diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Dorongan intrinsik ini bisa menjadi lebih kuat jika ada pula dorongan ekstrinsik yang menyertainya.
8.
Pendapatan Pendapatan adalah jumlah pendapatan atau reward yang diperoleh
seseorang dari hasil kerjanya. Menurut Penny 1990:56-138 pendapatan seseorang merupakan keseluruhan dari apa yang ia peroleh dari cara pemanfaatan
tenaga kerja, tanah dan modal lainnya. Pendapatan di sini bersifat pendapatan tetap setiap bulan ataupun pendapatan tidak tetap. Makin tinggi pendapatan
ekonomi, makin tinggi pula kesempatan ia membelanjakan uangnya baik untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan, maupun untuk kebutuhan rekreasi atau
aktualisasi diri. Orang yang memiliki pendapatan yang cukup lebih memiliki peluang untuk mengakses berbagai kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengetahuan dan kecakapannya.
9. Persepsi terhadap pekerjaan
Menurut Hackman dan Oldham dalam Armansyah 2002:39 terdapat tiga karaktersitik pekerjaan yang dihipotesiskan mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap pekerjaannya yaitu 1 variasi keterampilan, 2 Identitas tugas dan 3 signifikansi tugas. Derajat variasi kegiatan dalam suatu pekerjaan menentukan
pemaknaan seseorang terhadap pekerjaannya. Bila suatu tugas mempersyaratkan seseorang untuk menggunakan aktivitas-aktivitas yang menantang atau
menggunakan seluruh keahlian dan keterampilannya, maka cenderung memiliki persepsi pekerjaan tersebut penuh makna.
Selanjutnya, Dubin dan Goldman 1972:133-141 menunjukkan bahwa pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak keahlian yang menantang dan lebih
beragam menempati kepentingan atau kebutuhan hidup yang lebih sentral bagi individu daripada pekerjaan yang tuntutan keahliannya rendah dan bersifat rutin.
Kepentingan atau semangat kerja yang nampak secara psikologis dalam penelitian tersebut menggambarkan bahwa orang tersebut terus bekerja seolah-olah bukan
karena pertimbangan ekonomi saja melainkan pertimbangan non-ekonomi juga. Hal ini dibuktikan melalui riset terhadap para calon pensiun yang tidak mau
berhenti bekerja karena takut merasa tidak berguna dan kekhawatiran bahwa pengangguran mempercepat kematian. Pandangan ini juga dapat ditemukan dalam
tulisan atau buku-buku yang membahas tentang orang-orang yang kehilangan pekerjaan PHK. Secara keseluruhan, bukti yang ada menunjukkan bahwa kerja
memberikan arti psikologis bagi setiap orang. Identitas tugas dimaknai sebagai derajat kejelasan suatu pekerjaan pada
awal hingga akhir, dan dalam tuntutan hasil akhirnya. Seseorang akan lebih memperhatikan pekerjaannya bila melakukan secara utuh keseluruhan suatu
pekerjaan, dan juga cenderung melihat suatu tugas lebih bermakna. Signifikansi tugas atau manfaat tugas menyatakan sejauhmana suatu
pekerjaan mempunyai dampak yang penting dan dirasakan terhadap kehidupan orang lain, pekerjaan akan lebih bermakna jika dirasakan bahwa pekerjaan
tersebut mempunyai dampak terhadap kehidupan orang lain dan masyarakat Hackman dan Oldham dalam Armansyah, 2002:39.
Kompetensi Penyuluh Pertanian
Kata kompetensi adalah terjemahan dari kata Inggris, competency. The American Heritage Dictionary
mendefinisikan competency sebagai the state or quality of being properly or wellqualife
. Kompetensi dalam defenisi ini berarti mutu yang seharusnya, atau syarat atau standar yang baik dari suatu pekerjaan.
Menurut Lucia dan Lepsinger 1999:2-3, defenisi ini masih bersifat umum dan belum menguraikan secara lengkap substansinya. Keduanya kemudian
mempertergas defenisi kompetensi menurut Klemp yakni an underlying characteristic of a person which results in effective andor superior reformance
on the job , kompetensi adalah sifat dasar seseorang yang berpengaruh pada
kinerja kerjanya yang efektif dan sangat menonjol. Secara lebih lengkap, defenisi kompetensi dikemukakan oleh Parry mengacu kepada para pakar dalam
konferensi tentang kompetensi di johannesburg tahun 1995, yakni, a cluster of related knowledge, skill, and attitudes that affects a major part of one’s job a
role or rensposibility, that corelates with performance on the job, that can be measured againts well accepted standars, and that can be improved via training
and development Lucia dan Lepsinger, 1999:5.
Di sini, kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada
sebagian besar pekerjaan seseorang peranan atau tanggungjawab, yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar
kinerja yang baik; dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap itu dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan.
Menurut Lucia dan Lepsinger 1999:2-3, model kompetensi competency model
sebagai kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap diperlukan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu
cara kerja dan pencapaian hasil yang diinginkan. Jika pengetahuan, sikap dan ketrampilan belum dapat dicapai sesuai dengan standar yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan, maka ketiga unsur kompetensi itu bisa dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan. Ketiga elemen kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap, dimensi sikap atau sifat-sifat personal adalah yang paling kompleks dan tidak mudah diukur sebagaimana pengetahuan dan ketrampilan. Hal itu
disebabkan luasnya wilayah sifat personal itu. Sifat-sifat individu bisa bakat, talenta bawaan sejak lahir atau kehendakdorongan nurani; atau juga kepribadian
seseorang. Kepribadian terdapat unsur-unsur individual yang berbeda dengan individu
lain seperti rasa percaya diri, stabilitas emosi, kepekaan, keyakinan diri dan sebagainya. Manifestasi dari semua unsur yakni sifat-sifat pribadi personal
characteristic , bakat bawaan aptitude, pengetahuan knowledge dan
ketrampilan skill akan terwujud dalam rupa pola tingkah laku behaviour. Menurut Puspadi 2003:115, kompetensi merupakan kemampuan untuk
melaksanakan tugas secara efektif. Secara fisik dan mental, kemampuan manusia yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afekti dapat muncul secara bersama
pada saat menjalankan suatu tugas Klausmeier dan Goodwin, 1966:97-98. Klemp Puspadi, 2003:115 mengatakan, “ a job competency in an underlying
characteristic of a person which results in effective and or superior performance in ajob. A job competency is an underlying characteristic of a person in that it
may be a motive, trait, skill,aspect of one’s self image or social role, or a body of knowledge which he or she uses”
. Kompetensi kerja dengan demikian adalah segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima.
