Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Produktivitas Getah Pinus Selama Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus blok Cikatomas dengan total luas areal 2,5 ha dan pada ke tinggian 726−737 mdpl. Keadaan topografi dipilih sama atau seragam untuk semua perlakuan. Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. Keadaan pohon untuk masing-masing perlakuan sudah pernah disadap sebelumnya. Pemilihan pohon dirancang secara acak untuk setiap perlakuan dengan komposisi produktivitas getah beragam mulai dari terkecil hingga terbesar yang disebar secara sistematis dan merata untuk setiap perlakuan. Pemilihan pohon berdasarkan kelas diameter yang telah ditentukan, yaitu 30 cm dan merupakan pohon sehat. Dalam pemilihan pohon contoh dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kemampuan pohon dalam mengeluarkan getah yang akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan pohon contoh. Penelitian pendahuluan dilakukan sebanyak 3 kali panen dengan periode pelukaan 3 hari tanpa diberi ETRAT selama 10 hari dan menggunakan 100 pohon contoh. Getah yang didapat untuk setiap kali panen ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, setelah 3 kali panen produktivitas getah dihitung rata-ratanya perpohon. Apabila ada pohon yang sedikit sekali mengeluarkan getah atau terlalu banyak mengeluarkan getah maka pohon tersebut tidak akan terpilih sebagai pohon contoh. Jumlah pohon yang digunakan sebanyak 20 pohon contoh untuk masing- masing perlakuan sehingga total pohon yang digunakan adalah 80 pohon pinus.

