Teknik Penangkaran dan Kualitas Suara Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor

TEKNIK PENANGKARAN DAN KUALITAS SUARA CUCAK
RAWA (Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) DI MEGA BIRD
AND ORCHID FARM, BOGOR

DINI AYU LESTARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Teknik
Penangkaran dan Kualitas Suara Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus Gmelin,
1789) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Dini Ayu Lestari
NIM E34100036

ABSTRAK
DINI AYU LESTARI. Teknik Penangkaran dan Kualitas Suara Cucak Rawa
(Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor.
Dibimbing oleh BURHANUDDIN MAS’UD dan JARWADI BUDI HERNOWO.
Upaya konservasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan populasi
cucak rawa (Pcynonotus zeylanicus) di alam melalui penangkaran. Identifikasi
teknik penangkaran, ukuran keberhasilan, teknik pelatihan suara dan sebaran
kualitas suara perlu dilakukan untuk menilai keberhasilan penangkaran cucak
rawa. Penelitian dilakukan di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor pada Maret
sampai April 2014. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitaif. Jenis
kandang cucak rawa terdiri dari kandang pembesaran, kandang reproduksi, dan
inkubator. Pakan yang diberikan pada cucak rawa pisang kepok, pepaya, pur, dan
jangkrik. Jenis penyakit yang pernah di derita cucak rawa yakni diare, feses
berwarna putih, feses berwarna hijau, flu, dan kaki seperti lumpuh. Persentase dan

kriteria keberhasilan penangkaran cucak rawa meliputi daya tetas telur sedang
(68.69%), tingkat perkembangbiakan tinggi (77.38%), dan angka kematian rendah
(10.34%). Teknik pelatihan suara yang dilakukan oleh pengelola yakni dengan
mendekatkan kandang cucak rawa yang ingin dilatih dengan kandang cucak rawa
pelatihnya. Sebaran kualitas suara cucak rawa bervariasi.
Kata kunci: cucak rawa, penangkaran

ABSTRACT
DINI AYU LESTARI. Captive Breeding Technique and Song Quality of Straw
Headed Bulbul (Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) in Mega Bird and Orchid
Farm, Bogor. Supervised by BURHANUDDIN MAS’UD and JARWADI BUDI
HERNOWO.
The effort which can be established to save straw headed bulbul
(Pcynonotus zeylanicus) that has decreased population is ex-situ conservation.
Captivation technique, success indicator, voice training techniques performed by
manager and distribution sound quality of straw headed bulbul varies need to be
identified in order to find out the success rate in captivating straw headed bulbul.
This research was conducted in Mega Bird and Orchid Farm, Bogor from March
to April 2014. Descriptive and quantitative data analysis was applied in this
research. The cage consist of growing cage, reproduction cage, and incubator.

Foods given to the bird were banana, papaya, voer and cricket. The types of
diseases recorded were diarrhea, white-colored feces, green-colored feces, flu, and
paralyzed feet. The criteria and success rate in captivating were consist of
medium-scaled egg hatching rate (68.69%), high breed rate (77.38%), and low
mortality rate (10.34%). Song training techniques performed was close the straw
headed bulbul cage that want to be trained with a cage of straw headed bulbul
coach. Distribution sound quality of straw headed bulbul was varies.
Keywords: captivity, straw headed bulbul

TEKNIK PENANGKARAN DAN KUALITAS SUARA CUCAK
RAWA (Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) DI MEGA BIRD
AND ORCHID FARM, BOGOR

DINI AYU LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Teknik Penangkaran dan Kualitas Suara Cucak Rawa
(Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) di Mega Bird and Orchid
Farm, Bogor
Nama
: Dini Ayu Lestari
NIM
: E34100036

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS
Pembimbing I


Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir H Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah penangkaran,
dengan judul Teknik Penangkaran dan Kualitas Suara Cucak Rawa (Pycnonotus
zeylanicus Gmelin, 1789) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor.
Karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik karena tidak luput dari
dukungan berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Penghargaan dan terimakasih diberikan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Mas’ud,
MS dan Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF sebagai dosen pembimbing yang
dengan sepenuh hati mendukung dan senantiasa memberikan kritik dan saran.
Diucapkan juga terimakasih kepada Bapak Prasetyo Hardiono, Ibu Tri
Ruspiyani, Lucky Indah Setyani, Anniza Dian Pertiwi dan keluarga besar yang
selalu bermurah hati untuk mendoakan penulis selama menempuh pendidikan dan
mencari ilmu pengetahuan. Penghargaan penulis juga sampaikan kepada seluruh
staf pengelola penangkaran Mega Bird and Orchid Farm yang telah membantu
selama pengumpulan data karya ilmiah ini. Ungkapan terimakasih juga
disampaikan kepada Nurul Rahayu, SSi, sahabatku 274, ami, dayang, estu, qiqin,
dan penghuni asrama putri darmaga (APD), teman-teman KSHE 47 dan pihakpihak lain yang telah berpartisipasi dalam mensukseskan karya ilmiah ini secara
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Juli 2014
Dini Ayu Lestari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Bahan dan Alat

