampilan, (2) Identitas tugas dan (3) signifikansi tugas. Derajat variasi kegiatan dalam suatu pekerjaan menentukan pemaknaan seseorang terhadap pekerjaannya. Bila suatu tugas mempersyaratkan seseorang untuk menggunakan aktivitas-aktivitas yang menantang atau menggunakan seluruh keahlian dan keterampilannya, maka cenderung memiliki persepsi pekerjaan tersebut penuh makna.


(37)

Selanjutnya, Dubin dan Goldman (1972:133-141) menunjukkan bahwa pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak keahlian yang menantang dan lebih beragam menempati kepentingan atau kebutuhan hidup yang lebih sentral bagi individu daripada pekerjaan yang tuntutan keahliannya rendah dan bersifat rutin. Kepentingan atau semangat kerja yang nampak secara psikologis dalam penelitian tersebut menggambarkan bahwa orang tersebut terus bekerja seolah-olah bukan karena pertimbangan ekonomi saja melainkan pertimbangan non-ekonomi juga. Hal ini dibuktikan melalui riset terhadap para calon pensiun yang tidak mau berhenti bekerja karena takut merasa tidak berguna dan kekhawatiran bahwa pengangguran mempercepat kematian. Pandangan ini juga dapat ditemukan dalam tulisan atau buku-buku yang membahas tentang orang-orang yang kehilangan pekerjaan (PHK). Secara keseluruhan, bukti yang ada menunjukkan bahwa kerja memberikan arti psikologis bagi setiap orang.

Identitas tugas dimaknai sebagai derajat kejelasan suatu pekerjaan pada awal hingga akhir, dan dalam tuntutan hasil akhirnya. Seseorang akan lebih memperhatikan pekerjaannya bila melakukan secara utuh keseluruhan suatu pekerjaan, dan juga cenderung melihat suatu tugas lebih bermakna.

Signifikansi tugas atau manfaat tugas menyatakan sejauhmana suatu pekerjaan mempunyai dampak yang penting dan dirasakan terhadap kehidupan orang lain, pekerjaan akan lebih bermakna jika dirasakan bahwa pekerjaan tersebut mempunyai dampak terhadap kehidupan orang lain dan masyarakat (Hackman dan Oldham dalam Armansyah, 2002:39).


(38)

Kompetensi Penyuluh Pertanian

Kata kompetensi adalah terjemahan dari kata Inggris, competency. The American Heritage Dictionary mendefinisikan competency sebagai the state or quality of being properly or wellqualife. Kompetensi dalam defenisi ini berarti mutu yang seharusnya, atau syarat atau standar yang baik dari suatu pekerjaan. Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), defenisi ini masih bersifat umum dan belum menguraikan secara lengkap substansinya. Keduanya kemudian mempertergas defenisi kompetensi menurut Klemp yakni an underlying characteristic of a person which results in effective and/or superior reformance on the job, kompetensi adalah sifat dasar seseorang yang berpengaruh pada kinerja kerjanya yang efektif dan sangat menonjol. Secara lebih lengkap, defenisi kompetensi dikemukakan oleh Parry mengacu kepada para pakar dalam konferensi tentang kompetensi di johannesburg tahun 1995, yakni, a cluster of related knowledge, skill, and attitudes that affects a major part of one’s job (a role or rensposibility), that corelates with performance on the job, that can be measured againts well accepted standars, and that can be improved via training and development (Lucia dan Lepsinger, 1999:5).

Di sini, kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang (peranan atau tanggungjawab), yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik; dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap itu dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan.


(39)

Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), model kompetensi (competency model) sebagai kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap diperlukan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu cara kerja dan pencapaian hasil yang diinginkan. Jika pengetahuan, sikap dan ketrampilan belum dapat dicapai sesuai dengan standar yang diperlukan untuk suatu pekerjaan, maka ketiga unsur kompetensi itu bisa dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan. Ketiga elemen kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), dimensi sikap atau sifat-sifat personal adalah yang paling kompleks dan tidak mudah diukur sebagaimana pengetahuan dan ketrampilan. Hal itu disebabkan luasnya wilayah sifat personal itu. Sifat-sifat individu bisa bakat, talenta bawaan sejak lahir atau kehendak/dorongan nurani; atau juga kepribadian seseorang.

Kepribadian terdapat unsur-unsur individual yang berbeda dengan individu lain seperti rasa percaya diri, stabilitas emosi, kepekaan, keyakinan diri dan sebagainya. Manifestasi dari semua unsur yakni sifat-sifat pribadi (personal characteristic), bakat bawaan (aptitude), pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) akan terwujud dalam rupa pola tingkah laku (behaviour).

