Keimanan dan Ketaqwaan KONSEP KE-TUHANAN DALAM ISLAM

dikerjakan oleh Allah. Ajaran Tauhid digambarka secara simple dan indah oleh Al-Quran surat Al-Ihlash 112:1 – 4. Lawan Ke-Esaan atau Tauhid adalah Syirik, artinya persekutuan yang jika diambil jamaknya kalimat tersebut menjadi Syurakaa, artinya sekutu. Dalam Al- Quran kalimat syirk digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan lain dengan Allah, baik persekutuan itu mengenai Dzat-Nya, Sifat-Nya atau Afal-Nya, maupun mengenai ketaatan lain yang seharusnya ditujukan kepada Allah semata. Dalam Al-Quran diterangkan bahwa syirk adalah perbuatan dosa paling berat yang perlu dijauhi dan diwaspadai 31:13, 4:48, 2:30, 45:12 – 13, 2:34, 6:165, 7:140; 3:63, 9:31, 25:43, dsb. Berbagai macam syirik yang diuraikan dalam Al-Quran menunjukkan, bahwa ajaran Tauhid menganugerahkan kepada dunia sebuah amanat tentang peningkatan kemajuan dalam segala bidang, baik jasmani, akhlak maupun rohani. Manusia bukan saja dibebaskan dari perbudakan oleh barang yang hidup atau mati, melainkan pula dibebaskan dari penyembahan kepada kekuatan alam yang besar dan mengagumkan. Justru manusia harus menakklukkan itu semua guna kepentingan manusia itu sendiri. Nabi Muhammad saw sebagai seorang hamba pilihan Allah diperintahkan supaya mengatakan : Aku hanya manusia biasa seperti kamu; hanya diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa 18:110. Dengan demikian, segala belenggu yang mengikat jiwa manusia harus dipatahkan; dan manusia berjalan diatas jalan yang menuju kearah kemajuan. Jiwa budak tidak akan mungkin berbuat sesuatu yang baik dan besar; oleh sebab itu syarat pertama untuk mencapai kemajuan ialah, membebaskan jiwa dari segala macamperbudakan yang membelenggu; ini hanya bisa dicapai dengan Tauhid.

2. Keimanan dan Ketaqwaan

Dalam Al-Quran terdapat sejumlah ayat yang redaksionalnya terdapat kata iman, seperti dalam 2:165. Tergambar dalam ayat tersebut bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang Asyaddu Hubban Lillaah artinya cinta yang mendalam kepada Allah. Sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan yang luar biasa terhadap Allah. Disitu mencerminkan bahwa iman adalah sikap atau attitude, yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya. Sedangkan kata Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi, Wiqayah, artinya takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologi tersebut, makna Taqwa adalah sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten istiqamah. 2 Diantara makna Taqwa yang diterangkan dalam Al-Quran terdapat dalam 2:177. Disana akan dijumpai setidaknya ada 5 indikator orang yang bertaqwa, yaitu : 1. Iman kepada Allah, para Malaikat, Kitab-kitab suci, dan para Nabi. Indikator pertama adalah memelihara fitrah iman. 2. Mengeluarkan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, peminta- minta, dan untuk misi kemanusiaan riqaab. Indikator kedua adalah kesanggupan mengorbankan harta demi kecintaannya kepada sesame manusia . 3. Mendirikan Shalat dan menunaikan Zakat Indikator ketiga adalah memelihara ibadah formal. 4. Menepati janji Indikator keempat adalah memelihara kehormatan diri komitmen. 5. Sabar di saat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang Indikator kelima adalah memiliki semangat perjuangan. Secara garis besar, agama Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian teori atau yang lazim disebut dengan rukun iman dan bagian kedua adalah bagian praktek, yang mencakup segala apa yang harus dikerjakan oleh orang Islam. Bagian pertama bisa disebut Ushul pokok sedangkan bagian kedua disebut Furu cabang. Keimanan seseorang adalah sebagai landasan bersikap, berfikir dan perbuatan yang dilakukan dalam hidupnya. Sejauh dia berusaha menjaga dan mengembangkan kualitas imannya, maka sejauh itu pula dia akan mencapai derajat ketaqwaannya dihadapan Allah swt. Dalam Hadits acap kali kata iman itu digunakan dalam pengertian yang lebih luas, atau kadang untuk menggambarkan perbuatan baik yang sederhana. Nabi saw pernah bersabda : Iman mempunyai cabang enam puluh lebih , dan rendah hati Hayyaa adalah salah satu cabang dari Iman Bu.2:3. Dalam Hadits lain disabdakan : Iman mempunyai cabang tujuh puluh lebih, yang paling tinggi ialah kalimat Laa ilaaha illlallah, sedang yang yang paling rendah ialah menyingkirkan apasaja yang bisa mendatangkan benca dari jalan M. 1:12. Rasulullah pernah bersabda : Bahwa mencintai Shahabat Anshar adalah salah satu pertanda iman Bu. 2:10. Sabda Beliau yang lain : Salah seorang diantara kamu tidak beriman, kecuali dia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri Bu. 2:7. Masih banyak lagi Hadits-Hadits yang senada seperti itu. Singkat kata bahwa ketaqwaan itu adalah suatu implementasi dari keimanan seseorang dalam hidupnya, yang sudah barang tentu juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu sebagai lingkunagannya. 3 Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa semua rukun iman itu sebenarnya landasan bagi perbuatan. Allah adalah Dzat yang mempunyai segala sifat kesempurnaan. Jika orang diharuskan beriman kepada Allah, itu sebenarnya ia harus berusaha memiliki sifat-sifat akhlak yang tinggi dengan tujuan mencapai Sifat Ilahi. Dia harus menempatkan cita-cita yang amat luhur dan amat suci sebagai idamannya, yang selalu terlintas dalam benaknya, serta dia harus berusaha menyesuaikan tingkah lakunya dengan cita-cita itu. Adapun beriman kepada Malaikat ialah agar dia menuruti bisikan yang baik, sehingga membentuk karakter seperti Malikat, yaitu selalu taat kepada Allah dan sekali-kali tidak mendurhaka kepada-Nya. Beriman kepada Kitab Suci ialah agar manusia mengikuti petunjuk yang termuat didalamnya guna mengembangkan daya batin dalam dirinya. Sedangkan beriman kepada para Utusan ialah agar manusia mencontoh suri-tauladan yang diberikan oleh mereka dan rela mengorbankan hidup untuk kepentingan sesama manusia.Beriman kepada hari Akhir mengajarkan kepada manusia, bahwa kemajuan material, fisik atau jasmani bukanlan tujuan hidup, akan tetapi tujuan hidup yang sebenarnya ialah hidup abadi yang amat luhur, dimulai dari Hari Kebangkitan qiyamat. Akhirnya, Iman kepada Qadla dan qodar memberi kesadaran kepada manusia tentang Maha luasnya ketentuan-ketentuan Allah yang harus difahami, baikk yang tersirat dalam setiap gajala di alam semesta, maupun yang tersurat pada Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan kepada para Utusan- Nya. Disamping itu memberikan dorongan kepada manusia agar mencapai kemajuan dalam hidupnya, menyadarkan akan keterbatasan dirinya dan menyadarkan bahwa keputusan Allah Qadla adalah suatu hak prerogratif yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.

3. Implementasi Iman dan Taqwa dalam Kehidupan Modern.