ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

Khomsahing Ramadhan 09610090

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Khomsahing Ramadhan 09610090

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

KATA PENGANTAR

Assalumu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Otomotif yang listing di BEI”

Maksud dan tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Malang. Penulisan Skripsi ini tidak akan lancar tanpa adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari beberapa pihak baik langsung maupun tidak langsung yang sangat besar artinya. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. H. Nazaruddin M, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Aniek Rumijati, M.M. selaku Ketua Program Studi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Drs. Marsudi, MM. selaku Dosen Wali kelas B Angkatan 2009 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang selama studi selalu memberikan motivasi, arahan dan semangat untuk selalu


(4)

menjadi lebih baik.

5. Prof. Dr. Bambang Widagdo M,M selaku Dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya Skripsi ini.

6. Dra. Erna Retna Rahadjeng M,M , AFP selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya Skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Manajemen yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengajar di kelas B dan Konsentrasi Keuangan.

8. Ayahku Mardiyanto dan Ibuku Sri Wulan tercinta serta saudaraku Rezky Rahman Repon, yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun spiritual, serta segenap kasih sayangnya yang telah diberikan kepada saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga untuk semuannya.

9. Sahabatku tercinta yang selalu menemani disaat penat dan memberikan dukungan Yusriyatul Fikriyah Romadhoni, Helda ayoe, Bernita, Alqarana saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga pada kalian.

10. Teman-teman diskusi yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun spiritual. Nur Effendi, Dedik S., Trisna D. S., Lia Puji A., Dia A., Keluarga besar LKEB UMM dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. terima kasih yang tak terhingga untuk semuannya.


(5)

11. Teman-teman perjuangan IMB (Aldi R., Dwi Yoni C.N., Eric P., Dian Aji P.,) dan teman-teman kelas B yang tidak dapat saya sebutkan semua terima kasih atas yang tak terhingga untuk kalian semuanya.

12. Teman-teman kost G4NO3 Aziz, Rizal, Ricky, Dimas, Hamzah, Adam, Fandi dan yang tidak dapat saya sebutkan namanya terima kasih atas yang tak terhingga untuk kalian semuanya.

13. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dapat lebih baik lagi. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi semua pihak dalam meningkatkan keilmuan. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Malang, 30 Januari 2013

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Penelitian ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 7

B. Tinjauan Teori ... 8


(7)

Halaman BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 29

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 30

E. Definisi Operasional ... 31

F. Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian A. Gambaran Umum Perusahaan ... 40

B. Analisis Data ... 54

C. Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN ... 96

B. SARAN ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir ... 27


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Data Penjualan Perusahaan Otomotif (Dalam Milliaran Rupiah) ... 2

Tabel 2 Perusahaan Otomotif yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 40

Tabel 3 Hasil Perhitungan Biaya Utang Sebelum Pajak ... 55

Tabel 4 Hasil Perhitungan Biaya Utang Setelah Pajak ... 58

Tabel 5 Hasil Perhitungan Biaya Laba Ditahan (Ks) ... 63

Tabel 6 Hasil Perhitungan Bobot Utang (Wd) dan Bobot Laba Ditahan (Ws) ... 68

Tabel 7 Hasil Perhitungan Biaya modal Rata-Rata Tertimbang (ka) ... 76

Tabel 8 Hasil Perhitungan Biaya Modal ... 80

Tabel 9 Hasil Perhitungan Laba Operasi Setelah Pajak ... 84


(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Ringkasan Hasil Perhitungan

Lampiran 2 Perhitungan Beban Bunga

Lampiran 3 Perhitungan Biaya Hutang Sebelum Pajak (Kd) Lampiran 4 Perhitungan Tarif Pajak (T)

Lampiran 5 Perhitungan Biaya Hutang Setelah Pajak (Ki)

Lampiran 6 Perhitungan Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf) Lampiran 7 Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)

Lampiran 8 Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri) Lampiran 9 Perhitungan Estimasi Beta

Lampiran 10 Pehitungan Biaya Laba Ditahan (Ks)

Lampiran 11 Perhitungan Bobot Utang (Wd) dan Bobot Laba Ditahan (Ws) Lampiran 12 Perhitungan Biaya modal Rata-Rata Tertimbang (ka)

Lampiran 13 Perhitungan Biaya Modal

Lampiran 14 Perhitungan Laba Operasi Setelah Pajak Lampiran 15 Perhitungan Economic Value Added (EVA)


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bringham, Eugene dan Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Fahmi, Irham, 2012, Analisis Laporan Keuangan; Cetakan Kedua, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Indrianto dan Bambang Supomo, 2009. Metodologi Penelitian Bisnis; Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Ismail, 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Otomotif Tahun 2006-2008. Skripsi: UMM.

Hanafi, Mamduh M., 2004. Manajemen Keuangan; Edisi 2004/2005, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE Yogyakarta

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik; Edisi Empat, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Yogyakarta.

Samsul Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio; Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). BPFE: Yogyakarta.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Bussiness (Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku Satu. Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta

Sutrisno, 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi ketujuh, penerbit BPFE-Yogyakarta.

Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Malang.

Young, S. David dan O’Byrne, Stephen F. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.


(12)

http://motorplus.otomotifnet.com/read/2012/07/06/332488/30/9/Pasar-Sepeda-Motor-Juni-2012-Turun-Honda-Tembus-2-Juta-Unit Diakses pada tanggal 1-12-2012 http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/ Diakses pada tanggal 16-12-2012

http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Moneter/Default_Kurs_ID.aspx Diakses pada tanggal 28-12-2012

http://www.duniainvestasi.com/bei/stock/prices/stock/ Diakses pada tanggal 11-12-2012 http://www.idx.co.id/Home/Brokers/FinancialReport/tabid/99/language/id

ID/Default.aspx Diakses pada tanggal 28-11-2012

http://www.tempo.co/read/news/2011/01/12/090305739/Industri-Otomotif-Tahun-Ini-Tumbuh-39-Persen Diakses pada tanggal 1-12-2012

http://www.tempo.co/read/news/2010/12/24/090301391/Industri-Otomotif-Tahun-Depan-Tetap-Kinclong Diakses pada tanggal 1-12-2012


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri otomotif di Indonesia ternyata menarik perhatian para investor dalam negeri maupun mancanegara. Direktur Industri Alat Transportasi Kementeriaan Perindustrian Suprijanto mengatakan investasi di sektor industri otomotif diperkirakan mencapai Rp 4,8 triliun tahun 2011 atau tumbuh 39 persen dibandingkan tahun 2010 dan industri otomotif masih sangat menjanjikan karena permintaannya masih sangat besar. (www.tempo.co)

Direktur Industri Alat Transportasi Kementeriaan Perindustrian Suprijanto mengatakan penambahan investasi baru di sektor otomotif masih didominasi oleh investasi untuk pembuatan komponen. Penambahan investasi di sisi assembling justru tidak terlalu signifikan. Alasannya masih banyak infrastruktur industri otomotif yang belum diproduksi di dalam negeri. Misalnya bahan baku logam dan komponen plastik. (www.tempo.co)

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai sektor industri otomotif akan tetap menjadi andalan tahun depan. Suryo Bambang Sulisto mengatakan tahun depan sektor otomotif bisa diandalkan. Senada dengan itu, Ketua Dewan Penasihat Kadin Fahmi Idris mengatakan sektor otomotif masih akan menjadi salah satu andalan industri


(14)

2   

pada tahun mendatang. Hal ini mengacu pada pertumbuhan penjualan yang cukup tinggi. (www.tempo.co)

Disisi lain, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penjualan perusahaan otomotif. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah antara lain penerapan pajak progresif, rencana pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi dan kebijakan kredit. Penerapan kebijakan tersebut tidak menurunkan penjualan perusahaan otomotif, tetapi justru mengalami peningkatan penjualan dari tahun ke tahun.

Tabel 1

Data Penjualan Perusahaan Otomotif (Dalam Milliar Rupiah)

No Perusahaan Otomotif Tahun

2009 2010 2011 1 PT Astra Internasional Tbk 98526 129991 162564 2 PT Astra Otopart Tbk 5265,798 6255,109 7363,659

3 PT Indo Kordsa Tbk 1,5 1,805 1,9

4 PT Good Year Indonesia 1145,101 1729,9 1938,972 5 PT Gajah Tunggal Tbk 7936,432 9853,904 11841,396 6 PT Indomobil Sukses Indonesia Tbk 6939,569 10935,334 15776,58 7 PT Indospring Tbk 720,228 1027,12 1234,986 8 PT Multi Prima Sejahtera Tbk 58,088 59,519 62,958 9 PT Multistrada Arah Sarana Tbk 1691,475 2006,84 2861,93 10 PT Nipress Tbk 279,929 400,894 579,224 11 PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 161,201 287,2 330,446 12 PT Selamat Sempurna Tbk 1374,651 1561,786 1807,89 Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Otomotif (diolah)

Berdasarkan tabel 1 penjualan perusahaan otomotif setiap tahun mengalami peningkatan. Kenaikan penjualan yang terkecil adalah PT Indo Kordsa Tbk yaitu sebesar 5,3% dari tahun 2010 sebesar Rp 1,805 menjadi Rp 1,9 pada tahun 2011. Pada PT Astra Internasional Tbk mengalami kenaikan


(15)

3   

penjualan 25,1% dari tahun 2010 sebesar Rp 129,991 menjadi Rp 162,564 paa tahun 2011. Kenaikan penjualan yang paling tinggi sebesar 44,5% adalah PT Nipress Tbk yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 400,894 menjadi Rp 579,224 pada tahun 2011.

Kinerja atau prestasi perusahaan mengacu pada hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen, oleh karena itu untuk menilai prestasi perusahaan perlu dilibatkan suatu analisis terhadap efek keuangannya, dimana analisis ini melibatkan suatu data keuangan yang dipublikasikan seperti yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan salah satunya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan perusahaan terkait.