5.2 Produktivitas Getah Pinus Selama Penelitian

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan berdasarkan perbedaan periode pelukaan, yaitu perlakuan A dengan periode pelukaan 3 hari tanpa diberi ETRAT kontrol, perlakuan B dengan periode pelukaan 3 hari dengan diberi ETRAT, perlakuan C dengan periode pelukaan 5 hari dengan diberi ETRAT dan perlakuan D dengan periode pelukaan 7 hari dengan diberi ETRAT. Masing-masing periode menunjukkan jumlah hari pada saat getah akan dipanen. Penelitian ini dilakukan selama 35 hari sehingga untuk periode 3 hari pelukaan dilakukan 11 kali panen, untuk periode pelukaan 5 hari dilakukan 7 kali panen dan untuk periode pelukaan 7 hari dilakukan 5 kali panen. Meskipun pengulangan panennya berbeda-beda, namun satuan yang menjadi acuan dalam perhitungan adalah gramborhari. Selain menggunakan metode bor peningkatan hasil sadapan getah pinus dapat dilakukan dengan penambahan ETRAT yang selama ini sudah digunakan di HPGW. Penambahan ETRAT dilakukan dengan cara menyemprotkan ETRAT ke luka sadap pada setiap kali pengeboran. Menurut Santosa 2011 ETRAT merupakan formulasi terbaru, dimana formulasi tersebut mengandung ZPT ethylene dan asam organik dalam satu larutan. Dengan demikian ETRAT mempunyai dua fungsi, yaitu merangsang keluarnya getah dan memperlancar keluarnya getah. ETRAT 12.40 yang digunakan dalam penelitian ini diproduksi oleh CV. Permata Hijau Lestari dengan komposisi 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat dan dijual dengan harga Rp 12.000liter. Bahan kimia yang terkandung dalam ETRAT 12.40 ini tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap, kondisi pohon yang disadap dan lingkungan sekitar Putri 2011. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas getah pinus yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya. Secara umum produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus berdasarkan perlakuan dan periode waktu pembaharuan luka dapat dilihat pada Gambar 3. 12.31 5 10 15 20 25 A B C D A = Kontrol B = Pelukaan 3 hari C = Pelukaan 5 hari D = Pelukaan 7 hari Gambar 3 Produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus pada 4 perlakuan gramborhari. Berdasarkan Gambar 3 terlihat rata-rata produktivitas hasil sadapan getah pinus yang paling banyak adalah periode pelukaan 3 hari dengan diberi ETRAT yaitu sebesar 20,93 gramborhari. Produktivitas rata-rata getah terendah dengan pemberian ETRAT didapat pada periode pelukaan 7 hari yaitu 16,12 gramborhari dan untuk produksi getah pinus rata-rata terendah adalah perlakuan kontrol periode pelukaan 3 hari tanpa pemberian ETRAT dengan rata-rata produktivitas getah sebanyak 12,31 gramborhari. Periode pelukaan 3 hari dengan pemberian ETRAT menghasilkan produktivitas rata-rata getah yang tinggi dibanding dengan periode lainnya. Hal ini dikarenakan pelukaan dengan pemberian ETRAT yang lebih sering dilakukan. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu periode pembaharuan luka maka semakin menurun rata-rata produktivitas getah pinus yang didapat. Berdasarkan data Gambar 3 terjadi peningkatan produktivitas getah pinus pada periode pelukaan yang sama yaitu 3 hari dengan perlakuan diberi dan tidak diberi tambahan stimulansia ETRAT atau kontrol sebesar 70,02. Berdasarkan hasil penelitian penyadapan pinus dengan menggunakan metode bor menghasilkan getah yang berkualitas bagus berdasarkan penampakan fisiknya karena tidak terdapat kotoran sehingga kualitas gondorukem yang dihasilkan nantinya juga bagus. Getah yang keluar dari batang langsung disalurkan oleh pipa paralon kedalam wadah penampung plastik sehingga kadar kotoran yang bercampur dengan getah sedikit bahkan tidak ada. Lubang sadap 20.93 17.40 16.12 12,31 yang diberi pipa paralon ini bertujuan agar udara tidak langsung kontak dengan bidang sadapannya sehingga getah akan mengalir lebih lama kedalam wadah plastik penampung getah karena suhu udara akan mempengaruhi cepat lambatnya pembekuan getah. Suhu yang rendah akan menghambat aliran getah pada bidang sadapan dikarenakan getah yang cepat membeku. Pelukaan awal pada pohon pinus menyebabkan stress pada batang yang mempengaruhi metabolisme sekunder. Metabolisme sekunder ini akan merangsang keluarnya getah untuk memperbaiki sel-sel yang luka atau untuk menutup luka. Produktivitas rata-rata getah yang dihasilkan dalam setiap panennya berbeda-beda. Untuk mengetahui grafik kecenderungan produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus dalam setiap panennya dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus setiap panennya pada berbagai periode pelukaan gramborhari. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa produktivitas rata-rata getah untuk setiap kali panennya dari masing-masing periode pelukaan berbeda-beda. Terlihat bahwa terjadi pola kecenderungan peningkatan dan penurunan produktivitas getah pinus yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan proses kerja stimulansia ETRAT yang diberikan dan proses metabolisme sekunder pohon pinus itu sendiri. Menurut Santosa 2011 produktivitas yang masih rendah pada awal periode penyadapan sampai dengan 12 hari disebabkan pemberian Zat Pengatur Tumbuh memerlukan waktu untuk mempengaruhi metabolisme sekunder. Ethylene yang terkandung dalam Zat Pengatur Tumbuh membutuhkan waktu untuk merubah bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga tercapainya proses metabolisme sekunder pembentukan getah dapat berjalan dengan stabil. Produksi getah pada perlakuan periode pelukaan 3 hari dengan disemprot ETRAT menunjukkan hasil yang tinggi dan penurunan produksi getahnya pun tidak terlalu besar dari produksi sebelumnya untuk setiap kali panennya jika dibandingkan dengan hasil produksi getah per panen ketiga perlakuan lainnya. Kontrol Periode pelukaan 3 hari Periode pelukaan 5 hari Periode pelukaan 7 hari Gambar 5 Getah pinus pada berbagai periode pelukaan. Pada Gambar 5 terlihat pebedaan warna untuk setiap perlakuan. Semakin lama waktu periode pelukaan maka warna getah akan semakin putih dan bertekstur menggumpal seperti gula pasir. Hal ini menunjukkan adanya pembekuan atau penggumpalan jika getah disimpan terlalu lama dalam suatu wadah. Menurut Santosa 2011 getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin asam abietat, asam pimarat dan lainnya hasil metabolisme sekunder di dalam tanaman. Fungsi getah di dalam tanaman adalah: 1. Perlindungan terhadap sel-sel yang sedang tumbuh 2. Memacu aktivitas pertumbuhan untuk penutupan luka mekanis maupun jika terjadi serangan hama serta penyakit Untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan periode pembaharuan luka dengan pemberian ETRAT terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, maka dilakukan pengolahan statistik terhadap data hasil pengukuran. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Tabel 3 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan periode pelukaan dan pemberian ETRAT Sumber keragaman db Jumlah kuadrat JK Kuadrat tengah KT F hit F 0,05 Perlakuan 3 759,59 253,19 5,24 2,75 Sisa 76 3670,02 48,29 Total 79 4429,62 Nyata = F hitung F tabel Hasil pengujian analisis ragam atau Analysis Of Variance ANOVA menunjukkan bahwa setiap perlakuan mempunyai pengaruh nyata terhadap rata- rata produktivitas getah pinus yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 5,24 lebih besar daripada F tabel pada tingkat nyata 0,05 yang bernilai 2,75. Oleh karena pengaruh periode pembaharuan luka dan pemberian ETRAT berpengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus, maka analisis dilanjutnya dengan Uji Duncan yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh berbagai perlakuan periode pembaharuan luka dengan pemberian ETRAT No Perlakuan Rata-rata Produktivitas gramborhari Hasil Uji Duncan 1 Kontrol 12,31 c 2 Pelukaan 3 hari 20,93 a 3 Pelukaan 5 hari 17,40 b 4 Pelukaan 7 hari 16,12 b Hasil Uji Duncan membandingkan pengaruh antar perlakuan dilihat dari produktivitas rata-rata getah. Pada Tabel 4 hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan 3, 5 dan 7 hari pelukaan sangat berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang memiliki nilai produktivitas rata-rata paling rendah. Akan tetapi, pada perlakuan 5 dan 7 hari pelukaan berada pada hasil Uji Duncan yang sama, hasil ini menunjukkan bahwa antar kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata.

5.3 Pemilihan Periode Pembaharuan Luka