PENGARUH NILAI PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009 2011

(1)

PENGARUH NILAI PERUSAHAAN,

KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN REPUTASI AUDITOR

TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BEI TAHUN 2009-2011

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri semarang

Oleh

Sulistiyawati

NIM 7250407109

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau tuan orang lain yang terdapat dalam sripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Februari 2013

Sulistiyawati NIM 7250407109


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Rasa takut adalah hal yang wajar, namun jangan biarkan rasa takut itu menghalangi langkahmu untuk menuju kearah yang lebih baik. Berperang melawan rasa takut dalam diri sendiri itu tidak gampang, namun bukan berarti tidak bisa.

Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur, tapi bersyukur yang menjadikan kita bahagia. (MT)

Persembahan:

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta termakasih untuk doa, dukungan, dan nasihat yang berharga dalam hidupku.

2. Ketiga kakakku (Mbak Iik, Mas Tatok, dan Mas Ari) yang selalu memberiku dukungan baik moril maupun materil.

3. Teman-temanku (Rika, Jerni, Aci, dan Mbak Darul) yang memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmad, karunia, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Reputasi Auditor

Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”. Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di Universitas Negeri semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Akuntansi S1 di Fakultas Ekonomi.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri semarang yang telah memberikan ilmu, fasilitas serta pelayanan yang baik. 4. Drs. Subowo, M.Si. Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan, dan saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

5. Trisni Suryarini, SE., M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, dan petunjuk sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran sehingga peneliti dapat menyeselesaikan skripsi ini.

7. Nanik Sri Utaminingsih, SE., M.Si.,Akt. Dosen Wali Prodi Akutansi A 2007 yang telah memberikan ilmu serta motivasi sehingga terselesaikannya masa studi.

8. Seluruh Dosen khususnya pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh staf pengelola dan administrasi program sarjana jurusan akuntansi Universitas Negeri Semarang.

10. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat serta dapat menjadi salah satu bahan informasi pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Semarang, Februari 2013


(8)

viii

SARI

Sulistiyawati. 2012. “Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Reputasi Auditor Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011”. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Subowo, M.Si. Pembimbing II. Trisni Suryarini, SE.,M.Si.

Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, Reputasi Auditor dan Praktik Perataan Laba

Perataan laba adalah praktik manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasilaba.Manajemen melakukan perataan laba dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian kinerja manajemen yang baik.Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh nilai perusahaan, kebijakan dividen dan reputasi auditor terhadap praktik perataan laba.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011.Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, dari metode tersebut diperoleh sampel penelitian sebanyak 39 perusahaan.Data yang digunakanadalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik dokumentasi.Untuk mengidentifikasi perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, digunakan metode discretionary accruals dari model Jones yang dimodifikasi.Analisis statistik yang digunakan adalahbinary logistic regression dengan menggunakan SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variable independen yaitu nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value dan variable kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Rasio, serta variabel reputasi auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap perataan laba.

Saran pada penelitian ini adalah sebaiknya manajemen tidak hanya memikirkan mengenai nilai perusahaan, tetapi juga memikirkan agar investor tertarik untuk berinvestasi jangka panjang kepada perusahaan, karena diketahui investor di Indonesia cenderung menyukai investasi jangka pendek. Dan untuk pihak investor sebaiknya tidak hanya memusatkan perhatian pada laba perusahaan tetapi juga pada kondisi keuangan dan rasio perusahaan lainnya karena terdapat bukti empiric bahwa perusahaan go public di Indonesia melakukan perataan laba.


(9)

ix

ABSTRACT

Sulistiyawati. 2012. "The Effect of Firm Value, Dividend Policy, and Auditor Reputation In Manufacturing Company Registered in BEI on Period of 2009-2011". Accounting Department, Final Project. Faculty of Economics,Semarang State University. Advisor I. Drs. Subowo, M.Si. Advisor II.Trisni Suryarini, SE.,M.Si.

Keywords: Firm Value, Dividend Policy, Auditor reputation and Income smoothing

Income smoothing is the practice of manipulating earnings by corporate management to reduce earnings fluctuations. Management did income smoothing in order to obtain a good performance appraisal management. The aim of study is to analyzing firm value, dividend policy and auditor reputation effect income smoothing practice.

This study population is a manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011. Sampling study conducted with a purposive sampling method, the method is derived from the sample of 39 companies. The date used are secondary date with the technical documentation. To identify companies doing income smoothing and companies that do not perform income smoothing, the method used discretionary accruals from the modified Jones models. The result of statistical analysisused binary logistic regression using SPSS 16 for windows.

The results showed that all independent variables are proxied enterprise value of Price to Book Value and variable dividend policy is proxied by Dividend Payout Ratio, as well as the auditor reputation variables did not significantly affect the income smoothing.

Suggestionsin this study isthe management should not only think about the value of the company, but also think that investors are interested to invest in the long term to enterprises. And for the investor should not only focus on profit but also on the company's financial condition and the ratio of other companies because there is empirical evidence that the company went public in Indonesia doing income smoothing.


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumus Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Teori Keagenan ... 11

2.2 Perataan Laba ... 13


(11)

xi

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memotivasi Perataan Laba ... 14

2.2.3 Jenis Perataan Laba... 16

2.2.4 Teknik Perataan Laba ... 18

2.3 Discretionary Accruals ... 19

2.4 Nilai Perusahaan ... 22

2.5 Kebijakan Dividen ... 25

2.6 Reputasi Auditor ... 28

2.7 Penelitian Terdahulu ... 31

2.8 Kerangka Berpikir ... 33

2.9 Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Data... 39

3.2 Populasi ... 39

3.3 Sampel ... 39

3.4 Variabel Penelitian ... 41

3.4.1 Variabel Dependen ... 41

3.4.2 Variabel Independen ... 44

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.6 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 46

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 46

3.6.2 Analisis Regresi Logistik ... 46


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 50

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 52

4.1.3 Analisis Regresi Logistik ... 55

1. Menilai Kelayakan Model Regresi ... 56

2. Uji Keseluruhan Model Fit ... 57

3. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi ... 61

4.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 64

4.3.1 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba .... 64

4.3.2 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Perataan Laba . 66 4.3.3 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba .... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Hasil Penelitian Perusahaan Go Publik yang Melakukan

Perataan Laba ... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 41

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ... 50

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan dan Kebijakan Dividen ... 52

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Reputasi Auditor ... 53

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Perataan Laba ... 54

Tabel 4.5 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test ... 56

Tabel 4.6 Uji -2Log Likehood (Blok Number = 0) ... 57

Tabel 4.7 Uji -2Log Likehood (Blok Number = 1) ... 58

Tabel 4.8 Uji Cox and Snell’s R Square & Negelkerke R Square ... 59

Tabel 4.9 Uji Overall Classification Table ... 60

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Koefisien Regresi ... 61


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ... 76

Lampiran 2 Data PBV Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ... 77

Lampiran 3 Data DPR Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ... 78

Lampiran 4 Data Reputasi Auditor Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ... 79

Lampiran 5 Data Non Discretionary Accruals (NDAC) ... 80

Lampiran 6 Data Discretionary Accruals (DAC)... 83

Lampiran 7 Data Pre Discretionary Income (PDI) ... 86

Lampiran 8 Data Perusahaan Manufaktur yang Melakukan Perataan Laba 89 Lampiran 9 Data Output Statistik Penelitian ... 92


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja manajemen suatu perusahaan dapat terlihat dari laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan sehingga dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut adalah pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan mengenai kondisi dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Salah satu informasi yang terdapat pada laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Informasi mengenai laba tersebut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajemen.

Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 mengemukakan bahwa informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Beattie. et al (1994) dalam Mursalim (2005) menjelaskan bahwa perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Selain itu, perusahaan juga diberikan berbagai alternatif dalam menyusun laporan keuangan oleh Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU), sehingga manajemen


(17)

2

perusahaan memiliki kebebasan untuk mengganti metode akuntansi yang digunakan dengan metode akuntansi lainnya yang dapat mempengaruhi jumlah laba perusahaan yang aktual. Hal inilah yang mendorong manajemen untuk melakukan dysfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) untuk meningkatkan kinerja manajemen perusahaan.

Tindakan dysfunctional behaviour dari pihak manajemen tersebut berkaitan dengan teori keagenan (agency theory). Dalam teori keagenan terdapat perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham (principal), yaitu manajemen mempunyai keinginan untuk meningkatkan kesejahteraannya, sedangkan pemengang saham mempunyai keinginan untuk meningkatkan kekayaannya. Pihak manajemen selaku pengurus perusahaan juga memiliki informasi perusahaan yang lebih banyak dibanding dengan pemilik perusahaaan. Hal ini dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan manipulasi laba atau pengelolaan laba (earning management).

Sesuai dengan Scott (2000) dalam Aji & Mita (2010), terdapat dua tujuan manajemen perusahaan untuk melakukan praktik pengelolaan laba. Pertama, manajemen perusahaan berusaha untuk menambah tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan hal yang bersifat informasi internal perusahaan, dalam hal ini pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat efisien, sedangkan yang kedua adalah pengelolaan laba yang bersifat oportunistik yaitu manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Praktek pengelolaan laba yang bersifat oportunistik inilah yang merugikan berbagai pihak ekternal yang berkepentingan terhadap perusahaan.


(18)

Teknik-teknik pengelolaan laba yang oportunistik seringkali menggunakan teknik perataan laba (Aji dan Mita, 2010). Praktik perataan laba merupakan fenomena umum yang terjadi di berbagai Negara salah satunya di Indonesia pada perusahaan yang go public. Berikut adalah data hasil penelitian terdahulu yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang go public di Indonesia melakukan perataan laba.

Tabel 1.1 Data Hasil Penelitian Perusahaan Go Public yang Melakukan Perataan Laba

Sumber: Penelitian Juniarti dan Colorina (2005), Zulkarnaini (2007), dan Dewi dan Carina (2008)

Koch (1981) dalam Mudjiono (2010) mendefinisikan perataan laba sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas aliran angka laba yang dilaporkan relatif terhadap aliran yang merupakan target manajemen dengan memanipulasi variabel artificial (akuntansi) atau variabel riil (transaksional). Menurut Juniarti dan Corolina (2005) manajer termotivasi melakukan perataan laba untuk mencapai keuntungan pajak, untuk memberikan

Peneliti Jumlah Perusahaan

Yang Diteliti Hasil

Juniarti dan Colorina (2005)

54 Perusahaan di Bursa Efek Surabaya

25 atau 46,30% melakukan perataan laba.

Zulkarnaini (2007) 222 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta

97 atau 43,7%

perusahaan manufaktur melakukan perataan laba Dewi dan Carina

(2008)

31 Perusahaan Manufaktur, dan 21 Lembaga Keuangan Lainnya di Bursa Efek Jakarta

17 atau 54,84%

perusahaan manufaktur melakukan perataan laba, dan 8 atau 38,10% lembaga keuangan lainnya melakukan perataan laba.


(19)

4

kesan baik kepada pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen, mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar, untuk menghasilkan profit yang stabil, dan untuk menjaga posisi mereka dalam perusahaan.

Adanya fenomena perataan laba dapat menyebabkan pengungkapan laba yang menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 2000). Menurut Hughes (1986) dalam Budhijono (2006) perataan laba adalah sebagai bentuk penyalahgunaan yang umum dalam pelaporan keuangan yang seharusnya diwaspadai oleh pemakainya. Praktik perataan laba dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan karena perataan laba dapat menyebabkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya yang seharusnya perlu diketahui oleh pemakai laporan keuangan, sehingga pemakai laporan keuangan tidak dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat.

Praktik perataan laba tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam beberapa penelitian sebelumnya nilai perusahaan, kebijakan dividen dan reputasi auditor merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Penelitian mengenai perataan laba yang berhubungan dengan nilai perusahaan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Merdistuti (2009), Purwanto (2009) dan Aji dan Mita (2010). Penelitian Aji dan Mita (2010) menguji


(20)

pengaruh antara profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan dan stuktur kepemilikan terhadap perataan laba. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa resiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan profitabilitas dan stuktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap variabel perataan laba. Selain itu Suranta dan Merdistuti (2009) menemukan adanya pengaruh antara variabel ROA, resiko keuangan, nilai perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap perataan laba sedangkan variabel Net profit margin, OPM, resiko pasar dan kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap variabel perataan laba. Sementara itu hasil yang berbeda ditemukan oleh Purwanto (2009) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Penentuan nilai perusahaan diperoleh dari informasi mengenai laba perusahan. Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan berdampak pada harga saham perusahaan tersebut. Harga saham ini digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Suatu perusahaan tentunya menginginkan agar memiliki nilai perusahaan yang tinggi, begitu juga dengan pihak eksternal seperti investor. Investor berpendapat bahwa apabila suatu perusahaan memiliki nilai yang tinggi maka perusahaan tersebut dikatakan memiliki kinerja yang baik. Perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung melakukan perataan laba (Aji dan Mita, 2010). Suranta dan merdistuti (2009) juga menyimpulkan bahwa Perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung untuk melakukan perataan laba, hal tersebut dikarenakan suatu perusahaan akan


(21)

6

cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaannya tetap tinggi sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya kedalam perusahaannya.

Sementara itu, Kustono (2007) menemukan faktor yang mempengaruhi perataan laba adalah variabel pertumbuhan perusahaan, sedangkan variabel ukuran perusahaan, kebijakan dividen dan resiko spesifik tidak memiliki pengaruh terhadap variabel perataan laba. Hal berbeda ditemukan oleh Purwanto (2009) yang menemukan hanya variabel ukuran perusahaan yang tidak berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan variabel lainnya seperti profitabilitas, kebijakan dividen dan kelompok usaha memiliki pengaruh terhadap perataan laba. Begitu pula dengan Budiasih (2009) yang juga menemukan adanya pengaruh antara variabel kebijakan dividen terhadap perataan laba.

Para investor yang berinvestasi dengan membeli saham suatu perusahaan tentunya mengharapkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan. Keuntungan dari investasi yang mereka lakukan salah satunya berupa dividen. Dividen adalah laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Laba sering dikatakan sebagai ukuran kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kebijakan dividen memberikan informasi mengenai performa suatu perusahaan. Purwanto (2009) menyimpulkan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap perilaku perataan laba, karena kebijakan dividen akan mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian saham perusahaan. Faozi (2003) juga menemukan bukti bahwa kebijkan dividen berpengaruh terhadap perataan laba. Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan manajemen yang menjadi dasar pertimbangan


(22)

investasi bagi investor yang mementingkan rate of return dari dana yang diinvestasikan. Pihak Invetor menyukai tingkat dividen yang tinggi dan investor juga merupakan pihak yang menolak resiko. Padahal apabila suatu perusahaan menerapkan tingkat dividen yang tinggi, maka perusahaan tersebut juga akan memiliki resiko yang tinggi apabila terjadi fluktuasi laba yang besar. Tuntutan untuk dapat membagikan dividen yang besar dengan risiko yang kecil membuat pihak manajemen cenderung untuk melakukan perataan laba.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi praktek perataan laba adalah reputasi auditor. Herni dan Susanto (2008) menemukan adanya pengaruh yang reputasi auditor terhadap perataan laba. Namun hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabayanti dan Yasa (2009) yang meneliti mengenai pengaruh reputasi auditor yang diproksikan dengan KAP The Big Four dan Non Big Four terhadap praktik perataan laba. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa reputasi auditor tidak mempengaruhi praktik perataan laba.

