ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PT.SEPATU BATA TBK YANG TERCATAT DI BEI

(1)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PT.

SEPATU BATA TBK YANG TERCATAT DI BEI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Liya Sista Sugiarti 08610060

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PEBRUARI 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alakum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan karunia rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan yang Tercatat di BEI”

disusun dengan tujuan untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar Kesarjanaan di Bidang Ekonomi, Program Studi Manajemen – Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Nazaruddin Malik, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Erna Retna Rahadjeng, M.M., AFP selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih atas ilmu, waktu, tenaga, perhatian dan kesabaran selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Dra. Dewi Nurjannah, M.M., AFP selaku Dosen Pembimbing II, terimakasih atas ilmu, waktu, tenaga, perhatian dan kesabaran selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Drs. Shobari, M.M., selaku Dosen Wali Kelas B Manajemen 2008, yang selalu memberikan nasehat dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi dengan tepat.

6. Pojok Bursa Efek Indonesia, yang telah bersedia membantu menyediakan data-data laporan keuangan yang diperlukan dalam penelitian ini.


(9)

ix

7. Terimakasih bapak dan ibu, dan adik - adikku tersayank Lidia dan Farid yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, nasehat, dorongan moril dan materiil, serta doanya selama ini.

8. Teman-teman Kelas B Manajemen 2008 yang selalu memberikan doa dan dukungan semangat, serta kerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Icha, nunik, Ary, Dyah, Nana dan teman-teman semua yang selalu memberikan semangat, dukungan dan bantuan dalam segala hal, dan kebersamaan dan keceriaan disetiap hari yang tak mungkin terlupakan.

Segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha sebaik mungkin namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis. Kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan penyusunan masih banyak terdapat pada skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi guna kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, Februari 2013 Penulis,


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………....………... i

DAFTAR ISI ………..……… iii

DAFTAR TABEL …….…….………...………. iv

DAFTAR GAMBAR ………...……….. v

DAFTAR LAMPIRAN …………..……… vi

ABSTRAK ………..……… vii

ABSTRACT ……… viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………..………. 1

B.Rumusan Masalah ………. 6

C.Batasan Masalah ……… 6

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKADAN HIPOTESIS A.Tinjauan PenelitiTerdahulu ………... 8

B.TinjauanTeori ………..………..……… 9

C.Kerangka Pikir ………..………..………….. 27

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Sifat Penelitian ……….. 29

B.Jenis dan Sumber Data ……….. 29

C.Teknik Pengumpulan Data ……… 29

D.Definisi Operasional Variabel ………. 30

E.Teknik Analisis Data ……… 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Perusahaan ………... 34

B.Analisis Data ………...……...…..……….. 34

C.Pembahasan Hasil Analisis Data ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ………..……… 43

B.Implikasi ……… 43 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Nilai total penjualan dan laba bersih perusahaan sepatu yang

tercatat di BEI tahun 2009 – 2011 …..……….. 5

Tabel 4.1. Hasil perhitungan NOPAT PT. Sepatu Bata Tbk Periode

2009-2011 ………..………… 35

Tabel 4.2. Hasil perhitungan biaya hutang sebelum pajak PT. Sepatu Bata

tahun 2009-2011 ………... 35

Tabel 4.3. Hasil perhitungan biaya hutang setelah pajak PT. Sepatu Bata

tahun 2009-2011 ………... 36

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Biaya Modal Saham Biasa PT. Sepatu Bata

Tbk Tahun 2009-2011 ……….. 37

Tabel 4.5 Proporsi modal PT. Sepatu Bata Tbk periode 2009 – 2011 ……. 38 Tabel 4.6 Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Pada PT. Sepatu

Bata Tbk periode 2009 -2011 ……… 39

Tabel 4.7 Biaya modal pada PT. Sepatu Bata Tbk periode 2009 – 2011 ….. 39 Tabel 4.8 Nilai EVA Perusahaan PT. Sepatu Tbk periode 2009 – 2011 …... 40 Tabel 4.9 Hasil perhitungan EVA pada PT. Sepatu Bata Tbk Tahun


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Beban Bunga Jangka Panjang

Lampiran 2 Perhitungan Hutang Sebelum Pajak (kd) PT. Sepatu Bata Tbk Lampiran 3 Menghitung Tarif Pajak PT. Sepatu Bata Tbk

Lampiran 4 Biaya Hutang Setelah Pajak (ki) PT. Sepatu Bata Tbk Lampiran 5 Perhitungan DPR PT. Sepatu Bata Tbk tahun 2009 - 2011 Lampiran 6 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan PT. Sepatu Bata Tbk tahun

2009 - 2011

Lampiran 7 Perhitungan Biaya Modal Saham Biasa PT. Sepatu Bata Tbk tahun 2009 - 2011

Lampiran 8 Proporsi Modal PT. Sepatu Bata Tbk Lampiran 9 Perhitungan WACC PT. Sepatu Bata Tbk Lampiran 10 Perhitungan NOPAT PT. Sepatu Bata Tbk Lampiran 11 Perhitungan Biaya Modal PT. Sepatu Bata Tbk Lampiran 12 Perhitungan EVA PT. Sepatu Bata Tbk


(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), menuturkan industri sepatu nasional saat ini dihadapkan sejumlah kendala, merosotnya permintaan dari pasar Eropa akibat krisis yang melanda kawasan tersebut, untuk itu Aprisindo berpikir untuk memperluas pasar, terutama menguasai 10% pasar sepatu Asean pada tahun ini. Malaysia menjadi pasar pertama yang akan dijajaki untuk membuka sejumlah toko baru sekaligus memperkenalkan delapan merek sepatu lokal.

Selama ini baru ada dua produk sepatu Indonesia yang bisa masuk ke pasar Malaysia, yakni Andre Valentino dan Rotelli. Sementara di Tanah Air selama ini sudah beredar puluhan merek sepatu asal Malaysia. Selama ini pasar kita di Malaysia kecil sekali, di bawah 1%, dengan itu 10 merek sepatu yang masuk diharapkan tahun ini bisa meningkat menjadi 5%. Aspirindo telah membuat nota kesepahaman dengan produsen sepatu Malaysia terkait pertukaran informasi dan peningkatkan kapasitas ekspor dan impor sepatu olahraga. Tidak hanya ke Malaysia, rencananya produk-produk sepatu Indonesia juga diupayakan menembus pasar Thailand dan Filipina. Selama ini di Thailand dan Filipina itu baru mengenal satu atau dua merek sepatu kita. Kami akan upayakan setidaknya jadi 10 merek sepatu masuk sana sehingga bisa meningkatkan pasar kita di sana masing-masing menjadi sekitar 3%


(15)

2

(2012). Eddy Wijanarko mengungkapkan industri sepatu nasional saat ini tidak hanya dihadapkan apda persoalan pasar yang menciut di kawasan Eropa, tetapi juga kerap dibuat bingung oleh inkonsistensi kebijakan lintas kementerian.

Pekerja membuat sepatu produk lokal di Kelapa Dua Wetan, Jakarta Timur. Dalam sehari mereka dapat memproduksi 200 pasang sepatu dengan harga Rp50 ribu hingga Rp200 ribu yang di pasarkan di wilayah Jakarta. Jika dihitung dari jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan alas kaki dalam negeri dapat mencapai 10 juta pasang per bulan. http://optimisindonesia.net/2011/04/ Aspirindo optimistis ekspor sepatu Indonesia akan tumbuh 10% pada tahun ini dengan omset diperkirakan mencapai US$3,6 miliar, meningkat US$300 juta dari pencapaian tahun lalu yang sekitar US$3,3 miliar. sejak dahulu pesaing berat Industri sepatu Indonesia adalah industri-industri yang basis produksinya di Pantai Timur China. Namun, meningkatnya upah buruh di Pantai Timur China membuat mereka berpikir untuk mengalihkan pabriknya ke Vietnam atau Indonesia. Permintaan sepatu dari dalam negeri juga masih akan besar, prediksi Ramon, seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat. Pasar dalam negeri tumbuh karena income per kapita naik.

http://www.bisnis.com/articles/industri-sepatu-ri-ambisi-kuasai-10-percent-pasar-asia-tenggara

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu


(16)

3

perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi. Penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan. Dengan mendeteksi kinerja keuangan perusahaan, kita dapat mengidentifikasi kondisi perusahaan

Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.


(17)

4

Melalui pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien

http://yanurto.blogspot.com/2010/12

Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang, memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya, dan sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasperusahaan.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15

EVA merupakan teknik yang sesuai untuk penelitian ini karena EVA memberikan pengukuran atas nilai tambah ekonomis yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Penggunaan EVA dapat dijadikan acuan bagi investor, kreditur dan para pemegang saham dalam menentukan pilihan investasi dengan tingkat pengembalian maksimal. Penelitian ini diharapkan


(18)

5

dapat memberikan hasil yang digunakan sebagai acuan perencanaan dan pengambilan keputusan dimasa yang akan datang bagi pihak manajemen perusahaan sepatu. Adapun untuk mengetahui nilai total penjualan dan laba bersih pada PT.Sepatu Bata Tbk tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini

Tabel 1.1 Nilai total penjualan dan laba bersih perusahaan sepatu PT. Sepatu Bata Tbk yang tercatat di BEI tahun 2009 – 2011

Tahun Penjualan Laba / Rugi

2009 2010 2011 Rp 598.466.433 Rp 644.189.190 Rp 678.591.535 Rp 52.980.646 Rp 60.975.070 Rp 56.615.123 Sumber : Laporan Laba / Rugi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penjualan pada PT. Sepatu Bata Tbk pada tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan, tahun 2010 penjualan naik sebesar 8% dan laba rugi naik sebesar 15%. Tahun 2011 penjualan naik sebesar 5%, sedangkan laba rugi turun sebesar 7%. Selam 3 tahun PT. Sepatu Bata Tbk pada laba berfluktuasi , sedangkan pada penjualan selama 3 tahun mengalami peningkatan. Kenaikan penjualan tidak diikuti dengan kenaikan laba, hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang mengakibatkan laba menjadi kecil.