Salah satu manfaat pengukuran kinerja yaitu untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. Pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

Kondisi perusahaan yang harus selalu ditinjau dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan sendiri yang pada umumnya terdiri dari laporan


(16)

4   

neraca dan laporan laba/rugi. Laporan neraca dan laba/rugi ini bersifat saling berkaitan dan melengkapi. Neraca menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu, sedangkan laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama periode akuntansi. Laporan keuangan tersebut akan lebih informatif dan bermanfaat maka pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan harus melakukan analisa terlebih dahulu.

Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Secara sederhana EVA dapat dinyatakan sebagai ukuran profitabilitas riil dari operasi perusahaan. EVA akan membantu manajer memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai bagi pemegang saham. Diharapkan perusahaan-perusahaan yang menggunakan EVA akan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan yang tidak menggunakannya.

Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA merupakan sistem yang disesuaikan dengan manajemen keuangan karena bertitik berat pada nilai bagi investor. Menggunakan pendekatan EVA, para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

Alasan pemilihan obyek penelitian pada perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, karena penjualan perusahaan otomotif meningkat dari tahun ke tahun dan disisi lain kebijakan yang dikeluarkan


(17)

5   

pemerintah yaitu penerapan pajak progresif yang mempengaruhi penjualan karena jika mempunyai dua kendaraan, maka besar pajak untuk kendaraan yang kedua, 2% dari Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB), kendaraan yang ketiga, 2,5% dari NJKB, kendaraan yang keempat 4% dari NJKB dan lebih dari empat tetap 4% dari NJKB. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil topik utama untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Otomotif Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”.

B.PerumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diambil adalah:

1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Perusahaan otomotif mana yang memberikan Economic Value Added paling besar?

C. Batasan Masalah

Dalam memusatkan pembahasan dan menganalisis permasalahan, maka perlu pembatasan dalam penelitian ini yang sesuai dengan kemampuan penulis dan keterbatasan informasi yang didapat objek penelitian. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Data laporan keuangan yang digunakan selama 3 periode 2009, 2010 dan 2011.


(18)

6   

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis dan mengetahui kinerja keuangan perusahaan otomotif.

b. Mengetahui perusahaan otomotif yang memberikan Economic Value Added paling besar.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan dalam mengevaluasi kinerjanya agar lebih baik lagi.

b. Bagi Investor

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan otomotif.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penyusunan penelitian yang akan datang khususnya membahas topik yang sama.


(19)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2010) dengan tujuan penelitian mengetahui kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), jika diukur dengan menggunakan EVA dan mengetahui kinerja keuangan yang paling baik dari perusahaan otomotif yang tercatat di BEI. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah EVA. Objek penelitian perusahaan otomotifnya yaitu PT. Astra International Tbk, PT. Astra Otoparts Tbk, dan PT. Gajah Tunggal Tbk.

Hasil penelitian kesimpulan bahwa perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia :

a. Berdasarkan metode Cross Sectional dilihat dari standart EVA, kinerja keuangan perusahaan otomotif adalah sehat dan dapat memberikan nilai tambah ekomonis.

b. Berdasarkan metode Time Series dilihat dari hasil perhitungan EVA pertahun bahwa kinerja keuangan perusahaan otomotif yaitu PT. Astra International Tbk dan PT. Astra Otoparts Tbk sehat ditinjau dari nilai EVA yang mengalami peningkatan dan kinerja keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk sehat meski nilai EVA-nya mengalami fluktuasi. Perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006 sampai 2008,


(20)

8   

yang mempunyai kinerja paling baik adalah PT. Astra International, Tbk Persamaan dari penelitian ini adalah sama menganalisis kinerja keuangan perusahaan otomotif yang listing di BEI dan mengukur kinerja keuangan menggunakan EVA. Perbedaan dari penelitian ini adalah laporan keuangan yang digunakan peneliti terdahulu adalah 2006 sampai 2008, sedangkan peneliti sekarang adalah tahun 2009 sampai 2011.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kinerja

Munawir (2007:9) kinerja merupakan prestasi yang ingin dicapai dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dibidang keuangan yang ditunjukkan melalui laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor penting. Selain digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan, juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan keuangan. Kinerja secara umum adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu atau gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran dan tujuan.

Analisis kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen atau merupakan catatan hasil yang dicapai dari fungsi suatu aktivitas tertentu selama satu periode waktu tertentu. Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan.


(21)

9   

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAPP (General Acepted Accounting Principle), dan lainnya.

2. Pengukuran Kinerja Perusahaan

Mardiasmo (2002:121) pengukuran kinerja sebagai suatu sitem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.

a. Tujuan pengukuran kinerja

Mardiasmo (2002:122) menyatakan bahwa tujuan pengukuran kinerja yaitu :

1)Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom). Melalui pengukuran kinerja yang tepat maka dengan sendirinya dapat mencerminkan atas pelaksanaan strategi secara tepat.

2)Mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi. Pengukuran instansi akan memberikan informasi secara lengkap terkait dengan usaha perusahaan dalam pencapaian tujuan baik secara finansial maupun nonfinansial.

