Pengujian Mencari Nilai Learning Rate Pengujian Mencari Nilai Momentum

Tabel 4.7 MSE Hasil Pelatihan Mencari Jumlah Node Pada Hidden Layer Ke-4 No Susunan struktur jaringan saraf tiruan Jumlah epoch Nilai learnin g rate Nilai momen tum MSE pelati han Lama pelatihan detik 1 192 –14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,5 0,8 9,99e-05 11 Dari hasil pengujian yang telah dilakukan seperti pada Tabel 4.7 bahwasanya jumlah node hidden layer ke-4 yang masih diterima jaringan saraf tiruan terletak pada 2 node dan ditetapkan sebagai jaringan saraf tiruan berikutnya dengan susunan jumlah node input, hidden dan output layer adalah 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1.

4.3. Pengujian Mencari Nilai Learning Rate

Setelah struktur jaringan saraf tiruan yang optimal diperoleh maka penelitian dilanjutkan pada pencarian nilai learning rate yang optimal. Di mana metode yang digunakan untuk mencari nilai learning rate adalah trial and error. Adapun langkah- langkah metode trial and error yang diterapkan pada penelitian adalah sebagai berikut: Langkah a. Menetapkan nilai learning rate. Nilai learning rate yang akan diuji dari 0,1 – 0,9. Langkah b. Melakukan proses pelatihan. Setelah nilai learning rate ditetapkan maka langkah selanjutnya dilakukan proses pelatihan. Dari proses pelatihan ini akan dilihat pengaruh nilai learning rate terhadap nilai MSE pelatihan, waktu dan hasil prediksi. Universitas Sumatera Utara Langkah c. Dilakukan proses pengulangan dari langkah a – b. Pada langkah ini dilakukan pengujian terhadap nilai learning rate yang diuji. Tabel 4.48 menunjukkan MSE hasil pelatihan dari learning rate 0,1 – 0,9. Tabel 4.8 MSE Hasil Pelatihan Dari Learning Rate 0,1 – 0,9 No Susunan struktur jaringan saraf tiruan Jumlah epoch Nilai learning rate Nilai mome ntum MSE pelati han Lama pelatihan detik 1 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,1 0,8 0,00135 28 2 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,2 0,8 0,000194 21 3 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,3 0,8 0,0001 20 4 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,4 0,8 0,0001 15 5 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,5 0,8 9,99e-05 11 6 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,6 0,8 9,98e-05 10 7 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,7 0,8 9,99e-05 8 8 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,8 0,8 9,98e-05 7 9 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,8 9,95e-05 9 Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwasanya dari nilai learning rate 0,1 – 0,9 yang diuji, MSE pelatihan yang terkecil terdapat pada nilai learning rate 0,9 nilai learning rate, MSE pelatihan dan waktu pelatihan diberi warna hijau dan nilai tersebut ditetapkan sebagai learning rate jaringan saraf tiruan.

4.4. Pengujian Mencari Nilai Momentum

Setelah struktur jaringan saraf tiruan dan nilai learning rate yang optimal diperoleh maka penelitian dilanjutkan pada pencarian nilai momentum yang optimal. Di mana metode yang digunakan untuk mencari nilai momentum adalah trial and Universitas Sumatera Utara error . Adapun langkah-langkah metode trial and error yang diterapkan pada penelitian adalah sebagai berikut: Langkah a. Menetapkan nilai momentum. Nilai momentum yang akan diuji dari 0,1 – 0,9. Langkah b. Melakukan proses pelatihan. Setelah nilai momentum ditetapkan maka langkah selanjutnya dilakukan proses pelatihan. Dari proses pelatihan ini akan dilihat pengaruh nilai momentum yang ditetapkan yaitu dari 0,1 – 0,9 terhadap nilai MSE pelatihan, waktu dan hasil prediksi. Langkah c. Dilakukan proses pengulangan dari langkah a – b. Pada langkah ini dilakukan pengujian terhadap nilai momentum yang diuji. Tabel 4.9 menunjukkan MSE hasil pelatihan dari momentum 0,1 – 0,9. Tabel 4.9 MSE Hasil Pelatihan Dari Momentum 0,1 – 0,9 No Susunan struktur jaringan saraf tiruan Jumlah epoch Nilai learnin g rate Nilai mome ntum MSE pelati han Lama pelatih an detik 1 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,1 0,000142 23 2 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,2 0,0001 8 3 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,3 9,97e-05 7 4 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,4 0,0001 7 5 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,5 9,99e-05 7 6 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,6 9,97e-05 7 7 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,7 9,97e-05 7 8 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,8 9,95e-05 7 9 192 – 14 – 6 – 4 – 2 – 1 1000 0,9 0,9 9,95e-05 8 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwasanya dari nilai momentum 0,1 – 0,9 yang telah diuji, MSE pelatihan yang terkecil terdapat pada nilai momentum 0,8 dan 0,9 nilai momentum MSE pelatihan dan waktu pelatihan diberi warna hijau tetapi setelah dilihat dari hasil prediksinya penggunaan momentum 0,9 lebih baik dibandingkan 0,8 sehingga nilai tersebut ditetapkan sebagai momentum jaringan saraf tiruan. 4.5. Pengujian Hasil Pelatihan Untuk mengetahui apakah jaringan saraf tiruan yang telah dilakukan proses pelatihan telah layak atau tidak untuk digunakan maka dapat dianalisis melalui 3 cara yaitu: 1. Error hasil pelatihan. 2. Diuji dengan pola pelatihan. 3. Diuji dengan pola yang tidak pernah dikenali. 4.5.1. Error Hasil Pelatihan Dari hasil pelatihan yang telah dilakukan bahwasanya jaringan saraf tiruan dapat dengan cepat mengenali pola-pola input, hal ini dapat terlihat dari nilai MSE pelatihan yang telah mencapai toleransi error yang ditetapkan yaitu sebesar 0,0001 dan proses pelatihan hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 detik sehingga jika dilihat dari error dan waktu pelatihan telah mencapai standar yang ditetapkan. Ini merupakan indikator bahwasanya hasil prediksi JST pada pola-pola input yang dilatihkan ke dalam JST telah mencapai atau mendekati target yang ditetapkan. Universitas Sumatera Utara 4.5.2. Diuji Dengan Pola Pelatihan Selanjutnya untuk memastikan jaringan saraf tiruan telah layak atau tidak untuk digunakan maka jaringan saraf tiruan diuji dengan pola yang pernah dimasukkan ke dalam jaringan. Perbandingan keberdekatan antara target o berwarna biru dengan hasil prediksi berwarna merah dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dari 49 pola yang pernah dilatihkan kejaringan saraf tiruan tidak ada pola yang keluar dari targetnya. Gambar 4. 