Auditor independen merupakan pihak yang bertugas untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan. Kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat dideteksi dari audit yang dilakukan oleh auditor tersebut, sehingga dari adanya auditor independen pada suatu perusahaan dapat meminimalkan tindakan kecurangan yang dilakukan perusahaan pada laporan keuangannya. Dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, pihak investor juga mempertimbangkan hasil audit perusahaan. Para pengguna laporan keuangan lebih percaya pada hasil audit dari auditor yang berkualitas (Mudjiono, 2010).


(23)

8

Scott et al (2000) dalam Meutia (2004) mengatakan bahwa auditor independen dapat menjadi pelindung terhadap praktik-praktik kecurangan akuntansi seperti perataan laba, karena auditor tidak hanya dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam dibidang akuntansi tetapi juga dapat berhubungan dengan komite audit dan dewan direksi yang bertanggungjawab untuk memeriksa dengan teliti para pembuat keputusan di perusahaan.

Para pengguna laporan keuangan auditan akan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan yang menggunakan jasa auditor dari KAP yang berkualitas atau KAP yang bereputasi baik. Reputasi auditor merupakan penilaian terhadap kualitas auditor dalam melakukan audit. Pihak perusahaan memerlukan audit terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor yang memiliki reputasi baik guna meyakinkan pihak eksternal bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen dapat dipercaya dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Auditor yang tergabung dalam KAP The Big Four dinilai akan lebih teliti dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan untuk menjaga reputasi yang KAP dimiliki. Soselisa dan mukhlasin (2008) mengemukakan bahwa kualitas audit yang lebih tinggi dari suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) memperbesar risiko terungkapnya kecurangan akuntansi, hal ini menimbulkan suatu dugaan bahwa perusahaan yang melakukan atau perataan laba akan menghindari penggunaan jasa audit dari KAP yang memiliki reputasi dibanding dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.


(24)

Penelitian mengenai perataan laba ini telah banyak dilakukan, namun dari berbagai penelitian tersebut terdapat ketidak konsistenan hasil antar penelitian yang satu dengan yang lainnya. Atas dasar tidak konsistennya hasil temuan beberapa peniliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu nilai perusahaan, kebijakan dividen, dan reputasi auditor. Sesuai dengan penelitian Aji dan Mita (2010), penelitian ini menggunakan ukuran akrual diskretioner dari model jones yang dimodifikasi sebagai indikator terjadinya perataan laba, hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang sebagian besar melakukan pengukuran perataan laba menggunakan indeks eckel. Diharapkan penggunaan ukuran perataan laba selain indeks eckel dapat memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Penelitian ini peneliti berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011 karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki jumlah populasi yang besar sehingga dinilai dapat mewakili perusahaan go public yang terdaftar di BEI, selain itu populasi perusahaan manufaktur yang besar diduga akan banyak investor yang cenderung tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut sehingga diduga manajemen perusahaan memiliki kecenderungan yang besar untuk melakukan perataan laba.


(25)

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka permasalahan penelitian ini adalah:

1. Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba? 2. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap perataan laba? 3. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap perataan laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan terhadap perataan laba. 2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan deviden terhadap perataan laba. 3. Untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor terhadap perataan laba.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas penerapan teori akuntansi dan teori keagenan dalam kaitannya dengan terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai pengaruh nilai perusahaan, kebijakan dividen dan reputasi auditor terhadap praktik perataan laba.


(26)

2. Manfaat praktis

Bagi pengguna laporan keuangan dan calon investor hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai pengaruh nilai perusahaan, kebijakan dividend dan reputasi auditor terhadap perataan laba, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi.


(27)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) dalam Mursalim (2005) berpendapat bahwa teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Menurut Mursalim (2005) Principal mendelegasikan wewenang dan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen. Wewenang dan tanggungjawab agen maupun principal diatur dalam kontrak kerja berdasarkan persetujuan bersama. Hal ini dapat dikatakan bahwa principal memberikan suatu kepercayaan kepada pihak agen untuk melaksanakan tugas dari pihak principal sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Pihak manajemen diberikan wewenang untuk membuat keputusan yang berguna bagi pemegang saham, dan manajemen wajib mempertanggungjawabkan perkerjaan yang telah dilakukan kepada pemegang saham tersebut.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Mursalim (2005) menjelaskan bahwa pihak principal memotivasi agen dengan merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak kerja yang efisien antara agen dan principal adalah sebagai berikut: 1. Agen dan principal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen

maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk kepentingannya sendiri.


(28)

2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbalan jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Masalah keagenan timbul karena adanya perbedaan kepentingan dari masing-masing pihak. Informasi simetris yang terdapat pada kontrak kerja tersebut pada kenyataannya tidak dapat dipenuhi. Teori keagenan ini menyatakan bahwa manajemen memiliki informasi internal perusahaan yang lebih banyak dibanding dengan informasi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan (principal) sehingga menimbulkan asimetri informasi.

Ketika seorang principal tidak mengetahui semua informasi yang dimiliki oleh agen, maka apabila agen tersebut menetapkan sebuah keputusan, pihak principal tidak dapat mengetahui apakah tindakan yang dilakukan oleh pihak agen tersebut telah sesuai dengan tindakan yang seharusnya dilakukan berdasarkan informasi perusahaan yang dimilikinya, atau keputusan yang ditetapkan oleh tersebut didasari oleh kepentingan pribadi untuk memperoleh keuntungan. Jika pihak principal tidak dapat melakukan pengawasan kepada usaha pihak agen secara langsung atau tidak dapat mengetahui hasil kinerja pihak agen secara tepat, hal ini akan memungkinkan pihak agen memiliki motivasi untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai pada kontrak kerja yang telah disepakati oleh pihak agen dan principal tersebut. Kondisi mengenai adanya asimetri informasi yang terjadi antara pihak agen dengan principal dapat memberikan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh agen untuk melakukan tindakan oportunistik yaitu dengan


(29)

14

melakukan tindakan yang tidak semestinya (dysfunctional behaviour) untuk memaksimalkan kemakmurannya.

Watts dan Zimmernan (1986) dalam Suwito dan Herawaty (2009) menyatakan bahwa hubungan principal dan agen sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memotivasi agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Kesenjangan informasi antara kedua belah pihak memicu munculnya perataan laba yang dilakukan oleh manajemen dan pada akhirnya memiliki pengaruh terhadap motivasi investor untuk melakukan investasi.

2.2 Perataan laba

2.2.1 Definisi perataan laba

Definisi awal mengenai perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ketahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun ketahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Sedangkan definisi lebih modern menyatakan bahwa perataan laba adalah fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut (Belkaoui, 2006).

Bieldleman (1973) dalam Belkaoui (2007) mendefinisikan perataan laba sebagai tindakan pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian


(30)

ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik.

Barnea et al (1976) dalam Budhijono (2006) menyatakan perataan laba merupakan tindakan manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Pada intinya, praktik perataan laba ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilainan kinerja manajer. Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2003) tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatau sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urutan, pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu (artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memotivasi Perataan Laba

Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba menurut Sugiarto (2003) adalah:

1. Kompensasi bonus

Laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Karena pentingnya laporan keuangan memotivasi manejemen perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk mendapatkan bonus yang tinggi.


(31)

16

2. Kontrak utang

Perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap perjanjian utang, terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba satu periode sebelum perjanjian utang tersebut dibuat.

3. Pengurangan pajak

Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

4. Penawaran saham perdana

Perusahaan melakukan perataan laba untuk mendapatkan dan mempertahankan investor.

