dapat menerima penyaluran psikotropika karena undang – undang hanya dapat membatasi kepada rumah sakit yang telah memiliki intalasi farmasi yang dapat memperoleh psikotropika
dari obat atau pedang besar farmasi.
B. Perumusan Masalah
1. Faktor - faktor apa saja penyebab peredaran Narkotika di kota Gunungsitoli ?
2. Bagaimanakah bentuk - bentuk Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan oleh
mahasiswa di kota Gunungsitoli ? 3.
Upayah Pemberatasan Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan oleh Kepolisian Kota Gunungsitoli
C. Tujuan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1.
Untuk mengetahui apa saja penyebab peredaran narkotika 2.
Untuk mengetahui bagaimana Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan oleh mahasiswa di kota Gunung sitoli
D. Keaslian Penulisan
Judul ini tidak pernah ditulis oleh siapa pun dalam penulisan skripsi mahasiswa falkultas hukum USU. Judul skripsi yang telah ada di perpustakaan Universitas Cabang Falkutas
Hukum adalah : 1.
Rehabilitasi sebagai pengganti pemidanaan terhadap pencandu narkotika 2.
Peranan lembaga rehabilitasi sosial korban narkotika ditinjau dari aspek hukum perlindugan anak
3. Kejahatan narkotika psikotropika ecstasy dan penanggulangannya
Universitas Sumatera Utara
4. Peranan gerakan anti narkoba indonesia dalam perlindugan korban narkoba di kalangan
remaja kota medan. 5.
Penegakan hukum terhadap tindakan pidana memiliki, penyimpan dan atau membawa psikotropika menurut Undang – undang No. 51997 penelitian di porles deli serdang
E. Tinjauan kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana Narkotika
Tindak Pidana Narkotika trasnasional yang dilakukan di luar batas teritorial dan perluasan asas berlakunya hukum pidana atau yurisdiksi kriminal terhadap Tindak Pidana
Narkotika tersabut, merupakan dua masalah yang sangat strategis dalam penegakan hukum pidana indonesia untuk melindungi kepetingan nasional, di samping tindak pidana tertentu lain-
lainya. Kedua masalah tersebut sekalipun berbeda, tidak dapat dipisahkan satu sama lain
sehingga kepastian hukum mengenai status Tindak Pidana Narkotika trasnasional menurut konversi wina 1988 dalam sistem hukum pidana indonesia, merupakan condition sine qua non
untuk membenarkan perluasan yurisdiksi kriminal di luar batas teritorial. Kajian teoretik dalam menganalisis kedua masalah tersebut di atas mengunakan teori
locus delicti atau teori beberapa tempat tindak pidana . teori ini masih memelukan pengembangan asas – asas perluasan yurisdiksi kriminal untuk dapat menjelaskan penerapan
yuridiksi kriminal terhadap warga negara asing yang melakukan Tindak Pidana Narkotika trasnasional di luar batas teritorial dan berdampak terhadap kepentigan nasional RI.
Kajian perundang – undagan pidana indonesia terhadap kedua masalah tersebut, menggunakan asas legalitas yang dirumuskan secara material dan diperkuat oleh asas melawan
Universitas Sumatera Utara
hukum material dengan fungsi yang positif sehingga diharapkan dapat menuntut dan mengadili terhadap Tindak Pidana Narkotika di luar batas teritorial tersebut.
Penegasan lingkup pembahasn mengenai status Tindak Pidana Narkotika trasnasional dan perluasan asas berlakunya hukum pidana atau yuridiksi kriminal terhadap tindak pidana
tersebut meliputi istilah tindak pidana, istilah Tindak Pidana Narkotika trasnasional, dan istilah perluasan asas berlakunya hukum pidana. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi
penyusuran rencana kebutuhan tahunan psikotropika dan mengenal pelapor kegiatan yang berhubugan dengan psikotropika diatur oleh menteri pemilikan psikotropika dalam jumlah
tertentu oleh wisatawan asing atau warga negara asing yang memasuki wilayah negara indnesia dapat dilakukan sepanjang digunakan hanya untuk pengobatan dan kepentigan pribadi dan yang
bersangkutan harus mempunyai bukti bahwa psikotropika berupa obat dimaksud diperoleh secara sah.
Perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi informasi yang demikian pesat telah mengantarkan umat manusia pada kehidupan yang serba mudah. Dampak
positif kemajuan iptek telah merambat dalam hampir di setiap aspek kehidupan manusia. hampir dalam setiap sisi kehidupan manusia dapat dirasakan sentuhan kemajuan iptek. Sisi positif
kemajuan iptek telah memberikan kehidupan yang lebih baik pada umat manusia namun demikian, kemajuan iptek juga telah menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak negatif
kemajuan iptek adalah meningkatnya jumlah kejahatan yang terjadi di masyarakat baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Kemajuan iptek juga telah memungkinan setiap orang tidak
kecuali anak-anak dengan mudah mengakses segala bentuk informasi yang dapat berdampak secara positif dan negatif. Dalam kondisi demikian, maka secara kriminologi setiap anggota
masyarakat mempunyai kemungkinan yang sama menjadi korban kejahatan ataupun menjadi
Universitas Sumatera Utara
pelaku kejahatan, mengingat perkembagan masyarakat dan lingkugan yang demikian cepat juga akan diikuti oleh perkembagan kejahatan. Mengingat dampaknya yang demikian, maka
perkembagan iptek juga berpotensi menempatkan anak sebagai korban terutama apabila proteksi terhadap anak tidak memadai karena adanya perkembangan iptek tersebut. Karenanya anak tetap
harus mendapatkan perlindugan yang memadai dalam menikmati perkembagan iptek. Anak sebagai generasi penerus harus dapat tumbuh dan berkmbang dengan ditunjang sarana dan
prasarana yang cukup dapat menopang kelangsungan hidupnya, sehingga pengembagan fisik dan mentalnya dapat terindung dari berbagai gangguan dan marabahaya yang dapat mengancam
martabat dan intergeritas serta masa depannya. Tegasnya perlu perhatian dan sekaligus pemikiran bahwa anak-anak adalah tunas harapan bangsa yang akan melajutkan eksistensi nusa
dan bangsa untuk selama-lamannya sehingga sudah seharusnya mereka menjadi tanggung jawab kita bersama agar terhadap mereka senantisa dilakukan upaya-upaya dengan mendidik,
merawat,membina,memelihara, untuk meningkatkan kesejahteraannya, secara berkelanjutan dan terpadu. Sesuai dengan kharakteristik yang ada pada anak-anak, mereka memerlukan perhatian
secara khusus, mengingat anak memiliki kharakteristik di mana kondisi fisik dan mental yang belum matang. Jadi apabila anak melakukan kenakalan maka penanganan dan penyelesaian
dilakukan secara arif dan bijaksana, serta sejauh mungkin dihindarkan dari campur tangan sistem peradilan tanpa mengabaikan penegakan hukum dan keadilan dalam rangka menjamin agar
penyelesaiannya dilakukan benar-benar untuk kesejahteraan anak yang bersangkutan, dan kepentingan masyarakat terhadap anak yang telah melakukan kenakalan. Pada awalnya
penggunaan narkotika hanya diperuntukan bagi kepentigan pengobatan dan kepentigan ilmu pengetahuan, namun kemudian banyak disalahgunakan. Perhatian terhadap penyalaguanaan
narkotika patut menjadi prioritas mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya sangat luas
Universitas Sumatera Utara
dan komples. Menurut Romli Atmasasmita, pemakaian narkotika secara terus-menerus dan tidak terwasi akan menjerumuskan pemakaianya ke dalam kehidupan yang bersifat kontra produktif,
antra lain: malas belajar atau tidak dapat berkerja, destruktif, akhlak semakin runtuh, bersifat asosial, dan melakukan kejahatan-kejahatan untuk memenuhi ketagihannya atas narkotika.