Pada kondisi tersebut menunjukkan bahwa PT. Sepatu Bata Tbk mengalami permasalahan dalam laporan keuangan khususnya laporan laba rugi, sehingga penulis melakukan penelitian tentang kinerja keuangan.

Berdasarkan latar belakang kontribusi industri sepatu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan sepatu yang sudah go publik dengan judul “Analisis


(19)

6

Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk yang Tercatat di BEI”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat di susun rumusan masalah didalam penelitian ini yakni “Bagaimana kinerja keuangan PT. Sepatu Bata yang tercatat di BEI dan dapat memberikan nilai tambah ekonomis”?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas agar pembahasan tidak terlalu luas maka perlu adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah metode yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan sepatu adalah menggunakan analisis EVA dari tahun 2009 – 2011.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Sepatu Bata yang memberikan nilai tambah ekonomis bagi investor.

2. Kegunaan Penelitian a. Bagi investor

Membantu investor dalam memberikan informasi kinerja keuangan pada perusahaan sepatu.

b. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan.


(20)

7

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk bahan referensi yang bermanfaat, terutama bagi pihak – pihak yang mengadakan penelitian yang sejenis.


(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Peneliti Terdahulu

1. Novi Yulianawati (2009) Univesitas Muhammadiyah Malang dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan Analisis EVA dalam Menilai Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan telekomunikasi yang tercatat di BEI 2005-2007) ”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perusahaan telekomunikasi mana yang memiliki kenerja keuangan yang paling baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu pada perusahaan telekomunikasi yang tercatat di BEI yang memberikan nilai tambah ekonomis. Pada perusahaan telekomunikasi selama 3 tahun yang tercatat di BEI terdapat 6 perusahaan. Terdapat 2 perusahaan yang memberikan nilai tambah ekonomis dan 4 perusahaan yang tidak menambah nilai ekonomis. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu sama – sama meneliti analisis kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu terletak pada obyek yang di teliti dan tahun atau periode penelitian.

2. Achmad Taufik (2010) Univesitas Muhammadiyah Malang dalam penelitiannya yang berjudul “Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA (Studi pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Tercatat pada BEI)”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perusahaan telekomunikasi mana yang memiliki kenerja


(22)

9

keuangan yang paling baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu pada perusahaann otomotif yang tercatat di BEI yang memberikan nilai tambah ekonomis. Kinerja keuangan ke 3 perusahaan otomotif dan komponennya pada tahun 2006 dan 2008 tidak memberikan nilai tambah ekonomis.

B. Tinjauan Teori

1. Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen, oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan komulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Terdapat banyak individu dan kelompok yang berbeda yang berkepentingan atas keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan tertentu. Beberapa kelompok paling utama adalah pemilik investor, manajer, pemberi pinjaman dan kreditor, karyawan, organisasi pekerja, agen pemerintah, masyarakat umum (publik).

Pandangan kelompok-kelompok ini terhadap hasil dan kinerja perusahaan sangatlah berbeda. Mereka sering kali menggunakan data selain data keuangan dan data ekonomi, untuk memasukkan nilai-nilai yang lebih luas dan tak berwujud dalam penilaian mereka. Pihak yang paling dekat dentan perusahaan dari sudut pandang sehari-hari dan juga yang bertanggungjawab atas kinerja jangka panjang adalah manajemen organisasi bersangkutan, apakah mereka manajer professional ataukah


(23)

10

pemilik/manajer. Manajer bertanggungjawab dan bertanggung gugat atas efisiensi operasi, profitabilitas jangka pendek dan panjang, serta penggunaan yang efektif atas modal, upaya manusia, dan sumber daya lainnya.

Selanjutnya adalah berbagai pemilik perusahaan, khususnya yang berkepentingan dengan profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang dari investasi modal yang mereka tanamkan. Mereka biasanya mengharapkan laba dan dividen yang meningkat yang akan membawa pertumbuhan pada nilai ekonomi dari taruhan mereka.

Berikutnya adalah kelompok penyedia uang orang lain yaitu pemberi pinjaman dan kreditur yang memberikan dana bagi perusahaan untuk berbagai jangka waktu yang berbeda. Mereka terutama berkepentingan dengan kemampuan membayar bunga yang jatuh tempo, kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pokok pinjaman, dan ketersediaan nilai aktiva residual tertentu yang memberikan marjin perlindungan terhadap risiko. (Helfert dan Erich 1997 : 67)

2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan


(24)

11

penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan didalam organisasi.

Tujuan utama penialaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategic, program, dan anggaran organisasi.

Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik. (Mulyadi & Setyawan 2001 : 353)

Untuk menilai kinerja keuangan sebuah perusahaan digunakan analisis yang diambil dari laporan keuangan :

a. Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Ada 3 macam laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan antara lain :


(25)

12

1) Neraca

Laporan neraca bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan modal sendiri dari suatu entitas atau perusahaan. Neraca menampilkan sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut.