Pengetahuan-pngetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum dapat dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu
pada kepada kumpulan informasi. Kemampuan menggunakan pengetahuan- pengetahuan yang lain.
Mulyasa 2002:40 mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan
memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat
proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh
kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Unsur-unsur kompetensi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi
yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan
perhatian kepada hal-hal yang dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir,
oleh Brunner disebut sebagai “cognitive strategy”, suatu proses untuk memecahkan masalah baru Suparno, 2001:6.
Menurut Brunner Suparno, 2001:84 pengetahuan selalu dapat diperbaharui, dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan
kematangan intelektual individu. Pengetahuan produk, melainkan suatu proses. Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek: 1 proses mendapatkan
informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan
informasi sebelumnya, 2 proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru, 3 proses mengevaluasi, yaitu
mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai.
Sikap Menurut Van den Ban dan Hawkins 1999:106 sikap adalah perasaan,
pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam linkungannya. Sikap merupakan
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers
Sarwono, 2002 menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang
ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Sikap didefenisikan sebagai keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya Suparno, 2001:15.
Keterampilan
Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah
seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya Syah, 2002:119. Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu
bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia
dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu
Suparno, 2001:11. Pengetahuan tentang cara-cara menguasai ketrampilan tertentu akan
mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Ketrampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi
keterampilan-keterampilan bagian part skills’, memungkinkan dikuasainya ketrampilan tersebut. Jika penguasaan atas ketrampilan sudah tercapai, maka akan
timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks Suparno,
2001:22.
Kompetensi yang dibutuhkan Seorang Penyuluh Pertanian
Penyuluh Pertanian dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi atau kemampuan, mutu kecerdasan intelektual unsur kognitif,
kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian unsur afektif dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol psikomotorik.
Menyusun Programa Penyuluhan
Seorang penyuluh harus kompeten dalam mengidentifikasi isu-isu penting komunitas, seperti demografi, ekonomi, layanan masyarakat, dan lingkungan.
Kompeten dalam menggunakan dan mengaplikasikan isu tersebut dalam prioritas program, perencanaan, dan implementasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dimulai dengan penyusunan program penyuluhan. Program penyuluhan pertanian dikembangkan berdasarkan hasil analisis keadaan dan kebutuhan masyarakat.
Analisis keadaan dimulai dengan pengumpulan data yang terdiri dari data primer maupun data sekunder, misalnya :monografi daerah, data pendudukpetani, data
tanah, air dan curah hujan, data luas, jenis tanaman dan produksi per Ha serta data mengenai keadaan dan kegiatan usahatani petani. Proses pengumpulan data ini
diperlukan instrumen untuk pengumpulan data yang harus disiapkan oleh penyuluh Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:253.
Program adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang
teratur. Pengertian program tersebut, terdapat empat unsur, yakni: Keadaan, Masalah, Tujuan, dan Cara mencapai tujuan Yayasan Pengembangan Sinar Tani,
2001:246. 1.
Keadaan Keadaan adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data yang terdapat pada
saat akan disusunnya suatu program. Data tersebut meliputi data tentang keadaan yang nyata ada pada saat itu data aktual, dan data potensial yaitu data tentang
keadaan yang mungkin dicapai. Jadi, dalam program suatu BPP umpamanya akan dijumpai adanya lembaran-lembaran khusus yang menguraikan tentang dua
macam data keadaan di wilayah kerja BPP tersebut sebelum program dilaksanakan.
2. Masalah
Masalah adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak memuaskan. Suatu wilayah kerja BPP dikatakan mempunyai suatu masalah kalau ada fakta yang
belum memuaskan atau fakta tersebut belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Keadaan yang tidak memuaskan itu dengan kata lain terjadi bila terdapat
perbedaan antara data aktual dengan data potensial. Untuk mengetahui apa masalahnya, maka perlu analisis lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan
keadaan atau fakta tersebut menjadi tidak memuaskan. Faktor penyebab keadaan tidak memuaskan itulah yang dinamakan masalah.
Masalah umum induk masalah yaitu masalah besar atau luas yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan program. Masalah khusus anak
masalah yaitu masalah spesifik yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan kegiatan. Suatu masalah yang telah ditetapkan pada suatu waktu atau masa
dapat diubah menjadi keadaan. Atau sebaliknya, suatu keadaan dapat pula berubah menjadi masalah. Hal ini tergantung pada dangkal dalamnya penelaahan
yang dilakukan serta kebutuhannya. Dengan demikian, pengertian keadaan dan masalah itu bersifat relatif.
3. Tujuan
Tujuan adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang ingin dicapai. Ada dua macam tujuan, yaitu:
1. Tujuan program yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah umum atau
pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai.
2. Tujuan kegiatan yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah khusus atau
pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai. 4.
Cara Mencapai Tujuan Cara mencapai tujuan adalah penyusunan suatu rencana kegiatan yang
bentuknya berupa sebuah daftar yang berisi hal-hal mengenai masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, lokasi, unit, frekuensi, volume, dan lain-lain. Yang
terpenting dalam penyusunan rencana kegiatan adalah penetapan metode penyuluhan pertanian yang tepat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
Menurut Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian 2004:14-15, perencanaan dalam program penyuluhan pertanian dirumuskan
dengan memperhatikan dinamika dan prinsip yang mengarah pada demokrasi, partisipasi, transparasi, desentralisasiotonomi daerah dan kepemerintahan yang
baik. Untuk itu, penyusunannya mengacu pada sasaran yang jelas, yang meliputi besaran yang terukur, lokasi, waktu, kelompok sasaran dan manfaat kelompok
sasaran. Selai itu, kegiatan penyuluhan pertanian disusun dengan meperhatikan kondisi sumber daya alam, manusia, kapital, teknologi, keadaan internal dan
eksternal, peraturan perundangan, keterlibatan peran dan kewenangan dengan mekanisme perencanaan yang dilaksanakan dengan prinsip bottom up.
van den Ban dan Hawkins 1999:211-222 mengemukakan bahwa, kegiatan penyuluhan menuntut perencanaan yang sistematis. Dengan demikian,
perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka
panjang dan jangka pendek. Program jangka pendek misalnya, informasi mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada pertemuan petani,
dan jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melalui teknologi produksi modern.