3)Mengakomodasi permohonan kepentingan manajer level menengah dan bawah serat memotivasi untuk mencapai gool goverment. Pengukuran atas kinerja yang telah dicapai pada dasarnya dapat digunakan sebagai usaha


(22)

10   

pihak manajemen untuk lebih memotivasi elemen-elemen yang tedapat diperusahaan dalam usaha memaksimalkan atas potensi yang dimiliki.

4)Sebagai alat mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional. Pengukuran kinerja secara langsung akan memberikan dampak positif kepada karyawan atas usaha yang telah dilakukan dalam pencapaian kinerja.

b. Manfaat Pengukuran Kinerja

Mardiasmo (2002:125) menyatakan bahwa manfaat pengukuran kinerja yaitu :

1)Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.

2)Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan

3)Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi

4)Meningkatkan kualitas produk dan jasa

5)Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah

6)Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi 7)Memastiakn bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.


(23)

11   

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Secara fundamental harga saham di pengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tercermin dari laba serta beberapa rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola perusahaan. Samsul (2006:200) menyatakan bahwa kinerja peruasahaan dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi, yaitu faktor makro ekonomi terdiri dari:

1) Tingkat bunga umum domestik. 2) Tingkat Inflasi.

3) Peraturan perpajakan.

4) Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu. 5) Kurs valuta asing

6) Tingkat bunga pinjaman luar negeri. 7) Kondisi perekonomian internasional. 8) Siklus ekonomi.

9) Faham Ekonomi. 10) Peredaran uang.

Perubahan faktor makro ekonomi tersebut tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang. Faktor mikro ekonomi dipengaruhi oleh:

1) Laba bersih. 2) Laba usaha. 3) Nilai buku.

4) Rasio ekuitas terhadap utang. 5) Rasio laba bersih terhadap ekuitas.


(24)

12   

6) Cash flow.

Rasio keuangan lainnya, seperti current ratio, quick ratio, cash ratio, inventory turnover, dan account receivable turnover lebih mencerminkan kekuatan manajemen dalam mengendalikan operasional.

3. Pengukur Kinerja Keuangan

Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Munawir (2007:31) tujuan kinerja keuangan yaitu sebagai berikut: Pertama, untuk mengetahui tingkat likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kawajiban keuangan pada saat ditagih. Kedua, untuk mengetahui tingkat leverage yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Ketiga, untuk mengetahui tingkat profitabilitas yaitu menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu. Keempat, untuk mengetahui tingkat aktivitas yaitu kemampuan sebuah perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur melalui kemampuannya mengukur efektivitas investasi dan sumber ekonominya.

Metode EVA pertama kali dicetuskan oleh Stern Steward Management Services perusahaan konsultasi di Amerika Serikat pada tahun 1991. Mereka mengembangkan suatu konsep penilaian kinerja yang dapat menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan, yaitu Economic Value Added (EVA). EVA dirancang untuk mengukur profitabilitas perusahaan yang


(25)

13   

sebenarnya, dan dihitung sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi biaya tahunan setelah pajak dari sebelum modal yang digunakan oleh perusahaan. Brigham dan Houston (2006:466)

Warsono (2003:48) EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Hal ini berbeda secara substansial jika dibandingkan dengan laba akuntansi. EVA mempresentasikan pendapatan residual yang tersisa setelah biaya peluang (opportunity cost) dari semua modal yang ada. Ini tentu beda dengan laba akuntansi yang tidak memasukkan unsur biaya modal ekuitas.

Brigham dan Houston (2006:69) EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk ekuitas, telah dikurangi, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas.

Young dan O’byrne (2001:17) EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan sisa atau residual income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa EVA adalah alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai profitabilitas yang realistis dari operasi perusahaan dengan menggunakan biaya modal dalam perhitungannya. Selain itu EVA juga mempertimbangkan dengan adil


(26)

14   

harapan para investor melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari struktur modal perusahaan.

EVA biasanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam pengukuran kinerja eksekutif perusahaan karena EVA dapat diterapkan pada semua divisi yang ada di suatu perusahaan. Hasil analisis EVA maka dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi bagi eksekutif dalam bentuk insentif-insentif tertentu.

Hanafi (2004:54) manfaat yang diperoleh dari penerapan metode Economic Value Added (EVA) didalam perusahaan adalah:

a. Alat ukur kinerja suatu perusahaan yang didasarkan pada penciptaan nilai perusahaan.

b. Mengetahui Economic Value Added (EVA) para manajer akan berpikir dan bertindak yang sejalan dengan arah pemikiran dan harapan dari pemegang saham. Keputusan investasi yang dilakukan oleh para manajer akan cenderung memilih investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian lebih besar dari rata-rata tingkat biaya modal.

c. Motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan strukutur modalnya.

d. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan sebagai alat ukur mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada baiya modal.

Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA). Hanafi (2004:54) EVA memiliki beberapa kelebihan, yaitu:


(27)

15   

untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal karena EVA bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), b. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari

bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan hal yang sesungghnya menjadi perhatian para investor dapat diperlihatkan secara jelas.

c. Diketahui berapa jumlah sebenarnya modal yang diinvestasikan ke dalam bisnis dengan tidak terpaku pada aturan-aturan akuntansi yang memperlakukan investasi seperti pada penelitian, pengembangan dan pelatihan karyawan sebagai expense.

d. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

e. Para manajer akan berpikir dan bertindak seperti pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

EVA juga memiliki kelemahan, yaitu: (Hanafi, 2004: 54 – 55) : a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. b. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan

estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum Go Public sulit untuk dilakukan.

Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukur tradisional lainnya. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Sartono (2010:103) yaitu sebagai berikut :


(28)

16   

EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah Pajak Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi

= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Modal Operasi) (Biaya Modal Setelah Pajak)

Young dan O’byrne (2001:49) untuk menghitung nilai tambah ekonomis (EVA) adalah sebagai berikut :

Pendapatan operasi + Pendapatan Bunga + Pendapatan ekuitas (atau – Kerugian ekuitas) + Pendapatan investasi lainnya - Pajak penghasilan - Pembebasan pajak terhadap biaya bunga

= Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT)

Utang Jangka Pendek + Utang jangka panjang (termasuk obligasi) + Utang jangka panjang lainnya (pajak ditangguhkan dan provisi) + Ekuitas Pemegang Saham (termasuk Bunga minoritas)

= Modal yang diinvestasikan (IC) Rata-rata IC = (IC awal + IC akhir) / 2

NOPAT - Biaya Modal (Rata-rata IC x Biaya Modal) = EVA

Brigham dan Houston (2006:69) rumus dasar dari EVA adalah sebagai berikut :

EVA = NOPAT – biaya modal operasi setelah pajak

= EBIT (1 – T) – [(total modal operasi yang diberikan oleh investor) x (persentase biaya modal setelah pajak)]


(29)

17   

EVA = Laba Operasi Setelah Pajak – Biaya dari Semua Modal

= (Pendapatan Penjualan – Biaya-Biaya Operasi – Pajak) – (Pasokan Modal – Total Biaya Modal)

a. Pengertian dan Komponen Biaya Modal (Cost of Capital)

Warsono (2003:136) biaya modal adalah tingkat pengembalian yang disyaratkan dari semua sumber pembelanjaannya. Biaya modal sering dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya modal perusahaan (the firm’s cost of capital) dan biaya modal proyek khusus (spesifik project’s of capital).

Biaya modal perusahaan adalah suatu tingkat diskonto (discount rate) yang dikembangkan untuk mendiskonto arus kas rata-rata perusahaan, oleh karena itu menghasilkan nilai perusahaan, sedangkan biaya modal proyek khusus akan muncul jika antara proyek dan perusahaan mempunyai profil risiko yang berbeda. Biaya modal dalam konsep ini pun merupakan biaya modal rata-rata tertimbang.

Brigham dan Houston (2006:467) Biaya modal dalam penggunaannya memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) biaya modal adalah salah satu input terpenting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah ekonomi (EVA) suatu perusahaan atau devisi. (2) Manajer mengestimasikan dan menggunakan biaya modal ketika memutuskan apakah akan menyewa atau membeli aktiva, dan (3) biaya modal memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa monopoli yang diberikan oleh perusahaan listrik, gas, dan telepon.


(30)

18   

Biaya modal yang digunakan, baik untuk perusahaan maupun proyek khusus, adalah biaya modal tertimbang. Biaya modal rata-rata tertimbang ini memiliki beberapa komponen, yaitu biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of preferred stock), dan biaya ekuitas (cost of common equity).

1) Biaya Utang (Cost of Debt)

Biaya utang merupakan tingkat laba yang disyaratkan pada investasi dari kreditur yang berupa pinjaman perusahaan kepadanya. Meskipun pinjaman perusahaan itu bermacam-macam tetapi yang dimaksud disini adalah pinjaman jangka panjang yang menanggung biaya bunga.

Formula yang digunakan untuk menghitung biaya utang adalah: a) Biaya Utang Sebelum Pajak (before-tax cost of debet)

Biaya utang sebelum pajak yaitu biaya yang dapat ditentukan dengan menghitung tingkat hasil internal (yield to maturity) atas arus kas surat-surat obligasi. Sutrisno (2009:151) Biaya utang sebelum pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Kd = biaya utang sebelum pajak

b) Biaya Utang Setelah Pajak (after-tax cost of debet)

Biaya hutang setelah pajak yaitu biaya yang berkait dengan utang baru, yang telah memperhitungkan dampak penghematan pajak


(31)

19   

akibat adanya beban bunga. Warsono (2003:139) Biaya utang setelah pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Ki = biaya utang setelah pajak Kd = biaya utang sebelum pajak t = tarif pajak efektif

2) Biaya Saham Preferen

Biaya saham preferen menurut Brigham dan Houston (2006:471) adalah tingkat pengembalian yang diminta oleh investor atas saham preferen perusahaan. Brigham dan Houston (2006:471) Biaya saham preferen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

kp = biaya saham

Dp = deviden saham preferen Pp = harga saham preferen 3) Biaya Ekuitas (Cost of Equity)

Dalam membelanjai suatu proyek, disamping dapat diperoleh dengan penerbitan sekuritas utang, perusahaan dapat menggunakan dana yang berasal dari pemegang saham biasa. Hal ini dapat dilakukan


(32)

20   

dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan dana dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan sering dikenal dengan pembelanjan ekuitas biasa internal, sedangkan yang berasal dari penerbitan saham biasa baru dikenal dengan pembelanjaan ekuitas biasa eksternal.

