Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor.

TEKNIK PEMBESARAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN JALAK
BALI (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) DI MEGA BIRD AND
ORCHID FARM BOGOR

NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknik Pembesaran
dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di
Mega Bird and Orchid Farm Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Novaria Ningtias Setiawan Putri
NIM E34100048

ABSTRAK
NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI. Teknik Pembesaran dan
Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega
Bird and Orchid Farm Bogor. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan
JARWADI BUDI HERNOWO.
Keberhasilan sebuah penangkaran dapat dilihat dari tingkat reproduksinya
hingga menghasilkan anak yang mencapai dewasa. Maka, perlu dilakukan
penelitian mengenai teknik pembesaran anakan jalak bali yang baik dan juga
gambaran tentang pertumbuhan anakan jalak bali. Penelitian bertujuan untuk
mengidentifikasi teknik pembesaran anakan jalak bali di MBOF dan mengetahui
pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali di penangkaran. Penelitian
dilaksanakan di MBOF Bogor pada bulan Juni-September 2014. Metode yang
digunakan adalah pengamatan langsung, pengukuran morfometrik, dan

wawancara. Teknik pembesaran memiliki dua tahap yaitu tahap penyapihan dan
tahap pemeliharaan. Penyapihan dilakukan saat berumur 5-7 hari, kemudian
pemeliharaan dilakukan di kandang inkubator sampai anakan jalak bali mulai
mandiri, yaitu dengan pengelolaan pakan, kandang, kesehatan dan kebersihannya.
Pertumbuhan morfometrik (berat badan, panjang tubuh total, panjang kepala,
panjang sayap, panjang ekor, dan panjang kaki, serta pertumbuhan bulu) anakan
jalak bali sejak pengukuran dari minggu pertama hingga minggu keempat rata-rata
terjadi pertambahan setiap minggunya.
Kata kunci : anakan jalak bali, MBOF, morfometrik, pembesaran.
ABSTRACT
NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI. Rearing Technic and Bali Starling
(Leucopsar rothschildi Stresemann 1912) Juvenile Growing in Mega Bird and
Orchid Farm Bogor. Supervised by BURHANUDDIN MASY’UD and
JARWADI BUDI HERNOWO.
The success of captive could be seen from reproduction rate until delivered
juvenile to adult. So it is necessary to do a research about bali starling juvenile
good rearing technic and also knowing image about bali starling juvenile growth.
This research purposes are to identify the bali starling juvenile growing technic
and find out the morphometric growth in MBOF. Research conducted during
June-September 2014 in MBOF Bogor. Methods was used direct observation,

morphometric measurement, and interview. The result showed the rearing technic
divide into two steps which is weaning step and caring step. Weaning step was
done during the first 5 to 7 days after birth and then followed by the caring step
(feeding, nest, health, hygiene management) in incubator nest until the juvenile be
autonomous. The juvenile morphometric growth (weight, total body length, head
length, wings length, tail length, foot length, and feather growth) is started from
the first week until forth week, averagely gained a growth weekly.
Keywords: bali starling juvenile, MBOF, morphometric, rearing.

TEKNIK PEMBESARAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN JALAK
BALI (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) DI MEGA BIRD AND
ORCHID FARM BOGOR

NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Juni-September 2014 ini ialah penangkaran, dengan
judul Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar
rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor.
Karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik karena tidak luput dari
dukungan berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Penghargaan dan terima kasih diberikan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin
Masy’ud, MS dan Bapak Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF sebagai dosen
pembimbing yang dengan sepenuh hati mendukung dan senantiasa memberikan

kritik dan saran.
Diucapkan juga terima kasih kepada orang tua Ayah Wawan Setiawan dan
Mama Wiwin Widiarti yang selalu mendoakan penulis selama menempuh
pendidikan dan mencari ilmu pengetahuan. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada seluruh staf pengelola penangkaran Mega Bird and Orchid
Farm Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Nepenthes
rafflesiana 47, Funtastic 4, Gengges, dan pihak-pihak lain yang telah membantu
dalam mensukseskan karya ilmiah ini secara tidak langsung yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Februari 2015

Novaria Ningtias Setiawan Putri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Objek

2

Jenis Data yang Dikumpulkan

2


Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Pembesaran Anakan Jalak Bali
Pertumbuhan Morfometrik Anakan Jalak Bali
SIMPULAN DAN SARAN

6
6
12
20

Simpulan


20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5

Jenis data yang dikumpulkan tahap pemeliharaan anakan jalak bali
2
Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran
3
Pengukuran morfometrik
4
Rataan ± SD pertumbuhan anak jalak bali selama 4 minggu
12
Rataan pertambahan ukuran morfometrik tiap minggu selama 4 minggu 13

DAFTAR GAMBAR
1 Pengukuran morfometrik
5
2 (a) dan (b) Penyapihan anakan oleh penangkar
7
3 Anakan jalak bali saat disapih
7
4 Proses pembuatan voer kering menjadi bubur voer

8
5 Pelolohan anakan jalak bali oleh penangkar
9
6 Jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu
9
7 Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu
9
8 (a) Kandang inkubator, (b) Perlengkapan kandang inkubator
11
9 Rataan pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali selama 4 minggu
13
10 Pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu
14
11 Rataan pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu
14
12 Pertumbuhan panjang tubuh anakan jalak bali tiap minggu
15
13 Pertumbuhan panjang sayap anakan jalak bali tiap minggu
16
14 Pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali tiap minggu
16
15 Pertumbuhan panjang paruh anakan jalak bali tiap minggu
17
16 Pertumbuhan panjang ekor anakan jalak bali tiap minggu
18
17 Pertumbuhan panjang kaki anakan jalak bali tiap minggu
18
18 Pertumbuhan bulu dan perubahan warna anakan jalak bali tiap minggu 19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pertumbuhan morfometrik dan perubahan kenaikannya tiap minggu
2 Uji ANOVA
3 Uji Duncan

