splendida di bagian timur Australia memijah sepanjang musim pemijahan dengan puncak
pemijahan sesaat sebelum dan selama air meninggi banjir dengan meletakkan telurnya lebih dari 200 butir pada tanaman air yang terendam dalam air selama lebih dari 2 minggu
Allen, 1991 dalam Hurwood dan Hughes, 2001. Reproduksi spesies ikan pada musim penghujan sebagai salah satu strategi agar larva ikan mendapatkan cukup makanan saat air
meninggi Humphries et al., 1999. Menurut Lowe McConnel 1987 dalam Paugy 2002 terdapat dua tipe strategi
pemijahan ikan yaitu pemijah total total spawners, umumnya memiliki periode pemijahan tahunan yang pendek dan pemijah tumpukan telur partial spawners, yang
mengasuh anaknya dan memproduksi tumpukan telur dengan frekuensi yang berselang sepanjang tahun. Ikan Telmatherina ladigesi tergolong memijah bertahap partial
spawner Nasution et al., 2006; Selanjutnya dikatakan bahwa, umumnya famili
Telmatherinidae tergolong pemijah bertahap partial spawner. Berdasarkan frekuensi pemijahan, ikan dibedakan menjadi semelparous yakni ikan
yang memijah sekali kemudian mati dan iteroparous, ikan yang memijah berkali-kali Murua dan Sabarido-Rey, 2003. Menurut Winemiller dan Rose 1992; Winemiller
1989 dalam Moreno-Amich et al. 2006, terdapat tiga strategi ikan dalam mempertahankan hidupnya yaitu periodic life-history strategy, spesies yang sekali atau
beberapa kali memijah tiap tahun, waktu hidup yang lebih panjang, berukuran besar, fekunditas yang besar dan tidak mengasuh anaknya. Opportunistic life-history strategy,
spesies yang memijah berkali-kali, masa pemijahan yang panjang, waktu hidup lebih pendek, berukuran kecil, fekunditas rendah, mengasuh anaknya dan ukuran telur yang
kecil. Equilibrium life-history strategy, spesies yang mengasuh anaknya, fekunditas kecil dan ukuran telur yang besar dan keberhasilan hidup larva tinggi. Menurut McGuigan et al.
2005 ikan pelangi Melanotaeniidae tergolong pemijah eksternal dan tidak mengasuh anaknya absence of parental care.
2.3 Nisbah Kelamin Ikan Pelangi
Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara ikan jantan dan ikan betina di dalam suatu populasi dengan perbandingan ideal adalah 1 : 1 yaitu 50 ikan jantan dan 50
ikan betina Ball dan Rao, 1984. Tetapi seringkali terjadi penyimpangan dari perbandingan 1 : 1 yang disebabkan mortalitas karena penangkapan Offem et al., 2008;
Arslan dan Aras, 2007, ruaya pemijahan Hashem, 1981 dalam Ilhan dan Togulga, 2007, pemangsaan Alp dan Kara, 2007 dan faktor lainnya seperti suhu, cahaya, salinitas dan
lingkungan sosial kehidupan ikan itu sendiri Jobling, 1995. Masa menjelang dan selama ruaya untuk pemijahan, nisbah kelamin dapat berubah secara teratur. Pada awalnya ikan
jantan mendominasi kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1 : 1 selanjutnya diikuti dengan dominasi ikan betina Nikolsky, 1969. Ikan pelangi sulawesi Telmatherina
ladigesi di Sungai Maros, Sulawesi Selatan memperlihatkan nisbah kelamin yang tidak
seimbang 1 : 1,47 dengan jumlah ikan betina yang lebih banyak Andriani, 2000. Selanjutnya dikatakan bahwa ketidakseimbangan ini terjadi karena mortalitas akibat
penangkapan. Ikan pelangi arfak Melanotaenia arfakensis di Manokwari memperlihatkan perbandingan yang seimbang 1 : 1 dengan kecenderungan ikan betina lebih banyak
Manangkalangi dan Pattiasina, 2005. Penelitian mengenai reproduksi ikan Melanotaenia splendida fluviatilis
di bagian tenggara Queensland, Australia yang dilakukan selama tahun 1981-1982 didapati pola nisbah kelamin yang tidak seimbang. Ikan betina mendominasi
pada tahun 1981 dan pada tahun berikutnya didominasi oleh ikan jantan. Kondisi tersebut diduga sebagai bentuk strategi pemijahan ikan pelangi tersebut Milton dan Arthington,
1984.
2.4 Kematangan Gonad Ikan Pelangi
Menurut Lagler et al. 1977 ada dua faktor yang memengaruhi kematangan gonad yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi perbedaan spesies, umur, ukuran serta
sifat fisiologi ikan itu sedangkan faktor luar adalah makanan, suhu dan arus. Hasil penelitian Andriani 2000 mengenai ikan pelangi sulawesi Telmatherina ladigesi di
Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa kematangan gonad dipengaruhi oleh arus, suhu dan tesedianya makanan di habitat. Ikan pelangi Melanotaenia eachamensis, M. splendida
splendida dan Cairnsichthys rhombosomoides di bagian utara Queensland, Australia lebih
banyak mencapai TKG IV dan V saat musim kemarau yang ditandai dengan meningkatnya suhu, arus relatif stabil dan tersedianya makanan yang cukup di alam Pusey et al., 2001
Selama perkembangan gonad, sebagian besar hasil metabolisme ditujukan untuk perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan-perubahan dalam gonad.
Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25 dari berat tubuh dan 5-10 pada ikan jantan. Pengetahuan tentang tahap kematangan gonad diperlukan untuk
mengetahui waktu pemijahan, ukuran pertama kali matang gonad, hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya Effendie, 1997. Ikan
pelangi dari bagian barat Australia tergolong ikan yang matang gonad sepanjang tahun Pusey et al., 2001.
Perubahan dalam gonad dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan menggunakan Indeks Kematangan Gonad IKG. Indeks ini adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil
dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100. Nilai IKG ikan pelangi tergolong bervariasi bergantung pada lokasi dan musim Milton
dan Arthington, 1984; Pusey et al., 2001; Nasution, 2005; Nasution et al., 2006 dan strategi pemijahan Harris dan Gehrke, 1994; Humphries et al., 1999.
2.5 Fekunditas
Fekunditas dapat beragam diantara spesies sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan habitat Witthames et al., 1995 dalam Murua et al., 2003, umur ikan, ukuran
telur, makanan, dan musim Nikolsky, 1963. Fekunditas relatif pada ikan Brycinus nurse di Waduk Asa, Nigeria lebih rendah dibanding spesies yang sama di Ivory Coast. Namun
rata-rata fekunditas mutlak lebih tinggi pada populasi B. nurse di Nigeria dibandingkan di Ivory Coast. Variasi dari hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lokasi geografis dari
populasi, sehingga memengaruhi perbedaan habitat hidup Saliu dan Fagade, 2003. Bahkan dalam stok populasi, fekunditas bervariasi tahunan, menghadapi perubahan-
perubahan dalam waktu yang panjang memperlihatkan hasil yang proporsional pada ukuran dan kondisi ikan. Ikan yang berukuran besar menghasilkan fekunditas yang tinggi
baik absolut maupun relatif berkaitan dengan berat tubuh. Ikan betina pada kondisi yang