Kegiatan perencanaan di desa dimulai dengan identifikasi potensi, aspirasi dan masalah-masalah oleh petanikontaktani dan masyarakat pelaku agribisnis
dengan menggunakan instrumen perencanaan partisipatif PRA. Selanjutnya berdasarkan PRA ini dikembangkan Rencana Usaha Keluarga RUK, Rencana
Kegiatan Kelompok RKK, Rencana Kegiatan Desa RKD, dan Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian Desa RKPPD.
Setelah RKPPD tersusun, Kelompok Penyuluh Pertanian di BPP bersama Kontak Tani Nelayan Andalan KTNA Tingkat Desa mengadakan
pertemuanmimbar sarasehan tingkat BPPKecamatan untuk menyusun Programa Penyuluhan PertanianBPPKecamatan. Programa ini pada dasarnya merupakan
rencana penyuluhan pertanian tahunan BPPKecamatan yang disusun berdasarkan kebutuhan spesifik lokalita yang isinya menjelaskan tentang kegiatan, volume,
tujuan, sasaran, masalah, dan cara mencapai tujuan, termasuk metodologi yang digunakan Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2004:15.
Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan
Penetapan rencana kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyuluh pertanian. Rencana kegiatan bisa berlaku untuk satu musim atau satu
tahun. Rencana kerja tersebut merupakan pedoman kegiatan yang harus diselenggarakan oleh penyuluh pertanian Yayasan Pengembangan Sinar Tani,
2001:255-257.
Dalam menetapkan rencana kegiatan, penyuluh pertanian harus menerapkan prinsip-prinsip pendidikan. Di dalamnya harus termuat masalah
khusus, tujuan kegiatan, metode, waktu, tempat, perlengkapan, petugas, lokasi, dan
biaya. Waktu, tenaga maupun biaya yang telah dicurahkan untuk
menetapkan rencana kegiatan hanya bermanfaat, bila rencana kegiatan itu dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, penyuluh pertanian harus menerapkan
pengetahuannya mengenai prinsip pendidikan.
Metode Penyuluhan
Yayasan Pengembangan Sinar Tani 2001:286-289 mengemukakan, terdapat berbagai macam metode penyuluhan pertanian, untuk membandingkan
berbagai metode tersebut bisa dilakukan berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima sasaran.
Metode Berdasarkan Teknik Komunikasi
Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang langsung face to face communication. Metode langsung digunakan
pada waktu penyuluh pertanian berhadapan muka langsung dengan sasarannya. Misalnya, pembicaraan di balai desa, di sawah, rumah, kantor, kursus,
demonstrasi, dan karyawisata. Metode langsung dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan sasaran. Dalam
kondisi terbatasnya personalia, kurangnya transportasi, dan biaya, maka metode ini dianggap mahal.
Metode tidak langsung digunakan oleh penyuluh pertanian yang tidak langsung berhadapan dengan sasarannya, tetapi menyampaikan pesannya melalui
perantara medium atau media. Misalnya media cetak brosur, majalah, surat kabar, dll, media elektronik radio, televisi, dll, media pertunjukan sandiwara,
pameran, dll. Metode tidak langsung sangat menolong apabila metode langsung tidak dapat digunakan. Terutama dalam upaya menarik perhatian dan menggugah
hati sasaran. Siaran radio dan televisi dapat menarik banyak perhatian, pameran yang diselenggarakan dengan baik akan memberikan kesan yang lama dan
meyakinkan. Metode Berdasarkan Jumlah
Sasaran dan Proses Adopsi
Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi, metode penyuluhan dapat dibedakan metode massal, metode kelompok dan individu atau perorangan.
Metode massal digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan langsung atau tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir
bersamaan. Misalnya, pidato, siaran lewat radio atau televisi, pertunjukan wayang, sandiwara atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, poster, spanduk, dll. Metode
ini digunakan untuk menarik minat dan perhatian masyarakat. Metode kelompok digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan
kepada kelompok. Contoh metode ini adalah pertemuan, demonstrasi, karyawisata, pameran, perlombaan, diskusi kelompok, dan kursus. Metode ini
dapat meningkatkan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.
Metode individu atau perorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan individu. Misalnya, kunjungan ke
rumah, sawah, kantor, pengiriman surat, dan telepon. Dalam banyak hal, hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang
dianjurkan.
Pengembangan Metode Penyuluhan Pertanian
Meningkatkan keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian dan keefektifan metode yang digunakan, penyuluh pertanian harus memperhatikan dua upaya
pengembangan. Pertama adalah pengembangan kegiatan pembelajaran, kedua adalah pengembangan keefektifan metode.
Implikasi dari pengembangan kegiatan pembelajaran adalah: -
Kegiatan pembelajaran memerlukan perumusan tujuan yang khusus dan jelas -
Kegiatan pembelajaran harus mewujudkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan materi yang dipelajari
- Kegiatan pembelajaran memerlukan situasi pembelajaran yang mencakup lima
unsur pokok penyuluh, peserta belajar, materi, keadaan fisik, dan peralatan atau perlengkapan pembelajaran
- Kegiatan pembelajaran memerlukan pengalaman belajar
- Kegiatan pembelajaran memerlukan kombinasi berbagai metode
- Kegiatan pembelajaran memerlukan evaluasi.
Mengembangkan keefektifan metode, pemilihan dan penggunaan berbagai metode harus didasarkan atas kondisi petani. Terdapat enam kondisi yang
berkaitan dengan perubahan, yaitu; 1 Perhatian, 2 Minat, 3 Kepercayaan, 4 Hasrat, 5 Tindakan, dan 6 Kepuasan.
Metode Penyuluhan Pertanian yang Spesifik Lokasi
Beberapa implikasi praktis yang dapat ditarik dari kajian sosiologis yang berkaitan dengan metode penyuluhan yang lokal spesifik adalah:
1. Suatu wilayah atau masyarakat tertentu mempunyai cara-cara tertentu dalam
berkomunikasi. Suatu media komunikasi yang berhasil di suatu daerah, belum tentu berhasil di daerah lainnya. Media lokal dalam hal ini dapat dimanfaatkan
atau mungkin diperbaiki, sampai media yang lebih maju dapat digunakan. Beberapa contoh dari media lokal di antaranya: 1 Perbincangan kaum wanita
di warung, di waktu senggang, atau di sawahladang; 2 Perbincangan kaum pria di warung kopi, di tukang cukur, di penggilingan, atau di sawahladang;
3 berita atau pandangan yang diperbincangkan pada waktu hari pasar, pemakaman atau upacara-upacara keagamaan lainnya; 4 Para pemimpin dan
tokoh pedesaan; 5 Para pemuka keagamaan. 2.