23
25
26

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan
pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya (BKSDA Yogyakarta 2012). Salah satu jenis satwa yang paling banyak
dilakukan penangkarannya adalah jalak bali (Leucopsar rotschildi), karena jalak
bali memiliki harga penjualan yang tinggi, memiliki nilai estetika, dan kemudahan
dalam pemeliharaan, juga dapat meningkatkan rasa bangga bagi pemilik. Jalak
bali termasuk kategori Critical Endangered (CR) dalam International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN 2014) dan Appendix I
Convention on International Trade in Endangered Species of wild flora and fauna
(CITES) yaitu kelompok yang terancam punah dan tidak boleh diperdagangkan
antar negara kecuali dengan persetujuan presiden.
Salah satu penangkaran yang menangkarkan jalak bali adalah Mega Bird
and Orchid Farm (MBOF). MBOF termasuk penangkaran yang berhasil
menangkarkan jalak bali, karena jalak bali di MBOF dapat menghasilkan anak
hingga menjadi dewasa. Hal ini dapat menunjukan bahwa kegiatan pembesaran
yang dilakukan sudah baik, terutama mulai tahap awal pasca penetasan telur
hingga jalak bali dapat hidup mandiri yaitu berumur ± satu bulan (TNBB 2011).
Pembesaran terhadap anakan jalak bali penting dilakukan karena anakan
merupakan masa yang paling kritis untuk keberhasilan hidup selanjutnya.
Menurut Jumilawaty (2004), kelestarian suatu spesies sangat ditentukan oleh
keberhasilan hidup anaknya.
Perawatan anakan jalak bali oleh induk hanya dilakukan pada satu minggu
pertama, pada usia lebih dari itu maka perawatan dilakukan oleh penangkar
(Herawati 2014). Menurut Purwastuti (2007), masa bertelur, mengeram, menetas,
dan mengasuh anakan merupakan saat-saat yang paling diperhatikan oleh
penangkar. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian mengenai teknik
pembesaran anakan jalak bali untuk mengetahui teknik pembesaran yang baik dan
juga untuk mengetahui gambaran tentang pertumbuhan anakan jalak bali.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi teknik pembesaran
anakan jalak bali di MBOF dan mengidentifikasi pertumbuhan morfometrik
anakan jalak bali.
Manfaat
Hasil penelitian teknik pembesaran dan pertumbuhan anakan jalak bali
(Leucopsar rothschildi) diharapkan bermanfaat bagi pengelola penangkaran
burung dalam melakukan penangkaran tahap awal (masa anakan).

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm
(MBOF), dengan luas total sebesar 23.500 m2, berlokasi di Desa Cijujung Tengah,
RT 05/ RW 04, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-September 2014, dan pengukuran
morfometrik dilakukan setiap seminggu sekali sebanyak empat kali (sampai
anakan jalak bali dipindahkan ke sangkar).
Alat dan Objek
Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain alat tulis,
penggaris plastik 30 cm, jangka sorong plastik, kamera digital, timbangan digital
electronic kitchen scale tipe SCA-301 dengan kapasitas 1000 g, termometer digital,
dan pita ukur 150 cm. Objek yang digunakan adalah sepuluh anakan jalak bali
berumur 5-7 hari hasil penangkaran MBOF.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Teknik pembesaran
1. Tahap penyapihan berupa kapan waktu penyapihan, alat-alat yang
digunakan, dan bagaimana cara penyapihan.
2. Tahap pemeliharaan berupa aspek pakan, kandang, kesehatan dan
kebersihan. Jenis data yang dikumpulkan untuk tahap pemeliharaan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan pada tahap pemeliharaan anakan jalak bali
Aspek
Data yang diambil
Pakan
jenis, jumlah (g), sumber, waktu pemberian, cara
pemberian, frekuensi pemberian
Kandang inkubator ukuran
panjang (cm)
lebar (cm)
tinggi (cm)
konstruksi kandang
kayu
triplek
kawat
peralatan dan perlengkapan lampu/ bohlam (watt)
kandang
wadah sarang
perawatan dan sanitasi kandang pembersihan
suhu dan kelembaban inkubator derajat Celcius dan
persen
Kesehatan dan
jenis penyakit
telah terjadi, sedang
kebersihan
terjadi, sering terjadi
pengobatan
dalam, luar
menjaga kebersihan anakan
dari kotoran

3
Pertumbuhan morfometrik
Pertumbuhan morfometrik meliputi berat badan, panjang tubuh total,
panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, panjang kaki dan panjang paruh,
serta pertumbuhan bulu anakan tiap minggu. Morfometrik merupakan sifat
kuantitatif yang dapat diukur (Badriah 2011).
Metode Pengumpulan Data
Teknik pembesaran
Data teknik pembesaran yang dikumpulkan meliputi tahap penyapihan dan
tahap pemeliharaan (pakan, kandang, kesehatan dan kebersihan) dilakukan dengan
cara pengamatan langsung terhadap semua kegiatan dan/ atau perlakuan
penangkar terhadap anakan, pengukuran suhu dan kelembaban inkubator,
wawancara terhadap pengelola, dan penelusuran literatur. Cara mendapatkan data
teknik pembesaran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran
Data yang
Cara mendapatkan data
dikumpulkan
Tahap Penyapihan
Mengambil anakan
cara pemindahan
pengamatan langsung dengan
anakan jalak bali
mengikuti penangkar saat
sampai ke inkubator
mengambil anakan di kandang
reproduksi induk
Tahap Pemeliharaan
Pakan
pakan apa saja yang
pengamatan langsung terhadap
diberikan, cara
pakan yang diberikan, melihat
pemberian pakan,
cara penangkar memberikan
waktu dan frekuensi
makanan, dan melihat waktu
pemberian pakan,
kapan diberikan pakan
serta jumlah pakan
kemudian mencatatnya
yang diberikan
sehingga didapatkan rataan
frekuensi pemberian pakan.
Untuk jumlah pakan yang
diberikan, dilakukan dengan
cara menimbang pakan yang
diberikan dengan timbangan
digital
Kandang
pengukuran suhu dan dilakukan dengan cara
kelembaban
meletakkan termometer digital
inkubator
di dalam inkubator dan diamati
setiap pagi, siang, sore, dan
malam selama tiga hari

4
Tabel 2 Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran (lanjutan)

Kesehatan dan
kebersihan

Data yang
dikumpulkan
ciri-ciri anakan sakit,
obat yang diberikan,
perlakuan penangkar
pada anakan sakit

pembersihan
kandang, kapan
dilakukan
pembersihan, alat
yang digunakan

Cara mendapatkan data
pengamatan langsung terhadap
kondisi kesehatan anakan,
melihat perlakuan yang
dilakukan ketika
sakit, obat yang diberikan dan
cara pemberiannya, serta
dilakukan wawancara terhadap
penangkar mengenai penyakit
yang pernah dialami anakan
dan cara pengobatannya
pengamatan langsung terhadap
cara pembersihan kandang
inkubator yang dilakukan,
kapan dilakukan kegiatan
pembersihan, dan alat yang
digunakan penangkar untuk
membersihkan

Pertumbuhan morfometrik
Metode yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan anakan jalak bali
dilakukan dengan cara pengamatan langsung, pengukuran terhadap berat badan,
panjang tubuh, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, panjang kaki dan
panjang paruh, dan penelusuran literatur. Cara pengukuran morfometrik anakan
jalak bali dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 1.
Tabel 3 Pengukuran morfometrik
Bagian yang diukur
Cara pengukuran dan alat yang digunakan
Berat badan (cm)
menaruh anakan jalak bali di atas timbangan digital
Panjang tubuh (cm)
diukur dari belakang kepala sampai ujung ekor
dengan menggunakan pita ukur
Panjang kepala (cm)
diukur dari bagian tengkuk hingga pangkal paruh
dengan menggunakan jangka sorong
Panjang sayap (cm)
diukur dengan merentangkan sayap dari pangkal
sayap hingga ujung sayap dengan menggunakan pita
ukur
Panjang ekor (cm)
diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor dengan
menggunakan pita ukur
Panjang kaki (cm)
diukur dari pangkal kaki hingga ujung kaki
menggunakan pita ukur
Panjang paruh (cm)
diukur dari pangkal paruh hingga ujung paruh
menggunakan jangka sorong
Pertumbuhan bulu dan
dilihat pertumbuhan bulu yang dimulai dari ada atau
perubahan warna
tidaknya bulu natal hingga tumbuh bulu sempurna
dan perubahan warna yang terjadi pada anakan yang
dilihat setiap minggunya dengan analisis deskriptif