Neraca tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi tersebut bisa dilihat dengan mempelajari neraca digabung dengan laporan keuangan yang lain. Secara lebih spesifik, neraca dimaksudkan untuk membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional, dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.

2) Laporan laba – rugi

Laporan keuangan diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan (Return on Invesment), risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. ROI merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan.

3) Laporan aliran kas

Tujuan pokok laporan aliran kas adalah untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Tujuan kedua dari laporan aliran kas


(26)

13

adalah untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu.

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai aliran dana perusahaan. Laporan aliran kas akan bermanfaat untuk mencapai tujuan ini. Lebih jauh lagi, laporan keuangan diharapkan bias memberi informasi mengenai likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan perusahaan, dan kemampuan operasional perusahaan. Ada 2 metode penyusunsn laporan aliran kas, yakni metode langsung dan metode tidak langsung. Metode yang bias digunakan adalah metode tidak langsung. (Hanafi dan Halim 2003 :49)

3. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambil keputusan. (James & John 2005 : 193)

Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu

b. Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan perusahaan c. Untuk mengetahui kekuatan – kekuatan yang dimiliki

d. Untuk mengetahui langkah – langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk penilaian kinerja manajemen


(27)

14

Langkah yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah

a. Mengumpulkan laporan keuangan dan data yang diperlukan selengkap mungkin

b. Melakukan pengukuran–pengukuran atau perhitungan–perhitungan dengan rumus- rumus tertentu

c. Melakukan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran d. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan

e. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut.

Terdapat 2 metode analisis laporan keuangan yang biasa di pakai, yaitu :

a. Analisis vertical (ststis), yaitu analisi yang dilakukan terhadap hanya satu periode dalam laporan keuangan saja

b. Analisis horizontal (dinamis) merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode (Kasmir 2010 : 98)

4. Biaya Modal

Biaya modal merupakan (opportunity cost) biaya peluang dari penggunaan dana untuk diinvestasikan dalam proyek baru. Tingkat pengembalian modal dapat diperoleh pendapatan sendiri dimana risikonya serupa. Maka, tingkat pengembalian investasi perusahaan harus memperhatikan investasi dengan tujuan menemukan tingkat pengembalian investasi perusahaan investor. (Arthur, David, John, William 2000 : 444)


(28)

15

Biaya modal dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat bunga, kebijakan perpajakan pemerintah daerah dan pusat, lingkungan perundang – undangan berada diluar kendali perusahaan. Namun, kebijakan pendanaan dan investasi, khususnya pilihan yang berhubungan dengan jenis – jenis modal yang digunakan oleh perusahaan dan tingkat risiko proyek yang dilaksanakannya, memiliki yang sangat besar pada biaya modalnya. (Brigham & Housten 2011 : 3)

5. Menghitung Biaya Modal a. Biaya modal utang

Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan utang, dengan tujuan untuk memperbesar tingkat pengambilan modal sendiri (ekuitas). Secara teoritis, sampai dengan jumlah tertentu, semakin besar utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan semakin besar pulanilai perusahaan yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan bahwa dengan bertambahnya nilai utang sampai batas tertentu, maka biaya modal totalnyapun akan semakin menurun. Penggunaan sumber pembelanjaan utang ini membawa konsekuensi biaya modal, yaitu biaya utang. Biaya utang dibagi menjadi 2 macam, yaitu biaya utang sebelum pajak (before tax cost of debt) dan setelah pajak (after tax cost of debt).

1) Biaya utang sebelum pajak

Konsep biaya utang suatu perusahaan atau proyek dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu biaya utang sebelum pajak (before


(29)

16

tax cost of debt) dan setelah pajak (after tax cost of debt). Biaya utang sebelum pajak dapat ditentukan dengan menghitung tingkat hasil internal (Yield to Maturity) atas arus kas surat-surat obligasi. Biaya utang sebelum pajak = beban bunga / hutang jangka panjang (Sutrisno 2001 : 291)

2) Biaya utang setelah pajak

Konsep biaya utang yang digunakan adalah biaya utang setelah pajak. Hal ini didasarkan pada argument bahwa perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan salah satu bentuk beban bagi perusahaan (interest expense), dengan adanya beban bunga ini akan menyebabkan besarnya pembayaran pajak penghasilan menjadi berkurang. Oleh karena itu, beban bunga disebut sebagai pos deduksi pembayaran pajak.