Beidleman dalam Belkaoui (2007) mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar

Selain itu, adanya tiga batasan yang mempengaruhi manajemen untuk melakukan perataan laba (Belkaoui, 2007). Tiga batasan tersebut adalah:

1. Mekanisme pasar yang kompetitif, yang mengurangi jumlah pilihan yang tersedia bagi manajemen.


(32)

2. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasi.

3. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau penggantian manajemen secara langsung.

2.2.3 Jenis Perataan Laba

Terdapat dua jenis arus perataan laba (Belkaoui, 2006) yaitu: 1. Natural Smoothing (Perataan Alami)

Perataan laba alami adalah perataan laba yang terjadi secara alami dari proses penghasilan laba

2. Intentional Smoothing ( Perataan yang disengaja)

Intentional Smoothing biasanya dihubungkan dengan tindakan manajemen. Dapat dikatakan bahwa intentional smoothing berkenaan dengan situasi dimana rangkaian laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen.

Jenis perataan laba pada penelitian ini adalah Intentional Smoothing. Intentional Smoothing ini mengindikasikan perataan laba yang terjadi pada perusahaan adalah perataan laba yang sengaja dilakukan oleh manajemen perusahaan. Intentional smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Real Smoothing


(33)

18

Merupakan usaha yang diambil oleh manajemen dalam merespon perubahan kondisi ekonomi. Dapat juga diartikan sebagai suatu transaksi yang sesungguhnya dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pengaruh perataan pada laba. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu kejadian transaksi riil untuk mencapai sasaran perataan laba.

b. Artificial Smoothing

Merupakan suatu usaha yang disengaja untuk mengurangi variabilitas aliran laba secara artificial (akuntansi). Perataan laba ini menerapkan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode tertentu. Dengan kata lain, artificial smoothing dicapai dengan menggunakan kebebasan memilih prosedur akuntansi yang memperbolehkan perubahan biaya dan pendapatan dari suatu periode akuntansi ke periode tertentu.

Penelitian ini lebih menekankan perataan laba yang dilakukan tergolong dalam tindakan artificial smoothing. Tindakan artificial smoothing ini dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan dalam memilih prosedur akuntansi. Meskipun tindakan artificial smoothing ini dikakukan dengan menggunakan metode akuntansi yang berlaku umum, namun akan memberikan dampak yang merugikan. Hal ini dikarenakan tindakan artificial smoothing mengakibatkan penyimpangan data akuntansi, selain itu laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan menjadi tidak menunjukan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga laporan keuangan tersebut dinilai menyesatkan investor dalam pengambilan keputusan terhadap perusahaan.


(34)

2.2.4 Teknik Perataan Laba

Terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam melakukan perataan laba menurut sugiarto (2003) diantaranya yaitu:

1. Perataan melalui adanya kejadian transaksi atau pengakuan transaksi.

Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri, misalnya perusahan menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan akhir tiap kuartal, sehingga laba kehihatan stabil pada periode tertentu.

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu.

Manajemen perusahaan memiliki wewenang untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan amortisasi goodwill pada periode tersebut untuk menstabilkan laba.

3. Pencatatan melalui klasifikasi

Manajemen memiliki wewenang dan kebijakan untuk mengklasifikasikan komponen rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya jika suatu pendapatan non operasi sulit untuk didefinisikan maka manajemen dapat mengklasifikasikan pendapatan tersebut pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Hal tersebut dapat digunakan sewaktu-sewaktu untuk meratakan laba pada kondisi pendapatan tertentu.

Tehnik-tehnik perataan laba tersebut dapat dilakukan karena dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), perusahaan diberikan berbagai pilihan


(35)

20

dalam mencatat berbagi peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasaan untuk mengganti satu metode ke metode yang lain. Keleluasaan untuk memakai tehnik-tehnik pencatatan dalam akuntansi dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba.

2.3 Discretionary Accruals

Salah satu pendekatan secara umum yang dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi pengelolaan laba yaitu dengan model yang berbasis aggregate accrual. Model yang berbasis aggregate accrual yaitu model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa manajemen dengan menggunakan discretionary accruals sebagai proksi pengelolaan laba. Model pengelolaan laba berbasis aggregate accrual sejalan dengan basis akuntansi yang selama ini banyak dipergunakan diberbagai Negara yaitu akuntansi berbasis akrual (accruals accounting) (Sulistyanto, 2008).

Secara konseptual, akuntansi berbasis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui dan mencatat semua transaksi dan peristiwa berdasarkan waktu terjadinya dan bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Artinya, suatu transaksi sudah dapat diakui dan dicatat sebagai hak walaupun kas baru akan diterima pada periode berikutnya atau mengakui hak pada periode berikutnya walaupun kas telah diterima begitu juga dengan kewajiban. Hingga dalam akuntansi berbasis akrual tidak semua transaksi dan peristiwa harus dilakukan secara tunai (Stice, 2009).


(36)

Model pengelolaan laba berbasis aggregate accrual merupakan model yang menggunakan komponen-komponen laporan keuangan yang secara langsung dideteksikan sebagai obyek rekayasa akuntansi. Secara teoritis, akuntansi berbasis akrual mengakibatkan munculnya beberapa komponen non-kas dalam laporan keuangan. Misalkan hutang, piutang, penyusutan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, komponen non kas merupakan penyebab munculnya komponen akrual dalam laporan keuangan. Komponen non kas inilah yang selama ini ditengarai dipakai sebagai obyek yang digunakan manajer ketika pengelola dan mengatur laba yang akan dilaporkannya. Hal ini bisa dilakukan karena menajemen mempunyai kebebasan untuk memilih metode, mengganti metode dan prinsip akuntansi untuk mencatat komponen-komponen tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya sehingga pengembangan model manajemen yang menggunakan komponen-komponen tersebut relatif dapat diterima karena sejalan dengan akuntansi berbasis akrual. Discretionary accruals merupakan selisih antara total akrual dan non discretionary accruals, yang merupakan komponen utama laba dalam akuntansi berbasis akrual (Sulistyanto, 2008).

Penelitian ini menggunakan model discretionary accrual dengan modified Jones dalam Kothari et al. (2005) yang dikutip oleh Tucker dan Zarowin (2005) sebagai indicator perataan laba. Model perhitungan discretionary accrual modified Jones tersebut adalah sebagai berikut:


(37)

22

Discretionary total accruals sebuah perusahaan pada tahun tertentu dihitung dengan meregresi total akrual sebagai variable dependen. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Semua nilai tersebut diregresikan dengan menggunakan sebagai variabel dependen, sedangkan , , sebagai variabel independen. Regresi terhadap keempat variable ini menghasilkan nilai b0, b1, dan b2 yang digunakan untuk menghitung nilai nondiscretionary total accruals (NDAC).

Sedangkan Discretionary Accrual (DAC) merupakan selisih dari Total Accrual (TAC) dengan Non Discretionary Accrual (NDAC). Berikut adalah perhitungan DAC tersebut:

Selanjutnya sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tucker dan Zarowin (2005), perusahaan akan dikelompokkan sebagai perusahaan perata laba (smoother) apabila terdapat korelasi negatif antara perubahan Discretionary Accrual (ΔDACit) dengan perubahan Pre-discretionary Income (ΔPDIit). PDI


(38)

merupakan selisih dari laba bersih perusahaan dengan Discretionary Accrual, dengan perhitungan sebagai berikut:

Perataan Laba dalam penelitian ini merupakan variabel dummy, dimana perusahaan yang memiliki korelasi negatif antara DAC dan PDI akan diberi nilai 1, sedangkan perushaan yang memiliki korelasi positif akan diberi nilai 0. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa terdapat rangkaian pre-discretionary income yang kemudian manajemen menggunakan discretionary accrual agar laba dalam laporan keuangan menjadi lebih rata (Tucker dan Zarowin, 2005). Jika pre-discretionary income tinggi maka akrual diskresioner akan menjadi negatif untuk mengurangi laba. Sedangkan, jika pre- discretionary income rendah maka akrual diskresioner akan positif untuk meningkatkan laba, oleh karena itu perataan laba merupakan korelasi negatif antara pre- discretionary income dengan discretionary accrual (Ghanisa, 2009) dalam Aji dan Mita (2010).

