panas atau dingin dan dapat tumbuh secara optimal pada daerah yang memiliki curah hujan sepanjang tahun Siregar 2000, diacu dalam Natalia 2010.
2.2 Pinus sebagai Penghasil Getah
Getah pinus adalah semacam oleoresin yaitu campuran senyawa komplek resin dan terpentin berupa cairan kental dan lengket, bening atau buram. Oleoresin
ini larut dalam alkohol, benzene, eter dan banyak pelarut lainnya, tetapi tidak larut dalam air Sumadiwangsa et al. 1999.
Menurut Wibowo 2006 getah pinus merupakan campuran asam-asam resin yang larut dalam pelarut netral atau pelarut organik non polar seperti eter
dan heksan. Getah pinus terdapat pada saluran resin interseluler. Pada kayu daun jarum terdapat dua macam saluran resin, yaitu saluran resin normal dan saluran
resin traumatis yang terbentuk akibat pelukaan dalam kayu. Getah pinus terdapat pada saluran resin atau celah-celah antar sel. Saluran tersebut sering disebut
saluran interseluler. Saluran ini terbentuk baik ke arah memanjang batang diantara sel-sel trakeida maupun ke arah melintang dalam jaringan jari-jari kayu.
Fakultas kehutanan IPB 1989 menyatakan bahwa getah atau resin terbentuk sebagai akibat proses metabolisme sekunder dalam pohon. Getah
berfungsi untuk melindungi sel-sel yang sedang tumbuh, memacu aktivitas pertumbuhan untuk penutupan luka mekanis jika terjadi serangan hama serta
penyakit. Getah pinus mampu menghasilkan manfaat berupa gondorukem dan
terpentin. Kegunaan dari gondorukem adalah sebagai bahan vernis, bahan pembuat sabun, bahan pembuat batik, bahan solder, tinta printer, cat dan lain-lain.
Terpentin bisa digunakan sebagai bahan pengencer cat dan vernis, bahan pelarut lilin dan bahan pembuatan kamper sintesis.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus
Menurut Sumadiwangsa 2000, faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus adalah:
a. Faktor dalam genotip, umur, kondisi dan diameter pohon
b. Faktor luar yaitu elevasi, bonita kesuburan, iklim curah hujan, suhu,
kelembaban, kelerengan dan lingkungan jarak tanam
c. Faktor perlakuan seperti metode penyadapan, jumlah pembaharuan luka,
pemakaian bahan stimulan kadar dan dosis, keterampilan penyadap kebijaksanaan dan Sumber Daya Manusia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ternyata bahwa pohon pinus umur 16 tahun dengan kadar stimulan 20 dapat meningkatkan produksi getah
sebesar 33, sedangkan untuk umur 26 tahun kadar stimulan 15 dapat meningkatkan produksi getah sebanyak 50 Yusnita dan Setyawan 2000.
Produktivitas getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dari dalam pohon itu sendiri seperti jenis, diameter dan umur tegakan.
Menurut Wibowo 2006 pengaruh getah pohon pinus berhubungan dengan diameter pohon. Dengan adanya pertumbuhan diameter pohon, maka volume
kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan
produksi getah pinus akan semakin meningkat. Produktivitas getah pinus juga dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh pohon dan perlakuan yang diberikan
terhadap pohon seperti cara penyadapannya Berdasarkan penelitian Litbang Kehutanan 1996, getah pinus sebagai hasil
dari proses metabolisme pohon, produksinya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pohon itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara
lain: 1.
Faktor Biologi Pohon a.
Jenis pohon Produksi getah berbeda menurut jenis, misalnya Pinus caribaea
menghasilkan getah yang lebih banyak dengan kerak yang menempel pada pohon lebih sedikit daripada Pinus palustris. Pinus khasya dapat
memproduksi getah sebanyak 7 kgpohontahun, sedangkan Pinus merkusii 6 kgpohontahun.
b. Umur tegakan
Menurut Priyanto 1994 diacu dalam penelitian Litbang Kehutanan 1996, umur dan bonita tegakan mempunyai pengaruh nyata terhadap
produksi getah pinus. Perum Perhutani juga baru melaksanakan penyadapan setelah pohon umur 10 tahun kelas umur III dan
dinyatakan bahwa produksi getah pada kelas umur V-VI telah mulai menurun.
c. Diameter dan tinggi pohon
Bidang dasar atau diameter pohon, tinggi pohon dan jarak antar pohon populasi berpengaruh nyata terhadap produksi getah Pinus merkusii.
Dari ketiga peubah tersebut, diameter pohon mempunyai pengaruh paling besar.
2. Faktor Tempat Tumbuh
Proses fisiologis internal dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan silvikultur serta potensi keturunan pohon.
a. Ketinggian tempat
Tinggi tempat dari permukaan laut mempengaruhi produksi getah Pinus merkusii. Tinggi tempat mempengaruhi suhu dan intensitas
cahaya semakin tinggi tempatnya dari permukaan laut, suhu semakin rendah demikian juga intensitas cahaya. Rendahnya intensitas cahaya
ini karena kelerengan dan adanya awan yang sering menutupi matahari. Hal yang demikian, akan mempengaruhi laju metabolisme
dan asimilasi untuk selanjutnya akan mempengaruhi produksi getah. b.
Iklim Musim panas akan memberikan hasil yang lebih tinggi karena suhu
dan intensitas cahaya lebih besar, tetapi karena panas yang terus menerus menyebabkan getah cepat kering dan aliran getah dapat
berhenti. Cuaca yang dingin dapat memperlambat aliran getah, karena saluran getah dapat tersumbat oleh getah yang beku.
3. Faktor Perlakuan Terhadap Pohon
Produksi getah pinus dipengaruhi oleh perlakuan manusia terhadap pohon maupun tegakannya, seperti sistem penyadapan, arah sadap dan
penggunaan larutan kimia sebagai perangsang dalam penyadapan. Perlakuan terhadap tegakan yang mempengaruhi produksi getah adalah penjarangan.
a. Metode Sadapan
Penyadapan tanpa asam stimulansia, lebih baik daripada dengan menggunakan asam sulfat dalam penyadapan sistem quarre.
Penggunaan asam hanya dapat mempengaruhi waktu pembaharuan koakan quarre dari tiga hari menjadi enam hari dan bukan untuk
meningkatkan produksi. Kerusakan pada pemakaian asam dapat terlihat jelas dalam penyadapan bentuk koakan yaitu pada kayu yang
mengering dan kulit yang merekah terpisah antara kayu dan kulitnya. b.
Arah Sadapan Koakan yang menghadap ke timur akan menghasilkan getah yang
lebih banyak karena mendapatkan cahaya yang lebih cepat dan lebih lama. Karena suhu yang lebih tinggi dengan intensitas cahaya yang
lebih banyak maka getah tidak cepat menggumpal. c.
Penjarangan Pohon Penjarangan adalah perlakuan silvikultur terhadap tegakan hutan yang
dibangun untuk menghasilkan kondisi pohon dalam pertumbuhan yang baik. Pada kondisi pohon yang baik akan menghasilkan kayu
maupun getah pinus yang baik pula sehingga yang menjadi perhatian utama adalah tegakan dan bukan hasil produksi penjarangan.
Pohon yang ditebang saat penjarangan adalah pohon yang terserang hama atau penyakit, bentuknya jelek, tertekan, yang abnormal,
jaraknya terlalu rapat dengan pohon lain dan tanaman selain pokok yang mengganggu tanaman pokok. Pada umumnya penjarangan
dilakukan setiap 5 tahun sekali.
2.4 Sistem Penyadapan Getah Pada Pinus