Menurut Puspadi (2003:115), kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara efektif. Secara fisik dan mental, kemampuan manusia yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afekti dapat muncul secara bersama pada saat menjalankan suatu tugas (Klausmeier dan Goodwin, 1966:97-98). Klemp (Puspadi, 2003:115) mengatakan, “ a job competency in an underlying characteristic of a person which results in effective and or superior performance in ajob. A job competency is an underlying characteristic of a person in that it


(40)

may be a motive, trait, skill,aspect of one’s self image or social role, or a body of knowledge which he or she uses”. Kompetensi kerja dengan demikian adalah segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima. Pengetahuan-pngetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum dapat dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu pada kepada kumpulan informasi. Kemampuan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang lain.

Mulyasa (2002:40) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Unsur-unsur kompetensi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan perhatian kepada hal-hal yang dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir,


(41)

oleh Brunner disebut sebagai “cognitive strategy”, suatu proses untuk memecahkan masalah baru (Suparno, 2001:6).

Menurut Brunner (Suparno, 2001:84) pengetahuan selalu dapat diperbaharui, dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan kematangan intelektual individu. Pengetahuan produk, melainkan suatu proses. Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek: (1) proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya, (2) proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru, (3) proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai.

Sikap

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999:106) sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam linkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers (Sarwono, 2002) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang.

Sikap didefenisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya (Suparno, 2001:15).


(42)

Keterampilan

Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya (Syah, 2002:119). Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu (Suparno, 2001:11).

Pengetahuan tentang cara-cara menguasai ketrampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Ketrampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part skills)’, memungkinkan dikuasainya ketrampilan tersebut. Jika penguasaan atas ketrampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001:22).

Kompetensi yang dibutuhkan Seorang Penyuluh Pertanian

Penyuluh Pertanian dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi atau kemampuan, mutu kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol (psikomotorik).


(43)

Menyusun Programa Penyuluhan

Seorang penyuluh harus kompeten dalam mengidentifikasi isu-isu penting komunitas, seperti demografi, ekonomi, layanan masyarakat, dan lingkungan. Kompeten dalam menggunakan dan mengaplikasikan isu tersebut dalam prioritas program, perencanaan, dan implementasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dimulai dengan penyusunan program penyuluhan. Program penyuluhan pertanian dikembangkan berdasarkan hasil analisis keadaan dan kebutuhan masyarakat. Analisis keadaan dimulai dengan pengumpulan data yang terdiri dari data primer maupun data sekunder, misalnya :monografi daerah, data penduduk/petani, data tanah, air dan curah hujan, data luas, jenis tanaman dan produksi per Ha serta data mengenai keadaan dan kegiatan usahatani petani. Proses pengumpulan data ini diperlukan instrumen untuk pengumpulan data yang harus disiapkan oleh penyuluh (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:253).

Program adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Pengertian program tersebut, terdapat empat unsur, yakni: Keadaan, Masalah, Tujuan, dan Cara mencapai tujuan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:246).

1. Keadaan

Keadaan adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data yang terdapat pada saat akan disusunnya suatu program. Data tersebut meliputi data tentang keadaan yang nyata ada pada saat itu (data aktual), dan data potensial yaitu data tentang keadaan yang mungkin dicapai. Jadi, dalam program suatu BPP umpamanya akan dijumpai adanya lembaran-lembaran khusus yang menguraikan tentang dua


(44)

macam data keadaan di wilayah kerja BPP tersebut sebelum program dilaksanakan.

2. Masalah

Masalah adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak memuaskan. Suatu wilayah kerja BPP dikatakan mempunyai suatu masalah kalau ada fakta yang belum memuaskan atau fakta tersebut belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Keadaan yang tidak memuaskan itu dengan kata lain terjadi bila terdapat perbedaan antara data aktual dengan data potensial. Untuk mengetahui apa masalahnya, maka perlu analisis lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan keadaan atau fakta tersebut menjadi tidak memuaskan. Faktor penyebab keadaan tidak memuaskan itulah yang dinamakan masalah.

Masalah umum (induk masalah) yaitu masalah besar atau luas yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan program. Masalah khusus (anak masalah) yaitu masalah spesifik yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan kegiatan. Suatu masalah yang telah ditetapkan pada suatu waktu atau masa dapat diubah menjadi keadaan. Atau sebaliknya, suatu keadaan dapat pula berubah menjadi masalah. Hal ini tergantung pada dangkal dalamnya penelaahan yang dilakukan serta kebutuhannya. Dengan demikian, pengertian keadaan dan masalah itu bersifat relatif.

3. Tujuan

Tujuan adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang ingin dicapai. Ada dua macam tujuan, yaitu:

1. Tujuan program yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah umum atau pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai.


(45)

2. Tujuan kegiatan yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah khusus atau pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai.

4. Cara Mencapai Tujuan

Cara mencapai tujuan adalah penyusunan suatu rencana kegiatan yang bentuknya berupa sebuah daftar yang berisi hal-hal mengenai masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, lokasi, unit, frekuensi, volume, dan lain-lain. Yang terpenting dalam penyusunan rencana kegiatan adalah penetapan metode penyuluhan pertanian yang tepat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.

Menurut Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian (2004:14-15), perencanaan dalam program penyuluhan pertanian dirumuskan dengan memperhatikan dinamika dan prinsip yang mengarah pada demokrasi, partisipasi, transparasi, desentralisasi/otonomi daerah dan kepemerintahan yang baik. Untuk itu, penyusunannya mengacu pada sasaran yang jelas, yang meliputi besaran yang terukur, lokasi, waktu, kelompok sasaran dan manfaat kelompok sasaran. Selai itu, kegiatan penyuluhan pertanian disusun dengan meperhatikan kondisi sumber daya alam, manusia, kapital, teknologi, keadaan internal dan eksternal, peraturan perundangan, keterlibatan peran dan kewenangan dengan mekanisme perencanaan yang dilaksanakan dengan prinsip bottom up.

van den Ban dan Hawkins (1999:211-222) mengemukakan bahwa, kegiatan penyuluhan menuntut perencanaan yang sistematis. Dengan demikian, perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka panjang dan jangka pendek. Program jangka pendek misalnya, informasi mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada pertemuan petani,


(46)

dan jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melalui teknologi produksi modern.

Kegiatan perencanaan di desa dimulai dengan identifikasi potensi, aspirasi dan masalah-masalah oleh petani/kontaktani dan masyarakat pelaku agribisnis dengan menggunakan instrumen perencanaan partisipatif (PRA). Selanjutnya berdasarkan PRA ini dikembangkan Rencana Usaha Keluarga ) RUK, Rencana Kegiatan Kelompok (RKK), Rencana Kegiatan Desa (RKD), dan Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian Desa (RKPPD).

Setelah RKPPD tersusun, Kelompok Penyuluh Pertanian di BPP bersama Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Tingkat Desa mengadakan pertemuan/mimbar sarasehan tingkat BPP/Kecamatan untuk menyusun Programa Penyuluhan PertanianBPP/Kecamatan. Programa ini pada dasarnya merupakan rencana penyuluhan pertanian tahunan BPP/Kecamatan yang disusun berdasarkan kebutuhan spesifik lokalita yang isinya menjelaskan tentang kegiatan, volume, tujuan, sasaran, masalah, dan cara mencapai tujuan, termasuk metodologi yang digunakan (Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2004:15).

Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan

Penetapan rencana kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyuluh pertanian. Rencana kegiatan bisa berlaku untuk satu musim atau satu tahun. Rencana kerja tersebut merupakan pedoman kegiatan yang harus diselenggarakan oleh penyuluh pertanian (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:255-257).


(47)

Dalam menetapkan rencana kegiatan, penyuluh pertanian harus menerapkan prinsip-prinsip pendidikan. Di dalamnya harus termuat masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, waktu, tempat, perlengkapan, petugas, lokasi, dan biaya. Waktu, tenaga maupun biaya yang telah dicurahkan untuk menetapkan rencana kegiatan hanya bermanfaat, bila rencana kegiatan itu dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, penyuluh pertanian harus menerapkan pengetahuannya mengenai prinsip pendidikan.

Metode Penyuluhan

Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001:286-289) mengemukakan, terdapat berbagai macam metode penyuluhan pertanian, untuk membandingkan berbagai metode tersebut bisa dilakukan berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima sasaran.

Metode Berdasarkan Teknik Komunikasi

Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang langsung (face to face communication). Metode langsung digunakan pada waktu penyuluh pertanian berhadapan muka langsung dengan sasarannya. Misalnya, pembicaraan di balai desa, di sawah, rumah, kantor, kursus, demonstrasi, dan karyawisata. Metode langsung dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan sasaran. Dalam kondisi terbatasnya personalia, kurangnya transportasi, dan biaya, maka metode ini dianggap mahal.


(48)

Metode tidak langsung digunakan oleh penyuluh pertanian yang tidak langsung berhadapan dengan sasarannya, tetapi menyampaikan pesannya melalui perantara (medium atau media). Misalnya media cetak (brosur, majalah, surat kabar, dll), media elektronik (radio, televisi, dll), media pertunjukan sandiwara, pameran, dll. Metode tidak langsung sangat menolong apabila metode langsung tidak dapat digunakan. Terutama dalam upaya menarik perhatian dan menggugah hati sasaran. Siaran radio dan televisi dapat menarik banyak perhatian, pameran yang diselenggarakan dengan baik akan memberikan kesan yang lama dan meyakinkan.

Metode Berdasarkan Jumlah Sasaran dan Proses Adopsi

Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi, metode penyuluhan dapat dibedakan metode massal, metode kelompok dan individu atau perorangan. Metode massal digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan langsung atau tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir bersamaan. Misalnya, pidato, siaran lewat radio atau televisi, pertunjukan wayang, sandiwara atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, poster, spanduk, dll. Metode ini digunakan untuk menarik minat dan perhatian masyarakat.

