Hubungan Tutupan Karang Keras dengan Kondisi Macro Alga

y = -3,101x + 37,60 R² = 0,409 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 1 2 3 4 5 6 P e rs e n ta s e T u tu p a n K a ra n g Persentase Tutupan Alga Gambar 28 Kelompok masing- masing sumbu Faktor Utama dengan parameter kualitas air.

5.4 Hubungan Tutupan Karang Keras dengan Kondisi Macro Alga

Hubungan antara persentase tutupan karang keras dan tutupan macroalga dilihat dari model analisis regresi. Dari hasil analisis regresi linear antara persentase tutupan alga dengan tutupan karang keras di stasiun Pulau Belanda diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut; Gambar 29 Hubungan antara tutupan karang keras dengan tutupan makroalga di Pulau Belanda Dari bentuk hubungan tersebut dapat terlihat adanya ada hubungan terbalik antara persen tutupan karang keras dan macroalga. Jika persen tutupan karang keras menunjukkan penurunan maka tutupan macroalga cenderung naik dan sebaliknya jika tutupan karang keras naik maka tutupan macroalga cenderung turun. Bentuk hubungan yang terjadi antara tutupan karang keras dan tutupan makroalga adalah kompetisi dalam pemakaian ruang karena keduanya membutuhkan cahaya untuk metabolisme dan pertumbuhan Ladrizabal 2007. Cahaya dibutuhkan oleh zooxanthellae yang menempel di karang keras dan makroalga untuk melakukan proses fotosintesis. Dari model regresi di atas Gambar 29 dapat dijelaskan bahwa tutupan makroalga dapat menjelaskan sekitar 40.9 penurunan tutupan karang keras R 2 =0.409. p.sig 0.05. Sehingga dapat dijelaskan bahwa jika ada pertambahan tutupan makroalga maka tutupan karang keras akan mengalami penurunan. Namun dilihat dari besarnya nilai R 2 =0.409 dapat dijelaskan bahwa ada faktor lain selain tutupan macroalga yang cukup mempengaruhi penurunan tutupan karang keras. Kondisi ini didukung pula oleh kondisi yang menunjukkan bahwa tutupan karang keras di Pulau Belanda didominasi oleh pecahan karang rubble sebesar 30,24 . Hasil analisis regresi linear antara persentase tutupan alga dengan tut upan karang keras di stasiun Pulau Untung Jawa tidak dapat digunakan karena hasilnya tidak signifikan dimana p.sig= 0.087 0.05. Hal ini dapat dijelaskan karena kondisi data tutupan karang dan makroalga di Pulau Untung Jawa yang sangat berbeda dibanding dengan Pulau Belanda. Di Pulau Untung Jawa pada kedalaman 5m tidak ditemukan karang keras dan makroalga. Kondisi ini diperkirakan karena kondisi perairan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan terumbu karang dan pertumbuhan makroalga. Warna perairan di Pulau Untung Jawa yang terlihat coklat kehitaman serta jarak pandang yang pendek menandakan sedimentasi yang tinggi di lokasi tersebut. Rendahnya nilai kecerahan di Pulau Untung Jawa sekitar 3m, diduga karena lokasi ini merupakan daerah yang mendapat masukan partikel- partikel tersuspensi dari limbah rumah tangga penduduk pulau dan limbah dari Teluk Jakarta sehingga menghalangi kemampuan cahaya matahari untuk menembus perairan. Kecerahan di lokasi ini juga dipengaruhi oleh substrat dasar perairan, karena substrat yang halus cenderung mempunyai nilai kecerahan yang rendah.

5.5 Hubungan Kondisi Macro Alga dengan Parameter Perairan