Akibat dari penyalagunaan narkotika dapat dirasakan segera dan dapat pula berakibat menurutnya kondisi kesehatan setelah melewati jangka waktu tertentu. Misalnya penggunaan
marijuana yang dilakukan sekali-kali dapat berakibat langsung pada perkembangan kognitif dan memori jangka pendek. Penggunaan obat jenis ini dalam jangka waktu tertentu dapat berdampak
negatif pada persepsi, reaksi dan koordinasi gerakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Hallucinoges dapat merusak persepsi, menggangu denyut jantung dan tekanan darah, serta dalam
jangka panjang dapat menyebabkan sistem syaraf depresi, kegelisahan, halusinasi visual dan flasback. Cocaine dan Amphetamine mengakibatkan gemetar, dan mempercepat denyut jantung.
Dampak jangka panjangnya berupa mual-mual, tidak bisa tidur, kehilangan berat badan dan depresi. Para pengguna heroin pada mulanya merasa mual, pernapasan terganggu, kulit kering,
gatal-gatal, bicara lambat dan daya mengakibatkan resiko yang serius dengan semakin meningkatkan ketergantugan fisik dan psikologis, yang dapat berakibat pada overdosis akut dan
bahkan kematian yang disebabkan pada depresi pernapasan. Saat ini peningkatan jumlah penyalaguanaan narkotika terutama yang dilakukan oleh anak-anak menunjukan angka yang
semakin mengkhawatirkan Data Badan Narkotika Nasional misalnya menunjukan bahwa selama 5 tahun terakhir, yaitu antara tahun 1998 sampai 2003, di indonesia dijumpai sebanyak 800 siswa
sekolah dasar, 700 siswa sekolah lanjutan tingkat pertama, serta 10.000 siswa sekolah menengah umum telah terlibat dalam penyalagunaan narkotika. Laporan yang dicetak oleh kompas cyber
media juga menujukan betapa narkotika menjadi ancaman yang sangat serius bagi kelangsungan
Universitas Sumatera Utara
hidup bangsa, khususnya bagi kalangan generasi muda. Menurut laporan data tanggal 5 febuari 2001 menunjukan, bahwa dari dua juta pecandu narkotika dan obat-obat berbahaya, sembilan
puluhan persen 90 diantaranya adalah generasi muda, termasuk 25.000 mahasiswa. Data yang lebih mutakhir juga menunjukan hal yang sama, dimana peningkatan jumlah tindak pidana
narkotika secara umum sudah sangat mengkhawatirkan. Peningkatan jumlah tindak pidana narkotika secara umum dapat dilihat dari jumlah barang bukti narkotika yang disita aparat
kepolisian. Penyalahgunaan narkotika yang sangat fantastis prioritas penanganan yang memadai.
2. Teori Kriminologi Tentang Faktor-faktor Penyebab terjadinya Kejahatan. Menurut urainan dr. Samsuridjal putauw mengandung heroin yang di dalam tubuh
akan diubah menjadi morfin. Apabila pemakaian heroin dihentikan dengan tiba-tiba , timbul gejala putus obat. Gejala putus obat dapat ringan, tetapi juga dapat berat sehingga pemakain akan
mudah tergoda. Menurut penelitian di luar negeri keberhasilan mengatasi adiksi hanyala 35-60 persen. Oleh kerena itu mengatasi adiksi tidak hanya melalui pendekatan farmokologis, tetapi
perlu didukung oleh psikoterapi. Salah satu cara dengan pengobatan farmologis adalah detoksifikasi cepat dengan menggunakan Nalokson Natreksen secara garis besar yang dilakukan
pada ditoksifikasi cepat ini adalah dengan cara penderita dianestasi serta pernapasan penderita diatur dengan mesin. Untuk mempercepat pengeluaran obat diberikan suntikan nalokson dalam
dosis cukup besar. Karena penderita dalam pengaruh anestensi, maka penderita tidak akan merasakan gejala putus obat.