Metode kelompok digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Contoh metode ini adalah pertemuan, demonstrasi, karyawisata, pameran, perlombaan, diskusi kelompok, dan kursus. Metode ini dapat meningkatkan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.


(49)

Metode individu atau perorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan individu. Misalnya, kunjungan ke rumah, sawah, kantor, pengiriman surat, dan telepon. Dalam banyak hal, hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.

Pengembangan Metode Penyuluhan Pertanian

Meningkatkan keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian dan keefektifan metode yang digunakan, penyuluh pertanian harus memperhatikan dua upaya pengembangan. Pertama adalah pengembangan kegiatan pembelajaran, kedua adalah pengembangan keefektifan metode.

Implikasi dari pengembangan kegiatan pembelajaran adalah:

- Kegiatan pembelajaran memerlukan perumusan tujuan yang khusus dan jelas - Kegiatan pembelajaran harus mewujudkan perubahan perilaku yang berkaitan

dengan materi yang dipelajari

- Kegiatan pembelajaran memerlukan situasi pembelajaran yang mencakup lima unsur pokok (penyuluh, peserta belajar, materi, keadaan fisik, dan peralatan atau perlengkapan pembelajaran)

- Kegiatan pembelajaran memerlukan pengalaman belajar

- Kegiatan pembelajaran memerlukan kombinasi berbagai metode - Kegiatan pembelajaran memerlukan evaluasi.

Mengembangkan keefektifan metode, pemilihan dan penggunaan berbagai metode harus didasarkan atas kondisi petani. Terdapat enam kondisi yang berkaitan dengan perubahan, yaitu; 1) Perhatian, 2) Minat, 3) Kepercayaan, 4) Hasrat, 5) Tindakan, dan 6) Kepuasan.


(50)

Metode Penyuluhan Pertanian yang Spesifik Lokasi

Beberapa implikasi praktis yang dapat ditarik dari kajian sosiologis yang berkaitan dengan metode penyuluhan yang lokal spesifik adalah:

1. Suatu wilayah atau masyarakat tertentu mempunyai cara-cara tertentu dalam berkomunikasi. Suatu media komunikasi yang berhasil di suatu daerah, belum tentu berhasil di daerah lainnya. Media lokal dalam hal ini dapat dimanfaatkan atau mungkin diperbaiki, sampai media yang lebih maju dapat digunakan. Beberapa contoh dari media lokal di antaranya: (1) Perbincangan kaum wanita di warung, di waktu senggang, atau di sawah/ladang; (2) Perbincangan kaum pria di warung kopi, di tukang cukur, di penggilingan, atau di sawah/ladang; (3) berita atau pandangan yang diperbincangkan pada waktu hari pasar, pemakaman atau upacara-upacara keagamaan lainnya; (4) Para pemimpin dan tokoh pedesaan; (5) Para pemuka keagamaan.

2. Setiap media komunikasi mempunyai aspek fisik yang mudah dilihat dan aspek sosial atau psikologis yang sulit dilihat. Lingkungan kebudayaan ke lingkungan kebudayaan lainnya, aspek fisik relatif tidak banyak berbeda, tetapi aspek sosial dan psikologis banyak berbeda. Hubungan personal adalah ciri khas dari masyarakat yang tingkat penghidupan meterilnya belum tinggi. Ciri ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh penyuluh pertanian sebagai media komunikasi yang efektif.

3. Demonstrasi dalam masyarakat pedesaan adalah media yang sangat penting. Umumnya petani tidak mampu untuk mengambil resiko kegagalan dalam melakukan percobaan dari praktek yang baru. Demonstrasi setempat labih meyakinkan petani akan keabsahan praktek baru yang dianjurkan.


(51)

Evaluasi Program Penyuluhan

Raudaaugh dalam Pengembangan Yayasan Sinar Tani (2001:358) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan, dan menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Intisari dari pengertian evaluasi tersebut adalah nilai atau jumlah keberhasilan dan tujuan yang direncanakan, sedangkan istilah operasional yang penting adalah tujuan, kriteria, dan menentukan/menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai tersebut.

Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan programa dan pengambilan keputusan di masa depan. Monitoring dilaksanakan dengan tujuan agar program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek di setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan penyempurnaan rencana operasional program dan mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan.


(52)

Tahapan Evaluasi

Terdapat tiga tahapan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu, tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap pencapaian tujuan. Evaluasi tahap pendahuluan dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan pertanian. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui urgensi perubahan yang akan dilakukan.

Evaluasi tahap kedua dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Misalnya metode mana yang efektif, mana yang perlu diperbaiki agar tujuan bisa tercapai atau langkah apa yang harus diambil bila terjadi hal yang tidak terduga.

