lxxii
Keterangan: E EPS
t+1
: Estimasi laba per lembar saham pada tahun t+1 EPS
t+1
: Laba per lembar saham aktual pada tahun t δ : Drift term yang merupakan rata-rata perubahan laba per
lembar saham selama 5 tahun. Estimasi laba satu tahun ke depan t+1 memerlukan data rata-rata
perubahan laba per lembar saham untuk lima tahun atau sejak go public jika perusahaan berumur kurang dari lima tahun. Estimasi cost of equity
capital pada persamaan 1 dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:
P
t
= BPS
t
+ 1 + r
-1
[EPS
t+1
– rBPS
t
] 3
Pada model Random Walk persamaan 2, EPS
t+1
adalah laba per lembar saham pada tahun t+1, persamaan 3 disederhanakan lagi
menjadi:
P
t
- BPS
t
1 + r = EPS
t +
1
– rBPS
t
4
Sehingga diperoleh persamaan 5 untuk menghitung cost of equity capital:
r =
5
2. Variabel Independen
lxxiii
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perataan laba, variabel ini diukur dengan proksi akrual kebijakan Discretionary
Accruals ProxyDAP. Ukuran ini digunakan karena berdasarkan penelitian Chen 2008 terbukti bahwa perataan laba melalui proksi
akrual kebijakan memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap penurunan cost of equity capital daripada pengukuran perataan laba yang
lain, misalnya rasio standar deviasi arus kas operasi dengan standar deviasi laba bersih. Proksi ini juga digunakan oleh Tucker dan Zarowin
2006 dalam studi hubungan perataan laba dan keinformatifan laba. Perataan laba diukur sebagai korelasi negatif antara perubahan
proksi akrual-kebijakan atau discretionary-accruals proxy “ ΔDAP” dan
laba sebelum-kebijakan atau perubahan pre-discretionary income “
ΔPDI”. Pengukuran ini,didasari asumsi bahwa ada pre-managed income atau laba sebelum kebijakan yang beruntun dan manajer
menggunakan kebijakan akrual untuk membuat urutan laba yang dilaporkan
menjadi lebih
rata. Untuk
memperkirakan akrual
discretionary, digunakan versi cross-sectional dari model Jones, yang dimodifikasi oleh Kothari, Leone dan Wasley 2004 dalam Tucker dan
Zarowin 2005. Untuk menghitung discretionary accruals maka perlu menentukan nilai nondiscretionary accruals terlebih dahulu, dengan
persamaan:
NDAP
t
=a1A
t-1
+b ∆Sales
t
A
t-1
+ cPPE
t
A
t-1
+d ROA
t
+µ 1
Keterangan :
lxxiv
NDAP
t
: proksi akrual non-kebijakan pada tahun t A
t-1
: total aset tahun t-1 Sales
t
: penjualan pada tahun t PPE
t
: property, plant, dan equipment tahun t ROA
t
: return atas aset pada tahun t Untuk mencari koefisien persamaan 1 di atas digunakan metode
Ordinary Least Square OLS dari persamaan berikut:
TAcc
t
A
t-1
= a1A
t-1
+ b ∆Sales
t
A
t-1
+ cPPE
t
A
t-1
+ dROA
t
+ µ 2
Hasil koefisien dari persamaan 2 kemudian dimasukkan ke persamaan 1 untuk menentukan nilai non-discretionary accruals
NDAP, sedangkan nilai DAP diperoleh dari selisih total akrual dari NDAP. Total akrual diperoleh dari persamaan berikut:
TAcc
it
=NI
it
-CFO
it
3 Keterangan:
TAcc
it
: Total akrual aktual perusahaan i pada tahun t NI
it
: Laba bersih perusahaan i pada tahun t CFO
it
: Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahun t Kemudian, PDI dapat dihitung yaitu net income dikurangi
discretionary accruals.
PDI = NI-DAP 4
Ukuran perataan laba adalah korelasi negatif antara perubahan DAP
dan perubahan PDI, atau dapat dinyatakan dengan:
lxxv
IS=Corr ∆DAP,∆PDI
5
Intensitas perataan laba yang semakin tinggi dibuktikan dengan nilai korelasi yang semakin negatif antara
∆DAP dan ∆PDI. Nilai IS dihitung menggunakan data tahun berjalan dan data empat tahun
sebelumnya rolling five years. Penggunaan data 5 tahun berurutan adalah untuk trade-off antara ukuran perataan laba yang cukup
panjang urutan-waktunya dan sampel yang besar untuk mengukur model tersebut. Data yang digunakan adalah data tahunan karena telah
ada bukti bahwa perusahaan-perusahaan meratakan laba tahun fiskal serta adanya bukti bahwa laporan kuartal keempat selalu berbeda
dengan kuartal-kuartal yang lain. Jacob dan Jorgensen, 2003; Das dan Shroff, 2002 dalam Tucker dan Zarowin, 2005.
3. Variabel Kontrol