Setiap media komunikasi mempunyai aspek fisik yang mudah dilihat dan aspek sosial atau psikologis yang sulit dilihat. Lingkungan kebudayaan ke lingkungan
kebudayaan lainnya, aspek fisik relatif tidak banyak berbeda, tetapi aspek sosial dan psikologis banyak berbeda. Hubungan personal adalah ciri khas dari
masyarakat yang tingkat penghidupan meterilnya belum tinggi. Ciri ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh penyuluh pertanian sebagai media
komunikasi yang efektif. 3.
Demonstrasi dalam masyarakat pedesaan adalah media yang sangat penting. Umumnya petani tidak mampu untuk mengambil resiko kegagalan dalam
melakukan percobaan dari praktek yang baru. Demonstrasi setempat labih meyakinkan petani akan keabsahan praktek baru yang dianjurkan.
Evaluasi Program Penyuluhan
Raudaaugh dalam Pengembangan Yayasan Sinar Tani 2001:358 mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan- tahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok
untuk mengukur keberhasilan, dan menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Intisari dari pengertian evaluasi tersebut adalah nilai atau jumlah
keberhasilan dan tujuan yang direncanakan, sedangkan istilah operasional yang penting adalah tujuan, kriteria, dan menentukanmenjelaskan tingkat keberhasilan.
Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam
meraih tujuan dengan nilai tersebut. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan
yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan programa dan pengambilan keputusan di masa depan. Monitoring dilaksanakan dengan tujuan
agar program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek di setiap tingkatan. Umpan balik
ini memungkinkan penyempurnaan rencana operasional program dan mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan.
Tahapan Evaluasi
Terdapat tiga tahapan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu, tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap pencapaian tujuan. Evaluasi tahap
pendahuluan dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan pertanian. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui urgensi perubahan yang akan
dilakukan. Evaluasi tahap kedua dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Misalnya metode mana yang efektif, mana yang perlu diperbaiki agar tujuan bisa tercapai
atau langkah apa yang harus diambil bila terjadi hal yang tidak terduga. Evaluasi tahap ketiga dilakukan pada akhir kegiatan untuk menentukan
apakah tujuan akhir kegiatan dapat diraih. Apabila tujuan akhir tidak semuanya diraih, apakah perlu mencoba kembali dalam rencana yang akan datang atau
menggantinya. Dapat pula diketahui efektivitas metode yang digunakan dalam keadaan tertentu.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam evaluasi adalah:
1. Memahami arti dan prosesdur ilmiah
Prosedur ilmiah pada prinsipnya mencerminkan cara berpikir yang obyektif, tujuannya adalah mencapai kebenaran.
2. Meneliti tujuan program penyuluhan pertanian
Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur perubahan spesifik yang terjadi, seperti yang diharapkan serta dinyatakan dalam tujuan program penyuluhan pertanian.
Pernyataan tujuan program penyuluhan pertanian meliputi empat unsur, yaitu; 1
Sasaran apa yang akan dicapai; 2 Perubahan perilaku yang diinginkan; 3 Isi atau materi penyuluhan; 4 Lingkungan atau situasi perilaku baru yang diharapkan
terjadi. 3. Menentukan bukti yang harus dikumpulkan
Langkah ini adalah kelanjutan dari langkah kedua dan merupakan prasarat bagi langkah keempat. Tujuan yang telah ditetapkan dapat dijadikan pedoman
berpikir ke arah bukti-bukti apa yang kita kumpulkan dan dapat mengatakan apakah tujuan sudah dicapai atau belum. Penyusunan program penyuluhan yang
menitikberatkan pada perubahan perilaku, maka bukti-bukti itu juga harus menyangkut perubahan perilaku. Misalnya berubahnya tingkat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan merupakan bukti-bukti yang harus dikumpulkan. 4. Mengembangkan alat untuk mengukur bukti
Untuk setiap program yang mempunyai tujuan berbeda perlu dikembangkan alat pengukur data yang berbeda, karena fakta-fakta yang ingin
didapat juga berbeda. Di antara berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data antara lain adalah test pengetahuan, test pengertian, test
keterampilan, pengukuran sikap, wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan, pengamatan, studi kasus, analisis laporan, ataupun kombinasi dari
cara-cara tersebut. 5. Mengambil sampel dan mengumpulkan data
Mengambil sampel merupakan kegiatan penting sebab kegiatan penyuluhan pertanian pada umumnya mencakup orang banyak, sehingga tidak
cukup waktu atau tidak efisien jika mengukur semua orang yang terlibat. Dengan
demikian evaluasi dilakukan dengan mengukur sejumlah sampel terbatas tetapi representatif dan memenuhi syarat statistik.
6. Analisis dan Interpretasi Data Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data atau bukti-bukti yang
ada. Tentunya kesimpulan yang tidak didukung oleh data dan bukti adalah tidak sah.
Dalam mencari bukti-bukti, selain berpikir pada adanya perubahan perilaku harus diingat pula kejadian sebelum terjadi perubahan perilaku.
Misalnya, di samping menilai keberhasilan demplot perlu juga dinilai. Begitu juga pelaksanaan petak demonstrasinya perlu dinilai, misalnya apakah lokasinya
mudah dilihat oleh para petani lainnya.
Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran
Menurut van den Ban dan Hawkins 199:278, banyak di antara informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah petani seperti informasi mengenai
subsidi, ramalan harga, dan lain-lain harus mencapai agen penyuluhan dengan cepat, tepat dan dalam cara yang bisa digunakan untuk melakukan kontak dengan
petani. Penyuluh menjadi sangat penting dalam peranannya sebagai jembatan bagi golongan ekonomi lemah. Penyuluhan diharapkan dapat menghasilkan
sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok di samping layanan umum lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
Dengan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan usahataninya, para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya
untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih menguntungkan bagi dirinya sendiri, tidak tergantung pada keputusan orang atau
pihak lain. Penyuluh harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang
berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasaran perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan
bahasa yang mudah dimengerti oleh para petani Margono Slamet, 2003:61. Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik, pembicara, seorang
guru yang baik dan berkemampuan mendorong pimpinan lokal untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan. Dalam kaitan dengan itu, penyuluh sering
dihadapkan pada persoalan kemasyarakatan yang sangat sulit dipecahkan, apalagi persoalan tersebut menyangkut hal-hal di luar materi penyuluhan.