Universitas Sumatera Utara
Penderita juga diberi obat diuretik, untuk meningkatkan pengeluaran opiat dalam tubuh. Mungkin setelah bangun dari pengaruh anestesi, pederita masih mengalami gejala putus obat
ringan. Selanjutnya untuk pemeliharaan penderita diberi obat antagonis morfin dalam waktu cukup lama. Bila penderita patuh meminum obat natralekson ini dia tak akan merasakan
kenikmatan bila mengkonsumsi morfin. Syarat untuk melakukan detoksifikasi cepat adalah keadaan penderitan harus cukup baik
untuk menjalani anestensi. Dalam cari ini juga mengandung resiko dibandingkan dengan cara konvensional yaitu resiko aspirasi dan gangguan jantung. Bila penderita memakai morfin lagi, ia
beresiko mengalami over dosis. Cara lain adalah memberikan obat metadon yang bersifat opiat antagonis. Obat ini
diberikan secara oral dan dapat mengembalikan penderita ke kehidupan yang produktif. Karena digunakan secara oral, maka cara ini dapat menghindarkan penderita dari resiko infeksi dan
penularan penyakit akibat penggunaan jarum suntik secara bersama. Pemberian metadon popurel di amerika. Sekarang juga digunakan obat LAAM yang hampir serupa dengan metadon, tetapi
bermasa kerja panjang sehingga tidak perlu dipakai setiap hari. Tanaman candu berasal dari timur tengah, yunani, romawi kuno. Karena dibawa oleh pendagang, tanaman tersebut menyebar
ke timur sampai india dan Cina. Orang Mesir, Yunani Dan Eropa, mengenal candu untuk bersenang-senang. Tanaman
ini telah ribuan tahun dikenal, ada yang mencatat lebih kurang 4000 tahun yang lalu. Ia telah dipergunakan sebagai obat penghilang nyeri selama kurang lebih 2000 tahun.
Penyebaran ke Cina pada abad ke delapan. Semula di Cina dipakai sebagai obat, tetapi setelah ada pelarangan pemakaian tembakau oleh seorang kaisar Cina, dengan maksud
membebaskan rakyatnya dari kebiasaan buruk merokok, maka penggemar rokok mengalihkan
Universitas Sumatera Utara
kebiasaan merokok candu, sehingga menjadi lebih parah. Pembesar Cina mengetahui bahayanya pada tahun 1727.
Pemasukan dan pemakaian candu kemudian dilarang. Hukuman berat dijatuhkan kepada pemakain candu seperti dimaksudkan ke penjara bawah tanah, bibir dipotong, dicekik dan
sebagainya. Pada abad 19 keadaan berubah, opium tidak lagi diselupkan dari Asia Kecil, Persia, India, tetapi dimaksudkan sebagai obat, sebagai barang dagangan east indies company, yang
sebenarnya unuk membekali para pemadat. Dalam melakukan suatu kejahatan terkadang pelakunya tidak sendirian akan tetapi melibatkan orang lain dengan cara berkerjasama yang
perananya, karena dalam rangka melaksanakan kejahatan, ada yang bertindak sebagai pelaku dan ada yang bertindak sebagai pembantu masing – masing dengan perkejaan yang tidak sama.
Sebagai orang yang membantu kejahatan tidak bertindak langsung melakukan kejahatan, akan tetapi fungsinya hanya memperlancar jalannya pelaksanaan kejahatan.