2

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

2

Prosedur Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Teknik Penangkaran
Teknik Pelatihan Suara dan Sebaran Kualitas Suara
SIMPULAN DAN SARAN

5
20
22

Simpulan

22

Saran

23


DAFTAR PUSTAKA

23

DAFTAR TABEL
1 Jenis data dan metode pengumpulan data
2 Analisis kuantitatif pakan
3 Analisis faktor keberhasilan penangkaran
4 Populasi cucak rawa April 2014 berdasarkan jenis kelamin dan kelas
umur
5 Jenis, ukuran, konstruksi, dan fasilitas kandang di MBOF
6 Fasilitas kandang cucak rawa di penangkaran MBOF
7 Jenis pakan dan minum cucak rawa di MBOF
8 Rata-rata jumlah konsumsi dan tingkat palatabilitas
9 Kandungan gizi pakan cucak rawa
10 Konsumsi pakan cucak rawa di MBOF
11 Riwayat penyakit yang pernah diderita cucak rawa di MBOF
12 Faktor pembeda cucak rawa jantan dan betina
13 Penentuan jenis kelamin cucak rawa di MBOF

14 Perbandingan pertumbuhan anakan cucak rawa di MBOF
15 Persentase tingkat keberhasilan penangkaran cucak rawa di MBOF
periode tahun 2013 sampai 2014
16 Klasifikasi harga jual cucak rawa di MBOF
17 Karakteristik pola suara cucak rawa di penangkaran MBOF
18 Wave form suara cucak rawa di penangkaran MBOF

3
4
5
6
7
9
12
13
13
14
15
16
16
19
19
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Struktur organisasi pengelolaan MBOF
Suhu dan kelembaban di dalam kandang reproduksi
Topografi sayap burung
Pasangan cucak rawa, A) jantan, B) betina
Sketsa pasangan cucak rawa. A) jantan, B) betina
Piyik cucak rawa umur lima hari
Anakan cucak rawa umur dua minggu

6
11
15
16
17
18
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) tergolong dalam
famili Pycnonotidae yang sering disebut merbah atau cucak-cucakan. Menurut
Iswantoro (2008) dan Turut (1999) famili ini tergolong dalam burung pengicau
yang memiliki suara merdu, sehingga burung ini sangat digemari dan dicari para
penggemar burung.
Holmes (1995) dalam BirdLife International (2001) melaporkan bahwa
penyebab utama penurunan populasi cucak rawa karena perburuan liar, sehingga
cucak rawa telah menjadi satwa peliharaan di Indonesia. Iswantoro (2008)
menambahkan bahwa populasi cucak rawa menurun karena rusaknya ekosistem
hutan dan habitat alaminya. Dampaknya adalah burung ini menjadi langka di alam
dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kepunahan jika tidak ada upaya
pelestarian yang tepat dan berkelanjutan.
Collar et al. (1994) dalam MacKinnon et al. (2010) menggolongkan cucak
rawa dalam status rentan. International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources (IUCN) versi 3.1 tahun 2014 menyatakan cucak rawa dalam
status rentan (vulnerable). Convention on International Trade in Endangered
Species of wild fauna and flora (CITES) pada tahun 1998 menyatakan cucak rawa
termasuk dalam kategori Appendix II yaitu jenis burung yang perlu diatur dan
dibatasi perdagangannya, serta perdagangannya hanya diperbolehkan dari hasil
penangkaran (breeding) (Iswantoro 2008). Menurut Sukmantoro et al. (2006)
peraturan perundang-undangan di Indonesia belum menetapkan cucak rawa
sebagai satwa yang dilindungi. Gunarso et al. (2009) menambahkan bahwa
spesies ini tidak dilindungi di Indonesia, namun diperlukan upaya konservasi dan
pelarangan perburuan cucak rawa di habitat alaminya.
Upaya konservasi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan populasi
cucak rawa di luar habitat alaminya salah satunya melalui konservasi ek-situ.
Tujuan upaya konservasi ek-situ melalui penangkaran adalah meningkatkan
populasi cucak rawa dengan tetap menjaga kemurnian genetiknya (Mas’ud 2002).
Menurut Setio dan Takandjandji (2007) kegiatan penangkaran tidak hanya untuk
kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi, tetapi juga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengembangan wisata.
Kegiatan penangkaran dilandasi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Peraturan Pemerintah
No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar yang
merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan tujuan
agar dapat dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Setio dan Takandjandji 2007).
Penangkaran yang berhasil mengembangbiakan cucak rawa salah satunya
adalah penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF), Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan pemikiran tersebut penelitian mengenai teknik penangkaran cucak
rawa di MBOF penting dilakukan untuk mengidentifikasi teknik penangkaran dan
ukuran keberhasilan penangkaran. Identifikasi teknik pelatihan suara dan sebaran

