Penggunaan asam hanya dapat mempengaruhi waktu pembaharuan koakan quarre dari tiga hari menjadi enam hari dan bukan untuk
meningkatkan produksi. Kerusakan pada pemakaian asam dapat terlihat jelas dalam penyadapan bentuk koakan yaitu pada kayu yang
mengering dan kulit yang merekah terpisah antara kayu dan kulitnya. b.
Arah Sadapan Koakan yang menghadap ke timur akan menghasilkan getah yang
lebih banyak karena mendapatkan cahaya yang lebih cepat dan lebih lama. Karena suhu yang lebih tinggi dengan intensitas cahaya yang
lebih banyak maka getah tidak cepat menggumpal. c.
Penjarangan Pohon Penjarangan adalah perlakuan silvikultur terhadap tegakan hutan yang
dibangun untuk menghasilkan kondisi pohon dalam pertumbuhan yang baik. Pada kondisi pohon yang baik akan menghasilkan kayu
maupun getah pinus yang baik pula sehingga yang menjadi perhatian utama adalah tegakan dan bukan hasil produksi penjarangan.
Pohon yang ditebang saat penjarangan adalah pohon yang terserang hama atau penyakit, bentuknya jelek, tertekan, yang abnormal,
jaraknya terlalu rapat dengan pohon lain dan tanaman selain pokok yang mengganggu tanaman pokok. Pada umumnya penjarangan
dilakukan setiap 5 tahun sekali.
2.4 Sistem Penyadapan Getah Pada Pinus
Soetomo 1971 menyatakan ada tiga sistem penyadapan yang digunakan dalam menyadap getah pinus, yaitu:
1. Sistem koakan quarre system
Keuntungan dalam sistem koakan antara lain: a.
Alat yang digunakan mudah didapat, murah dan mudah diaplikasikan b.
Pelaksanaan kerja lebih efisien Kerugian dalam sistem koakan antara lain:
a. Mengingat bentuk dan ukuran alat yang besar dan kasar dengan
penanganan oleh pekerja yang tidak tetap koakan umumnya terlalu dalam dan lebar sehingga membahayakan kelestarian produksi
b. Getah yang dihasilkan tercampur kotoran karena penampung selalu
terbuka c.
Luka yang lebar mudah terserang penyakit 2.
Sistem bor Keuntungan sistem bor ini antara lain:
a. Kualitas getah yang dihasilkan lebih baik daripada sistem koakan
demikian juga dengan kuantitasnya. Sistem bor menghasilkan 20 gramlubanghari
b. Interval sadapan lebih panjang dari sistem koakan
c. Tidak rentan penyakit, karena luka yang dibuat lebih kecil
Sedangkan untuk kekurangan dari sistem bor ini adalah: a.
Tenaga yang diperlukan lebih banyak dari sistem koakan b.
Alat yang diperlukan lebih mahal 3.
Sistem Amerika Penyadapan getah pinus dengan menggunakan sistem Amerika
dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem Amerika dengan perlakuan permukaan dan sistem Amerika asam sulfat.
Perbedaan sistem Amerika asam sulfat dengan sistem Amerika dengan perlakuan permukaan terletak pada kedalaman luka dan
penggunaan bahan kimia, yaitu asam sulfat H
2
SO
4
. Luka sadap berbentuk V pada sistem Amerika dengan perlakuan permukaan memiliki
kedalaman luka 2-5 cm sedangkan untuk sistem Amerika asam sulfat hanya 1 cm.
Sistem penyadapan getah pinus di Indonesia yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan sistem penyadapan koakan dengan jumlah koakan lebih
dari satu dalam satu pohon, namun sistem penyadapan dengan menggunakan sistem koakan masih memiliki kelemahan, diantaranya produktivitas rata-rata
getah yang dihasilkan rendah yaitu 8,30 gramquarrehari data berdasarkan penelitian Darmastuti 2011, bagian luka yang terbuka relatif besar, getah yang
tertampung banyak terdapat kotoran karena tempurung penampung yang selalu terbuka dan kualitas gondorukem yang dihasilkan rendah. Selain itu menurut Adhi
2006, kelemahan-kelemahan lain dalam sistem koakan ini adalah alat sadap
yang sederhana dan tenaga yang berbeda-beda menyebabkan luka terlalu dalam, dikhawatirkan kelestarian produksi getah dan pohon kurang terjaga.
Berdasarkan alasan tersebut maka digunakan metode bor pada penyadapan pinus yang memiliki keunggulan, diantaranya bagian luka sadap yang terbuka
relatif kecil, sehingga diharapkan dapat meminimalisir terserangnya bahaya penyakit atau hama dan kebakaran dan kelestarian produksi getah dan pohon lebih
terjamin serta produktivitas rata-rata getah yang dihasilkan dengan metode bor lebih besar dari pada dengan menggunakan sistem koakan. Menurut Wibowo
2006 dengan menggunakan metode bor getah yang keluar akan lebih cepat karena getah-getah tersebut tidak beraksi dengan udara bebas sehingga
pembekuan getah dapat dikurangi. Disamping memiliki keunggulan, penggunaan metode bor dalam penelitian
ini juga memiliki kelemahan diantaranya alat penyadapan yang masih manual sehingga tenaga yang dibutuhkan untuk menyadap harus besar, serta tenaga
penyadap harus merupakan tenaga yang tetap karena dibutuhkan keahlian khusus dalam menyadap untuk mengurangi tingkat kerusakan mata bor yang digunakan,
selain itu alat bor manual yang susah didapat dan harganya yang relatif mahal dan pengaplikasian alat bor manual yang susah di lapang.
Menurut Sumantri dan Endom 1989 dalam upaya peningkatan produksi getah pinus, Perum Perhutani secara intensif terus melakukan sadapan baru
disamping melakukan juga percobaan baru untuk mencari sistem sadap yang lebih tepat, dalam arti penyadapan yang dilakukan mampu mendapatkan hasil getah
yang lebih banyak sedang kerusakan batang akibat sadapan sekecil mungkin. Dengan pola sadapan seperti itu diharapkan batang pohon yang diperoleh masih
dalam keadaan mulus di saat pemanenan dan dengan demikian dapat memberikan nilai yang tinggi.
Penyadapan getah tusam pada umumnya dilakukan dengan cara koakan quarre baik dengan maupun tanpa bahan perangsang stimulant. Selain itu,
telah banyak dilakukan percobaan penyadapan dengan cara lain, seperti cara rill dan cara bor. Agaknya suatu cara atau teknik penyadapan belum tentu cocok
secara menyeluruh pada semua lokasi penyadapan. Sebagai contoh di daerah Sumedang dan Sukabumi, cara koakan memberi hasil sadap yang lebih tinggi
dibanding cara rill Mardikanto dan Tobing 1996, diacu dalam Sudrajat et al. 2002.
2.5 Peranan Zat Stimulansia