5
Panjang kepala (cm)

Panjang tubuh (cm)

Panjang paruh (cm)
Panjang ekor (cm)

Panjang sayap (cm)

Panjang kaki (cm)

Gambar 1 Pengukuran morfometrik
Analisis Data
Teknik pembesaran
Data mengenai teknik pembesaran dianalisis secara deskriptif kualitatif
meliputi pakan, kesehatan, dan kebersihan anakan beserta kandang inkubator atau
sarang menyimpan anakan yang dilengkapi dengan ilustrasi seperti tabel dan
gambar yang relevan dengan data yang dihasilkan. Data pakan dianalisis
kuantitatif dengan cara penghitungan konversi pakan. Wisuku (2012) mengatakan
bahwa konversi pakan dapat dikatakan sebagai berapa kilogram pakan habis
diperlukan untuk membentuk satu kilogram berat badan, yang dihitung komulatif
pada saat umur tertentu. Nilai konversi pakan ini merupakan nilai penting sebagai
tinjauan ekonomis biaya pakan (Pramyrtha dan Ririen 2009).
Data pakan selain penghitungan konversi pakan, pakan juga dianalisis
secara kuantitatif menggunakan uji ANOVA (Analisis of Variance), yang
merupakan salah satu teknik analisis yang berfungsi untuk membedakan rataan
lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan variansinya. Untuk
melakukan uji ANOVA, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu sample berasal
dari kelompok yang independen, varian antar kelompok harus homogen, dan data
masing-masing kelompok berdistribusi normal (Hendry 2011).
Pertumbuhan morfometrik
Data mengenai morfometrik anakan jalak bali yang dihasilkan dianalisis
secara deskriptif kualitatif, dilengkapi dengan ilustrasi seperti tabel dan gambar
yang relevan dengan data yang dihasilkan. Pertumbuhan morfometrik (berat
badan, panjang tubuh, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, dan panjang
kaki) dilakukan perhitungan nilai rataan dan standar deviasi (SD) untuk melihat
pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali setiap minggunya. Uji ANOVA juga
dilakukan terhadap pertumbuhan morfometrik yaitu berat badan, panjang tubuh,
panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, dan panjang kaki anakan jalak bali
untuk melihat perbedaan pertumbuhan setiap minggu, kemudian dilakukan juga
uji lanjut Duncan terhadap faktor-faktor morfometrik tersebut.
Uji Duncan merupakan uji untuk melihat perbedaan tiap kelompok dari
nilai rataan yang dihasilkan tiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama
atau berbeda. Kriteria uji menggunakan taraf nyata α= 0.05 dengan ketentuan p-

6
value (Sig.)0.05 artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan diantara minggu. Untuk melihat hubungan antara umur dan
pertumbuhan morfometrik dilakukan analisis regresi linear. Regresi adalah
pengukuran hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan bentuk
hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi) diperlukan
pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi simbol X dan
variabel tak bebas dengan simbol Y (Kohdrata 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Pembesaran Anakan Jalak Bali
Pembesaran satwa adalah kegiatan penangkaran yang dilakukan dengan
pemeliharaan dan pembesaran anakan atau penetasan telur satwa dari alam dengan
tetap mempertahankan kemurnian jenis (BKSDA Yogyakarta 2012). Pembesaran
anakan jalak bali yang dilakukan di MBOF merupakan hand rearing yaitu
pemeliharaan anakan jalak bali yang dilakukan oleh penangkar. Pembesaran oleh
penangkar ini terbagi dalam tahap penyapihan dan tahap pemeliharaan anakan
jalak bali.
Tahap penyapihan anakan jalak bali
Penyapihan adalah proses pengambilan dan pemisahan anakan jalak bali
dari induknya oleh penangkar ke kandang inkubator. Tujuan utama penyapihan
anakan jalak bali adalah untuk membiarkan induk jalak bali dapat kembali
bertelur sehingga meningkatkan produktivitas MBOF, sama seperti pernyataan
Purwastuti (2007) yang mengatakan bahwa pemisahan anak dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas burung dalam menghasilkan anak, karena dengan
penyapihan maka siklus reproduksinya dapat diperpendek (Luckey 2003 diacu
dalam Purwastuti 2007). Penyapihan juga bertujuan untuk menghindari kematian
anakan saat dalam pengasuhan induk, karena menurut Azis (2013), banyak kasus
kematian anakan di penangkaran akibat dari induk jalak bali yang tidak mau
meloloh anaknya dan anaknya dibuang dari sangkar. Kegiatan penyapihan ini
harus dilakukan dengan hati-hati sehingga harus memperhatikan tingkat stres pada
induk dan juga anak jalak bali (Masyud 2010).
Kegiatan penyapihan dilakukan pada saat siang hari agar induk jalak bali
tidak stres. Sebelum dilakukan penyapihan, kandang inkubator sudah disiapkan
terlebih dahulu yaitu dengan membersihkan kandang dan menyiapkan lampu agar
suhu di inkubator menjadi hangat. Jumlah lampu tergantung pada jumlah anakan
yang disapih. Penyapihan atau pemindahan anakan jalak bali di MBOF dilakukan
ketika anakan jalak bali berumur 5-7 hari setelah diasuh oleh induknya. Hal ini
dimaksudkan agar anakan mendapatkan pigeon milk yang berfungsi untuk
imunitas anakan, anakan sudah cukup besar dan kuat, melatih induk untuk
mengasuh anaknya sendiri, dan agar induk jalak bali tidak menjadi stres. Anakan
jalak bali ini kemudian dipindahkan ke kandang inkubator untuk dilakukan tahap

7
pemeliharaan, hingga dipindahkan lagi ke sangkar saat berumur 26-28 hari atau
ketika anakan jalak bali sudah dapat mencengkram dan melompat.
Proses pengambilan anakan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.
Pengambilan harus dilakukan oleh penangkar yang memang memiliki pengalaman
cukup lama, karena pada masa ini kondisi anakan masih rentan. Saat pengambilan
anakan, penangkar tidak memakai alat apapun (tangan kosong), hanya membawa
baskom dan sarang untuk menaruh anakan jalak bali dan tangga untuk menggapai
nest box yang berada di atas di kandang reproduksi seperti pada Gambar 2.