Evaluasi tahap ketiga dilakukan pada akhir kegiatan untuk menentukan apakah tujuan akhir kegiatan dapat diraih. Apabila tujuan akhir tidak semuanya diraih, apakah perlu mencoba kembali dalam rencana yang akan datang atau menggantinya. Dapat pula diketahui efektivitas metode yang digunakan dalam keadaan tertentu.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam evaluasi adalah: 1. Memahami arti dan prosesdur ilmiah

Prosedur ilmiah pada prinsipnya mencerminkan cara berpikir yang obyektif, tujuannya adalah mencapai kebenaran.

2. Meneliti tujuan program penyuluhan pertanian

Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur perubahan spesifik yang terjadi, seperti yang diharapkan serta dinyatakan dalam tujuan program penyuluhan pertanian. Pernyataan tujuan program penyuluhan pertanian meliputi empat unsur, yaitu; 1)


(53)

Sasaran (apa yang akan dicapai); 2) Perubahan perilaku yang diinginkan; 3) Isi atau materi penyuluhan; 4) Lingkungan atau situasi perilaku baru yang diharapkan terjadi.

3. Menentukan bukti yang harus dikumpulkan

Langkah ini adalah kelanjutan dari langkah kedua dan merupakan prasarat bagi langkah keempat. Tujuan yang telah ditetapkan dapat dijadikan pedoman berpikir ke arah bukti-bukti apa yang kita kumpulkan dan dapat mengatakan apakah tujuan sudah dicapai atau belum. Penyusunan program penyuluhan yang menitikberatkan pada perubahan perilaku, maka bukti-bukti itu juga harus menyangkut perubahan perilaku. Misalnya berubahnya tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan bukti-bukti yang harus dikumpulkan.

4. Mengembangkan alat untuk mengukur bukti

Untuk setiap program yang mempunyai tujuan berbeda perlu dikembangkan alat pengukur data yang berbeda, karena fakta-fakta yang ingin didapat juga berbeda. Di antara berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data antara lain adalah test pengetahuan, test pengertian, test keterampilan, pengukuran sikap, wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan, pengamatan, studi kasus, analisis laporan, ataupun kombinasi dari cara-cara tersebut.

5. Mengambil sampel dan mengumpulkan data

Mengambil sampel merupakan kegiatan penting sebab kegiatan penyuluhan pertanian pada umumnya mencakup orang banyak, sehingga tidak cukup waktu atau tidak efisien jika mengukur semua orang yang terlibat. Dengan


(54)

demikian evaluasi dilakukan dengan mengukur sejumlah sampel terbatas tetapi representatif dan memenuhi syarat statistik.

6. Analisis dan Interpretasi Data

Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data atau bukti-bukti yang ada. Tentunya kesimpulan yang tidak didukung oleh data dan bukti adalah tidak sah.

Dalam mencari bukti-bukti, selain berpikir pada adanya perubahan perilaku harus diingat pula kejadian sebelum terjadi perubahan perilaku. Misalnya, di samping menilai keberhasilan demplot perlu juga dinilai. Begitu juga pelaksanaan petak demonstrasinya perlu dinilai, misalnya apakah lokasinya mudah dilihat oleh para petani lainnya.

Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran

Menurut van den Ban dan Hawkins (199:278), banyak di antara informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah petani seperti informasi mengenai subsidi, ramalan harga, dan lain-lain harus mencapai agen penyuluhan dengan cepat, tepat dan dalam cara yang bisa digunakan untuk melakukan kontak dengan petani. Penyuluh menjadi sangat penting dalam peranannya sebagai jembatan bagi golongan ekonomi lemah. Penyuluhan diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok di samping layanan umum lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

Dengan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan usahataninya, para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih menguntungkan bagi dirinya sendiri, tidak tergantung pada keputusan orang atau


(55)

pihak lain. Penyuluh harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasaran perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh para petani (Margono Slamet, 2003:61).

Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik, pembicara, seorang guru yang baik dan berkemampuan mendorong pimpinan lokal untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan. Dalam kaitan dengan itu, penyuluh sering dihadapkan pada persoalan kemasyarakatan yang sangat sulit dipecahkan, apalagi persoalan tersebut menyangkut hal-hal di luar materi penyuluhan.

Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:179-180) penyuluhan menghendaki kemampuan yang tinggi dari agen penyuluhan dengan sikap positif terhadap petani, terutama hubungan pribadi dalam diskusi bersama. Karenanya terdapat empat persyaratan bagi agen penyuluhan yang ingin membantu petani dengan efektif: (1) Petani seharusnya menyadari nilai-nilainya dan bertanya pada diri sendiri, siapa saya? Dan apa yang penting bagi saya? Dengan demikian dapat dikembangkan suatu gambaran yang jelas tentang diri dan tujuannya. Hal ini juga mencegah untuk memaksakan nilainya sendiri terhadap petani. (2) Petani seharusnya menyadari akan perasaannya sendiri, terutama hubungannya dengan petani. Rasa hormat pada diri sendiri dapat membantunya mengatasi kekecewaan yang tak dapat dihindari dalam hubungan demikian. Kekecewaan biasanya berakar dari kenyataan bahwa sering tidak ada pemecahan yang memuaskan terhadap masalah yang menyangkut emosi petani. (3) Agen penyuluhan merupakan sokoguru bagi petani dalam hal kemampuan memecahkan masalah