Biaya utang setelah pajak dapat dicari dengan mengalikan biaya utang sebelum pajak dengan (1-T), dengan t adalah tingkat pajak marginal, dengan demikian secara sistematis besarnya biaya utang setelah pajak dapat di formulasikan sebagai berikut :

Ki = kd (1-T) Keterangan :

Ki = Biaya utang setelah pajak kd = biaya utang sebelum pajak


(30)

17

b. Biaya modal saham preferen

Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara utang dengan saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi deviden yang dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap (pada umumnya). Perhitungan biaya modal saham preferen mudah dilakukan, sama perhitungan biaya utang. Parameter yang akan diestimasi relative jelas. Biaya saham preferen (kps) adalah :

kps = Dps / P Keterangan :

kps = biaya saham preferen Dps = dividen saham preferen P = harga saham preferen c. Biaya modal saham biasa

Biaya modal saham lebih sulit dihitung karena melibatkan biaya kesempatan (opportunity cost) yang tidak bisa diamati secara langsung. Rumus harga saham dapat dituliskan sebagai berikut : (Hanafi 2004 : 277)

Ks = D1 + g P0 Keterangan :

Ks = biaya modal saham

D1 = dividen pada tahun pertama P = harga saham saat ini


(31)

18

g = tingkat pertumbuhan

tingkat pertumbuhan bisa dihitung dengan cara sebagai berikut : g = (1 – DPR) (ROE)

Keterangan :

DPR = dividend payout ratio

ROE = return on equity(Hanafi 2004 : 279) 6. WACC

Biaya modal rata- rata tertimbang (WACC) suatu perusahaan sangat memerlukan tingkat laba minimum yang dikehendaki dari investasi di suatu perusahaan. Biaya modal diukur sebagai tingkat persentase. Secara tidak langsung, WACC adalah rata- rata berbagai sumber dana yang digunakan oleh perusahaan. Sumber dana ini disebut komponen modal. Komponen modal dapat termasuk dana – dana yang terdiri dari utang, saham preferen, laba ditahan, dan saham biasa.

WACC diukur berdasarkan perhitungan setelah pajak. Investor memperhatikan aliran kas setelah semua biaya relevan telah dibayarkan. Pajak merupakan biaya yang nyata dan relevan. Jika suatu perusahaan ingin memeksimalkan nilainya, maka biaya modal dimasukkan kedalam akun pajak, dan semua biaya harus dihitung berdasarkan perhitungan setelah pajak.

Pengukuran WACC hanya dipertimbangkan sumber dana jangka panjang. Sumber dana jangka pendek seperti pinjaman bank jangka pendek, umumnya tidak digunakan dalam investasi jangka panjang,


(32)

19

dengan demikian WACC mempertimbangkan sumber dana jangka pendek hanya bila digunakan untuk membiayai investasi jangka panjang, contohnya pinjaman bank jangka pendek yang dibayarkan kembali dan diputar setiap 6 bulan. Umumnya WACC mengukur biaya sumber dana jangka panjang seperti pinjaman jangka panjang, saham preferen, laba ditahan, dan saham biasa.

WACC adalah rata – rata biaya dari berbagai komponen modal suatu perusahaan. Bobot dalam rata – rata biaya modal diukur dari target struktur modal perusahaan, yang merupakan proporsi berbagai komponen modal perusahaan untuk dana investasinya. Dasar perhitungan WACC adalah :

K = wd kd + wp kp + ws ks

W menunjukkan target struktur modal perusahaan dan diukur sebagai proporsi. Jumlah proporsi struktur modal itu adalah 100%.

wd + wp + we = 100% Dimana :

wd = proporsi utang dalam struktur modal

wp = proporsi saham preferen dalam struktur modal ws = proporsi modal sendiri dalam struktur modal kd = biaya utang setelah pajak

kp = biaya dari dana yang didapatkan dari saham preferen ks = biaya dari dana yang didapatkan dari modal sendiri


(33)

20

Beberapa perusahan tidak memakai saham preferen, sehingga perhitungan WACC – nya akan lebih sederhana.

K = wd kd + ws ks

Jika suatu perusahaan tidak menggunakan saham preferen, maka WACC- nya adalah rata- rata tertimbang dari biaya utang dan biaya modal sendiri. (Margaretha 2011 : 96)

7. EVA ( Economic Value Added)

EVA ( Economic Value Added) merupakan laba bersih perusahaan atau divisi setelah dikurangi biaya modal yang digunakan. (Brealy, Myers, & Marcus 2008 : 92)

Jika analisis nilai tambah pasar mengukur pengaruh aktivitas manajer sejak kelahiran perusahaan sampai dengan periode tertentu, maka analisis nilai tambah ekonomis (EVA) momfokuskan pada efektivitas manajerial dalam suatu tahun tertentu. EVA pada tahun tertentu menunjukkan tentang sebeapa besar nilai bersih yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dengan menggunakan semua dana yang ada, baik dari pemilik / pemegang saham maupun kreditor.

EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Hal ini berbeda secara substansial jika dibandingkan dengan laba akuntansi. EVA mempresentasikan pendapatan residual yang tersisa setelah biaya peluang (opportunity cost) dari semua model yang ada. Ini tentu berbeda dengan laba akuntansi yang tidak memasukkan unsure biaya modal ekuitas.