(a)
(b)
Gambar 2 (a)dan (b) Penyapihan anakan oleh penangkar
Pengambilan anakan jalak bali harus dilakukan sekaligus, baik dari induk
yang sama ataupun bukan. Patokannya adalah anakan yang berumur 5-7 hari,
yakni yang didasari pada waktu menetasnya telur pertama. Seperti diketahui, jalak
bali termasuk tipe asynchronous yaitu telur menetas tidak serempak (Imanuddin
dan Mardiastuti 2003). Saat pengambilan anakan jalak bali, penangkar sudah
membawa baskom dan sarang untuk menempatkan anakan jalak bali. Hal ini
dimaksudkan agar kondisi anakan jalak bali tidak terlalu berbeda dengan kondisi
sarang di nest box (Gambar 3). Anakan jalak bali yang disapih bersamaan akan
disimpan dalam satu kotak kandang inkubator yang sama, kemudian dibesarkan
secara bersama pula dan akan dipindahkan ke dalam sangkar yang sama dalam
proses pemeliharaannya. Hal ini untuk memudahkan dalam pemeliharaan anakan
jalak bali.

Gambar 3 Anakan jalak bali saat disapih

8
Tahap pemeliharaan anakan jalak bali
Setelah dilakukan penyapihan, anakan jalak bali masuk ke dalam tahap
pemeliharaan. Tahap pemeliharaan ini dilakukan penangkar secara intensif (hand
rearing) yakni pemeliharaan anakan yang dilakukan oleh penangkar terkait
dengan pemberian pakan, pengelolaan kandang, dan pemeliharaan kesehatan serta
kebersihannya. Jadi secara teknis ada tiga aspek pemeliharaan yang dibahas yaitu
pakan, kandang, dan kesehatan kebersihan.
Aspek pakan
Anakan jalak bali yang ada di penangkaran MBOF hanya diberi pakan
voer. Merek voer yang digunakan adalah fancy bird food 12 telur. Voer ini
kemudian dijadikan bubur voer. Bubur voer anakan jalak bali dibuat dengan cara
mencampur sebanyak ± 60 gram voer (untuk 2-3 anakan) yang ditambah dengan
air panas secukupnya, yang penting dapat menghaluskan voer dan menjadi agak
kental (jangan sampai terlalu cair) agar anakan jalak bali tidak diare. Pembuatan
bubur voer di pagi hari ditambah dengan minyak ikan, sedangkan untuk siang hari
voer hanya dicampur dengan air panas. Proses pembuatan bubur voer dapat dilihat
pada Gambar 4.

+
Air panas

Gambar 4 Proses pembuatan voer kering menjadi bubur voer
Pemberian pakan anakan jalak bali dilakukan dengan cara diloloh oleh
penangkar mulai dari pukul 06.00-22.00 setiap satu sampai tiga jam sekali, atau
ketika anakan jalak bali lapar (Gambar 5). Menurut Iswantoro (2008), pemberian
makanan tidak boleh terlambat karena bila terlambat perut anakan bisa kembung
dan masuk angin hingga menyebabkan kematian. Pemberian pakan pada anakan
jalak bali membutuhkan waktu yang lumayan lama karena anakan memerlukan
waktu untuk menelan makanannya. Pakan yang diberikan pada anakan dengan
bantuan penangkar disajikan dalam bentuk yang halus dan dilakukan dengan sabar
dan hati-hati (Lariman 2011).

9

Gambar 5 Pelolohan anakan jalak bali oleh penangkar

Jumlah Komsumsi
(g)

Pakan merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan dan pertumbuhan
(Marthani 2011). Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram voer adalah 9%
karbohidrat, 6% serat kasar, 18% protein, 3.5% lemak, dan 12% air. Kandungan
protein yang lebih besar ini berguna untuk pertumbuhan sel-sel baru dan juga
untuk menghasilkan pertumbuhan bulu yang lebih lebat dan bagus karena menurut
Atmomarsono et al. (1999), semakin banyak memberikan protein maka
pertumbuhan bulu semakin meningkat. Bulu yang lebat dan indah ini juga dapat
meningkatkan harga jual jalak bali.
Persediaan pakan anakan jalak bali di MBOF selalu tersedia. Menurut
Setio dan Takandjandji (2007), karena peran pakan yang penting, maka pakan
harus selalu tersedia secara terus menerus dalam kuantitas dan kualitas yang
cukup. Selain itu untuk kegiatan penangkaran juga perlu mempertimbangkan
kualitas, harga, dan ketersediaannya.
Jumlah konsumsi pakan dan rataan pakan yang dikonsumsi sepuluh
anakan jalak bali selama diloloh di kandang inkubator hingga dipindahkan ke
kandang penyapihan (sangkar) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
600
400

Minggu 1

200

Minggu 2

0
Minggu 3

Jumlah
Konsumsi (g)

Gambar 6 Jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu
400
390
380
370
360
350

390,27
374,07

1

369,91

2
Minggu ke-

3

Gambar 7 Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu

10
Gambar 6 menunjukan bahwa jumlah pakan yang dikonsumsi setiap
anakan jalak bali berbeda satu sama lain. Jumlah pakan yang dikonsumsi
dipengaruhi oleh perbedaan berat badan saat disapih, kondisi kesehatan anakan,
dan jumlah anak atau telur per sarang. Anakan tunggal cenderung menunjukan
jumlah konsumsi pakannya lebih banyak dibandingkan dengan dua anak per
sarang. Hal tersebut diduga terjadi karena induk fokus memelihara satu anaknya.
Pengukuran jumlah pakan yang dilakukan terhadap sepuluh anakan jalak
bali didapatkan rata-rata pengukuran setiap minggunya seperti Gambar 7. Terjadi
kenaikan konsumsi pakan oleh anakan jalak bali dari minggu pertama ke minggu
kedua. Hal ini dapat terjadi karena minggu-minggu awal merupakan tahap yang
penting bagi anakan jalak bali untuk pertumbuhan sehingga jumlah pakan yang
dikonsumsi banyak, namun kemudian dari minggu kedua ke minggu ketiga terjadi
penurunan tingkat konsumsi. Berkurangnya konsumsi pakan ini bertujuan agar
berat badan anakan jalak bali menjadi lebih ringan dan ideal ukurannya sehingga
memudahkan untuk bergerak seperti melompat-lompat dan belajar mengepakkan
sayapnya. Jumilawaty (2004) mengatakan bahwa kelincahan anak tergantung dari
berat badannya.
Walaupun Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukan bahwa terjadi perbedaan
jumlah konsumsi pakan anakan jalak bali tiap minggunya, namun uji ANOVA
yang dilakukan menghasilkan bahwa tidak terjadi perbedaan signifikan terhadap
jumlah pakan yang dikonsumsi setiap minggu (Lampiran 2). Maka sebenarnya
jumlah konsumsi pakan setiap minggu dapat dianggap sama, yaitu 378.08 g/
minggu/ individu atau 54.01 g/ individu/ hari, dan dapat dikatakan besar bahkan
dapat mencapai dua kali lipat berat badannya. Hal tersebut karena burung
merupakan satwa yangmemiliki tingkat metabolisme tinggi sehingga
memnutuhkan pakan yang cukup banyak sebagai sumber energy untuk melakukan
aktivitasnya (Giil 2007).
Aspek kandang
Kandang juga merupakan aspek penting selain pakan dalam usaha
penangkaran, karena kandang berfungsi untuk melindungi satwa dari panas,
dingin, dan predator. Pada proses pembesaran anakan jalak bali di penangkaran,
kandang inkubator merupakan hal terpenting, karena kandang inkubator menjadi
tempat untuk anakan mendapatkan kehangatan. Kandang inkubator anakan jalak
bali di MBOF berukuran panjang 132 cm, lebar 47 cm, dan tinggi 49 cm, dengan
tinggi kaki penyangga 60 cm, yang terbuat dari triplek sebanyak 7 buah, kayu 12
buah, dan kawat ram 4 buah.
Kandang inkubator anakan jalak bali terbagi menjadi dua kotak dengan
ukuran sama besar. Peralatan dan perlengkapan yang ada di kandang inkubator
adalah tempat lampu sebanyak enam buah, dengan masing-masing tiga buah pada
setiap kotak, lampu bohlam lima watt sebanyak satu sampai tiga bohlam tiap
kotak (jumlah lampu dipasang sesuai dengan jumlah anakan jalak bali), sarang
yang terbuat dari jerami, dan wadah untuk menyimpan sarang berupa pot tanah
liat atau baskom (Gambar 8). Menurut Cahyono (2012), konstruksi dan
manajemen perkandangan menjadi salah satu penentu berhasilnya produksi di
penangkaran.