2
kualitas suara cucak rawa di MBOF dinilai penting untuk dilakukan karena
tingginya permintaan cucak rawa di MBOF.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi teknik penangkaran, ukuran
keberhasilan penangkaran, teknik pelatihan suara dan sebaran kualitas suara cucak
rawa di MBOF.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan evaluasi dalam upaya
pengembangan penangkaran cucak rawa, khususnya di penangkaran MBOF,
Bogor, Jawa Barat.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF)
yang berlokasi di Desa Cijujung Tengah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah cucak rawa yang
terdapat di MBOF. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis,
kamera, panduan wawancara, termometer dry-wet, timbangan pegas, timbangan
manual, penggaris, jangka sorong, recorder dan microphone, program analisis
suara burung yakni Gold Wave versi 5.6 dan Raven Pro versi 1.4.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan
metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung dan pengukuran, teknik
wawancara terpadu serta penulusuran dokumen/ studi literatur (Tabel 1).

3
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data
Jenis data

No

Data yang diambil

i Teknik penangkaran
Teknik adaptasi
Sistem perkandangan
Manajemen pakan
Manjemen kesehatan
Manajemen reproduksi
Ukuran keberhasilan
Pemanfaatan hasil
ii Identifikasi pola suara
iii Data pendukung
Sejarah, Asal bibit
Organisasi
penangkaran
Populasi

Metode pengumpulan data
Pengamatan
Primer Sekunder
dan
Wawancara Literatur
pengukuran
v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v
v

v

v

v

v

v

v

v

Teknik penangkaran
Pengelolaan penangkaran dilakukan dengan pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara pengelola. Data yang diambil untuk mengetahui faktorfaktor pengaruh keberhasilan penangkaran cucak rawa adalah :
1.
Teknik adapatasi satwa meliputi : proses perlakuan satwa dan lama waktu
adaptasi.
2.
Sistem perkandangan meliputi : jenis kandang, ukuran dan konstruksi
kandang, peralatan dan perlengkapan kandang, perawatan dan sanitasi
kandang serta suhu dan kelembaban di dalam kandang.
3.
Manajemen pakan meliputi : jenis pakan, jumlah pakan, sumber pakan,
waktu pemberian pakan, cara pemberian pakan, dan frekuensi pemberian
pakan, jumlah konsumsi, tingkat palatabilitas, konsumsi protein dan
konsumsi energi.
4.
Manajemen kesehatan dan perawatan meliputi : jenis penyakit yang pernah,
sedang, dan sering diderita serta pengobantannya, serta perawatan pasca
susut bulu (moulting).
5.
Manajemen reproduksi meliputi : sumber dan jumlah bibit, penentuan jenis
kelamin, pemilihan bibit/induk dan penjodohan, seks ratio, pengaturan
peneluran atau penetasan, pengasuhan atau pembesaran piyik dan anakan.
6.
Ukuran keberhasilan penangkaran meliputi persentse daya tetas telur,
tingkat perkembangbiakan, dan persentase angka kematian.
7.
Pemanfaatan atau pengelolaan hasil meliputi harga jual, cara penanganan
satwa yang akan dijual, dan proses pengiriman.
Teknik pelatihan suara dan sebaran kualitas suara
Data sebaran kualitas suara dikelompokkan kedalam beberapa kategori
suara, yakni suara cucak rawa master (pelatih), alam, dan cucak rawa yang telah

4
dilatih berkicau di penangkaran (berhasil dan belum berhasil dilatih). Perekaman
suara dilakukan pada pagi hari yakni pukul 07.00-09.00 WIB. Hal ini dikarenakan
menurut Lundberg dan Atallo (1992) dalam Rusfidra (2004) bahwa puncak
aktivitas berkicau pada burung pada umumnya terjadi pagi hari dan cenderung
akan menurun pada siang dan sore hari. Suara cucak rawa direkam dengan
menggunakan recorder dan microphone kemudian dilakukan proses editing
menggunakan program gold wave 5.6 dan program raven pro versi 1.4 untuk
mengidentifikasi pola suara. Perekaman pola suara diulang sebanyak 3 kali pada
5 sampel burung, yaitu 1 ekor cucak rawa master (pelatih), 2 ekor cucak rawa
berasal dari alam, dan 1 ekor cucak rawa yang telah berhasil dilatih berkicau, dan
1 ekor cucak rawa yang belum berhasil dilatih berkicau. Parameter pola suara
yang diamati mengacu penelitian Rusfidra (2004) adalah :
1. Jumlah syllable, yaitu ukuran elemen yang muncul sebagai alur (trace)
yang terpisah antara satu suara dengan suara lainnya
2. Frekuensi (Hz), merupakan jumlah getearan per detik dari suatu
syllable
3. Durasi suara (detik), adalah lama tempuh suara pada saat individu
burung mempoduksi suara
4. Tempo (syllable/detik) yaitu pengulangan beberapa syllable yang sama
per detik
5. Amplitudo (kuat suara) : simpangan terjauh dari syllable.

