ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI

BAB VII ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI

IPTEKS DALAM ISLAM 7.1. Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni IPTEKS Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyetif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu orang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai spesialis. Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan. Teknologi merupakan salah satu budaya sebagai penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa ketimpangan-ketimpanagan dalam kehidupan manusia dan alam semesta yang berakibat terjadinya berbagai kehancuran dalam kehidupan. Oleh sebab itu teknologi bersifat netral, artinya bahwa teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau bias juga digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia, sebagai hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu, yaitu wahyu dan alam semesta dengan segala macam gejala-gejalanya yang bisa ditangkap oleh akal manusia. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan akalnya, dengan catatan dalam pengembangannya tetap terikat dengan petunjuk wahyu dan tidak bertentangan dengan syari’at. Atas dasar itu secara garis besar ilmu bisa dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu ilmu yang bersifat abadi perennial knowladga, tingkat kebenarannya bersifat mutlak absolute, karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat perolehan aquired knowledge, sifat kebenarannya bersifat nisbi relative, karena bersumber dari akal pikiran manusia.

7.2. Intergrasi Iman, Iptek, dan Akal

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada inti tiga inti ajaran Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiga inti ajaran Islam itu terintegrasi didalam sebuah 26 system ajaran yang disebut Dinul Islam Iman, Ilmu dan Amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Iman diidentikkan dari akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang dan dahan pohon itu yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon. Ipteks yang dikembangkan diatas nilai-nilai Iman dan Taqwa akan menghasilkan amal shalih dan pelestarian alam semesta. Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shalih apabila perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan taqwa. Sama halnya pengembangan IPTEKS sebagai bagian perbuatan baik yang lepas dari keimanan dan ketaqwaan, tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya apabila apabila tidak dikembangkan atas dasar nilai-nilai iman dan taqwa.

7.3. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena dibakaliseperangkat potensi. Potensi yang paling utama dalam diri manusia adalah akal. Akal berfungsi untuk berpikir, dan hasil pemikirannya itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi alam lingkunyannya. Berkenaan dengan orang yang berilmu, Al-Ghazali mengatakan : “ Barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya”. Dari uraian diatas tampak bahwa Al-Ghazali sangat menghargai orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Slah satu pengamalannya adalah mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain.

7.4. Tanggungjawab Ilmuwan terhadap Alam lingkungannya

Ada dua fungsi utama fungsi utam manusia didunia, yaitu sebagai ‘Abdullah hamba Allah dan sebagai Khalifah Allah di bumi. Esensi dari ‘adun adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah. Adapun esensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggungjawab untuk menjaga alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya, serta memanfaatkannya sebesar-besar kemanfaatan dan kemaslahatan. Karena manusia diciptakan untuk manusia itu sendiri, yang dalam menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. 27

BAB VIII KEBUDAYAAN ISLAM