BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu fungsi hutan ialah menjaga kesimbangan lingkungan, diantaranya ialah menjaga keseimbangan siklus hidrologi, penyuplai oksigen bagi
mahluk hidup, serta sebagai perantara aliran energi matahari. Fenomena yang sering terjadi akhir-akhir ini ialah degradasi hutan yang disebabkan oleh
pemanfaatan hutan secara berlebihan, hal tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan peningkatan kebutuhan yang bersumber dari
hutan. Jika fenomena ini terus berlangsung, maka dapat menyebabkan perubahan lingkungan yang berdampak secara global, oleh karena itu manusia perlu
menjaga kelestarian hutan agar keseimbangan dari fungsi-fungsi hutan tersebut dapat berjalan dengan semestinya.
Penerapan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan hutan dengan memperhatikan aspek kelestarian.
Dalam perancangannya, sistem silvikultur TPTJ mengharuskan adanya penanaman pada hutan pasca penebangan secara jalur, dengan lebar antar jalur 25
m, didalamnya dibuat jalur tanam selebar 3 m dan jalur antara yang merupakan tegakan alam selebar 22 m. Selain itu terdapat poin yang berhubungan dengan
kelestarian hutan, yaitu pengkayaan atau penanaman anakan pohon sebanyak 80 anakan per hektarnya Suparna dan Purnomo 2004. Dalam prakteknya, sistem
silvikultur TPTJ belum pernah teruji sampai pada daur terakhir, oleh karena itu perlu diadakan evaluasi-evaluasi terhadap keberlangsungan penerapan sistem
silvikultur TPTJ yang sedang berjalan saat ini, sehingga pada saat daur terakhir dapat dinilai apakah dengan diterapkannya sistem silvikultur TPTJ dapat menjaga
kelestarian produktifitas hutan. Pendugaan nilai kualitas tanah merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi penerapan sistem silvikultur pada suatu kawasan
hutan, dimana tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, sehingga faktor tersebut dapat dijadikan sebagai indikator
kelestarian produktifitas hutan.
1.2 Tujuan