11

(a)
(b)
Gambar 8 (a) Kandang inkubator, (b) Perlengkapan kandang inkubator
Pembersihan inkubator anakan jalak bali dilakukan setiap selesai
memberikan pakan atau lolohan dengan menggunakan lap basah, sedangkan
perawatan kandang dilakukan ketika terjadi kerusakan pada kandang seperi kawat
ram yang patah dan engsel pintu inkubator yang lepas dengan menggunakan
obeng dan palu. Suhu inkubator anakan jalak bali berkisar antara
CC
dengan kelembaban 71% - 90%. Menurut Nugroho et al. (1996) diacu dalam
Marthani (2011), anakan pada fase starter belum memiliki bulu untuk menjaga
suhu tubuhnya sehingga anakan membutuhkan suhu lebih tinggi yaitu
C - 34º
C dan kelembaban 70%. Oleh karena itu, anakan sangat membutuhkan inkubator
dalam proses pertumbuhannya dan menjadi aspek penting dalam kegiatan
pembesaran. Suhu inkubator di MBOF sudah cukup sesuai untuk pembesaran
anakan.
Aspek kesehatan dan kebersihan
Anakan jalak bali yang sehat akan tumbuh menjadi lebih kuat dan
memiliki kualitas reproduksi yang baik ketika dewasa, sehingga aspek kesehatan
juga hal yang harus diperhatikan oleh penangkar. Menjaga kesehatan anakan jalak
bali di MBOF dilakukan ketika anakan sakit. Penyakit yang sering dialami anakan
jalak bali adalah diare. Diare memiliki gejala yaitu kotoran yang berair.
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat anti diare, dan
dilakukan saat anak jalak bali mulai diare sampai sembuh selama 2 hari.
Obat yang digunakan di MBOF yaitu Tonic’s Treasure yang dihaluskan
dengan air kemudian diberikan pada anakan jalak bali menggunakan pipet. Obat
ini juga diberikan pada anakan jalak bali yang terlihat pucat (warna tubuhnya
tidak berwarna merah muda) dan kurang nafsu makan. Saat penyapihan, anakan
jalak bali terkadang memiliki keadaan jari yang tidak normal (salah arah), yang
diduga akibat tertindih anakan yang lebih besar saat belum disapih. Untuk kondisi
seperti itu, perawatan yang dilakukan oleh penangkar adalah dengan cara
membenarkan posisi jari yang salah menggunakan plester yang dipasangkan pada
jari yang tidak normal dan diusahakan agar jari kembali normal ke arah dan
bentuk yang seharusnya. Plester ini dipakai dari mulai anakan disapih sampai
posisi sudah benar sekitar 7-10 hari kemudian.
Menjaga kebersihan anakan jalak bali juga harus dilakukan agar tidak ada
virus yang tumbuh dan berkembang yang membuat anakan jalak bali menjadi
sakit. Kebersihan anakan jalak bali di MBOF dilakukan dengan cara

12
membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh anakan jalak bali maupun
sarang yang digunakan anakan jalak bali, serta kandang inkubator secara
keseluruhan. Bagian tubuh anakan yang sering dibersihkan adalah mulut karena
sisa lolohan, sayap dan perut karena kotorannya.
Pembersihan kandang inkubator dilakukan setiap selesai memberi makan
atau meloloh anakan jalak bali. Kegiatan pembersihan ini dilakukan menggunakan
lap basah dan capit sumpit untuk mengambil kotoran. Pembersihan sarang dan
wadah yang telah dipakai juga dilakukan dengan merendam sarang dalam air,
mencuci wadah dengan air, kemudian keduanya dijemur dibawah sinar matahari
hingga kering. Kegiatan fumigasi menggunakan alkohol dilakukan saat anakan
telah dipindahkan ke sangkar sehingga inkubator siap dipakai lagi bila ada anakan
baru. Menjaga kebersihan juga salah satu upaya agar kesehatan anakan tetap
terjaga (Setio dan Takandjandji 2007).
Pertumbuhan Morfometrik Anakan Jalak Bali
Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat badan, panjang tubuh,
panjang kepala, panjang sayap, panjang paruh, panjang ekor, dan panjang kaki,
serta pertumbuhan bulu. Marthani (2011) mengatakan bahwa pertumbuhan pada
burung terbagi menjadi 3 fase periode pertumbuhan, yaitu fase starter (0-3
minggu), fase grower (3-6 minggu), dan fase layer (lebih dari 6 minggu). Pada
penelitian ini, pengamatan terhadap anakan jalak bali dimulai dari fase starter (1
minggu) hingga fase grower (4 minggu). Pertumbuhan anakan merupakan
indikator yang terlihat dari kegiatan pembesaran anakan jalak bali. Setelah
pengamatan dan pengukuran, didapatkan rataan pertumbuhan morfometrik untuk
anakan jalak bali tiap minggu seperti pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Rataan± SD pertumbuhan anak jalak bali selama 4 minggu
Minggu keMorfometrik
1
2
3
4
Berat badan (g)
31.4 ± 7.24 70.6 ± 9.2
83.5 ± 4.62 84.3 ± 4.94
Panjang tubuh (cm)
6.07 ± 1.01 9.03 ± 1.55 11.98 ± 0.84 14.9 ± 0.87
Panjang sayap (cm)
3.93 ± 0.64 9.34 ± 1.76 14.2 ± 0.82 15.92 ± 0.55
Panjang kepala (cm) 2.88 ± 0.30 4.12 ± 0.22 4.67 ± 0.18 5.21 ± 0.23
Panjang paruh (cm)
1.01 ± 0.21 1.65 ± 0.13 1.81 ± 0.10 2.05 ± 0.25
Panjang ekor (cm)
0
1.1 ± 0.50
2.95 ± 0.62 5.38 ± 0.69
Panjang kaki (cm)
6.35 ± 0.78 10.85 ± 1.07 12.08 ± 0.41 12.33 ± 0.47
Pertumbuhan morfometrik (berat badan, panjang tubuh, panjang kepala,
panjang sayap, panjang paruh, panjang ekor,dan panjang kaki) anakan jalak bali
selama dilakukan pengukuran terjadi pertambahan dan juga pengurangan setiap
minggunya. Hasil pengukuran morfometrik anakan jalak bali dan perubahan
kenaikan atau penurunan tiap minggunya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Perubahan pertumbuhan terbesar hampir semuanya terjadi pada minggu pertama
ke minggu kedua untuk semua morfometrik anakan jalak bali. Hal ini bisa jadi
dapat dikarenakan sifat masing-masing anakan yang berbeda, ukuran dan kondisi
kesehatan anakan jalak bali yang berbeda pada saat penyapihan (pengambilan
anakan dari indukan), dan juga perbedaan jenis kelamin anakan, walaupun dalam