2.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi juga akan membuat nilai perusahaan menjadi tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pihak ekternal perusahaan memiliki kepercayaan pada kinerja perusahaan. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).


(39)

24

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002).

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut:

1. PER (Price Earning Ratio)

PER mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. Berikut rumus untuk perhitungan PER:

Harga Pasar Saham Price Earning Ratio =

Laba per Lembar Saham

2. PBV (Price to Book Value)

Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham,1999 dalam Wahyudi dan Pawestri, 2006). Berikut rumus untuk perhitungan PBV:

Harga Pasar per Lembar Saham Price to Book Value =

Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai Buku per Lembar Saham (Book Value per Share) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(40)

Ekuitas Book Value per Share =

Jumlah Saham Biasa Beredar

Pada dasarnya price earning ratio maupun price to book value adalah sama. Perbedaannya, PER berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan, sedangkan PBV berfokus pada nilai ekuitas perusahaan.

PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut selama satu tahun. Perhitungan PER lebih menekankan pada laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga berdasarkan PER sebuah perusahaan, dapat diketahui tingkat kewajaran harga sebuah saham berdasarkan fakta atau bukan berdasarkan perkiraan. Harga saham suatu perusahaan dapat berubah-ubah dari waktu kewaktu. Dan Perubahan harga saham tersebut akan diikuti oleh perubahan PER perusahaan. Perolehan laba bersih dari suatu perusahaan tidak hanya dapat diperoleh dari kinerja perusahaan secara operasional, tetapi juga dapat diperoleh dari hasil dari pendapatan non operasional, penjualan aset, dan lain-lain. Hal ini dapat ,mengakibatkan laba bersih perusahaan tersebut tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang sebenarnya.

Perhitungan PBV adalah harga saham dibandingkan nilai ekuitas per saham. Price book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Besarnya nilai buku saham suatu perusahaan mengindikasikan kinerja dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio price book value di atas satu. Rasio PBV


(41)

26

suatu perusahaan yang lebih besar dari satu mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.

Penelitian ini menggunakan PBV sebagai indikator nilai perusahaan. Hal ini dikerenakan PBV memiliki peran yang penting sebagai salah satu pertimbangan bagi investor untuk memilih saham yang akan dijadikan sebagai investasinya . Selain itu, rasio PBV juga dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan sebab nilai buku dapat menjadi ukuran yang rasional untuk memberikan penilaian terhadap perusahaan atas kinerja yang telah dilakukan.

PBV yang tinggi mengindikasikan perusahaan melakukan perataan laba, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Merdistuti (2009) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi cenderung melakukan perataan laba untuk menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya dalam perusahaannya.

2.5 Kebijakan dividen

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen baerkaitan dengan masalah penggunaan laba perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut dapat dibagikan sebagai dividen atau dijadikan sebagai laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana untuk membiayaan perusahaan.

Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini dibagikan kepada para pemegang


(42)

saham sebagai bentuk keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar maka kemungkinan pemegang saham juga akan mendapatkan keuntungan berupa dividen yang besar.

Terdapat dua indikator yang dapat digunakan sebagai alat ukur dividen. Dua indikator alat ukur dividen tersebut adalah:

1. Dividend yield

Dividen yield merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja saham. Semakin besar dividen yield akan semakin menarik investor. Dividend yield digunakan sebagai suatu ukuran risiko dalam berinvestasi. Rumus perhitungan untuk menentukan dividend yield adalah sebagai berikut:

Dividend per share Dividend yield =

Harga pasar per saham

Dividen per share pada rumus tersebut merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukan besarnya dividen apabila dikaitkan dengan saham. Perhitngan dividend per share adalah sebagai berikut:

Total deviden Dividend per share =

Total saham beredar

2. Dividen payout ratio

Dividen payout ratio adalah perbandingan antara dividen per share dengan earning pershare.

Dividen per share Dividen payout ratio =


(43)

28

Perhitungan Diveden per Share pada perhitungan tersebut sama seperti DPS pada perhitungan dividend yield, sedangkan Earning per share pada perhitungan DPR tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

EAT Earning per share =

Total saham beredar

Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio sebagai indikator untuk mengukur kebijakan dividen. Penggunaan Dividend Payout Ratio sebagai indikator kebijakan dividen dikarenakan DPR merupakan rasio keuangan yang lebih sering digunakan para investor untuk mengetahui hasil dari investasinya dibandingkan Devidend yield.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham yang berupa dividen kas. Besar kecilnya deviden payout ratio sangat ditentukan keputusan pengelolaan pendapatan perusahaan yang ditetapkan oleh manajemen. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan perusahaan. Dengan lebih menetapkan keputusan untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini akan membuat para


(44)

pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk perusahaan tersebut. Namun apabila dividen yang dibagikan lebih kecil dan sebagian besar digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan maka hal tersebut dapat mengakibatkan pihak investor menjual saham perusahaan yang dimlikinya yang akan berdampak terjadinya penurunan harga saham perusahaan tersebut.

Purwanto (2009) melakukan pengujian terhadap berbagai faktor yang berhubungan dengan perataan laba, salah satunya adalah dividend payout ratio. Penelitian ini menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio tersebut dengan perilaku perataan laba. Dividend payout ratio mempengaruhi perilaku perataan laba yang dilakukan oleh manajemen, dikarenakan kebijakan dividen akan mempunyai dampak yang signifikan pada pengambilan keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian saham perusahaan.

2.6 Reputasi Auditor

Audit merupakan suatu bentuk pemeriksaaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang dapat digunakan mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara pihak agen dengan pihak principal melalui pihak independen perusahaan yang bertugas untuk memberikan penilaian terhadap kebenaran laporan keuangan yang dibual oleh manajemen perusahaan. Para penggguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor.


(45)

30

Meutia (2004) menyatakan bahwa laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut yaitu manajer perusahaan yang diaudit, pemegang saham perusahaan, dan pihak luar atau pihak ketiga seperti calon investor, kreditor dan supplier. Masing-masing kepentingan ketiga kelompok ini merupakan sumber gangguan yang akan memberikan tekanan pada auditor untuk menghasilkan laporan yang mungkin tidak sesuai dengan standar profesi. Auditor bertugas memeriksa laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Seorang auditor harus memiliki kompetensi, dan independensi dalam menjalankan tugasnya. Tetapi dalam menjalankan tugasnya tersebut, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen menginginkan agar hasil kinerjanya terlihat baik yang tergambar dalam laporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan seperti bonus. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen perusahaan melakukan berbagai cara seperti melakukan tekanan kepada auditor agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan manajemen.

Pemakai laporan keuangan memberikan kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan oleh auditor mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Ukuran mengenai kualitas auditor yang sering digunakan dalam penelitian adalah reputasi kantor akuntan publik (KAP) karena nama baik perusahaan Kantor Akuntan


(46)

Publik dianggap merupakan gambaran yang paling penting (Rahmawati, 2008). Mulai dari tahun 2009 – sekarang, Kantor Akuntan Publik yang bereputasi baik disimbolkan dengan auditor The Big Four yang terdiri dari :

1. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja – affiliate of Ernst & Young (E & Y). 2. KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Deloitte Touche & Tohmatsu (DTT). 3. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja – affiliate of Klynveld Peat Marwick

Goerdeler (KPMG).