Adapun perbuatan medeplichting dalam membantu melakukan kejahatan misalnya meminjami peralatan, memberi informasi meskipun ancaman pidana yang menakutkan tersebut
kurang atau tidak dipeerhatikan sebagian warga masyarakat. Belakangan ini banyak muncul kasus – kasus psikotropika yang pelakunya baru mengenal psikotropika, hal ini terutama terjadi
di daerah. Pelaku mendapat psikotropika tidak banyak hanya satu dua butir saja yang beasal dari kawan, atau ditawari dari seeorang yang tidak dikenal katanya untuk dicoba dulu. Kemudian
merekan bukan orang kaya keluarganya juga tidak kaya masalahya bagaimanan harus menerapkan pidana tersebut, kalau memang yang dimiliki itu psiktropika golongan 1, sedang
perbuatan pidanya tergolong sederhana dan keadaan ekonominya lemah. Untuk kasus – kasus yang pelakunya mengusai ekstasi puluhan, ratusan atau bahkan
ribuan butir, selain untuk dipakai sendiri juga dijual kepada orang lain, dan pelakunya
Universitas Sumatera Utara
mempunyai uang banyak dari hasil perdangangan itu, sudah dirasa tepat ancaman hukuman pasal 59 ayat 1 diterapkan. Sehubungan dengan ancaman pidana minimal tersebut, Prof. Dr. Barda
Nawawi Arief mengatakan, undang – undang psikotropika tidak memberikan petujuk pelaksanaan tentang bagaimana menerapakan ancaman pidana minimal ini. Berbeda dengan
KUHP, di dalamanya terdapat petunjuk pelaksanaan ancaman pidana maksimal, di mana pidana penjara yang dapat dijatuhkan tidak boleh melampaui ancaman maksimal dan minimal pidana
pejara satu hari. Selanjutnya beliau menambahkan, ancaman pidana minimal dapat disimpangi manakala hukuman yang dijtuhkan benar – benar memberikan rasa keadilan. Apa dikatakan Prof.
Dr. Barda Nawawi Arief memang benar, tidak petunjuk pelaksanaan maupun penjelasan mengenai penerapan terhadap ancanaman pidana minimal dan maksimal dalam undang - undang
psikotropika. Kami juga sependapat, walupaun undang - undang tersebut menentukan batas minimal hukuman, akan tetapi batasan itu bukan harga mati. Masalahnya, hakim dalam tugasnya
mengadili suatu pekara bukan sebagai corong dari undang – undang yang hanya menyuarkan bunyi ketentuan undang – undang. Di lain pihak hakim harus memeriksa kebenaran suatu pekara,
sedangkan putusannya harus mencerminkan keadilan. Kalau menurut kebenaran dan rasa keadilan suatu kasus psikotropika tersebut hukumnnya di bawah minimal yang ditetapkan
undang – undang, maka hakim harus berani menerobos ketentuan undang – undang. Misalnya dalam suatu kasus ada seeorang anak muda yang kerjanya baru beberapa bulan jadi tukang
parkir, suatu hari diberi dua butir pil eksetasi gratis dari orang lain. Dalam melakukan suatu kejahatan terkadang pelakunya tidak sendirian akan tetapi melibatkan orang lain dengan cara
berkerjasama yang peranannya berbeda. Yang dimaksud berbeda perannya, karena dalam rangka melasanakan kejahatan, ada yang bertindak sebagai pelaku dan ada yang bertindak sebagai
pembantu masing-masing dengan perkejaan yang tidak sama. Sebagai orang membantu
Universitas Sumatera Utara
kejahatan, tidak bertindak langsung melakukan kejahatan, akan tetapi fungsinya hanya memperlancar jalannya pelaksanaan kejahatan.
Adapun perbuatan mendeplichting dalam membantu melakukan kejahatan misalnya meminjam peralatan, memberi informasi, menghalang-halangi pengejaran, dan sebagainya.
Perbuatan tersebut dilakukan sebelum pada saat kejahatan dilakukan, sebenarnya bukan hanya dalam bentuk manteril, tetapi dalam bentuk moril pun dapat dilakukan. Bila bantuan itu
diberikan sesudah kejahatan itu dilakukan, maka perbuatan tersebut merupakan perbuatan sekongkol atau tadah melanggar pasal 480 KUHP, atau peristiwa pidana yang tersebut dalam
pasal 221 KUHP. Dasar hukum orang yang membantu melakukan kejahatan adalah 56 KUHP yang berbunyi barang siapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan.
F. Metode penelitian