Prosedur Analisis Data
Data hasil wawancara mengenai data pendukung dan teknik penangkaran
dianalisis secara deskriptif. Data mengenai teknik penangkaran dianalisis secara
deskriptif meliputi teknik adaptasi, aspek kandang, pakan, kesehatan, reproduksi,
dan pemanfaatan hasil serta identifikasi pola suara. Analisis data mengenai pakan
juga dilakukan secara kuantitatif (Tabel 2).
Tabel 2 Analisis kuantitatif pakan
Jumlah
Konsumsi
JK = B-b
Keterangan:
JK = jumlah
konsumsi
B = berat pakan
sebelum
diberikan
B = berat pakan
sisa

Tingkat Paltabilitas
%P=
Keterangan:
% P = tingkat
palatabilitas
G0 = berat pakan
semula
G1 = pakan sisa

Kebutuhan Pakan*
 Kebutuhan protein (%) :

 Kebutuhan kalori (kkal)

*Kandungan gizi pada pakan diperoleh berdasarkan studi pustaka

5
Data mengenai ukuran keberhasilan penangkaran juga dianalisis secara
kuantitatif menggunakan analisis faktor keberhasilan yang mengacu pada
Suprijatna et al. (2008) (Tabel 3).
Tabel 3 Analisis faktor keberhasilan penangkaran
Persentase daya tetas
telur

Persentase angka
kematian

Keterangan:
Keterangan:
a = Σ telur yang
M = Σ anak yang mati
berhasil menetas
Mt = Σ total anak
b = Σ total telur yang
dihasilkan

Persentase tingkat
perkembangbiakan

Keterangan:
I = Σ induk yang bertelur
It = Σ total induk

Keterangan kriteria faktor keberhasilan penangkaran :
0 – 30%
= rendah
31 – 70%
= sedang
71 – 100%
= tinggi

Data hasil rekaman suara kicauan menggunakan recorder dianalisis dengan
program gold wave versi 5.6 untuk proses editing dan program raven pro versi 1.4
untuk mengidentifikasi pola suara cucak rawa. Suara hasil rekaman
divisualisasikan dalam bentuk wave form untuk menggambarkan pola kicauan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Penangkaran
Sejarah penangkaran, sumber bibit, organisasi penangkaran
Cucak rawa mulai ditangkarkan di penangkaran MBOF pada tahun 1997.
Pemilik penangkaran MBOF pada awalnya membuat penangkaran burung hanya
untuk dijadikan hiburan dan hobi, namun karena kecintaannya pada burungburung berkicau (termasuk cucak rawa) pemilik penangkaran menangkarkan
burung-burung tersebut. Tingginya permintaan (demand) cucak rawa di pasaran
juga melatarbelakangi dibentuknya penangkaran.
Jumlah cucak rawa yang ditangkarkan pada awalnya berjumlah dua pasang.
Cucak rawa tersebut diperoleh dari membeli kepada penangkar burung berkicau
dan penangkap burung di alam yang berada di daerah Medan. Cucak rawa tersebut
dipelihara dan dijadikan sebagai indukan. Jumlah cucak rawa saat ini mencapai 70
ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelola MBOF dapat mengembangbiakan
cucak rawa dengan baik. Mas’ud (2002) menjelaskan bahwa suatu penangkaran
dinilai berhasil jika dapat mengembangbiakan satwa yang ditangkarkan.
Manajemen pengelolaan penangkaran MBOF dibagi kedalam beberapa spesifikasi
pekerjaan yang berbeda-beda (Gambar 1).

6
Direktur

Manager

Asisten manager

Perawat
burung

Penjaga
kebun

Penjaga
keamanan

Pembantu rumah
Tangga

Petugas
memperbaiki
kandang

Gambar 1 Struktur organisasi pengelolaan MBOF
Populasi cucak rawa di penangkaran
Populasi cucak rawa di MBOF pada tahun 2013 berjumlah 73 ekor,
sedangkan sampai bulan April 2014 jumlah populasi cucak rawa di MBOF
sebanyak 84 ekor, namun setelah dikurangi dengan cucak rawa yang telah
diperdagangkan populasinya menjadi 70 ekor (Tabel 4).
Tabel 4 Populasi cucak rawa April 2014 berdasarkan jenis kelamin dan umur
Jumlah
(ekor)
2
3
15
2
0

Kelas umur

Jenis kelamin

0 bulan
0 s/d