Parameter Kimia Perairan Kondisi Terumbu Karang Dan Kaitannya Dengan Proses Eutrofikasi Di Kepulauan Seribu

natrium Na, kalium K, kalsium Ca, magnesium Mg, klorit Cl, sulfat SO 4 dan bikarbonat HCO 3 , sementara itu salinitas dinyatakan dalam satuan grl atau permil 00 Effendi 2003. Salinitas daerah pesisir berfluktuasi dan dipengaruhi oleh topografi, pasang surut dan jumlah masukan air tawar. Salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5 00 , perairan payau 0,5-30 00 dan perairan laut 30-40 00 Effendi 2003.

2.3.4 Kecepatan Arus

Arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan biota perairan Romimohtarto Juwana 2001. Arus juga dapat mengakibatkan rusaknya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar berlumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur sehingga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan organisme air. Kekeruhan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota- biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae kekurangan zat- zat kimia dan CO 2 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang CO 2 dan produk- produk sisa dapat disingkirkan dan O 2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi golongan meroplankton yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata dasar dan ikan- ikan. Mereka mempunyai kesempatan menghindari persaingan makanan dengan induk-induknya terutama yang hidup menempel seperti teritip Belanus spp dan kerang hijau Mytilus viridis .

2.4 Parameter Kimia Perairan

2.4.1 pH

Nilai pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hydrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organism, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan, dan aktivitas manusia antara lain buangan limbah industry dan rumah tangga. Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral Effendi 2003. Perairan dengan pH 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4. Nilai pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga buffer yaitu adanya garam- garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya Nybakken 1988.

2.4.2 Nitrogen

Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organism dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan protein. Di perairan nitrogen biasanya ditemukan dalam bentuk ammonia, ammonium, nitrit dan nitrat serta beberapa senyawa nitrogen organic lainnya. Pada umumnya nitrogen diabsorbsi oleh fitoplankton dalam bentuk nitrat NO 3 – N dan amonia NH 3 – N. Fitoplankton lebih banyak menyerap NH 3 – N dibandingkan dengan NO 3 – N karena lebih banyak dijumpai di perairan baik dalam kondisi aerobik maupun anaerobik. Senyawa-senya wa nitrogen ini sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air, pada saat kandungan oksigen rendah nitrogen berubah menjadi amoniak NH 3 dan saat kandungan oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat NO 3 -N. Nitrat NO 3 – N adalah nutrient utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil yang dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Konsentrasi nitrat di perairan dipengaruhi proses nitrifikasi, yaitu oksidasi ammonia yang berlangsung dalam kondisi aerob menjadi nitrit dan nitrat. Oksidasi amonia NH 3 – N menjadi nitrit NO 2 – N dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit NO 2 – N menjadi nitrat NO 3 – N dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini adalah bakteri kemotrofik yaitu bakteri yang mendapatkan energy dari proses kimiawi Effendi 2003. Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat kurang dari 0,226 mgl; perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 0,227-1,129 mgl; dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat berkisar antara 1,130-11,250 mgl Vo llenweider 1968 in Wetzel 1975. Nitrit NO 2 biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan alami, kadarnya lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat serta antara nitrat dan gas nitrogen yang biasa dikenal dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sumber nit rit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mgl dan sebaiknya tidak melebihi 0,006 mgl. Kadar nitrit yang melebihi 0,05 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan Moore 1981 in Effendi 2003. Tingkat pencemaran suatu perairan berdasarkan nilai nitrit dibagi ke dalam tiga kriteria yaitu perairan tercemar ringan antara 0,001-0,023 mgl, tercemar sedang antara 0,024-0,083 mgl dan tercemar berat lebih dari 0,083 mgl Schitz 1970 in Retnani 2001. Ammonia NH 3 dan garam- garamnya bersifat mudah larut dalam air laut. Ammonia bersifat toksik bagi organism akuatik sedangkan ammonium tidak bersifat toksik. Secara alami senyawa ammonia di perairan berasal dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Jika kadar ammonia di perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi lebih besar dari 1,1 mgl pada suhu 25 C dan pH 7,5 dapat diduga adanya pencemaran. Sumber ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik protein dan urea dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, juga berasal dari dekomposisi bahan organik tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati yang dilakukan oleh mikroba dan jamur yang dikenal denga n istilah ammonifikasi Effendi 2003. Menurut Moosa 1984 kadar nitrogen memiliki distribusi vertikal dan horisontal yang berbeda. Distribusi vertikal kadar nitrat, nitrit dan ammonia akan semakin tinggi sejalan dengan pertambahan kedalaman laut dan semakin rendahnya kadar oksigen. Distribusi secara horisontal kadar nitrat, nitrit dan ammonia semakin menuju pantai dan muara sungai kadarnya akan semakin tinggi.

2.4.3 Fosfor

Unsur fosfor merupakan salah satu unsur esensial bagi pembentukan protein dan metabolism sel organism. Fosfat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan organism di laut. Fosfat yang terdapat dalam air laut baik terlarut maupun tersuspensi berada dalam bentuk anorganik dan organic Nybakken 1988. Ortofosfat PO 4 merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Menurut Boyd 1988 kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mgl, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapat pemupukan fosfat. Menurut Hutagalung dan Rozak 1997 peningkatan kadar fosfat di laut akan menyebabkan terjadinya peledakan populasi blooming fitoplankton. Peledakan populasi fitoplankton ini dapat menyebabkan terjadinya blooming algae atau biasa disebut red tide pasang merah yang dapat menyebabkan invertebrate dan ikan mati secara massal. Berdasarkan kadar ortofosfat atau yang secara sederhana disebut fosfat PO 4 , perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu perairan oligotrofik yang memiliki kadar fosfat 0,003-0,010 mgl; perairan mesotrofik memiliki kadar fosfat 0,011-0,03 mgl; dan perairan eutrofik memiliki kadar fosfat antara 0,031-0,1 mgl Vollenweider 1968 in Wetzel 1975. Sedangkan menurut Goldberg in Fogg 1971, perairan laut yang mengalami eutrofikasi memiliki kadar nitrat 0.001-0.60 mgl atau kadar fosfat 0.07 mgl. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian