Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN

44

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini agar metode jaringan saraf tiruan backpropagation dapat diterapkan untuk memprediksi kerusakan stator MI untuk 1 hari ke depan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jangka waktu prediksi Jangka waktu prediksi pada penelitian ini hanya dibatasi hanya sampai 1 hari ke depan karena berdasarkan analisis peneliti jika jangka waktu prediksi diperpanjang sampai beberapa hari ke depan dikhawatirkan akurasi prediksinya tidak baik sehingga jika nantinya diterapkan kurang mempunyai arti sehingga peneliti memutuskan pada penelitian ini jangka waktu prediksi ditetapkan hanya sampai 1 hari ke depan. 2. Mengumpulkan data untuk pelatihan Data yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan diperoleh dari pengukuran variabel-variabel MI arus dan temperatur dari 1 satu buah MI. Di mana nilai variabel-variabel motor induksi tersebut nantinya akan dikirim ke komputer melalui port serial dan dilakukan penyimpanan nilai variabel MI setiap 1 jam. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan mulai motor induksi dalam kondisi baik hingga rusak bahwasanya arus motor induksi berada pada nilai 0,68 – 0,93 ampere A seperti pada Gambar 3.1 sedangkan untuk temperatur berada pada Universitas Sumatera Utara nilai 30 – 110 C seperti terlihat pada Gambar 3.5. Gambar 3. 1. Bentuk Pola Data Arus Motor Induksi Dari Kondisi Baik Hingga Rusak Selanjutnya dilakukan klasifikasi kondisi motor induksi berdasarkan arus, di mana acuan yang digunakan untuk menyatakan kondisi motor induksi dalam kondisi baik berdasarkan data spesifikasi yang terdapat pada name plate motor induksi tersebut yaitu arus nominal sebesar 0,76 A untuk kondisi sedang ketika motor induksi dibebani hingga 108 dari arus nominal sedangkan kondisi buruk ketika motor induksi dibebani hingga 117 dari arus nominal. Besarnya persentase arus berdasarkan data pengukuran yang diperoleh dengan pertimbangan penelitian [5], [8],[22] seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 Pola Data Arus A Jam Universitas Sumatera Utara Tabel 3. 1 Menunjukkan Besar Arus Terhadap Kondisi Motor Induksi Besar arus Kondisi motor induksi 0,00 – 0,76 A 0,76 – 0,82 A 0,82 – 0,89 A Baik Sedang Buruk Bentuk pola arus motor induksi dalam kondisi baik, sedang dan buruk seperti pada Gambar 3.2, 3.3 dan 3.4. Gambar 3. 2 Bentuk Pola Data Arus Motor Induksi Dalam Kondisi Baik 200 400 600 800 1000 1200 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.78 0.8 0.82 0.84 0.86 Pola Data Arus Motor Induksi Dalam Kondisi Baik A Jam Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 3 Bentuk Pola Data Arus Motor Induksi Dalam Kondisi Sedang Gambar 3. 4 Bentuk Pola Data Arus Motor Induksi Dalam Kondisi Buruk 50 100 150 200 250 300 350 400 0.74 0.75 0.76 0.77 0.78 0.79 0.8 0.81 0.82 Pola Data Arus Motor Induksi Dalam Kondisi Sedang 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.76 0.78 0.8 0.82 0.84 0.86 0.88 Pola Data Arus Motor Induksi Dalam Kondisi Buruk A A Jam Jam Universitas Sumatera Utara Bentuk pola data temperatur motor induksi dari kondisi baik hingga rusak seperti Gambar 3.5. Gambar 3. 5 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dari Kondisi Baik Hingga Rusak Sedangkan klasifikasi kondisi motor induksi berdasarkan temperatur, di mana acuan yang digunakan untuk menyatakan kondisi motor induksi dalam kondisi baik berdasarkan data spesifikasi yang terdapat pada name plate motor induksi tersebut tetapi karena pada jenis motor induksi yang digunakan pada penelitian ini tidak mencantumkan batas temperatur kerja maka acuan yang digunakan dengan melihat name plate pada motor induksi yang lain. Sedangkan klasifikasi untuk kondisi 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dari Kondisi Baik Hingga Rusak C Jam Universitas Sumatera Utara sedang dan buruk berdasarkan data pengukuran yang diperoleh dengan pertimbangan penelitian [22] seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3. 2 Menunjukkan Nilai Temperatur Terhadap Kondisi Motor Induksi Nilai temperatur Kondisi motor induksi 0 – 60 C 61 – 80 C 81 – 94 C Baik Sedang Buruk Jadi karena pada penelitian ini menggunakan 2 variabel, maka keputusan akhir untuk menyatakan kondisi dari motor induksi dengan menggunakan kombinasi kedua variabel arus dan temperatur berdasarkan data pengukuran yang diperoleh dan analisis peneliti seperti pada Tabel 3.3. Tabel 3. 3 Kombinasi Nilai Arus Dan Temperatur Terhadap Kondisi Motor Induksi Variabel Kondisi motor induksi Arus Temperatur Buruk Buruk Buruk Sedang Sedang Sedang Baik Baik Baik Buruk Sedang Baik Buruk Sedang Baik Buruk Sedang Baik Rusak Buruk Buruk Buruk Sedang Sedang Sedang Baik Baik Universitas Sumatera Utara 3. Menormalisasi data input. Data hasil pengukuran yang nilainya tidak sesuai dengan output fungsi aktivasi yang digunakan yaitu 0 sampai 1 dilakukan proses normalisasi. Normalisasi ini bertujuan untuk menghindari agar nilai turunan dari fungsi aktivasinya tidak jatuh pada nilai yang sangat kecil. Karena hal ini dapat menyebabkan lambatnya proses pelatihan. Pada penelitian ini normalisasi data dilakukan dengan menggunakan Persamaan 3.1 [27]: ………………………….…3.1 N i = data ke – i yang telah dinormalisasi X i = data ke – i yang akan dinormalisasi X min = nilai terendah dari data pengukuran. X max = nilai tertinggi dari data pengukuran. Data hasil pengukuran yang dinormalisasi pada penelitian ini hanya data temperatur karena nilai sebenarnya dari temperatur yang terukur berada di antara 30 – 110 o C sehingga tidak sesuai dengan keluaran fungsi aktivasi yang digunakan yaitu sigmoid biner yang bernilai antara 0 – 1. Bentuk pola data temperatur motor induksi dari mulai kondisi baik hingga buruk yang telah dilakukan proses normalisasi seperti pada Gambar 3.6. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 6 Pola Data Temperatur Yang Telah Dilakukan Proses Normalisasi Sedangkan untuk pola data motor induksi dalam keadaan baik, sedang dan buruk yang telah dinormalisasi seperti pada Gambar 3.7, 3.8 dan 3.9. Gambar 3. 7 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dalam Kondisi Baik 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Pola Data Temperatur Motor Induksi Yang Telah Dinormalisasi 100 200 300 400 500 600 700 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dalam Keadaan Baik 30 54 46 38 70 62 86 78 102 94 110 C Jam Jam 30 34 38 66 62 58 54 50 46 42 C Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 8 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dalam Kondisi Sedang Gambar 3. 9 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dalam Kondisi Buruk 50 100 150 200 250 300 350 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dalam Keadaan Sedang 100 200 300 400 500 600 0.62 0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.78 0.8 Pola Data Temperatur Motor Induksi Dalam Keadaan Buruk Jam Jam 62 58 70 66 78 74 86 82 C 94 C 92.4 90.8 89.2 87.6 86 84.4 82.8 81.2 79.6 30 Universitas Sumatera Utara 4. Merancang struktur jaringan saraf tiruan backpropagation Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam merancang struktur jaringan saraf tiruan backpropagation meliputi [26]: a. Menentukan struktur time delay data sebelumnya jaringan saraf tiruan Data yang telah dinormalisasi kemudian dibentuk menjadi model DIO data input output . Contoh bentuk data DIO dengan 5 input dan 1 output [28]: D 1 D 2 D 3 D 4 D 5 O 6S D 2 D 3 D 4 D 5 D 6 O 7S DIO = … … … …. …. … D P-5 D P-4 D P-3 D P-2 D P-1 O PS D 1 , D 2 , D 3 , D 4 , D 5 , D p pada model DIO di atas merupakan data harian. Sedangkan O 6S adalah output hari ke-6 untuk kondisi stator. Untuk 1 set data harian yang merepsentasikan hari D berisi data sebanyak : 24 jam 2 arus dan temperatur = 48 data, yang ditunjukkan sebagai berikut [28]: X 1 X 2 X 3 D = X 4 . . . X 48 Universitas Sumatera Utara Metode yang digunakan untuk mencari time delay yang optimal pada penelitian ini dengan menggunakan metoda trial and error. Dari ke-4 time delay yang telah diuji akan dipilih 1 time delay yang paling cepat mengenali pola input yaitu memiliki MSE terkecil dan pada akhir tahap ini akan ditetapkan struktur jaringan saraf tiruan awalnya yaitu berapa jumlah node pada input layer, jumlah node hidden layer serta output layer. Adapun bentuk jaringan saraf tiruan dengan time delay 2, 3, 4 dan 5 yang telah diuji pada penelitian ini seperti pada Gambar 3.10, 3.11, 3.12 dan 3.13 di mana n adalah jumlah node hidden layer yang diuji. Gambar 3. 10 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Dengan 96 Input Time Delay 2 Hari Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 11 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Dengan 144 Input Time Delay 3 Hari Gambar 3. 12 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Dengan 192 Input Time Delay 4 Hari Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 13 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Dengan 240 Input Time Delay 5 Hari b. Menentukan jumlah hidden layer Metoda yang digunakan untuk mencari jumlah hidden layer yang optimal dengan menggunakan metoda trial and error. Di mana acuan optimal di sini memiliki MSE pelatihan terkecil dari jumlah hidden layer yang diuji. Bentuk dari jaringan saraf tiruan dengan beberapa jumlah hidden layer seperti pada Gambar 3.14, di mana n adalah jumlah hidden layer yang diuji. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 14 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Untuk Mencari Jumlah Hidden Layer c. Menentukan jumlah node hidden layer Metoda yang digunakan untuk mencari jumlah node hidden layer yang optimal dengan menggunakan metoda trial and error. Di mana acuan optimal di sini memiliki MSE pelatihan terkecil dari jumlah node hidden layer yang diuji. Bentuk dari jaringan saraf tiruan dengan beberapa jumlah hidden layer dengan jumlah nodenya seperti pada Gambar 3.15. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. 15 Bentuk Jaringan Saraf Tiruan Mencari Jumlah Node Hidden Layer d. Menentukan jumlah node output layer Jumlah node output layer langsung ditentukan yaitu 1 buah. Di mana nilai node output ini dapat berkisar antara 0 sampai 1. Oleh karena itu di dalam penelitian ini nilai node output diklasifikasikan menggunakan algoritma nearest neighbor 1-NN yaitu suatu metode klasifikasi suatu data baru hasil pengujian berdasarkan keberdekatan dengan data pelatihan [8],[29]. Pada penelitian ini nilai node output dibagi menjadi 3 tiga kondisi berdasarkan penelitian sebelumnya [8] yaitu jika keluaran node output berada di sekitar 0,9 nilai ini menyatakan bahwasanya kondisi motor induksi untuk 1 hari ke depan dalam keadaan baik. Jika keluaran node output berada di sekitar 0,5 untuk menyatakan kondisi motor induksi untuk 1 hari ke depan dalam Universitas Sumatera Utara keadaan sedang. Dan jika keluaran node output berada di sekitar 0,1 untuk menyatakan kondisi motor induksi untuk 1 hari ke depan dalam keadaan buruk. e. Menentukan nilai learning rate Setelah diperoleh jumlah time delay, hidden layer, node hidden layer maka langkah selanjutnya melakukan pencarian pada nilai learning rate. Adapun langkah-langkah untuk mencari nilai konstanta learning rate yang optimal yaitu dengan cara mengubah-ubah nilai learning rate awal dengan memperhatikan MSE mean square error hasil pelatihan, kecepatan jaringan, hasil pengujian data pelatihan dan testing. f. Menentukan nilai momentum Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari nilai konstanta momentum yang optimal seperti langkah-langkah yang dilakukan dalam mencari nilai learning rate yang optimal. g. Menentukan bobot awal Bobot awal sangat mempengaruhi kecepatan jaringan dalam mencapai titik minimum lokal dan global. Berdasarkan literatur [23],[24] dan beberapa pengujian yang telah dilakukan peneliti dalam penggunaan inisialisasi bobot awal baik dengan cara random dan Nguyen-Windrow dapat disimpulkan bahwasanya inisialisasi bobot awal dengan Nguyen-Windrow lebih cepat dibandingkan secara random. Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti memilih inisialisasi bobot awal menggunakan Nguyen-Windrow. Universitas Sumatera Utara 5. Melakukan pelatihan Agar jaringan saraf tiruan dapat mengenali pola input perubahan variabel- variabel MI arus dan temperatur maka harus dilakukan proses pelatihan sehingga JST mampu menghasilkan output yang benar. Melalui pelatihan ini akan didapat bobot jaringan yang optimal untuk semua pola input. Pada penelitian ini 83 pola yang diperoleh dari hasil pengukuran nantinya akan digunakan untuk proses pelatihan. Hal ini dilakukan karena tingkat akurasi prediksi yang diharapkan 85 sehingga jumlah pola pelatihan yang digunakan harus dapat mewakili semua pola data [30] sehingga diharapkan JST dapat mengenali pola dari input dengan benar dan sisanya 17 akan digunakan untuk proses pengujian. Jika persentase pola pelatihan di bawah 83 untuk jenis pola pelatihan yang digunakan pada penelitian ini dikhawatirkan JST tidak mampu mengenali pola input dengan benar sehingga akurasi prediksi yang diharapkan tidak tercapai. 6. Menguji hasil pelatihan dan pembahasan Setelah diperoleh parameter struktur jaringan saraf tiruan yang optimal seperti jumlah time delay, hidden layer, node hidden layer, nilai konstanta learning rate dan momentum. Jaringan saraf tiruan yang optimal selanjutnya diuji dengan menggunakan 2 jenis pola yaitu 83 pola yang pernah dimasukkan ke jaringan dan dengan 17 pola yang belum pernah dimasukkan ke dalam jaringan. Untuk mengetahui apakah jaringan saraf tiruan telah layak atau tidak untuk digunakan dapat dilihat dari hasil prediksinya. Di mana indeks yang digunakan pada Universitas Sumatera Utara penelitian ini adalah PE percentage error. Di mana perhitungan persentase pengujian dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.2 [31]: ………….3.2 7. Menarik kesimpulan dan saran Menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan sekaligus memberi saran dan masukan untuk pengembangan pada masa mendatang.

3.2. Variabel yang Diamati