13
penelitian ini belum dapat menentukan jenis kelamin antara anakan jantan dan
betina.
Pertumbuhan morfometrik terjadi setiap pengukuran selama 4 minggu.
Rataan pertambahan ukuran morfometrik tiap minggu selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 5 berikut. Gambar 9 menunjukan rataan pertumbuhan
morfometrik setiap minggunya, yakni terlihat ada kenaikan dari minggu ke
minggunya. Peubah morfometrik yang menunjukan paling tinggi pertumbuhannya
adalah panjang sayap, karena sayap menjadi penumpu jalak bali untuk
menyeimbangkan tubuhnya dan kaitannya dengan aktivitas terbang. Lambey et al.
(2013) mengatakan bahwa panjang sayap juga berkaitan dengan aktivitasnya
dalam mencari makan dan mempertahankan teritorialnya sehingga sayap burung
jantan lebih panjang dibandingkan burung betina.
Pertumbuhan (cm)

20,0

Tubuh
total
sayap

15,0

kepala

10,0

paruh
5,0
ekor
0,0
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

kaki

Gambar 9 Rataan pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali selama 4 minggu
Tabel 5 Rataan pertambahan ukuran morfometrik tiap minggu selama 4 minggu
Morfometrik
N
Rataan morfometrik ± SD
Berat badan (g)
10
13.23 ± 17.69
Panjang tubuh (cm)
2.21 ± 1.73
Panjang sayap (cm)
3 ± 2.46
Panjang kepala (cm)
0.58 ± 0.49
Panjang paruh (cm)
0.26 ± 0.29
Panjang ekor (cm)
1.35 ± 0.98
Panjang kaki (cm)
1.5 ± 1.93
Pertambahan berat badan
Pertumbuhan berat badan yang didapat setelah melakukan pengukuran
terhadap sepuluh anakan jalak bali dapat dilihat variasinya seperti pada Gambar
10. Gambar 10 menunjukan bahwa pertumbuhan berat badan hampir menunjukan
garis yang sama, selalu naik tiap minggunya. Gambar 11 menunjukan
pertumbuhan rata-rata berat badan dari sepuluh anakan jalak bali yang naik tiap
minggunya, dan yang paling tinggi kenaikannya adalah dari minggu pertama ke
minggu kedua dan yang paling sedikit adalah dari minggu ketiga ke minggu
keempat. Hal ini karena memang jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali
saat minggu pertama ke minggu kedua juga paling besar untuk tumbuh lebih besar.
Rataan dan standar deviasi pertumbuhan berat badan anakan jalak bali tiap
minggu dapat dilihat pada Tabel 4.

Berat Badan (g)

14
Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

100
80
60
40
20
0
1

2

3

4

Berat Badan (g)

Gambar 10 Pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu
100
50

83,5

84,3

3

4

70,6
31,4

0
1

2

Minggu ke-

Gambar 11 Rataan pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu
Perbedaan jelas (Gambar 10) ketika pengukuran pertama dilakukan,
karena saat masih diasuh oleh indukannya, cara pengasuhan antar indukan jalak
bali yang satu berbeda dengan indukan jalak bali yang lainnya, yaitu ada indukan
jalak bali yang rajin memberikan makanan dan yang tidak sehingga ukuran
anakan jalak bali berbeda-beda. Pengasuhan yang berbeda terlihat pada anakan 1
yang berasal dari indukan jalak bali yang berada di kandang umbar. Indukan jalak
bali di kandang umbar memang lebih rajin dalam melakukan pengasuhan pada
anaknya, karena keadaan kandang umbar seperti keadaan alami sehingga perilaku
indukan jalak bali dalam mengasuh anak juga cukup baik. Akibatnya dapat
terlihat anakan 1 memiliki berat badan yang paling besar yaitu 44 gram saat
pertama kali diukur.
Ukuran juga berbeda pada anakan jalak bali yang bersaudara seperti
anakan 4, 5, dan 6. Anakan 4 paling besar dibandingkan anakan 5 dan 6 yaitu 33
gram dan juga anakan 6 paling kecil ukurannya yaitu 20 gram. Hal ini karena
anakan jalak bali yang menetas terlebih dahulu sudah memakan makanan yang
diberikan oleh induknya lebih banyak, dan umur saat pengambilan juga sudah
tepat yaitu 6-7 hari sedangkan yang lainnya berumur 4 dan 5 hari (biasanya beda
satu hari penetasannya). Menurut Soenanto (2002), anak yang menetas lebih dulu
jelas akan tumbuh lebih cepat dan lebih besar, dan ini menyebabkan jatah anak
yang lebih besar menjadi lebih banyak sehingga untuk anak yang paling muda
menjadi kalah bersaing dengan yang tua.
Hasil uji ANOVA yang dilakukan terhadap berat badan menunjukan hasil
bahwa berat badan anakan jalak bali tiap minggunya meningkat signifikan. Hasil
uji lanjut Duncan juga menghasilkan pertambahan berat badan yang signifikan
untuk minggu satu hingga minggu tiga namun untuk minggu tiga hingga minggu
empat tidak begitu signifikan (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear untuk
melihat hubungan umur dengan berat badan menunjukan ada hubungan yang
positif antara umur dengan pertambahan berat badan dengan persamaan y= 24.55
+ 17.16 x.

15
Konversi pakan yang merupakan perbandingan jumlah konsumsi pakan
dengan berat badan terakhir (pengukuran keempat) terhadap kesepuluh anakan
jalak bali sebagian besar menunjukan bahwa semakin banyak pakan yang
dikonsumsi, maka berat badan yang didapatkan juga lebih besar, sama seperti
yang dikatakan Lambey et al. (2013) bahwa semakin banyak jumlah pakan, maka
bobot tubuh juga semakin meningkat. Nilai konversi pakan anakan jalak bali
adalah 12.6.
Pertumbuhan panjang tubuh
Hasil pengukuran terhadap pertumbuhan panjang tubuh anakan jalak bali
menunjukan kurva yang hampir segaris (Gambar 12). Pengukuran pada panjang
tubuh minggu pertama hampir tidak jauh berbeda, namun yang jelas terlihat
ukuran panjang tubuh yang terpanjang pada minggu pertama adalah anakan 2
yaitu 8.5 cm namun untuk pengukuran panjang tubuh berikutnya pertumbuhan
panjang tubuh tidak terlalu besar. Pertumbuhan panjang tubuh tertinggi setelah
pegukuran minggu pertama terjadi pada anakan 1 di minggu kedua yaitu dari 6.2
cm menjadi 13 cm dan itu bertahan sampai minggu ketiga dan naik kembali pada
minggu keempat menjadi 15 cm. Anakan 1 memang merupakan anakan yang
berat badannya paling besar, maka panjang tubuhnya pun menjadi yang paling
panjang.
Panjang Tubuh
(cm)

20
15
10
5
0
1

2

3

4

Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

Gambar 12 Pertumbuhan panjang tubuh anakan jalak bali tiap minggu
Rata-rata pertumbuhan panjang tubuh menunjukan bahwa kenaikan
panjang tubuh anakan jalak bali sangat signifikan (Gambar 9). Rataan dan standar
deviasi panjang tubuh untuk minggu 1 yaitu (6.07±1.01 cm), minggu 2 yaitu
(9.03±1.55 cm), minggu 3 yaitu (11.98±0.84 cm), dan minggu 4 yaitu (14.9±0.87
cm) seperti terlihat pada Tabel 4. Ini juga dibuktikan dengan hasil uji ANOVA
yang menunjukan pertumbuhan panjang tubuh memang signifikan setiap
minggunya. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan juga didapatkan bahwa
pertumbuhan panjang tubuh memang meningkat signifikan dari minggu satu
sampai minggu keempat (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear hubungan
antara umur dengan panjang tubuh menghasilkan hubungan signifikan sebesar
100% dengan persamaan y= 3.14 + 2.94 x.
Pertumbuhan panjang sayap
Aves memilki organ pembeda dari jenis lainnya yaitu sayap. Sayap
merupakan alat bagi burung untuk terbang. Variasi hasil pengukuran sayap dari
sepuluh anakan jalak bali menunjukan bahwa dari minggu ke minggu
pertumbuhan panjang sayap bertambah (Gambar 13). Pertumbuhan panjang sayap

16
sangat signifikan dari minggu 1 hingga minggu 3 namun dari minggu 3 ke minggu
4 tidak begitu signifikan (Gambar 9). Panjang sayap untuk minggu 1 (3.93±0.64
cm), minggu 2 (9.34±1.76 cm), minggu 3 (14.2±0.82 cm), dan minggu 4
(15.92±0.55 cm) (Tabel 4).
Panjang Sayap
(cm)

20
15
10
5
0
1

2

3

4

Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

Gambar 13 Pertumbuhan panjang sayap anakan jalak bali tiap minggu
Hasil uji ANOVA menunjukan pertumbuhan panjang sayap dari minggu
pertama hingga minggu keempat meningkat signifikan. Hasil uji lanjut Duncan
juga memperlihatkan pertumbuhan dari minggu satu sampai minggu empat yang
berbeda signifikan (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear menunjukan ada
hubungan signifikan (95.7%) antara umur dengan panjang sayap dengan
persamaan y= 0.64 + 4.08 x.

Panjang Kepala (cm)

Pertumbuhan panjang kepala
Pertumbuhan panjang kepala kesepuluh anakan jalak bali terlihat
meningkat juga setiap minggunya dari pengukuran pertama sampai pengukuran
keempat (Gambar 14). Pertambahan panjang kepala anakan jalak bali terbesar
terjadi saat minggu pertama ke minggu kedua untuk semua anakan jalak bali.
Rata-rata pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali yang tertinggi terjadi saat
minggu pertama ke minggu kedua (Gambar 9). Berdasarkan sample maka
didapatkan panjang kepala anakan jalak bali untuk minggu 1 yaitu (2.88±0.30 cm),
minggu 2 (4.12±0.22 cm), minggu 3 (4.67±0.18 cm), dan minggu 4 (5.21±0.23
cm) (Tabel 4).
6
5
4
3
2
1
0
1

2

3

4

Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

Gambar 14 Pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali tiap minggu
Uji ANOVA menghasilkan kenaikan pertumbuhan panjang kepala anakan
jalak bali yang signifikan, sama seperti garis kurva yang dihasilkan. Hasil uji
Duncan juga menunjukan pertumbuhan dari minggu satu sampai minggu empat

17
meningkat signifikan. Hasil uji regresi linear antara umur dengan panjang kepala
menunjukan ada hubungan signifikan (95.1%) dengan persamaan y= 2.33 + 0.75 x.

Panjang Paruh (cm)

Pertumbuhan panjang paruh
Paruh berfungsi sebagai tempat masuknya makanan. Paruh anakan jalak
bali saat pertama kali diambil berwarna merah muda dan lembut dengan bagian
agak memipih diatas. Warna merah muda ini terus hingga minggu keempat,
namun dari minggu ketiga, bagian atas paruh mulai terdapat warna keabu-abuan.
Variasi pertumbuhan panjang paruh sepuluh anakan jalak bali dapat dilihat pada
Gambar 15 menunjukan kenaikan setiap minggunya, namun yang paling jelas
terlihat adalah kenaikan panjang paruh anakan jalak bali minggu ketiga ke minggu
keempat dari anakan 7. Anakan 7 ini memang pertumbuhan panjang paruhnya
yang paling besar untuk setiap minggunya. Berdasarkan sepuluh anakan jalak bali,
maka didapatkan rataan pertumbuhan panjang paruh untuk minggu 1 adalah
(1.01±0.21 cm), minggu 2 (1.65±0.13 cm), minggu 3 (1.81±0.10 cm), dan minggu
4 (2.05±0.25 cm) (Tabel 4).
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1

2

3

4

Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

Gambar 15 Pertumbuhan panjang paruh anakan jalak bali tiap minggu
Rata-rata pertumbuhan panjang paruh anakan jalak bali tiap minggu
terbesar terjadi dari minggu pertama ke minggu kedua, sedangkan pertumbuhan
panjang paruh minggu berikutnya tidak terlalu besar (Gambar 9). Hasil uji
ANOVA menunjukan kenaikan yang signifikan untuk setiap minggunya, dan pada
uji lanjut Duncan juga menunjukan kenaikan pertumbuhan panjang paruh yang
signifikan pada minggu pertama ke minggu kedua, namun pada minggu kedua ke
minggu ketiga tidak terlalu signifikan kemudian kembali meningkat pada minggu
ketiga ke minggu keempat (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear didapatkan
ada hubungan signifikan (90.8%) antara umur dengan panjang paruh dengan
persamaan y= 0.81 + 0.33 x.
Pertumbuhan panjang ekor
Pertumbuhan ekor anakan jalak bali baru ada ketika pengukuran minggu
kedua dan terus bertambah dengan kenaikan yang sangat signifikan (Gambar 16).
Rataan pertumbuhan panjang ekor tiap minggu dapat dilihat pada Gambar 9.
Pertumbuhan ekor anakan jalak bali yang paling terlihat berbeda adalah
pengukuran anakan 1 yaitu garis biru terpisah dengan garis lainnya dan
pertambahannya sangat tajam. Panjang ekor minggu 1 belum ada, minggu 2
(1.10±0.50 cm), minggu 3 (2.95±0.62 cm), dan minggu 4 (5.38±0.69 cm) (Tabel
4).

Panjang Ekor (cm)

18
8
6
4
2
0
1

2

3

4

Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

Gambar 16 Pertumbuhan panjang ekor anakan jalak bali tiap minggu
Hasil uji ANOVA menunjukan ada perbedaan signifikan pertumbuhan
panjang ekor anakan jalak bali setiap minggu. Uji lanjut Duncan menunjukan
perbedaan kenaikan pertumbuhan panjang ekor signifikan dari pengukuran
pertama hingga pengukuran keempat, terutama pertumbuhan minggu keempat
yang paling besar. Uji regresi linear menunjukan ada hubungan signifikan
(97.3%) antara umur dengan panjang ekor dengan persamaan y= -2.14 +1.8 x.

Panjang Kaki (cm)

Pertumbuhan panjang kaki
Kaki sebagai alat penopang tubuh juga setiap minggunya bertambah
panjang dengan pertambahan terpanjang dari minggu pertama ke minggu kedua,
sedangkan pertumbuhan pada minggu ketiga ke minggu keempat tidak begitu
besar kenaikannya (Gambar 9). Jalak bali memiliki empat jari dengan tiga jari
mengarah ke depan, dan satu jari mengarah ke belakang (anisodactylie). Gambar
17 merupakan variasi pertumbuhan panjang kaki anakan jalak bali yang
memperlihatkan bahwa kesepuluh anakan jalak bali tidak terlalu berbeda
pertumbuhan panjang kakinya dan hampir menghasilkan garis kurva yang serupa.
15
10
5
0
1

2

3

4

Anakan 1
Anakan 2
Anakan 3
Anakan 4
Anakan 5
Anakan 6
Anakan 7
Anakan 8
Anakan 9
Anakan 10

Gambar 17 Pertumbuhan panjang kaki anakan jalak bali tiap minggu
Panjang kaki anakan jalak bali minggu 1 adalah (6.35±0.78 cm), minggu 2
(10.85±1.07 cm), minggu 3 (12.08±0.41 cm), dan minggu 4 (12.33±0.47 cm)
(Tabel 4). Hasil uji ANOVA menunjukan ada perbedaan signifikan rataan
pertambahan panjang kaki anakan jalak bali setiap minggunya. Hasil uji Duncan
juga menunjukan perbedaan signifikan pertumbuhan panjang kaki pada minggu
satu hingga minggu ketiga, namun untuk minggu ketiga ke minggu keempat tidak
terlalu naik signifikan (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear menunjukan
bahwa ada hubungan signifikan (79.4%) antara umur dengan pertumbuhan
panjang kaki dengan persamaan y= 5.61 + 1.92 x.

19
Pertumbuhan bulu dan perubahan warna
Bulu anakan jalak bali tumbuh dan terjadi perubahan setiap minggunya
(Gambar 18). Saat pengukuran minggu pertama, anakan jalak bali belum memiliki
bulu di sayap maupun tubuhnya. Jalak bali merupakan aves yang termasuk ke
dalam tipe psilopaedik, yang berarti anakan menetas belum memiliki bulu atau
dengan bulu down natal yang sedikit dan jarang (Gill 2007 diacu dalam Sari et al.
2013). Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya
mencuat menutupi epidermis sehingga terbentuklah bulu penutup tubuh (plumae)
(Sari et al. 2013).
Tubuh anakan jalak bali belum memiliki bulu saat pengukuran pertama.
Bulu mulai tumbuh saat minggu kedua, yaitu bagian pterylae (tempat tumbuhnya
bulu di tubuh) di leher, bahu, dan punggung. Untuk pterylae perut belum tumbuh
saat minggu kedua. Tubuh mulai tertutup bulu kontur (bulu yang menutupi lapisan
tubuh paling luar) seluruhnya saat pengukuran minggu ketiga dan tertutup
sempurna saat pengukuran minggu keempat. Bulu kontur yang menutupi tubuh
jalak bali berwarna putih.

Minggu 1
Belum ada bulu

Minggu 2
Bulu di sayap, punggung dan kepala

Minggu 4
Minggu 3
Bulu sudah menutupi tubuh
Bulu belum menutupi tubuh seluruhnya
Gambar 18 Pertumbuhan bulu dan warna anakan jalak bali tiap minggu
Sayap tertutup bulu yang mulai tumbuh pada minggu kedua pengukuran
dalam bentuk bulu jarum, yang merupakan bulu primer (yang pertama kali
tumbuh), ujungnya berwarna kebiruan (nantinya menjadi hitam) kemudian

20
minggu-minggu berikutnya tumbuh bulu remiges dan juga bulu kontur. Bulu
sayap primer merupakan bagian penting saat burung terbang karena berfungsi
seperti baling-baling ketika burung terbang, dan bila diurutkan akan berbentuk
tumpul yang berfungsi untuk memperkecil gesekan dengan udara seperti halnya
panjang pesawat terbang yang memberikan dorongan (Diana 2006). Menurut Sari
et al. (2013) bulu remiges adalah bulu yang tumbuh pada sayap, berbentuk dan
berfungsi untuk terbang. Bulu anakan jalak bali berwarna putih namun berwarna
hitam di ujungnya saat minggu ketiga.
Kepala anakan jalak bali juga ditumbuhi bulu yang berguna untuk
melindungi dari kelembaban dan dingin (Sari et al. 2013). Bulu ini tumbuh saat
pengukuran minggu kedua namun belum begitu lebat dan masih