Menurut van den Ban dan Hawkins 1999:179-180 penyuluhan menghendaki kemampuan yang tinggi dari agen penyuluhan dengan sikap positif
terhadap petani, terutama hubungan pribadi dalam diskusi bersama. Karenanya terdapat empat persyaratan bagi agen penyuluhan yang ingin membantu petani
dengan efektif: 1 Petani seharusnya menyadari nilai-nilainya dan bertanya pada diri sendiri, siapa saya? Dan apa yang penting bagi saya? Dengan demikian dapat
dikembangkan suatu gambaran yang jelas tentang diri dan tujuannya. Hal ini juga mencegah untuk memaksakan nilainya sendiri terhadap petani. 2 Petani
seharusnya menyadari akan perasaannya sendiri, terutama hubungannya dengan petani. Rasa hormat pada diri sendiri dapat membantunya mengatasi kekecewaan
yang tak dapat dihindari dalam hubungan demikian. Kekecewaan biasanya berakar dari kenyataan bahwa sering tidak ada pemecahan yang memuaskan
terhadap masalah yang menyangkut emosi petani. 3 Agen penyuluhan merupakan sokoguru bagi petani dalam hal kemampuan memecahkan masalah
dan perilaku emosionalnya. 4 Agen penyuluhan yang efektif mempunyai minat yang kuat terhadap sesamanya dalam perubahan sosial. Agen penyuluhan
seharusnya memenuhi semua persyaratan tersebut di atas untuk mencapai diskusi bersama yang produktif. Petani juga harus dipersiapkan untuk menyediakan
waktunya melakukan diskusi bersama. Kemampuan Komunikasi
Menurut van den Ban dan Hawkins 1999:96, komunikasi dengan seseorang selalu diungkapkan dengan cara melihat diri sendiri, pihak lain, dan
hubungan pembicara dengan orang lain tersebut, walaupun tanpa disadari. Komunikasi, bukan saja dari kata-kata yang digunakan, tetapi juga dari
komunikasi lisan nonverbal seperti isyarat, sikap, nada suara, dan sebagainya. komunikasi sering menimbulkan efek yang berbeda-beda. Kesenjangan efek
komunikasi terjadi karena: 1. Perbedaan tingkat keterampilan berkomunikasi di antara segmen-segmen suatu khalayak secara keseluruhan, 2. Tingkat
pengetahuan tentang suatu isu yang dikuasai sebelumnya, 3. Kontak sosial yang relevan dengan orang-orang yang memiliki lebih banyak informasi, 4. Persepsi
selektif, 5. Kerelevanan fungsional atau utilitas, 6. Akses yang berbeda pada sumber daya yang terbatas, 7. Bias urban pada media massa, 8. Bantuan yang
tidak memadai dari badan yang melakukan intervensi sosial, 9. Kurangnya partisipasi dari khalayak sasaran dalam pembuatan keputusan dan implementasi
keputusan tersebut, 10. Perbedaan pendidikan, minat, dan motivasi Jahi, 1988:32- 33.
Menurut Margono Slamet 2003:64, para penyuluh pertanian perlu dibekali dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
komunikasi sosial, psikologi sosial, stratifikasi sosial, dan lain-lain agar mereka mampu memerankan penyuluhan yang humanistik-egaliter. Pendekatan ini
menempatkan petani dalam kedudukan yang sejajar dengan penyuluhnya, dan diberlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia yang
memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat. Mereka harus dihargai sebagaimana layaknya orang lain yang
sejajar dengan diri penyuluh, atau bahkan yang berkedudukan lebih tinggi dari penyuluh yang bersangkutan. Kalau para petani tidak diberlakukan semacam itu,
kecenderungan mereka tidak akan memberi respon yang positif terhadap materi penyuluhan yang dibawakan oleh para penyuluh. Pendekatan humanistik-egaliter
akan menumbuhkan sikap saling menghargai antara penyuluh dan petani; kepentingan petani akan mendapatkan perhatian utama dari para penyuluh,
sebaliknya petani akan menghargai usaha-usaha penyuluh. Kemitraan Usaha
Era industrialisasi dan globalisasi, pembangunan pertanian dilihat dari dua sudut pandang, 1 keutuhan mata rantai sub-sub sistem agribisnis, yaitu
subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, sub-sistem pengolahan dan subsistem pemasaran dan 2 orientasi pengembangan masing-masing sub-
sistem yaitu rasional ekonomis atau sebagai usaha yang saling menguntungkan semua pihak.
Era seperti ini, diperlukan jaringan kerjasama antara lembaga penyuluhan pertanian dengan berbagai pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat LSM,
koperasi, Asosiasi petani maupun lembaga penelitian dan pengembangan serta
perguruan tinggi Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:199. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi tersebut mengandung
dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yakni mempengaruhi perilaku orang lain dan kepemimpinan harus diarahkan agar
orang-orang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Pimpinan membimbing dalam proses tersebut, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, menfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama.
Dalam hal ini, usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk
menumbuhkan nilai-nilai yang baru Margono Slamet, 2003:68-69. van den Ban dan Hawkins 1999:284 mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan partisipatif membutuhkan waktu lebih lama untuk pengambilan keputusan dari pada gaya otoriter. Oleh karena itu, tidak tepat untuk gaya
kepemimpinan partisipatif tidak tepat untuk keputusan yang harus diambil dengan cepat, misalnya jika terjadi serangan hama belalang. Di sisi lain, pelaksanaan
keputusan dengan gaya partisipatif jauh lebih cepat karena ketika proses pengambilan keputusan dilakukan sebagian besar sudah memahami apa yang
diharapkan dilakukan dan dengan sukarela akan melakukannya.
Manajemen Organisasi
Menurut Winardi 2003:15 sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem
manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-
sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan. Organisasi
adalah kesatuan
entity sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan Robbins, 1994:4.