(56)

dan perilaku emosionalnya. (4) Agen penyuluhan yang efektif mempunyai minat yang kuat terhadap sesamanya dalam perubahan sosial. Agen penyuluhan seharusnya memenuhi semua persyaratan tersebut di atas untuk mencapai diskusi bersama yang produktif. Petani juga harus dipersiapkan untuk menyediakan waktunya melakukan diskusi bersama.

Kemampuan Komunikasi

Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:96), komunikasi dengan seseorang selalu diungkapkan dengan cara melihat diri sendiri, pihak lain, dan hubungan pembicara dengan orang lain tersebut, walaupun tanpa disadari. Komunikasi, bukan saja dari kata-kata yang digunakan, tetapi juga dari komunikasi lisan (nonverbal) seperti isyarat, sikap, nada suara, dan sebagainya. komunikasi sering menimbulkan efek yang berbeda-beda. Kesenjangan efek komunikasi terjadi karena: 1. Perbedaan tingkat keterampilan berkomunikasi di antara segmen-segmen suatu khalayak secara keseluruhan, 2. Tingkat pengetahuan tentang suatu isu yang dikuasai sebelumnya, 3. Kontak sosial yang relevan dengan orang-orang yang memiliki lebih banyak informasi, 4. Persepsi selektif, 5. Kerelevanan fungsional atau utilitas, 6. Akses yang berbeda pada sumber daya yang terbatas, 7. Bias urban pada media massa, 8. Bantuan yang tidak memadai dari badan yang melakukan intervensi sosial, 9. Kurangnya partisipasi dari khalayak sasaran dalam pembuatan keputusan dan implementasi keputusan tersebut, 10. Perbedaan pendidikan, minat, dan motivasi (Jahi, 1988:32-33).


(57)

Menurut Margono Slamet (2003:64), para penyuluh pertanian perlu dibekali dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan komunikasi sosial, psikologi sosial, stratifikasi sosial, dan lain-lain agar mereka mampu memerankan penyuluhan yang humanistik-egaliter. Pendekatan ini menempatkan petani dalam kedudukan yang sejajar dengan penyuluhnya, dan diberlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia yang memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat. Mereka harus dihargai sebagaimana layaknya orang lain yang sejajar dengan diri penyuluh, atau bahkan yang berkedudukan lebih tinggi dari penyuluh yang bersangkutan. Kalau para petani tidak diberlakukan semacam itu, kecenderungan mereka tidak akan memberi respon yang positif terhadap materi penyuluhan yang dibawakan oleh para penyuluh. Pendekatan humanistik-egaliter akan menumbuhkan sikap saling menghargai antara penyuluh dan petani; kepentingan petani akan mendapatkan perhatian utama dari para penyuluh, sebaliknya petani akan menghargai usaha-usaha penyuluh.

Kemitraan Usaha

Era industrialisasi dan globalisasi, pembangunan pertanian dilihat dari dua sudut pandang, (1) keutuhan mata rantai sub-sub sistem agribisnis, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, sub-sistem pengolahan dan subsistem pemasaran dan (2) orientasi pengembangan masing-masing sub-sistem yaitu rasional ekonomis atau sebagai usaha yang saling menguntungkan semua pihak.


(58)

Era seperti ini, diperlukan jaringan kerjasama antara lembaga penyuluhan pertanian dengan berbagai pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), koperasi, Asosiasi petani maupun lembaga penelitian dan pengembangan serta perguruan tinggi (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:199).

Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi tersebut mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yakni mempengaruhi perilaku orang lain dan kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Pimpinan membimbing dalam proses tersebut, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, menfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Dalam hal ini, usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai yang baru (Margono Slamet, 2003:68-69).

van den Ban dan Hawkins (1999:284) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif membutuhkan waktu lebih lama untuk pengambilan keputusan dari pada gaya otoriter. Oleh karena itu, tidak tepat untuk gaya kepemimpinan partisipatif tidak tepat untuk keputusan yang harus diambil dengan cepat, misalnya jika terjadi serangan hama belalang. Di sisi lain, pelaksanaan keputusan dengan gaya partisipatif jauh lebih cepat karena ketika proses pengambilan keputusan dilakukan sebagian besar sudah memahami apa yang diharapkan dilakukan dan dengan sukarela akan melakukannya.


(59)

Manajemen Organisasi

Menurut Winardi (2003:15) sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan.

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins, 1994:4).