(34)

21

EVA dapat diterapkan pada semua divisi yang ada di suatu perusahaan, dan biaya modal akan merefleksikan risiko dari suatu unit bisnis. Jumlah EVA dari seluruh divisi merupakan EVA perusahaan, dalam kenyataannya perhitungan EVA untuk suatu perusahaan lebih kompleks daripada yang disajikan di sini, karena beberapa isu akuntansi seperti penilaian persediaan, depresiasi, amortisasi atas biaya penelitian dan pengembalian, pembelanjaan sewa, dan sejenisnya yang harus di handel sebagaimana mestinya apabila pengestimasian laba operasi suatu perusahaan dilakukan. (Warsono 2003 : 48)

EVA ( Economic Value Added) adalah ukuran kinerja keuangan yang lebih mampu menangkap laba ekonomis perusahaan yang sebenarnya daripada ukuran – ukuran lain. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang secara langsung berhubungan dengan kekayaan para pemegang saham dari waktu ke waktu. Stern Stewart mengembangkan EVA untuk membantu manajer menggabungkan dua prinsip dasar keuangan kedalam pengambilan keputusan mereka. Pertama adalah bahwa tujuan keuangan utama perusahaan haruslah memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Kedua adalah bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada sejauh mana investor berharap laba dimasa depan melebihi atau kurang dari biaya modal. Menurut definisi, peningkatan EVA secara terus menerus akan membawa peningkatan nilai pasar bagi perusahaan. Pendekatan ini terbukti efektif pada seluruh jenis organisasi, dari perusahaan mulai tumbuh sampsai perusahaan yang berubah haluan. Hal ini karena tingkat


(35)

22

EVA bukanlah yang terpenting. Kinerja saat ini sudah tercermin dalam harga saham. Ini merupakan perbaikan berkelanjutan dalam EVA yang selanjutnya akan member peningkatan pada kekayaan pemegang saham.

Keunggulan EVA adalah bahwa secara konseptual cukup sederhana dan mudah dijelaskan kepada para manajer yang tidak memiliki latar belakang keuangan karena EVA dimulai dengan laba operasi yang telah dikenal dan secara sederhana laba operasi tersebut dikurangi dengan beban atas modal yang diinvestasikan di perusahaan secara keseluruhan, di unit bisnis, atau bahkan di satu pabrik , kantor, dan lini perakitan, dengan menaksir biaya atas penggunaan modal, EVA membuat manajer peduli pada pengelolaan aktiva maupun laba, dan membantu mereka menaksir secara tepat tradeoff antara aktiva dan laba. (DeMello 2006 : 131)

Kelebihan konsep EVA adalah bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modal. Sedangkan kelemahan dari EVA adalah EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu, dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi niali perusahaan tersebut rendah karena EVA dimasa datangnya negatif. Secara konseptual EVA mungkin lebih unggul dari pada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah. Proses


(36)

23

perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit untuk dilakukan.

EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Pendekatan EVA yang dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stern Steward Managemen Service pada pertengahan 1990-an. Secara matematis, formula EVA bisa dirumuskan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Biaya Modal (Hanafi 2008 : 52) Indikator EVA :

a. Bila EVA > 0, terjadi proses nilai tambah ekonomis perusahaan b. Bila EVA = 0, menunjukan posisi impas perusahaan

c. Bila EVA < 0, tidak ada nilai tambah ekonomis

http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/03/16

8. Kegunaan Utama EVA

EVA dapat digunakan untuk menilai kinerja eksekutif perusahaan. Manajemen perusahaan dalam melakukan penilaian kinerja terhadap karyawannya, biasanya secara umum membedakan antara karyawan operasional dengan eksekutifnya, dalam hal ini, perusahaan terkadang mengalami kesulitan pada saat melakukan penilaian kinerja terhadap eksekutifnya. Ini berbeda dengan karyawan operasionalnya. Kinerja karyawan operasionalnya dapat dihitung secara lebih mudah, yaitu dengan mengacu pada output yang dihasilkannya.


(37)

24

Untuk mengatasi kesulitan dalam pengukuran kinerja eksekutif perusahaan, analisis nilai tambah ekonomis dapat digunakan, dengan hasil analisis EVA ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi bagi eksekutif dalam bentuk insentif-insentif tertentu. Hal ini didasarkan pada argument bahwa dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan eksekutif, berarti mereka memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kemakmuran bagi para pemegang saham biasa, sehingga perlu diberi insentif. (Warsono 2003 : 49)

9. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan

Supaya analisis keuangan lebih tajam, analisis keuangan bisa memperolehh gambaran yang lebih jelas mengenai prestasi perusahaan, analisis perbandingan bisa dilakukan. Analisis ini bisa dilakukan dengan perbandingan terhadap masa lalu (analisis time-series) maupun dengan perbandingan terhadap perusahaan lain atau rata-rata industry (analisis cross-section) pada titik waktu tertentu. Mendefinisikan industry bukan merupakan pekerjaan yang mudah.(Halim & Hanafi 2000 : 125)

Dengan criteria penilaian kinerja yang akan didiskusikan pada seksi selanjutnya, untuk menentukan apakah suatu perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan dapat dilakukan dengan 2 macam metode tolok ukur yaitu :

a. Analisis Time Series (metode lintas waktu)

Metode ini merupakan metode tolok ukur analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu rasio


(38)

25

keuangan perusahaan dari suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya. Jika suatu perusahaan ingin mengetahui apakah posisi keuangannya pada tahun tertentu (ke-t) sehat atau tidak, maka rasio keuangan pada tahun tersebut dibandingkan dengan rasio keuangan pada tahun sebelumnya, yaitu tahun t-1.

Pada analisis rasio keuangan untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas,dan nilai pasar, jika pada tahun t lebih besar dibandingkan tahun t-1, maka posisi keuangan perusahaan tersebut sehat, dan sebaliknya. Khusus untuk rasio laverage/utang, jika rasio keuangan pada periode yang diukur (periode t) lebih besar daripada tahun sebelumnya (periode t-1), maka posisi keuangan perusahaan tersebut tidak sehat, dan sebaliknya,

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jika metode penentuan tolok ukur kinerja keuangan yang digunakan adalah lintas waktu, maka untuk menentukan apakah suatu perusahaaan kondisi keuangannya sehat, secara matematis dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan nilai pasar : RKit ≥ RKit-1

2) Untuk rasio laverage : RKit ≤ RKit-1 Keterangan :

RKit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t RKit-1 = rasio keuangan perusahaan i pada periode t-1


(39)

26

Metode tolok ukur lintas waktu ini juga dapatditerapkan pada modifikasi rasio keuangan (analisis common size dan analisis perubahan persentase), dengan penyesuaian dan pertimbangan tertentu. Penyesuaian ini terutama dalam penginterpretasian atas hasil perhitungan rasio yang ada. Begitu juga dengan analisis MVA dan EVA, mungkin dapat menggunakan metode tolok ukur lintas waktu, walaupun secara teoritis sudah ada ketentuan yang lebih baku. Jika anggapan ini benar, maka menurut metode ini, MVA dan EVA pada tahun tertentu dianggap baik (sehat) jika lebih besar dari pada periode sebelumnya.

b. Analisis Cross section (metode lintas seksi / industry)

Yaitu metode tolok ukur yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya posisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio keuangan rata-rata industrinya pada periode yang bersangkutan. Metode ini paling cocok digunakan untuk perusahaan yang go public atau yang sahamnya yang sudah tercatat di pasar modal.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jika metode penentuan tolok ukur kinerja keuangan yang digunakan adalah lintas industry, maka untuk menentukan apakah suatu perusahaan kondisi keuangannya sehat, secara matematis dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(40)

27

1) Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan nilai pasar : RKit ≥ RKidt

2) Untuk rasio laverage : RKit ≤ RKidt Keterangan :

RKit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t RKidt = rasio keuangan rata-rata industri pada periode t (Warsono 2003 : 30)

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini menjelaskan alur berpikir penelitian evaluasi kinerja keuangan yang di mulai dengan penentuan perusahaan yang akan diteliti yaitu perusahaan sepatu yang tercatat selama periode penelitian.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan EVA untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan sepatu. Selanjutnya dilakukan perbandingan dengan menggunakan analisis time series, sehingga jika nilai EVA > 0 maka kinerja keuangan perusahaan memberikan nilai tambah ekonomis, jika nilai EVA = 0 menunjukkan posisi impas, jika nilai EVA < 0 maka kinerja keuangan perusahaan tidak memberikan nilai tambah ekonomis.


(41)

28

Gambar 2.1 : Analisis kinerja keuangan PT. Sepatu Bata Tbk yang tercatat di BEI

Perusahaan Sepatu

Laporan Keuangan

Analisis Kinerja Keuangan

Ada nilai tambah ekonomis

Metode Time Series

Tidak ada nilai tambah ekonomis EVA < 0 EVA = 0

EVA > 0


(1)

perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit untuk dilakukan.

EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Pendekatan EVA yang dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stern Steward Managemen Service pada pertengahan 1990-an. Secara matematis, formula EVA bisa dirumuskan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Biaya Modal (Hanafi 2008 : 52)

Indikator EVA :

a. Bila EVA > 0, terjadi proses nilai tambah ekonomis perusahaan b. Bila EVA = 0, menunjukan posisi impas perusahaan

c. Bila EVA < 0, tidak ada nilai tambah ekonomis http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/03/16

8. Kegunaan Utama EVA

EVA dapat digunakan untuk menilai kinerja eksekutif perusahaan. Manajemen perusahaan dalam melakukan penilaian kinerja terhadap karyawannya, biasanya secara umum membedakan antara karyawan operasional dengan eksekutifnya, dalam hal ini, perusahaan terkadang mengalami kesulitan pada saat melakukan penilaian kinerja terhadap eksekutifnya. Ini berbeda dengan karyawan operasionalnya. Kinerja karyawan operasionalnya dapat dihitung secara lebih mudah, yaitu dengan mengacu pada output yang dihasilkannya.


(2)

Untuk mengatasi kesulitan dalam pengukuran kinerja eksekutif perusahaan, analisis nilai tambah ekonomis dapat digunakan, dengan hasil analisis EVA ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi bagi eksekutif dalam bentuk insentif-insentif tertentu. Hal ini didasarkan pada argument bahwa dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan eksekutif, berarti mereka memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kemakmuran bagi para pemegang saham biasa, sehingga perlu diberi insentif. (Warsono 2003 : 49)

9. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan

Supaya analisis keuangan lebih tajam, analisis keuangan bisa memperolehh gambaran yang lebih jelas mengenai prestasi perusahaan, analisis perbandingan bisa dilakukan. Analisis ini bisa dilakukan dengan perbandingan terhadap masa lalu (analisis time-series) maupun dengan perbandingan terhadap perusahaan lain atau rata-rata industry (analisis cross-section) pada titik waktu tertentu. Mendefinisikan industry bukan merupakan pekerjaan yang mudah.(Halim & Hanafi 2000 : 125)

Dengan criteria penilaian kinerja yang akan didiskusikan pada seksi selanjutnya, untuk menentukan apakah suatu perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan dapat dilakukan dengan 2 macam metode tolok ukur yaitu :

a. Analisis Time Series (metode lintas waktu)

Metode ini merupakan metode tolok ukur analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu rasio


(3)

keuangan perusahaan dari suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya. Jika suatu perusahaan ingin mengetahui apakah posisi keuangannya pada tahun tertentu (ke-t) sehat atau tidak, maka rasio keuangan pada tahun tersebut dibandingkan dengan rasio keuangan pada tahun sebelumnya, yaitu tahun t-1.

Pada analisis rasio keuangan untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas,dan nilai pasar, jika pada tahun t lebih besar dibandingkan tahun t-1, maka posisi keuangan perusahaan tersebut sehat, dan sebaliknya. Khusus untuk rasio laverage/utang, jika rasio keuangan pada periode yang diukur (periode t) lebih besar daripada tahun sebelumnya (periode t-1), maka posisi keuangan perusahaan tersebut tidak sehat, dan sebaliknya,

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jika metode penentuan tolok ukur kinerja keuangan yang digunakan adalah lintas waktu, maka untuk menentukan apakah suatu perusahaaan kondisi keuangannya sehat, secara matematis dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan nilai pasar : RKit ≥ RKit-1

2) Untuk rasio laverage : RKit ≤ RKit-1 Keterangan :

RKit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t RKit-1 = rasio keuangan perusahaan i pada periode t-1


(4)

Metode tolok ukur lintas waktu ini juga dapatditerapkan pada modifikasi rasio keuangan (analisis common size dan analisis perubahan persentase), dengan penyesuaian dan pertimbangan tertentu. Penyesuaian ini terutama dalam penginterpretasian atas hasil perhitungan rasio yang ada. Begitu juga dengan analisis MVA dan EVA, mungkin dapat menggunakan metode tolok ukur lintas waktu, walaupun secara teoritis sudah ada ketentuan yang lebih baku. Jika anggapan ini benar, maka menurut metode ini, MVA dan EVA pada tahun tertentu dianggap baik (sehat) jika lebih besar dari pada periode sebelumnya.

b. Analisis Cross section (metode lintas seksi / industry)

Yaitu metode tolok ukur yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya posisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio keuangan rata-rata industrinya pada periode yang bersangkutan. Metode ini paling cocok digunakan untuk perusahaan yang go public atau yang sahamnya yang sudah tercatat di pasar modal.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jika metode penentuan tolok ukur kinerja keuangan yang digunakan adalah lintas industry, maka untuk menentukan apakah suatu perusahaan kondisi keuangannya sehat, secara matematis dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(5)

1) Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan nilai pasar : RKit ≥ RKidt

2) Untuk rasio laverage : RKit ≤ RKidt Keterangan :

RKit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t RKidt = rasio keuangan rata-rata industri pada periode t (Warsono 2003 : 30)

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini menjelaskan alur berpikir penelitian evaluasi kinerja keuangan yang di mulai dengan penentuan perusahaan yang akan diteliti yaitu perusahaan sepatu yang tercatat selama periode penelitian.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan EVA untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan sepatu. Selanjutnya dilakukan perbandingan dengan menggunakan analisis time series, sehingga jika nilai EVA > 0 maka kinerja keuangan perusahaan memberikan nilai tambah ekonomis, jika nilai EVA = 0 menunjukkan posisi impas, jika nilai EVA < 0 maka kinerja keuangan perusahaan tidak memberikan nilai tambah ekonomis.


(6)

Gambar 2.1 : Analisis kinerja keuangan PT. Sepatu Bata Tbk yang tercatat di BEI

Perusahaan Sepatu

Laporan Keuangan

Analisis Kinerja Keuangan

Ada nilai tambah ekonomis

Metode Time Series

Tidak ada nilai tambah ekonomis EVA < 0 EVA = 0

EVA > 0