Menurut Winardi 2003:21 manajemen organisasi secara efektif dapat menghasilkan manfaatkeuntungan: 1 Kejelasan tentang ekspektasi-ekspektasi
kinerja individual dan tugas-tugas yang terspesialisasi. 2 Pembagian kerja, yang menghindari timbulnya duplikasi, konflik, dan penyalahgunaan sumber-sumber
daya, baik sumber daya material maupun sumber daya manusia. 3 Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logikal, yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh
individu-individu atau sebagian kelompok-kelompok. 4 Saluran-saluran komunikasi yang mapan, yang membantu pengambilan keputusan dan
pengawasan. 5 Mekanisme-mekanisme yang mengkoordinasi, yang memungkinkan tercapainya harmoni antara para anggota organisasi, yang terlibat
dalam aneka macam kegiatan. 6 Upaya-upaya yang difokuskan yang berkaitan dengan sasaran-sasaran logikal dan efisien. 7 Struktur-struktur otoriter tepat,
yang memungkinkan kelancaran perencanaan dan pengawasan pada seluruh organisasi yang bersangkutan.
Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa
Syarat Tumbuh – Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu
gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
– Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah.
– Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif.
– Curah hujan yang baik 1300-2300 mmth. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50 , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan
serangan penyakit jamur. – Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi
terutama varietas dalam. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus.
Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m.
Pembibitan
– Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit
di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 23 buah. Jarak antar bibit 25cm
x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5
bulan tidak berkecambah dianggap mati bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila
tanah kurang air. – Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk hingga umur bibit kurang lebih 9
bulan dengan dosis 1-2 cclt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak
atau dengan memasang pagar kayu.
Penanaman
Pemberian pupuk setelah tanaman kelapa ditanam sebaiknya mengikuti petunjuk sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Dosis Pupuk Tanaman Kelapa Umur Tanaman
Dosis Pupuk grpokok Urea TSP RP KCl Kies Borak
Saat tanam - - - - - -
1 bln setelah tanam 100
100 100
100 100
100 2
tahun - apl I
200 200
200 200
200 200
- apl II 200
200 200
200 200
200 3
tahun - apl I
350 350
350 350
350 350
- apl II 350
350 350
350 350
350 4
tahun - apl I
500 500
500 500
500 500
- apl II 500
500 500
500 500
500 5
tahun - apl I
500 500
500 500
500 500
- apl II 500
500 500
500 500
500 Sumber: http:indonesia-agriculture.blogspot.com, 2009
Pengendalian Hama dan Penyakit 1. Golongan Coleoptera
Hama golongan ini yang paling banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara mengendalikan dengan membuat trap jebakan berupa kotak-
kotak yang diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai,
ayam, bebek, dan burung hantu. 2. Golongan Lepidoptera.
Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga
yang belum membuka dan memakan isinya. Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida, serangga yang cepat berpindah pengendaliannya harus
secara merata untuk pencegahan. 3.
Golongan Hemiptera Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis
homoptera Gareng pong = Jawa. Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah
Heteroptera , sehingga buah menjadi rontok sebelum matang. Pencegahan dengan
insektisida secara bergantian. Pengendalian Penyakit
Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora
dan penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing belut tanah Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit ini hanya dengan
eradikasi atau pemusnahan tanaman yang terkena serangan. Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi,
sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan
perekat.
Pemanenan
Kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 - 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk
kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 - 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 - 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 - 40 tahun kurang bagus untuk
kopra karena daging buahnya yang lunak. Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang
diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat
umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya
Pascapanen Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai mengarah
pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira
legen =Jawa untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai
jual dari produk kelapa.
Hubungan Karakeristik dengan Kompetensi Penyuluh
Hubungan Umur dengan Kompetensi Penyuluh
Mulyasa 2003:125 mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Padmowihardjo 1994:36
mengungkapkan kemampuan umum untuk belajar berkembang secara gradual semenjak dilahirkan sampai saat kedewasaan. Asumsi ini dapat diketahui bahwa
pada umur lebih lanjut orang akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar dari pada usia lebih muda, akan
tetapi setelah mencapai umur tertentu, kemampuan belajar akan berkurang secara gradual dan terasa nyata setelah mencapai umur 55 ataupun 60 tahun, setelah itu
penurunan akan lebih cepat lagi. Menurut Schenmerhorn, et al., 1997:43 Usia seseorang berhubungan
dengan kemampuan dan kemauan belajar dan fleksibilitas. Banyak orang beranggapan bahwa usia tua berhubungan dengan kepikunan. Hal ini berbeda
pada masing-masing individu. Schermerhorn berkesimpulan bahwa usia tidak ada hubungannya dengan kinerja seseorang dalam hal ini orang yang lebih tua tidak
lebih unproduktif daripada orang muda, meskipun demikian orang yang sudah tua lebih banyak tidak dapat menghindari absen daripada orang yang lebih muda.
Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi Penyuluh
Salah satu faktor yang berkaitan dengan bidang pekerjaan adalah masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan dalam masa
kerja tertentu akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerjanya Phalestie, 2008:1.
Alex 2000:81 menyatakan bahwa pada umumnya karyawan ditetapkan untuk promosi antara lain karena pengalaman kerjanya dan karyawan akan
diberikan kedudukan atau jabatan lebih tinggi adalah karena pengalaman, usia atau kemampuan karyawan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja. Hal
tersebut mencerminkan bahwa pengalaman yang diperoleh seiring waktu bekerja seorang karyawan dapat meningkatkan kemampuannya.
Hubungan Besar Tanggungan Keluarga Dengan Kompetensi Penyuluh
Hernanto 1993:94 mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan masalah kebutuhan petani. Banyaknya tanggungan keluarga
membutuhkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan keluarga tidak terpenuhi akan berpengaruh pada terbatasnya
produktivitas, tingkat kecerdasan, dan akses terhadap lingkungan sekitar. Isolasi yang terjadi karena keterbatasan tersebut, membuat petani menjadi resisten,
bertahan dalam keterbatasannya, bahkan terkadang menutup diri terhadap kehadiran cara-cara baru.
Hubungan Pendidikan Formal Dengan Kompetensi Penyuluh
Mulyasa 2003:3 mengemukakan bahwa pendidikan berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas, menampilkan individu yang memiliki
keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Menurut Mosher 1987:158-161 pendidikan formal
mempercepat proses belajar, memberikan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat.
Menurut Vaizey 1978:34 perbedaan dalam keterampilan mencerminkan perbedaan dalam pendidikan formal dan nonformal. Margono Slamet 2003:20
mengungkapkan bahwa perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pendidikan berupa: 1 perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui, 2
perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu, dan 3 perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan. Hernanto
1993:101 menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada rendahnya adopsi teknologi.
Hubungan Persepsi terhadap Bidang Keahlian dengan Kompetensi Penyuluh
Seseorang akan bersifat emosional malas melakukan pekerjaan tertentu jika ia memiliki perspesi yang keliru tentang pekerjaannya. Persepsi atau
pemberian makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yakni suatu patokan untuk berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu. Sebaliknya,
seseorang akan cenderung lebih menekuni pekerjaannya dan meningkatkan kemampuannya jika ia menilai pekerjaannya tersebut sesuai dengan
kemampuannya dan dapat memberikan keuntungan baginya Mursi, A. H, 1997: 55-88.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kecelakaan sering teradi pada individu yang sedang diliputi oleh keadaan emosional seperti sedih, takut, ragu-ragu, dan
marah. Hal ini disebabkan karena emosi biasanya akan mengganggu penggunaan kecerdasan individu dan kemampuan-kemampuan khusus dalam menyelesaikan
masalah-masalah kerja secara tepat. Sifat-sifat emosional mendorong individu melakukan kesalahan-kesalahan
Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi Penyuluh
Salah satu bentuk pendidikan nonformal yang sering dilakukan oleh penyuluh adalah pelatihan. Menurut Siagian 1997: 165-189 salah satu cara untuk
mengubah potensi seseorang menjadi kemampuan nyata ialah melalui pendidikan dan pelatihan. Sasaran yang ingin dicapai dalam suatu pelatihan adalah
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang pada umumnya berupa keterampilan baru yang belum dimiliki peserta, sehingga terjadi perubahan sikap
dan perilaku. Pelatihan bagi penyuluh pertanian dipersiapkan melalui program pelatihan
bersyarat dan program pelatihan tidak bersyarat. Yang pertama, sifatnya berjenjang selaras dengan jabatangolongan kepangkatan, misalnya pelatihan
dasar I, pelatihan dasar II, sedangkan yang kedua tidak mensyaratkan golongan kepangkatan dan tidak mensyaratkan program pelatihan yang telah diikuti, tujuan
dari program tidak bersyarat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian di bidang inovasiteknologi pertanian, misalnya pelatihan
teknologikomoditibudidaya Yayasan Sinar Tani, 2001:148-149.
Hubungan Motivasi dengan Kompetensi Penyuluh
Proses berpikir didorong oleh motivasi belajar untuk memecahkan masalah melalui strukturisasi informasi yang jelas dan berusaha untuk
menerapkan infromasi tersebut guna menemukan pemecahannya. Seseorang yang termotivasi cenderung merupakan pelajar yang aktif, tetapi pada motivasi yang
tinggi dapat menjadi penghalang proses belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil dalam tugas-tugasnya van den Ban dan Hawkins, 1999:103.
Suparno 2001: 88 mengemukakan berkaitan dengan motivasi, seseorang akan terdorong untuk belajar jika dirinya berada dalam lingkungan yang nyaman,
bebas dari ancaman, memperoleh penghargaan dari orang sekitarnya, dan memiliki kebebasan untuk berkembang.
Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi Penyuluh
Makin tinggi pendapatan makin mudah untuk beralih dari persoalan pemenuhan kebutuhan pokok, apabila pendapatan rendah maka pilihan akan lebih
sedikit. Rendahnya pendapatan menyebabkan kurang mampunya petani untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Jumlah pangan mewah termasuk daging,
susu, dan bahan-bahan pangan lain yang relatif merupakan pangan mahal, dikonsumsi dalam jumlah besar apabila pendapatan meningkat Menurut Penny,
1990: 14-34. Tohir 1983: 114 menyatakan tingkat pendapatan rendah akan
menyebabkan kekurangan pangan. Kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan baik dipandang dari sudut kuantitas maupun kualitas minimal bagi masyarakat
yang berada di bawah garis kemiskinan belum terjamin.
Model Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensinya
Gambar 1: Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluhan. Kompetensi Penyuluh:
1. Penyusunan programa
penyuluhan 2.
Rencana kerja penyuluhan pertanian
3. Metode penyuluhan
4. Evaluasi Program
Penyuluhan 5.
Informasi Sarana Produksi dan pemasaran
6. Kemampuan komunikasi
7. Kemitraan Usaha
8. Kepemimpinan
9. Manajemen organisasi
10. Kompetensi Teknis
Budidaya kelapa 1.
Umur 2.
Masa kerja 3.
Besar tanggungan keluarga 4.
Pendidikan formal 5.
Persepsi tentang bidang keahlian
6. Pendidikan nonformal
7. Kekosmopolitan
8. Motivasi
9. Penghasilan
Variabel X Variabel Y
METODE PENELITIAN Populasi
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi penyuluh yang ada di Kota Ternate sebanyak 60 orang.
Sampel
Penentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin 1960 dalam Sevilla, dkk 1993:161 dengan formula:
N n =
1 + Ne
2
n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis batas ketelitian yang diinginkan Dalam penelitian ini, nilai kritis e yang digunakan adalah 5, sehingga
dengan jumlah populasi seperti di atas, diperoleh jumlah sampel sebesar 50 orang.
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional mempelajari hubungan yang terjadi antara sejumlah variabel
antecedent dengan variabel konsekuen. Menurut Singarimbun dan Effendy 1989, desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari
suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok. Peubah bebas yang diteliti adalah karakteristik penyuluh pertanian, dan kompetensi adalah peubah terikat yang diukur.
Karakteristik tersebut antara lain dapat diketahui dari umur penyuluh, masa kerja, besar tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi terhadap
bidang keahlian, pendidikan nonformal, kekosmopolitan, motivasi, dan penghasilan yang diperolehnya. Peubah konsekuen penelitian ini ialah kompetensi
penyuluh dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab. Indikator dan parameter yang ditetapkan pada setiap peubah, ditetapkan
berdasarkan teori yang telah teruji dan diakui kebenarannya. Selanjutnya setiap indikator dan parameter yang telah ditetapkan, dituangkan dalam defenisi
operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan kuesioner sebagai acuan atau instrumen wawancara dengan responden.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di BIPP Kota Ternate yang terdiri dari lima BPP di setiap Kecamatan yang berada di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara.
Penentuan lokasi ini ditentukan secara purposive sengaja dengan pertimbangan bahwa BIPP Kota Ternate merupakan satu-satunya lembaga yang mewadahi
penyuluh pertanian di Kota Ternate. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Pebruari hingga Mei 2009.