Menurut Winardi (2003:21) manajemen organisasi secara efektif dapat menghasilkan manfaat/keuntungan: (1) Kejelasan tentang ekspektasi-ekspektasi kinerja individual dan tugas-tugas yang terspesialisasi. (2) Pembagian kerja, yang menghindari timbulnya duplikasi, konflik, dan penyalahgunaan sumber-sumber daya, baik sumber daya material maupun sumber daya manusia. (3) Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logikal, yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh individu-individu atau sebagian kelompok-kelompok. (4) Saluran-saluran komunikasi yang mapan, yang membantu pengambilan keputusan dan pengawasan. (5) Mekanisme-mekanisme yang mengkoordinasi, yang memungkinkan tercapainya harmoni antara para anggota organisasi, yang terlibat dalam aneka macam kegiatan. (6) Upaya-upaya yang difokuskan yang berkaitan dengan sasaran-sasaran logikal dan efisien. (7) Struktur-struktur otoriter tepat, yang memungkinkan kelancaran perencanaan dan pengawasan pada seluruh organisasi yang bersangkutan.


(60)

Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa Syarat Tumbuh

– Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.

– Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah.

– Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif.

– Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan penyakit jamur.

– Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.

Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m.

Pembibitan

– Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5


(61)

bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air.

– Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.

Penanaman

Pemberian pupuk setelah tanaman kelapa ditanam sebaiknya mengikuti petunjuk sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Dosis Pupuk Tanaman Kelapa

Umur Tanaman Dosis Pupuk (gr/pokok)

Urea (TSP) RP KCl Kies Borak

Saat tanam - - - -

1 bln setelah tanam 100 100 100 100 100 100

2 tahun

- apl I 200 200 200 200 200 200 - apl II 200 200 200 200 200 200

3 tahun

- apl I 350 350 350 350 350 350 - apl II 350 350 350 350 350 350

4 tahun

- apl I 500 500 500 500 500 500 - apl II 500 500 500 500 500 500

5 tahun

- apl I 500 500 500 500 500 500 - apl II 500 500 500 500 500 500 Sumber: http://indonesia-agriculture.blogspot.com/, 2009


(1)

Jenis Situs yang dikunjungi Lama menggunakan (Jam)

Dalam Negeri Luar Negeri Berita

Pertanian Hiburan Lainnya,

sebutkan ………..

VIII. Motivasi Kerja

Pernyataan berikut adalah tentang berbagai hal yang berhubungan dengan motivasi Bapak/Ibu dalam bekerja sebagai Penyuluh. Mohon diisi sesuai dengan kondisi yang Bapak/Ibu rasakan, pada kolom tanggapan yang disediakan, dengan kategori sebagai berikut:

1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Setuju

4 = Sangat Setuju

No Pernyataan Tanggapan

1 2 3 4

1 Bekerja sebagai penyuluh dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari

2 Sebagai penyuluh pertanian, saya merasa dihargai di masyarakat

3 Sebagai penyuluh, saya mendapatkan pengakuan yang baik dari masyarakat

4 Pekerjaan sebagai penyuluh dapat menjamin masa depan keluarga

5 Dibandingkan dengan mereka yang non

Penyuluh Saya mendapatkan promosi kenaikan Pangka dan jabatan lebih cepat

6 Saya memiliki keleluasaan dan kebebasan dalam menggunakanin inisiatif dalam melaksanakan pekerjaan

7 Secara umum saya merasa pekerjaan saya sangat Besar pengaruhnya terhadap kehidupan atau Kesejahteraan masyarakat


(2)

No Pernyataan Tanggapan

1 2 3 4

Penghasilan saya akan meningkat

9 Jika saya bekerja keras, karis saya akan cepat berkembang

10 Saya memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan dan menentukan cara saya melakukan pekerjaan

11 Walapun gaji sebagai penyuluh tidak besar, tapi saya mencintai pekerjaan saya sebagai penyuluh

12 Menjadi seorang penyuluh dibutuhkan keahlian tingkat tinggi

13 Sistem administrasi di kantor memungkinkan saya untuk mengembangan karir lebih tinggi

14 Uraian tugas memudahkan saya untuk bekerja sebagai penyuluh

15 Kegagalan dalam melaksanakan tugas adalah tanggung jawab saya

IX. Penghasilan

1. Berapa penghasilan Bapak/ Ibu dalam sebulan?

No Sumber penghasilan Jumlah (Rp)

1 Suami 2 Istri 3 Usaha lain

2. Kebutuhan Rutin Keluarga dalam 1 Bulan

No. Jenis Pengeluaran Jumlah

satuan

Harga satuan (Rp)

Jumlah harga 1. Kebutuhan pokok pangan

1. Beras

2. Daging 3. Ayam/ikan 4. Sayuran 5. Minyak goreng 6. Bumbu masak 7. Terigu

8. Mie 9. Telur 10.Gula


(3)

No. Jenis Pengeluaran Jumlah satuan

Harga satuan (Rp)