Penggunaan dana dari kedua sumber diatas akan membawa konsekuensi biaya modal. Biaya ekuitas dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang dihasilkan oleh perusahaan atas dana yang diinvestasikan dalam suatu proyek yang bersumber dari modal sendiri, agar harga saham perusahaan di pasar saham tidak berubah, sumber modal sendiri suatu perusahaan bisa berasal dari dua sumber utama, yaitu:

a) Biaya Laba Ditahan

Laba ditahan adalah bagian dari laba tahunan yang diinvestasikan kembali dalam usaha selain dibayarkan dalam kas sebagai deviden, dan bukan merupakan akumulasi surplus suatu neraca. Biaya laba ditahan dapat ditentukan dengan tiga model, yaitu:

i. Model Pertumbuhan Deviden (Devidend-Growth Model)

Pada model pertumbuhan deviden atau ada yang menyebutnya dengan model arus kas diskonto (discuont cash flow/DCF), besarnya biaya laba ditahan ditentukan dengan mengacu pada model penilaian saham biasa. Warsono (2003:147) dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(33)

21   

Keterangan:

Ks = tingkat pengembalian yang disyaratkan D1 = deviden yang diharapkan pada tahun pertama P0 = harga pasar saham biasa perusahaan

g = tingkat pertumbuhan deviden tahunan

ii. Model Penetapan Harga Aset-Modal (Capital-Asset Pricing Model/CAPM)

Pada model CAPM, besarnya biaya laba ditahan didasarkan besarnya tingkat pengembalian yang disayaratkan oleh para pemegang saham biasa yang mengaitkannya dengan tingkat pengembalian bebas resiko dan premi resiko atas sahamnya. Dalam model ini, besarnya premi resiko dicari dengan mengaitkannya dengan risiko sistematis. Warsono (2003:149) biaya laba ditahan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

ks = biaya laba ditahan

Rf = tingkat pengembalian bebas risiko Rm = beta, pengukur risiko sistematis saham

= tingkat pengembalian saham iii. Pendekatan Premi Resiko (Risk-Premium Approach)


(34)

22   

disyaratkan oleh pemegang saham biasa lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh pemegang obligasi (utang). Biaya laba ditahan menurut model pendekatan premi risiko. Warsono (2003:150) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ks =ki + RP Keterangan:

ks = biaya laba ditahan

ki = biaya utang setelah pajak RP = premi risiko

b) Biaya Saham Baru

Biaya saham baru ditempuh jika sumber modal dari laba ditahan sudah tidak mencukupi. Warsono (2003:151) Biaya saham baru dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

ke = biaya ekuitas eksternal

D1 = deviden yang diharapkan pada tahun pertama P0 = harga pasar saham biasa

F = tingkat biaya pengembangan 4) Struktur Modal

Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham


(35)

23   

preferen dan saham biasa. Sementara itu struktur keuangan adalah pertimbangan antara total utang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Warsono (2003:236) Perhitungan struktur permodalan terdiri dari:

a) Utang jangka panjang + modal saham = jumlah modal b) Utang jangka panjang : jumlah modal = komposisi utang c) Modal saham : jumlah modal = komposisi modal saham

Warsono (2003:236) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain:

a) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan datang, semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar.

b) Struktur kompotitif dalam industri. Semakin kompotitif persaingan dalam industrinya, semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk menggunakan utang jangka panjang dalam struktur modalnya.

c) Susunan aset dari perusahaan sendiri. Perusahaan yang semakin besar asetnya berupa aset tetap (fixed aset) biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.

d) Resiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar resiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin kecil kecenderungan untuk melakukan leverage.

e) Status kendali dari pemilik dan manajemen. Dengan bertambahnya saham biasanya yang beredar, kendali para pemilik (sebelumnya) akan berkurang. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya untuk menambah modal menggunakan leverage.


(36)

24   

f) Sikap kreditur modal terhadap industri dan perusahaan. Semakin baik persepsi para kreditur terhadap industri dan perusahaan, semakin mudah perusahaan untuk mendapat utang.

g) Posisi pajak perusahaan. Alasan utama penggunaan utang adalah bahwa bunga mengurangi pengeluaran pajak, sehingga semakin besar tarif pajak yang diberlakukan terhadap perusahaan, maka biaya utang efektif menjadi semakin rendah.

h) Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam kondisi tidak baik.

i) Konservatisme atau agresivisme manajeria. Beberapa manajer perusahaan yang agresif cenderung untuk menggunakan utang dalam usaha untuk mendorong laba. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap struktur modal optimal aatu pemaksimuman nilai, tetapi hal ini dapat berpengaruh manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.