1 Keberdekatan Target Dengan Hasil Prediksi Pada Pola Pelatihan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Perbandingan antara Target o dan Hasil Prediksi H a si l P re d iks i Target Pola Ke - Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 10 Perbandingan Antara Target Dengan Hasil Prediksi Pada Pola Pelatihan No Target Prediksi 1 0,9 0,8963 2 0,9 0,8983 3 0,9 0,8963 4 0,9 0,8960 5 0,9 0,8991 6 0,9 0,8960 7 0,9 0,8981 8 0,9 0,8976 9 0,9 0,8988 10 0,9 0,8988 11 0,9 0,8989 12 0,9 0,8978 13 0,9 0,8997 14 0,9 0,8992 15 0,9 0,9007 16 0,9 0,8998 17 0,9 0,8997 18 0,9 0,8996 19 0,9 0,8997 20 0,9 0,9002 21 0,9 0,8996 22 0,9 0,9000 23 0,9 0,8995 24 0,9 0,8978 25 0,9 0,8969 26 0,9 0,9004 27 0,9 0,8995 28 0,9 0,8976 29 0,9 0,8823 30 0,9 0,8977 31 0,9 0,8619 32 0,9 0,8980 33 0,5 0,5068 34 0,5 0,5064 35 0,5 0,4996 36 0,5 0,4915 37 0,1 0,1155 38 0,1 0,0830 39 0,1 0,1312 Universitas Sumatera Utara 40 0,1 0,1097 41 0,1 0,1026 42 0,1 0,0932 43 0,1 0,1096 44 0,1 0,0846 45 0,1 0,0850 46 0,1 0,0869 47 0,1 0,0883 48 0,1 0,1020 49 0,1 0,1181 Dari Tabel 4.10 dapat diketahui dari 49 pola yang pernah dilatihkan kejaringan saraf tiruan tidak ada pola yang keluar dari target yang diharapkan. Sehingga akurasi prediksi jaringan saraf tiruan untuk pola yang pernah dilatihkan mencapai 100. 49 49 Untuk mencapai hasil prediksi seperti Tabel 4.10 yang telah mendekati target yang diharapkan, hal yang perlu dilakukan dengan melatih JST backpropagation. Dengan melakukan proses pelatihan maka terjadi perubahan update bobot jaringan dan bias pada setiap epoch hingga nilai MSE hasil pelatihan lebih kecil dari toleransi error yang ditetapkan. Perubahan bobot jaringan dan bias ini dimaksudkan untuk mencapai target yang ditetapkan. Setelah bobot jaringan dan bias yang optimal hasil pelatihan diperoleh maka langkah selanjutnya menetapkan bobot jaringan dan bias tersebut sebagai bobot jaringan dan bias permanen JST backpropagation agar nantinya dapat dipakai pada tahap pengujian. Tabel 4.10 Perbandingan Target Dengan Hasil Prediksi Pola Pelatihan Sambungan Hal: 79 No Target Prediksi Universitas Sumatera Utara 4.5.3. Diuji Dengan Pola Yang Tidak Pernah Dikenali Setelah dilakukan pengujian dengan pola yang pernah dilatihkan tahap selanjutnya jaringan saraf tiruan diuji dengan pola yang tidak pernah dikenali. Perbandingan keberdekatan antara target o berwarna biru dengan hasil prediksi berwarna merah dapat dilihat pada Gambar 4.2. Setelah diuji dengan 10 pola yang tidak pernah dimasukkan ke dalam jaringan saraf tiruan ternyata jaringan masih memberikan hasil yang baik, hal ini tampak dari keberdekatan antara target dengan hasil prediksi. Gambar 4. 2 Keberdekatan Target Dengan Hasil Prediksi Pada Pola Uji 2 4 6 8 10 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Perbandingan antara Target o dan Hasil Prediksi H a si l P re d iksi Target Pola Ke - Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 11 Perbandingan Antara Target Dengan Hasil Prediksi Pada Pola Uji No Target Prediksi 1 0,9 0,8959 2 0,9 0,8981 3 0,9 0,9000 4 0,9 0,8994 5 0,9 0,9007 6 0,9 0,8940 7 0,5 0,8821 8 0,5 0,4180 9 0,1 0,0769 10 0,1 0,0836 Dari Tabel 4.11 dapat diketahui bahwasanya dari 10 pola telah diuji tidak yang tidak pernah dikenali hanya 1 pola yang keluar dari target yang diharapkan. Sehingga akurasi prediksi jaringan saraf tiruan untuk pola yang tidak pernah dilatihkan ke dalam jaringan saraf tiruan mencapai 90. 9 9 Dari hasil prediksi seperti Tabel 4.11 yang hanya 9 dari 10 yang dapat mendekati target yang diharapkan karena ada 1 pola uji pola nomor 7 yang sangat berbeda dengan pola-pola yang pernah dilatihkan ke dalam JST backpropagation sehingga hasil prediksi yang merupakan keluaran dari fungsi aktivasi simoid biner dari penjumlahan pola input dengan bobot jaringan ditambah bobot bias tidak dapat mendekati target yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN