Teknik Pengelolaan dan Penilaian Kesejahteraan Murai Batu (Copsychus malabaricus, Scopoli 1788) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat

TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN
MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA
BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT

ISNIA ESTU MARIFA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknik Pengelolaan
dan Penilaian Kesejahteraan Murai Batu (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788)
di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014
Isnia Estu Marifa
NIM E34100061

ABSTRAK
ISNIA ESTU MARIFA. Teknik Pengelolaan dan Penilaian Kesejahteraan Murai
Batu (Copsychus malabricus Scopoli, 1788) di Mega Bird and Orchid Farm,
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh LIN NURIAH GINOGA dan
BURHANUDDIN MASY’UD.
Populasi murai batu (Copsychus malabaricus) di habitat alaminya
mengalami penurunan akibat perburuan, konversi dan degradasi hutan. Upaya
konservasi yang dapat dilakukan yakni konservasi ek-situ melalui kegiatan
penangkaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2014 di Mega
Bird and Orchid Farm. Kandang murai batu di MBOF terdiri dari kandang
pembesaran, kandang reproduksi dan inkubator. Jenis pakan yang diberikan pada
murai batu yakni pur dan jangkrik. Ukuran keberhasilan penangkaran murai batu

di MBOF pada tahun 2013 dan 2014 yakni persentase tingkat perkembangbiakan
induk sebesar 70% dan 23.80%, daya tetas telur sebesar 66% dan 82.35% dan
angka kematian 33.33% dan 21.43%. Penilaian kesejahteraan murai batu di
MBOF menurut pengelola memiliki skor sebesar 69.35 dan menurut pengamat
sebesar 64.25 yang memiliki arti pengelolaan yang dilakukan sudah cukup
memenuhi kriteria kesejahteraan satwa.
Kata kunci: daya tetas telur, kematian, kesejahteraan satwa, murai batu,
perkembangbiakan

ABSTRACT
ISNIA ESTU MARIFA. Management Technique and Welfare Assessment of
White-Rumped Shama (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) at Mega Bird and
Orchid Farm, Bogor, West Java. Supervised by LIN NURIAH GINOGA and
BURHANUDDIN MASY'UD.
Population of white-rumped shama (Copsychus malabaricus) in their
natural habitat tends to decrease due to hunting activity, and forest conversion and
degradation. One of efforts to conserve this species is ex-situ conservation by
means of birds-keeping. This research aims to analyze management technique and
to assess the success of bird-keeping of white-rumped shama at Mega Bird and
Orchid Farm (MBOF). This study was conducted from May to July 2014. Types

of hutches at MBOF are development, reproduction and incubation buildings.
Feedstocks used in this research were powder and crickets. The percentage of
reproduction level in 2013 and 2014 were respectively 70% and 23.80% while the
hatchability were 66% and 82.35% and mortality were 33.33% and 21.43%.
Welfare assessment conducted by breeder is 69.35 while it is based on the
research result is 64.25. The conclusion is that management of white-rumped
shama by MBOF complies with animal welfare criteria.
Keywords: animal welfares, hatchability, mortality, reproduction, white-rumped
shama

TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN
MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA
BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT

ISNIA ESTU MARIFA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Teknik Pengelolaan dan Penilaian Kesejahteraan Murai Batu
(Copsychus malabaricus, Scopoli 1788) di Mega Bird and
Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat
Nama
: Isnia Estu Marifa
NIM
: E34100061

Disetujui oleh

Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi
Pembimbing I


Dr Ir Burhanuddin Masy'ud, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir H Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah penangkaran,
dengan judul Teknik Pengelolaan dan Penilaian Kesejahteraan Murai Batu
(Copsychus malabaricus, Scopoli 1788) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor,
Jawa Barat.

Karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik karena tidak luput dari
dukungan berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Penghargaan dan terimakasih diberikan kepada Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi dan
Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS sebagai dosen pembimbing yang dengan
sepenuh hati mendukung dan senantiasa memberikan kritik dan saran.
Diucapkan juga terimakasih kepada orang tua Bapak Sukandar dan Ibu
Kurnia Harapini yang selalu bermurah hati untuk mendoakan penulis selama
menempuh pendidikan dan mencari ilmu pengetahuan. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf pengelola penangkaran Mega
Bird and Orchid Farm yang telah membantu selama pengumpulan data karya
ilmiah ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman KSHE
47 dan pihak-pihak lain yang telah berpartisipasi dalam mensukseskan karya
ilmiah ini secara tidak langsung yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2014
Isnia Estu Marifa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Objek Penelitian

2

Alat

2

Jenis dan Metode Pengumpulan Data


2

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Pengelolaan Penangkaran Murai Batu di MBOF
Penilaian Kesejahteraan Murai Batu di MBOF
SIMPULAN DAN SARAN

7
7
21
25

Simpulan

25


Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

26

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan metode pengumpulan data
2 Bobot parameter kesejahteraan satwa
3 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
4 Populasi murai batu sampai bulan Juli 2014
5 Jenis, ukuran, dan konstruksi kandang murai batu di MBOF
6 Fasilitas kandang murai batu
7 Perawatan kandang murai batu di MBOF
8 Jenis pakan dan minum murai batu di MBOF
9 Jumlah konsumsi pakan murai batu
10 Kandungan gizi pakan murai batu

11 Konsumsi protein dan energi murai batu di MBOF
12 Riwayat penyakit yang pernah diderita murai batu di MBOF
13 Perbedaan murai batu jantan dan betina
14 Klasifikasi harga jual murai batu di MBOF
15 Persentase tingkat keberhasilan breeding murai batu di MBOF
periode tahun 2013 dan 2014
16 Penilaian tingkat kesejahteraan murai batu di MBOF

3
7
7
8
9
10
13
14
15
15
16
16
17
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1 Murai batu di MBOF
2 Fasilitas kandang reproduksi murai batu
3 Fasilitas kandang inkubator murai batu
4 Fasilitas kandang pembesaran murai batu
5 Suhu dan kelembaban kandang murai batu di MBOF
6 Sketsa murai batu: (a) jantan dewasa, (b) betina dewasa
7 Anakan murai batu usia 2 bulan: (a) jantan, (b) betina
8 Anakan murai batu

8
11
11
12
13
17
18
19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung murai batu (Copsychus malabaricus) merupakan jenis burung dari
famili Muscicapidae yang dikenal dengan sebutan kucica hutan. Burung murai
batu atau dalam bahasa Inggris disebut white-rumped shama banyak digemari
karena keindahan suaranya. Menurut Delacour (1947) diacu dalam Basuni et al.
(2005) murai batu memiliki daya tarik yang cukup besar untuk dipelihara karena
termasuk kelompok burung yang bersuara bagus (the best song birds), sehingga
burung ini sangat digemari dan dicari oleh para penggemar burung. Murai batu
dapat ditemukan di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan bahkan sampai ke Asia
Tenggara dan India (Fauzi 2014, MacKinnon 2010). Saat ini murai batu sudah
menjadi burung langka di Pulau Jawa dan Pulau Kangean (MacKinnon et al.
2010).
Basuni et al. (2005) menjelaskan populasi murai batu di alam sudah mulai
langka karena memiliki sifat teritorial yang kuat serta banyaknya perburuan akibat
kekhasan suaranya sebagai burung kicau. Pernyataan tersebut sejalan dengan
pendapat Jepson dan Ladle (2009) yang mengatakan bahwa murai batu
merupakan burung yang memiliki suara luar biasa dan termasuk jenis yang
populasinya terbatas akibat tingginya eksploitasi. Hasil penelitian di Hutan Wisata
Pananjung Pangandaran menyebutkan bahwa kepadatan populasi murai batu yaitu
6 pasang per 10 ha (Basuni et al. 2005). Penyebab lain penurunan populasi murai
batu di alam adalah terjadinya konversi dan degradasi hutan (Basuni et al. 2005)
serta nilai ekonomi murai batu yang tinggi. Jepson et al. (2011) menjelaskan
burung murai batu muda di Jakarta dijual seharga 2,5 juta rupiah per pasang.
Semakin dewasa dan semakin bagus suara yang dihasilkan maka harga murai batu
akan semakin tinggi.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN) tahun 2013 menyatakan status murai batu berada pada kategori least
concern atau resiko rendah. Burung murai batu juga belum termasuk ke dalam
daftar Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna
and flora (CITES) dan belum ditetapkan sebagai spesies yang dilindungi oleh
pemerintah Indonesia. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan akan
terjadi kelangkaan pada spesies tersebut akibat banyaknya perburuan dan
eksploitasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya konservasi untuk tetap
mempertahankan eksistensi murai batu dan menjaganya dari kepunahan.
Salah satu upaya konservasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
penangkapan murai batu di alam yaitu melalui kegiatan penangkaran. Manfaat
lain dari kegiatan penangkaran yakni dapat memberikan keuntungan ekonomi.
Salah satu penangkaran yang berhasil mengembangbiakkan murai batu adalah
penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF). Keberhasilan kegiatan
penangkaran ditentukan oleh teknik pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola.
Pengetahuan mengenai tingkat kesejahteraan satwa juga penting diketahui untuk
menjaga kelestarian satwa di penangkaran. Selain itu, menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 satwa yang dipelihara di suatu
lembaga konservasi perlu diperhatikan dan dipenuhi kesejahteraannya.

2
Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian mengenai teknik pengelolaan dan
penilaian kesejahteraan murai batu di MBOF perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji teknik pengelolaan dan menilai
kesejahteraan murai batu (Copsychus malabaricus) di MBOF.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi upaya pelestarian murai batu secara ek-situ.
2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi upaya pengembangan penangkaran
murai batu, khususnya di penangkaran MBOF, Bogor, Jawa Barat.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2014.
Penelitian ini dilakukan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF)
yang berlokasi di Desa Cijujung Tengah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.

Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah murai batu (Copsychus
malabaricus) yang berada di penangkaran MBOF. Murai batu yang dijadikan
objek penelitian berjumlah 6 ekor.

Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi termometer dry-wet, meteran, timbangan,
kamera digital, kalkulator, panduan wawancara, dan alat tulis.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Metode
pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung, pengukuran, teknik
wawancara serta penelusuran dokumen/studi pustaka. Jenis dan metode
pengumpulan data lebih lengkap terangkum dalam Tabel 1.

3
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
Metode pengambilan data
Jenis
Data

Data yang
dikumpulkan

Data
Primer

A. Teknik
pengelolaan:
1. Proses

adaptasi
2.Manjemen
kandang
3. Manajemen
pakan
4. Manajemen
kesehatan dan
perawatan
5. Manajemen
reproduksi
6. Pemanfaatan
hasil
7. Tingkat
keberhasilan
B. Tingkat
Kesejahteraan
Data
Sekunder

1. Asal-usul bibit
2. Populasi
3. Sejarah
penangkaran
4. Struktur
organisasi
5. Jumlah tenaga
kerja

Pengamatan

Pengukuran



Wawancara






























Dokumen
/ studi
pustaka


















Data Primer
A. Teknik pengelolaan
Data-data yang dikumpulkan untuk mengkaji teknik pengelolaan
penangkaran murai batu diantaranya :
a) Proses adaptasi meliputi : perlakuan yang diberikan untuk adaptasi dan lama
waktu adaptasi. Data dan informasi mengenai teknik adaptasi diperoleh dengan
cara pengamatan langsung dan wawancara kepada pengelola.
b) Manajemen kandang meliputi : jenis kandang, konstruksi kandang, jumlah
kandang, ukuran kandang, perlengkapan kandang, suhu dan kelembaban
kandang, serta perawatan kandang yang meliputi kegiatan membersihkan
kandang, mengganti fasilitas di dalam kandang dan memperbaiki bagian
kandang yang rusak. Data mengenai ukuran kandang dilakukan dengan cara
mengukur panjang, lebar, dan tinggi kandang. Pengukuran suhu dan
kelembaban kandang dilakukan juga selama 14 hari pada pagi (08.00 WIB),

4
siang (12.00 WIB), dan sore hari (16.00 WIB) dengan cara menggantungkan
termometer dry-wet di dalam kandang. Informasi mengenai jenis, konstruksi,
jumlah, perlengkapan dan perawatan kandang dilakukan dengan cara
pengamatan langsung dan wawancara dengan pengelola.
c) Manajemen pakan meliputi : jenis pakan, waktu pemberian pakan, jumlah
pemberian pakan, frekuensi, cara pemberian pakan, jumlah konsumsi, serta
kebutuhan protein dan kalori. Pengamatan dan pengukuran jumlah konsumsi,
kebutuhan protein dan kalori dilakukan selama 7 hari dengan cara menimbang
setiap jenis pakan yang diberikan pengelola pada pagi dan sore hari.
Pengumpulan data mengenai jenis, waktu pemberian, frekuensi, dan cara
pemberian pakan dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara
kepada pengelola.
d) Manajemen kesehatan meliputi : jenis penyakit, bentuk pencegahan, upaya
pengobatan, serta jenis obat dan vitamin yang diberikan. Pengumpulan data
mengenai aspek kesehatan dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan
wawancara kepada pengelola.
e) Manajemen reproduksi meliputi : musim kawin di penangkaran, pemilihan
bibit, penentuan jenis kelamin, sex ratio, jumlah anak per penetasan,
pengaturan peneluran atau penetasan, pembesaran atau pengasuhan anak, serta
tingkat keberhasilan breeding. Pengumpulan data mengenai aspek reproduksi
dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara kepada pengelola.
f) Pemanfaatan hasil meliputi : bentuk pemanfaatan, harga jual dan harga beli,
teknik packing dan pengiriman, serta jalur pemasaran. Pengumpulan data
mengenai pemanfaatan hasil dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan
wawancara kepada pengelola.
g) Tingkat keberhasilan meliputi : persentase perkembangbiakan induk betina,
persentase daya tetas telur, dan persentase angka kematian. Pengumpulan data
mengenai ukuran keberhasilan dilakukan dengan cara penelusuran dokumendokumen mengenai kegiatan penangkaran dan wawancara kepada pengelola.
B. Penilaian kesejahteraan satwa
Pengumpulan data penilaian kesejahteraan satwa dilakukan dengan cara
wawancara kepada pengelola dan pengamatan langsung. Data yang dikumpulkan
mengenai penilaian kesejahteraan satwa meliputi lima prinsip kesejahteraan satwa
yakni:
a) Bebas dari rasa lapar dan haus
b) Bebas dari rasa tidak nyaman
c) Bebas dari sakit, luka dan penyakit
d) Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alami
e) Bebas dari rasa takut dan tertekan
Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data mengenai asal-usul bibit
murai batu yang ditangkarkan, populasi murai batu, sejarah kegiatan penangkaran
murai batu di MBOF dan struktur organisasi penangkaran serta jumlah tenaga
kerja (SDM).

5
Analisis Data
Teknik Pengelolaan
Data dan informasi mengenai teknik pengelolaan dianalisis secara
deskriptif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara deskriptif meliputi
manajemen kandang, pakan, kesehatan, reproduksi, teknik adaptasi, pemanfaatan
hasil dan ukuran keberhasilan serta data pendukung. Analisis deskriptif dilakukan
dengan menguraikan semua data dan informasi yang diperoleh disertai dengan
ilustrasi seperti tabel, grafik, serta kurva yang relevan.
Data mengenai manajemen pakan dan ukuran keberhasilan dianalisis juga
secara kuantitatif dengan menggunakan rumus berikut :
1. Jumlah konsumsi pakan
JK = B-b

Keterangan:
JK = jumlah konsumsi
B = berat pakan sebelum diberikan
b = berat pakan sisa
2. Kandungan gizi pakan
Kandungan gizi pakan murai batu dipenangkaran diperoleh melalui studi
pustaka mengenai analisis proksimat yaitu analisis kimia untuk mengetahui
kandungan zat makanan yang terdapat di dalam suatu bahan makanan.
3. Jumlah konsumsi protein dan energi
Jumlah konsumsi pakan yang perlu dianalisis meliputi konsumsi protein
dan energi. Rumus yang digunakan untuk menghitung konsumsi protein yaitu:
KP =

Konsumsi suatu pakan
X %PK
Konsumsi pakan keseluruhan

Rumus untuk menghitung konsumsi energi:
KKal =

Konsumsi suatu pakan
X Kalori (Kkal)
Konsumsi pakan keseluruhan

4. Persentase perkembangbiakan induk betina
PI =

t
x 100%
Tt

Keterangan :
PI = perkembangbiakan induk
t = ∑ induk betina yang berkembangbiak
Tt = ∑ induk betina seluruhnya

6
5. Persentase daya tetas telur
DTT =

x 100%

Keterangan :
DTT = daya tetas telur
α = ∑ telur yang menetas
β = ∑ telur yang ditetaskan
6. Persentase angka kematian
AM =

M
x 100%
Mt

Keterangan :
AM = angka kematian
M = ∑ anakan yang mati
Mt = ∑ total anakan
Hasil perhitungan presentase
daya
tetas
telur,
presentase
perkembangbiakan induk dan presentase angka kematian dikategorikan dengan
kriteria nilai yakni:
0% - 30%
: Rendah
31% - 70% : Sedang
71% - 100% : Tinggi
Penilaian Kesejahteraan
Analisis data tingkat kesejahteraan satwa dilakukan dengan cara
pengisisan tabel kriteria evaluasi kesejahteraan satwa yang mengacu pada
Peraturan Direktur Jenderal PHKA No. P6/IV-SET/2011. Masing-masing kriteria
terdiri dari variabel-variabel yang telah ditetapkan sebelumnya kemudian dinilai
dengan memberikan skor pada setiap variabel. Nilai skoring untuk setiap variabel
yaitu 1 = buruk, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik/memuaskan.
Penialaian dilakukan oleh pengelola dan pengamat agar didapatkan hasil penilaian
yang objektif. Nilai dari setiap variabel dihitung untuk mendapatkan nilai terbobot
dengan rumus:
Nilai terbobot = bobot x skoring
Penentuan bobot komponen penilaian kesejahteraan satwa dilakukan
berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2). Komponen bebas dari rasa lapar
dan haus memiliki bobot paling tinggi (30%) karena pakan merupakan faktor
pembatas dan pemegang peran kunci dalam suatu usaha penangkaran (Thohari
1987). Komponen bebas dari rasa tidak nyaman dan bebas dari rasa sakit, luka dan
penyakit memiliki bobot 20%. Komponen bebas dari rasa takut dan tertekan serta
komponen bebas mengekspresikan perilaku alamiah memiliki bobot terkecil yakni
15% (Ayudewanti 2013 dan Laela 2013).

7
Tabel 2 Bobot parameter kesejahteraan satwa
Komponen

Bobot

Bebas dari rasa lapar dan haus
Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan
Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
Bebas mengekspresikan perilaku alami
Bebas dari rasa takut dan tertekan

30
20
20
15
15

Skoring
(nilai skor)
1-5
1-5
1-5
1-5
1-5

Nilai terbobot
30-150
20-100
20-100
15-75
15-75

Nilai kesejahteraan satwa dihitung dengan menggunakan rumus:
Skor penilaian = Σ nilai terbobot
5
Hasil perhitungan skor penilaian selanjutnya dikategorikan kedalam
beberapa klasifikasi yang mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal PHKA No.
P.6/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi (Tabel 3).
Tabel 3 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
Klasifikasi Penilaian
Sangat Baik
Baik
Cukup
Perlu Pembinaan

Nilai
80.00 – 100.00
70.00 – 79.99
60.00 – 69.99