5) Weighted Average Cost of Capital (Biaya Modal Rata-rata Tertimbang/WACC)

Dasar pemikiran penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang yaitu masing-masing sumber pembelanjaan mempunyai biaya modal sendiri-sendiri, dan besarnya dana dari masing-masing sumber pembelanjaan tidak sama. Menghitung biaya modal secara keseluruhan, maka harus mempertimbangkan bobot/ proporsi masing- masing komponen modal sesuai struktur modalnya. Menerapkan biaya ini, semua tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh sumber pembelanjaannya dapat diakomodasikan.


(37)

25   

Brigham dan Houston (2006:484) biaya rata-rata tertimbang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

WACC=Wd Kd (1–T)+Wp Kp +Ws Ks Keterangan:

Wd = bobot utang Kd = biaya modal utang Wp = bobot saham preferen Kp = biaya saham preferen Ws = bobot ekuitas biasa Ks = biaya ekuitas

Warsono (2003:153) biaya rata-rata tertimbang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ka = ki.Wd + kps.Wps + Ks.Ws + ke.We

Keterangan:

ka = Biaya modal rata-rata tertimbang

kx = Komponen biaya modal

Wx = Bobot/penimbang komponen biaya modal ke-x

x = 1, 2,….., j Wd = Bobot utang

Wps = Bobot saham preferen

Ws = Bobot laba ditahan

We = Bobot emisi saham baru

6) Laba Operasi Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax (NOPAT))


(38)

26   

NOPAT dimunculkan untuk dapat melakukan evaluasi kinerja manajer secara lebih baik, NOPAT yang merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Sartono (2010:100) NOPAT dapat didefinisikan sebagai:

NOPAT = EBIT (1 – tarif pajak)

Warsono (2003:48) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Laba Operasi Setelah Pajak

= (Pendapatan Penjualan – Biaya-Biaya Operasi – Pajak)

Young dan O’byrne (2001:49) untuk menghitung NOPAT dengan rumus sebagai berikut :

Pendapatan operasi + Pendapatan Bunga + Pendapatan ekuitas (atau – Kerugian ekuitas) + Pendapatan investasi lainnya - Pajak penghasilan - Pembebasan pajak terhadap biaya bunga

= Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) 7) Tolok Ukur Economic Value Added

Warsono (2003:48) hasil dari EVA ≥ 0, maka perusahaan dinyatakan sehat dan perusahaan telah memberi Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor), EVA = 0, maka perusahaan dinyatakan impas dan tidak memberikan Economic Value Added dan jika EVA ≤ 0, maka perusahaan dinyatakan tidak sehat dan perusahaan tidak memberikan Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor).


(39)

27   

Perusahaan Otomotif

Pengukuran Kinerja Perusahaan

Economic Value Added (EVA)

Kinerja Keuangan

Memberikan

Economic Value Added

Tidak memberikan

Economic Value Added

Laporan Keuangan C. Kerangka Pikir 

Peran kerangka pikir sangat penting dalam suatu penelitian karena merupakan landasan pemikiran penelitian yang pada umumnya berdasarkan konsep-konsep yang telah diuraikan. Gambar 1 menjelaskan bahwa untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan, maka penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi tahun 2009-2011.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Pada gambar 1 perusahaan otomotif membuat laporan keuangan, laporan keuangan tersebut dipublikasikan. Laporan keuangan tersebut di ukur kinerjanya menggunakan Economic Value Added (EVA). Pengukuran kinerja keuangan tersebut akan memberikan hasil yaitu pada sisi kiri, akan memberikan Economic Value Added (EVA ≥ 0) artinya maka perusahaan dinyatakan sehat dan perusahaan telah memberi


(40)

28   

Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor).

Pada sisi kanan, tidak memberikan Economic Value Added (EVA ≤ 0) artinya maka perusahaan dinyatakan tidak sehat dan perusahaan tidak memberikan Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor) atau EVA = 0, maka perusahaan dinyatakan impas dan tidak memberikan Economic Value Added.


(1)

preferen dan saham biasa. Sementara itu struktur keuangan adalah

pertimbangan antara total utang dengan modal sendiri. Struktur modal

merupakan bagian dari struktur keuangan.

Warsono (2003:236)

Perhitungan struktur permodalan terdiri dari:

a) Utang jangka panjang + modal saham = jumlah modal b) Utang jangka panjang : jumlah modal = komposisi utang c) Modal saham : jumlah modal = komposisi modal saham

Warsono (2003:236) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur modal antara lain:

a) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan datang, semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar.

b) Struktur kompotitif dalam industri. Semakin kompotitif persaingan dalam industrinya, semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk menggunakan utang jangka panjang dalam struktur modalnya.

c) Susunan aset dari perusahaan sendiri. Perusahaan yang semakin besar asetnya berupa aset tetap (fixed aset) biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.

d) Resiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar resiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin kecil kecenderungan untuk melakukan leverage.

e) Status kendali dari pemilik dan manajemen. Dengan bertambahnya saham biasanya yang beredar, kendali para pemilik (sebelumnya) akan berkurang. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya untuk menambah modal menggunakan leverage.