Jumlah harga 11.Kopi

12.Teh

13.Lain-lain …….. 2. Kebutuhan pokok non

pangan

1. Rokok (bungkus) 2. Pasta gigi

3. Sabun cuci 4. Sabun mandi 5. Minyak tanah 6. Listrik 7. Air 8. Telepon 9. Gas elpiji 10.Lain-lain …… Total

3. Pengeluaran Lain dalam satu tahun

No. Jenis Pengeluaran Jumlah satuan

Harga satuan

Jumlah harga 1. Pakaian*

1. Responden

2. Tanggungan 2. Kesehatan

1. Berobat ke dokter 2. Beli obat

3. Biaya pendidikan tanggungan

1. Biaya SPP

2. Ongkos dan jajan 4. Kegiatan sosial

1. Upacara keagamaan 2. Upacara adat

3. Sumbangan temporer 5. Perbaikan dan perawatan

rumah


(4)

KOMPETENSI PENYULUH Petunjuk Pengisian Kuesioner.

Berilah tanda ( √ ) pada kolom tanggapan (bagian kanan) atas pernyataan yang ada pada kolom bagian kiri sesuai dengan kondisi Anda yang sesungguhnya. 1 = Sangat Tidak Kompeten

2 = Tidak Kompeten 3 = Kompeten

4 = Sangat Kompeten  

No Pernyataan Tanggapan

1 2 3 4 1 Memberikan informasi tentang ketersediaan peralatan

pertanian yang dibutuhkan petani

2 Menyediakan informasi tentang benih maupun bibit yang dibutuhkan oleh petani

3 Menentukan masalah khusus kegiatan penyuluhan 4 Menentukan perlengkapan yang dibutuhkan untuk

menunjang kegiatan penyuluhan

5 Memberi dorongan kepada petani untuk terus meningkatkan usahataninya

6 Mampu mengarahkan petani untuk mengikuti anjuran penyuluh

7 Mampu menentukan tanah yang ideal untuk penanaman kelapa

8 Menentukan jarak tanam yang sesuai untuk menanan kelapa

9 Menfasilitasi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian

10 Membentuk jaringan kerjasama dengan pihak pengusaha untuk membentuk pola kemitraan usaha 11 Mampu berkomunikasi secara efektif dengan

masyarakat binaan

12 Menentukan tipe teknologi yang tepat bagi pengembangan usahatani masyarakat binaan 13 Menguraikan data aktual dalam lembaran program

penyuluhan

14 Menguraikan data potensial dalam lembaran program penyuluhan

15 Menentukan metode yang tepat untuk melakukan evaluasi

16 Menentukan tujuan dilakukannya evaluasi program penyuluhan


(5)

No Pernyataan Tanggapan 1 2 3 4 18 Melakukan demonstrasi cara menanam kelapa

19 Mengidentifikasi masalah umum dalam perencanaan program penyuluhan

20 Menentukan metode yang tepat untuk memecahkan masalah dalam perencanaan programa penyuluhan 21 Bekerjasama dengan koperasi untuk pengembangan

usahatani

22 Membentuk jaringan kerjasama dalam pemasaran hasil pertanian

23 Menyediakan informasi mengenai subsidi pupuk maupun pestisida dari pemerintah bagi petani binaan 24 Menetapkan struktur organisasi petani yang efektif 25 Mengatur proses-proses organisasi petani maupun

masyarakat wilayah binaan 26 Memberikan pupuk sesuai anjuran 27 Mengendalikan hama tanaman kelapa 28 Membuat brosur bahan penyuluhan

29 Membuat naskah siaran radio untuk penyuluhan 30 Menentukan indikator keberhasilan kegiatan

penyuluhan

31 Menyusun instrumen yang tepat untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan

32 Membuat percontohan penggunaan teknologi baru di wilayah binaan

33 Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk memperoleh teknologi pengembangan usahatani 34 Menyediakan informasi tentang harga produksi

pertanian di pasaran

35 Menghitung biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan penyuluhan

36 Membuat skedul kegiatan

37 Mampu membimbing petani untuk meningkatkan pendapatan usahataninya

38 Menfasilitasi petani untuk membentuk kelompok tani 39 Mampu memonitor sumberdaya yang ada dalam

organisasi/kelompok tani

40 Mampu mengarahkan penggunaan sumber daya yang ada dalam organisasi/kelompok tani

41 Menyelenggarakan pertemuan dengan petani 42 Membuat kebun percontohan


(6)

No Pernyataan Tanggapan 1 2 3 4 43 Mengendalikan penyakit tanaman kelapa

44 Mempersiapkan lahan untuk tanaman kelapa 45 Memilih bibit yang baik untuk tanaman kelapa 46 Membuat olahan kelapa seperti nata de coco 47 Menentukan waktu yang tepat untuk memupuk

tanaman kelapa

48 Membuat olahan kelapa seperti kopra

49 Menentukan buah kelapa yang baik untuk dijadikan bibit

50 Menentukan saat yang tepat untuk panen