Data dan Instrumen
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam
dengan responden dengan pengisian kuesioner yang telah disiapkan. Data
sekunder diperoleh dari BIPP Kota Ternate dan instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan wawancara dan pengisisan kuesioner
oleh responden di lima BPP yang berada di kecamatan Kota Ternate Maluku Utara.
Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data tersebut adalah: a.
Karakteristik penyuluh terdiri atas: 1.
Umur yaitu satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan, diukur dalam skala rasio.
2. Masa kerja yaitu lama responden mulai bekerja menjadi penyuluh,
dihitung dalam satuan tahun, diukur dalam skala rasio. 3.
Besar tanggungan keluarga ialah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau nseluruh kehidupannya oleh penyuluh. Diukur
dalam skala rasio. 4.
Pendidikan formal adalah lamanya penyuluh mengikuti pendidikan formal dihitung dalam satuan tahun, diukur dalam skala rasio.
5. Persepsi tentang bidang keahlian adalah pandanganpenilaian penyuluh
terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini, diukur dalam skala interval.
6. Pendidikan nonformal ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti penyuluh
oleh penyuluh untuk peningkatan sumberdaya penyuluh, diukur dalam skala rasio.
7. Kekosmopolitan adalah intensitas penyuluh melakukan kontak dengan
pihak-pihak luar berkaitan dengan kegiatan penyuluhan, diukur dalam skala rasio.
8. Motivasi adalah hal-hal yang menjadi pendorong untuk meningkatkan
kompetensi bagi penyuluh, diukur dalam skala interval. 9.
Penghasilan yang diperoleh yaitu nilai rupiah yang diperoleh setiap penyuluh dalam satu bulan, diukur dalam skala rasio.
b. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang penyuluh agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, diukur dalam skala interval, kompetensi tersebut adalah:
1. Penyusunan programa penyuluhan
2. Kompetensi tentang rencana kerja penyuluh pertanian
3. Metode penyuluhan
4. Evaluasi program penyuluhan
5. Informasi Sarana Produksi dan pemasaran
6. Kemampuan komunikasi
7. Kemitraan Usaha
8. Kepemimpinan
9. Manajemen organisasi
10. Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
Data tersebut dikumpulkan menurut indikator dan parameter masing-masing variabel sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Variabel, indikator, dan cara pengukuran data penelitian
Variabel Indikator Pengukuran
Umur Usia responden yang
dihitung sejak lahir hingga penelitian ini
dilakukan Usia penyuluh yang dinyatakan
dalam satuan tahun, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi muda,
sedang, dan tua
Masa kerja Lama responden
bekerja menjadi penyuluh
Lamanya responden bekerja menjadi penyuluh yang dinyatakan dalam
tahun, menurut sebarannya dibagi menjadi baru, sedang, dan lama
Tabel 2. Lanjutan.
Variabel Indikator Pengukuran
Besar tanggungan
keluarga Anggota keluarga
yang menjadi tanggungan responden
Jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh responden,
berdasarkan sebarannya dibagi menjadi sedikit, sedang, dan banyak
Pendidikan formal
Pendidikan formal yang pernah ditempuh
responden Lama responden mengikuti
pendidikan formal, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi rendah,
sedang, dan tinggi
Persepsi tentang bidang keahlian
Pandangan responden terhadap bidang
keahlian yang dimiliki Penilaian responden atas bidang
keahlian yang dimiliki, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi buruk,
sedang, dan baik
Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang pernah ditempuh
responden Jumlah pendidikan nonformal yang
pernah diikuti responden, berdasarkan sebarannya dibagi
menjadi rendah, sedang, dan tinggi
Kekosmopolitan Kontak dengan pihak luar terkait penyuluhan
yang pernah dilakukan responden
Intensitas responden melakukan kontak dengan pihak luar terkait
kegiatan penyuluhan, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi rendah,
sedang, dan tinggi
Motivasi Dorongan yang
dirasakan penyuluh untuk melaksanakan
tugas Besarnya dorongan yang dirasakan
penyuluh dalam melaksanakan tugas, berdasarkan sebarannya
dibagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi
Penghasilan Penerimaan penyuluh
dalam bentuk uang Jumlah penerimaan penyuluh dalam
bentuk rupiah, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi rendah,
sedang, dan tinggi
Kompetensi Penyuluh
Kemampuan penyuluh dalam melaksanakan
kegiatan penyuluhan: 1.
Penyusunan programa
penyuluhan 2.
Kompetensi tentang rencana kerja
penyuluh pertanian 3.
Metode penyuluhan 4.
Evaluasi program penyuluhan
5. Informasi Sarana
Produksi dan pemasaran
Tingkat kemampuan penyuluh dalam melaksanakan kegiatan
penyuluhan, yakni sangat tidak kompeten, tidak kompeten,
kompeten, dan sangat kompeten .
Tabel 2. Lanjutan.
Variabel Indikator Pengukuran
6. Kemampuan
komunikasi 7.
Kemitraan Usaha 8.
Kepemimpinan 9.
Manajemen organisasi
10.
Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
Instrumentasi
Validitas Instrumen
Upaya untuk memperoleh instrumen yang valid dilakukan dengan uji validitas. Validitas yang diuji adalah validitas kerangka construct validity.
Validitas kerangka diperoleh dengan menetapkan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian, kemudian atas dasar konsep-konsep itulah disusun
tolok ukur operasionalnya. Instrumen yang sahih diperoleh dengan menyusun kuesioner berpedoman kepada: 1 menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan
responden, 2 mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan empiris sebagai rujukan, 3 memperhatikan pendapat, tanggapan, dan saran dari pembimbing.
Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur bila dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif
konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan konsistensi
suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama Singarimbun dan Effendi, 1989: 140.
Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Alpha Cronbach Marzuki, dkk, 2000: 309 dengan formula:
k
Σσ
i
2
r = 1 -
k – 1
σ
2
r = Koefisien reliabilitas yang dicari k = Jumlah butir pertanyaan soal
σ
i
2
= Varians butir pertanyaan soal
σ
2
= Varians skor tes Koefisien reliabilitas yang diperoleh setelah dilakukan uji kuesioner
adalah 0,95.
Analisis Data
Analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel terikat dengan
variabel bebas adalah dengan menggunakan analisis korelasi Kendall W Siegel, 1994:283, untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Mei 2009, dengan tujuan untuk: 1. Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah
anteseden; 2. Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate; dan 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik
dengan kompetensi penyuluh dalam menjalankan tugas dan fungsi.
1. Distribusi Penyuluh pada Sejumlah