(2)

f) Sikap kreditur modal terhadap industri dan perusahaan. Semakin baik persepsi para kreditur terhadap industri dan perusahaan, semakin mudah perusahaan untuk mendapat utang.

g) Posisi pajak perusahaan. Alasan utama penggunaan utang adalah bahwa bunga mengurangi pengeluaran pajak, sehingga semakin besar tarif pajak yang diberlakukan terhadap perusahaan, maka biaya utang efektif menjadi semakin rendah.

h) Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam kondisi tidak baik.

i) Konservatisme atau agresivisme manajeria. Beberapa manajer perusahaan yang agresif cenderung untuk menggunakan utang dalam usaha untuk mendorong laba. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap struktur modal optimal aatu pemaksimuman nilai, tetapi hal ini dapat berpengaruh manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.

5) Weighted Average Cost of Capital (Biaya Modal Rata-rata Tertimbang/WACC)

Dasar pemikiran penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang

yaitu masing-masing sumber pembelanjaan mempunyai biaya modal

sendiri-sendiri, dan besarnya dana dari masing-masing sumber

pembelanjaan tidak sama. Menghitung biaya modal secara

keseluruhan, maka harus mempertimbangkan bobot/ proporsi masing-

masing komponen modal sesuai struktur modalnya. Menerapkan biaya

ini, semua tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh sumber

pembelanjaannya dapat diakomodasikan.


(3)

Brigham dan Houston (2006:484) biaya rata-rata tertimbang

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

WACC=Wd Kd (1–T)+Wp Kp +Ws Ks

Keterangan:

Wd = bobot utang

Kd = biaya modal utang

Wp = bobot saham preferen

Kp = biaya saham preferen

Ws = bobot ekuitas biasa

Ks

= biaya ekuitas

Warsono (2003:153)

biaya rata-rata tertimbang dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

ka = ki.Wd + kps.Wps + Ks.Ws + ke.We Keterangan:

ka = Biaya modal rata-rata tertimbang kx = Komponen biaya modal

Wx = Bobot/penimbang komponen biaya modal ke-x x = 1, 2,….., j

Wd = Bobot utang

Wps = Bobot saham preferen Ws = Bobot laba ditahan We = Bobot emisi saham baru

6) Laba Operasi Setelah Pajak (

Net Operating Profit After Tax


(4)

NOPAT dimunculkan untuk dapat melakukan evaluasi kinerja

manajer secara lebih baik, NOPAT yang merupakan sejumlah laba

perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak

memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Sartono (2010:100)

NOPAT dapat didefinisikan sebagai:

NOPAT = EBIT (1 – tarif pajak)

Warsono (2003:48) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Laba Operasi Setelah Pajak

= (Pendapatan Penjualan – Biaya-Biaya Operasi – Pajak)

Young dan O’byrne (2001:49) untuk menghitung NOPAT dengan

rumus sebagai berikut :

Pendapatan operasi + Pendapatan Bunga + Pendapatan ekuitas (atau –

Kerugian ekuitas) + Pendapatan investasi lainnya - Pajak penghasilan

- Pembebasan pajak terhadap biaya bunga

= Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT)

7) Tolok Ukur

Economic Value Added

Warsono (2003:48) hasil dari EVA ≥ 0, maka perusahaan dinyatakan sehat dan perusahaan telah memberi Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor), EVA = 0, maka perusahaan dinyatakan impas dan tidak memberikan Economic Value Added dan jika EVA ≤ 0, maka perusahaan dinyatakan tidak sehat dan perusahaan tidak memberikan Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor).


(5)

Perusahaan Otomotif

Pengukuran Kinerja Perusahaan

Economic Value Added (EVA)

Kinerja Keuangan

Memberikan

Economic Value Added

Tidak memberikan

Economic Value Added

Laporan Keuangan

C. Kerangka Pikir

 

Peran kerangka pikir sangat penting dalam suatu penelitian karena

merupakan landasan pemikiran penelitian yang pada umumnya berdasarkan

konsep-konsep yang telah diuraikan. Gambar 1 menjelaskan bahwa untuk

menganalisis kinerja keuangan perusahaan, maka penelitian ini menggunakan

data laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba

rugi tahun 2009-2011.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Pada gambar 1 perusahaan otomotif membuat laporan keuangan, laporan keuangan tersebut dipublikasikan. Laporan keuangan tersebut di ukur kinerjanya menggunakan Economic Value Added (EVA). Pengukuran kinerja keuangan tersebut akan memberikan hasil yaitu pada sisi kiri, akan memberikan Economic Value Added (EVA ≥ 0) artinya maka perusahaan dinyatakan sehat dan perusahaan telah memberi


(6)

Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor).

Pada sisi kanan, tidak memberikan Economic Value Added (EVA ≤ 0) artinya maka perusahaan dinyatakan tidak sehat dan perusahaan tidak memberikan Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama investor) atau EVA = 0, maka perusahaan dinyatakan impas dan tidak memberikan Economic Value Added.