4. KAP Tanudireja Wibisana & rekan – affiliate of Price Water House Coopers (PWC).

Auditor yang bereputasi diasosiasikan dengan auditor profesional dan berkualitas. Bagi perusahaan, informasi yang diperoleh dari laporan auditor yang profesional akan memberikan kepastian mengenai kebenaran laporan keuangan secara tepat sehingga laporan keuangan tersebut akan memiliki reliabilitas yang tinggi. Pemakai laporan keuangan lebih mempercayai laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya, auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi adanya salah saji atau kecurangan yang terdapat pada laporan keuangan tersebut. KAP ternama mempunyai dorongan yang kuat untuk menjaga independensi mereka dan berusaha melaporkan informasi selengkap mungkin kepada pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (Razaee, 2003).

Dengan tingginya tingkat independensi dan kompetensi dari auditor maka akan meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. Independensi dan reputasi


(47)

32

auditor akan berdampak terhadap pendeteksian manipulasi laba. Ada dugaan bahwa auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manipulasi laba secara lebih dini. Reputasi auditor yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya tindakan manipulasi laba seperti praktik perataan laba (Herni dan Susanto, 2008).

2.7 Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu berkaitan dengan perataan laba telah banyak dilakukan namun hasil dari penelitian tersebut terdapat ketidak konsistenan antara penelitian yang satu dengan yang lain. Beberapa penelitian terdahulu mengenai perataan laba disajikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Zulfa Irawati

dan Anugerah Maya A. (2007)

Analisis perataan laba: faktor-faktor yang mempengaruhinya dan pengaruhnya terhadap resiko saham

perusahaan go public

di BEJ.

1.Nilai pasar saham

2.Net profit margin 3.Winner losser

stock

4.Kelompok usaha 5.Profitabilitas

6.Leverage

1.Tidak berpengaruh 2.Tidak berpengaruh 3.Tidak berpengaruh 4.Tidak berpengaruh 5.Tidak berpengaruh 6.Tidak berpengaruh

2 Alwan Sri Kustono (2007)

Pengaruh ukuran, DPR, resiko spesifik, dan pertumbuhan perusahaanterhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur di BEJ

1.Ukuran perusahaan 2.DPR

3.Resiko spesifik 4.Pertumbuhan

perusahaan

1.Tidak berpengaruh 2.Tidak berpengaruh 3.Tidak berpengaruh 4.Berpengaruh


(48)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 3. Herni dan

Yulius Kurnia Susanto (2008) Pengaruh struktur kepemilikan publik, praktik pengelolaan perusahaan, jenis industri, ukuran perushaan, profitabilitas dan resiko keuangan terhadap tindakan perataan laba (Study empiris pada

perusahaan industry yang listing di BEJ)

1. Struktur kepemilikan publik 2. Reputasi

auditor 3. Jenis Industri 4. Ukuran perusahaan 5. Profitabilitas 6. Resiko keuangan 1.Berpengaruh 2.Berpengaruh 3.Berpengaruh 4.Berpengaruh 5.Berpengaruh 6.Tidak berpengaruh

4 Igan Budiasih (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba 1.Ukuran perusahaan 2.Profitabilitas 3.Leverage 4.Deviden Payout

Ratio

1.Berpengaruh 2.Berpengaruh 3.Tidak berpengaruh 4.Berpengaruh

5. Ni Luh Putu Arik Prabayanti dan Geriawan Wirawan Yasa (2009)

Perataan Laba (Income Smoothing) Dan Analisis Faktor Faktor yang

mempengaruhinya (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 1.Ukuran perusahaan 2.Profitabilitas 3.Financial Leverage 4.Kepemilikan Instituasional 5.Reputasi auditor

1.Tidak berpengaruh 2.Berpengaruh 3.Berpengaruh 4.Tidak berpengaruh 5.Tidak berpengaruh

6. Edy Suranta dan Pranata Puspita Merdistuti (2009)

Income smoothing,

Tobins’Q, agency problems dan kinerja keuangan

1. Net profit margin

2. OPM 3. ROA 4. Resiko

keuangan 5. Resiko pasar 6. Nilai perusahaan 7. Kepemilikan menejerial 8. Kepemilikan public

1.Tidak berpengaruh 2.Tidak berpengaruh 3.Berpengaruh 4.Berpengaruh 5.Tidak berpengaruh 6.Berpengaruh 7.Berpengaruh 8.tidak berpengaruh


(49)

34

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 7. Dhamar Yudho

Adji dan Aria Farah Mita (2010) Pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, struktur kepemilikan terhadap praktik perataan laba. Studi empiris terhadap perusahaan yang terdaftar di BEI

1.Profitabilitas 2.Resiko keuangan 3.Nilai perusahaan 4.Struktur

kepemilikan

1.Tidak berpengaruh 2.Berpengaruh 3.Berpengaruh 4.Tidak berpengaruh

8. Agus Purwanto (2009)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan go public

di Indonesia

1.Profitabilitas 2.Ukuran

Perusahaan 3.Deviden Payout

Ratio

4.Kelompok usaha

1.Berpengaruh 2.Tidak Berpengaru 3.Berpengaruh 4.Berpengaruh

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Salah satu topik penting dalam penelitian akuntansi adalah perataan laba. Perataan laba merupakan salah satu upaya manajemen untuk melakukan rekayasa laba pada laporan keuangan perusahaan dengan berbagai tujuan yang mendasarinya, salah satunya adalah kepentingan pribadi. Asih dkk (2000) dalam Budiasih (2009) menyatakan bahwa perataan laba adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atau saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham. Praktik perataan laba dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti investor perusahaan. Dengan adanya praktik perataan laba yang dilakukan manajemen perusahaan ini, pihak investor perusahaan tidak memperoleh informasi yang akurat mengenai laba perusahaan yang berguna untuk mengevaluasi investasi dan resiko dari dana yang telah diinvestasikan kepada perusahaan.


(50)

Praktik perataan laba berkaitan erat dengan teori keagenan (agency theory.) Teori ini menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik antara agen dengan principal yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan yaitu pihak principal ingin meningkatkan kemakmurannya sedangkan pihak agen ingin meningkatkan kekayaannya, dan semua pihak tersebut berusaha untuk mencapai dan mempertahankan keinginannya masing-masing. Tindakan perataan laba merupakan upaya yang dilakukan pihak manajemen perusahaan untuk memperoleh kesan yang baik dari pihak ekternal perusahaan. Perataan laba dapat memberikan gambaran bahwa manajemen perusahaan seolah mampu berkerja dengan baik sehingga hal tersebut dapat memunculkan kepercayaan pihak ekternal terhadap perusahaan. Tindakan perataan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan manajemen untuk melakukan perataan laba adalah nilai perusahaan, kebijakan dividen, dan reputasi auditor yang digunakan oleh perusahaan.

Nilai perusahaan mencerminkan kinerja atau keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen perusahaan yang baik. Fama (1978) dalam wahyudi dan pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Hal ini dikarenakan harga pasar saham mengandung harapan mengenai masa depan suatu perusahaan. Para investor dalam menentukan keputusan untuk berinvestasi akan mempertimbangkan nilai perusahaan yang bersangkutan.

Pihak manajemen perusahaan tertarik untuk melakukan perataan laba sebagai cara untuk memaksimalkan kepentingannya yaitu untuk memperoleh


(51)

36

anggapan bahwa manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga pihak principal memiliki kepercayaan terhadap perusahaan tersebut dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan dari suatu perusahaan. Suranta dan Merdistuti (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan berusaha untuk mempertahankan tingginya nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan memiliki kemudahan untuk menarik sumberdaya kedalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba. Adanya dorongan agar dapat mempertahankan tingginya nilai perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan perataan laba untuk meminimalkan fluktuasi laba perusahaan, karena laba perusahaan dapat mempengaruhi tinggi randahnya nilai dari suatu perusahaan. Suranta dan Merdistuti (2009) menemukan bukti bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan perataan laba adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pendanaan perusahaan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan sebagai dividen atau sebagai sumber pendanaan perusahaan. Salah satu pertimbangan investor dalam berinvestasi pada perusahaan adalah dividen. Apabila perusahaan menerapkan pembagian dividen yang rendah dan sebagian besar digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan, hal tersebut akan


(52)

mempengaruhi investor dalam berinvestasi pada perusahaan karena setiap investor mengharapkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan.

Pihak investor perusahaan merupakan pihak yang menolak resiko. Dalam meminimalkan resikonya maka pihak investor lebih menyukai tingkat dividen yang tinggi. Hal ini mendorong pihak manajemen perusahaan untuk menerapkan tingkat dividen yang tinggi. Perusahaan yang menerapkan tingkat dividen yang tinggi akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba. Purwanto (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi perilaku perataan laba karena kebijakan dividen mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan keputusan investor dalam pembelian saham perusahaan. Penerapan tingkat dividen yang tinggi akan memiliki tingkat risiko yang besar apabila terjadi fluktuasi laba pada perusahaan, sehingga hal tersebut menarik minat manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba, agar dapat meminimalkan risiko perusahaan tersebut. Penelitian Budiasih (2009) menemukan bukti bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen untuk melakukan perataan laba adalah reputasi auditor. Auditor menjadi pihak independen antara pihak principal dengan pihak agen atas konflik keagenan yang mereka hadapi. Pihak principal akan percaya pada kebenaran dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan apabila laporan keuangan tersebut telah diaudit. Audit adalah bentuk monitoring yang dilakukan oleh perusahaan. Kualitas auditor biasanya diukur menggunakan reputasi KAP yang dimiliki auditor. Auditor eksternal yang dianggap berkualitas adalah auditor yang tergabung dalam KAP


(1)

Lanjutan Lampiran 9

Block 1: Method = Enter

Iteration History

a,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

PBV

DPR

ReputasiAuditor

Step 1

1

155.649

.287

.078

-.011

-.084

2

155.396

.289

.103

-.012

-.096

3

155.391

.284

.107

-.012

-.099

4

155.391

.284

.107

-.012

-.099

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 161.983

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by

less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

6.592

3

.086

Block

6.592

3

.086

Model

6.592

3

.086

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1

155.391

a

.055

.073

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by

less than .001.


(2)

Lanjutan Lampiran 9

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

PerataanLaba = Tidak

Melakukan Perataan Laba

PerataanLaba = Melakukan

Perataan Laba

Total

Observed

Expected

Observed

Expected

Step 1

1

8

8.005

4

3.995

12

2

7

6.645

5

5.355

12

3

6

6.286

6

5.714

12

4

8

6.047

4

5.953

12

5

6

5.874

6

6.126

12

6

4

5.734

8

6.266

12

7

8

5.513

4

6.487

12

8

2

5.226

10

6.774

12

9

4

4.743

8

7.257

12

10

3

1.926

6

7.074

9

Classification Table

a

Observed

Predicted

PerataanLaba

Percentage

Correct

Tidak Melakukan

Perataan Laba

Melakukan

Perataan Laba

Step 1 PerataanLaba Tidak Melakukan

Perataan Laba

26

30

46.4

Melakukan Perataan

Laba

17

44

72.1

Overall Percentage

59.8

a. The cut value is .500

Hosmer and Lemeshow Test

Step

Chi-square

df

Sig.


(3)

Lanjutan Lampiran 9

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower

Upper

Step 1

a

PBV

.107

.062

2.970

1

.085

1.113

.985

1.257

DPR

-.012

.008

2.582

1

.108

.988

.973

1.003

ReputasiAuditor

-.099

.412

.058

1

.809

.905

.404

2.028

Constant

.284

.416

.465

1

.495

1.328

a. Variable(s) entered on step 1: PBV, DPR,

ReputasiAuditor.

Correlation Matrix

Constant

PBV

DPR ReputasiAuditor

Step 1

Constant

1.000

-.230

-.524

-.492

PBV

-.230

1.000

-.181

-.127

DPR

-.524

-.181

1.000

-.151


(4)

COMPANY REPORT : JANUARY 2012

As of 31 January 2012

Main Board Individual Index :

Industry Sector : Miscellaneous Industry (4) Listed Shares :

Industry Sub Sector : Automotive And Components (42) :

COMPANY HISTORY SHAREHOLDERS (January 2012)

Established Date : 20-Feb-1957 1. Jardine Cycle & Carriage Limited :

Listing Date : 04-Apr-1990

Under Writer IPO : DIVIDEND ANNOUNCEMENT

PT Danareksa Sekuritas Bonus Cash

Securities Administration Bureau : Shares Devidend

PT Raya Saham Registra 100.00

Plaza Central Building 2nd Fl. 150.00

Jln. Jend. Sudirman Kav. 47-48 Jakarta 100.00

Phone : 252-5666 125.00

Fax : 252-5028 100.00

225.00

BOARD OF COMMISSIONERS 1 : 3

Budi Setiadharma 80.00

Akira Okabe *) 90.00

Anthony John Liddell Nightingale 120.00

Benjamin William Keswick 50.00

Chiew Sin Cheok 170.00

Djunaedi Hadisumarto *) 100.00

Erry Firmansyah *) 270.00

Jonathan Chang 100.00

Mark Spencer Greenberg 340.00

Muhamad Chatib Basri *) 150.00

Soemadi Djoko Moerdjono Brotodiningrat *) 290.00

*) Independent Commissioners 160.00

300.00

BOARD OF DIRECTORS 570.00

Prijono Sugiarto 830.00

Angky Tisnadisastra 470.00

Djoko Pranoto 600.00

Gunawan Geniusahardja

Johnny Darmawan Danusasmita ISSUED HISTORY

Simon Collier Dixon

Sudirman Maman Rusdi Type of Listing

Widya Wiryawan 1. First Issue

2. Partial Listing :

AUDIT COMMITTEE 3. Company Listing :

Patrick Morris Alexander 4. Koperasi :

Fred B.G. Tumbuan 5. Right Issue :

Kanaka Puradiredja 6. Bonus Shares

7. CB Conversion :

CORPORATE SECRETARY 8. Stock Split

Gitta Tiffany Boer 9. Right Conversion :

10. Option I :

HEAD OFFICE 11. Option I Conversion :

AMDI Building, Jln. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II 12. Option II Conversion30,903,088 T: 25-May-04 26-Apr-02

: Jakarta - 14330

Phone : (021) 652-2555

Fax : (021) 651-2058, 651-2059 Homepage : www.astra.co.id

Email : gita.tiffanyboer@ai.astra.co.id 2.

3.

24,805,000 04-Apr-90 04-Oct-90 184,893,000

2007 29-Oct-07 30-Oct-07 01-Nov-07 15-Nov-07 11.

2009 16-Jun-10 17-Jun-10 21-Jun-10 05-Jul-10 1.

2.

Date 30,000,000 04-Apr-90 04-Apr-90

Date

14-Nov-08 I F

7. 8.

2010 27-Oct-10 28-Oct-10 01-Nov-10 15-Nov-10 I 3.

2.

5. 6.

03-Jul-09 F

Listing Trading 2008 17-Jun-09 18-Jun-09 22-Jun-09

I 2008 28-Oct-08 29-Oct-08 31-Oct-08

8. 9. 7.

2006 20-Oct-06 30-Oct-06

10.

4.

15-Nov-06 I 2006 14-Jun-07 15-Jun-07 19-Jun-07 03-Jul-07 F 2005 16-Jun-05 17-Jun-05 21-Jun-05

2005 15-Jun-06 16-Jun-06 20-Jun-06 04-Jul-06 F 04-Jul-05

01-Nov-06 6.

5.

Date Date Date 1990

1991

13-Nov-90

1993 13-Jun-94 14-Jun-94 21-Jun-94

1996 30-Jun-97 01-Jul-97 09-Jul-97 3.

4.

1994 22-Jun-95 23-Jun-95 03-Jul-95 Year

1.

12-Nov-91 13-Nov-91 20-Nov-91 16-Dec-91 I 1991 17-Jun-92 18-Jun-92 25-Jun-92 24-Jul-92 F 50.09% 2,027,686,004

13-May-91 10-Jun-91 F

ASII

Astra International Tbk. [S]

5,651.336 4,048,355,314

02-May-91

05-Nov-90 27-Nov-90 I

1990 03-May-91

06-Nov-90

319,415,234,274,600

Date F/I

21-Jul-94 F 1992 01-Jul-93 02-Jul-93 09-Jul-93 09-Aug-93

Cum Ex Recording Payment Market Capitalization

31-Jul-95 F 1993 29-Jul-94 01-Aug-94 08-Aug-94 07-Sep-94 F F

29-Jul-97 F 1995 25-Jun-96 26-Jun-96 04-Jul-96 31-Jul-96

2003 28-Jun-04 29-Jun-04 01-Jul-04 14-Jul-04 F 2003 01-Dec-03 02-Dec-03 04-Dec-03 18-Dec-03 I F

2004 01-Nov-04 02-Nov-04 04-Nov-04 12-Nov-04 F 2005 09-Nov-05 10-Nov-05 14-Nov-05 24-Nov-05 I

1.

8,637,003 T: 16-Oct-00 16-Feb-01 280,837 T: 12-Mar-97 07-Aug-97 1,162,831,237 01-Sep-97 01-Sep-97 262,168,650 T: 24-Apr-00 19-Jan-04 2,500,000 T: 18-Dec-91 31-Dec-99 1,453,219,775 T: 03-Jan-94

2011 26-Oct-11 27-Oct-11 31-Oct-11 14-Nov-11 I

Shares

871,912,800 08-Sep-94 08-Sep-94 18-Dec-91 02-Jan-92 21-Jan-03


(5)

TRADING ACTIVITIES

Freq. Volume Value Month High Low Close (X) (Thou. Sh) (Million Rp) Jan-08 30,250 21,400 27,250 19,595 230,757 6,205,434 20 Feb-08 28,450 24,750 27,850 13,341 123,030 3,306,835 19 Mar-08 27,650 20,000 24,250 21,735 144,278 3,451,102 18 Apr-08 24,700 19,050 20,000 51,637 375,653 7,377,580 22 May-08 22,200 19,600 21,000 24,834 167,925 3,509,617 20 Jun-08 22,000 19,000 19,250 19,810 152,738 3,028,291 21 Jul-08 23,050 19,150 22,550 19,147 116,465 2,390,394 22 Aug-08 22,550 19,350 20,800 9,468 62,216 1,282,815 20 Sep-08 21,650 14,150 17,100 18,795 144,623 2,574,150 21 Oct-08 17,000 6,600 9,350 17,810 178,420 1,969,273 18 Nov-08 13,500 7,800 10,200 26,152 186,894 1,843,787 20 Dec-08 11,650 8,500 10,550 27,271 178,472 1,850,956 19

Jan-00

Jan-09 13,700 10,800 13,000 14,675 137,428 1,734,888 19 Feb-09 13,100 10,550 11,300 19,624 97,220 1,114,621 20 Mar-09 16,000 10,600 14,250 15,798 120,998 1,590,474 20 Apr-09 18,700 14,350 18,000 18,983 160,051 2,493,745 20 May-09 22,300 17,000 20,800 19,964 179,898 3,469,872 20 Jun-09 25,800 20,800 23,800 18,270 181,594 4,245,636 22 Jul-09 29,500 22,650 29,300 21,642 158,450 4,140,599 21 Aug-09 31,950 28,100 30,150 22,416 119,329 3,558,767 20 Sep-09 34,150 28,800 33,350 18,178 80,827 2,534,454 18 Oct-09 35,300 29,950 31,300 27,390 114,924 3,767,551 22 Nov-09 34,500 29,750 32,350 30,398 103,164 3,282,336 20 Dec-09 35,600 31,750 34,700 18,623 64,091 2,147,346 19

Jan-00

Jan-10 36,500 33,200 35,950 22,946 85,776 3,000,682 20 Feb-10 37,050 32,750 36,250 18,048 96,912 3,389,851 19 Mar-10 44,050 35,900 41,900 21,483 114,202 4,525,172 22 Apr-10 48,150 41,900 47,150 28,903 106,447 4,732,781 21 M10 47 150 36 050 43 150 47 944 155 094 6 330 370 19

Da

y

Astra International Tbk. [S]

Closing Price 5 10 15 20 25 30 35 12,500 25,000 37,500 50,000 62,500 75,000 87,500

Jan 08 Jan 09 Jan 10 Jan 11 Jan 12

ASTRA INTERNATIONAL TBK. [S]

JANUARY 2008 - JANUARY 2012 CLOSING PRICE* AND TRADING VOLUME Closing Price* Volume (Mill. Sh) 150% 200% 150% 200%

Jakarta Composite Index Miscellaneous Industry Index Closing Price

CHANGE OF CLOSING PRICE JANUARY 2008 - JANUARY 2012

MISCELLANEOUS INDUSTRY INDEX AND JAKARTA COMPOSITE INDEX

ASII

May-10 47 ,150 36 ,050 43 ,150 47 ,944 155 ,094 6 ,330,370 19 Jun-10 50,250 41,950 48,300 31,878 99,163 4,509,862 22 Jul-10 52,800 45,900 50,700 26,514 88,613 4,334,658 22 Aug-10 51,150 46,250 47,600 43,255 117,841 5,657,856 21 Sep-10 58,000 47,700 56,700 30,503 88,766 4,847,381 17 Oct-10 60,200 55,500 57,000 34,859 84,089 4,815,487 21 Nov-10 58,400 51,750 51,900 38,884 101,694 5,647,237 21 Dec-10 54,900 48,800 54,550 37,913 127,743 6,712,077 20

Jan-00

Jan-11 55,050 45,250 48,900 64,822 188,808 9,245,116 21 Feb-11 53,450 47,400 52,050 38,264 146,051 7,289,652 18 Mar-11 58,250 52,300 57,000 40,364 99,865 5,492,743 23 Apr-11 58,500 53,600 56,150 35,963 91,805 5,134,338 20 May-11 62,150 55,800 58,750 31,103 79,319 4,668,750 21 Jun-11 64,250 55,950 63,550 29,158 74,147 4,395,238 20 Jul-11 75,950 64,600 70,500 35,960 84,447 5,852,767 21 Aug-11 72,750 60,850 66,150 67,327 133,636 9,085,095 19 Sep-11 71,800 55,000 63,650 64,076 121,029 7,758,524 20 SHARES TRADED 2008 2009 2010 2011 Jan-12 Oct-11 70,000 57,300 69,000 51,096 100,835 6,582,050 21 Volume (Million Shares) 2,061 1,518 1,266 1,245 60 Nov-11 72,000 65,500 70,900 40,280 67,618 4,676,338 22 Value (Billion Rp) 38,790 34,080 58,503 74,318 4,672 Dec-11 75,000 68,300 74,000 33,641 57,371 4,137,042 21 Frequency (X) 269,595 245,961 383,130 532,054 31,100 Jan-00

Days 240 241 245 247 21 Jan-12 79,650 73,500 78,900 31,100 60,335 4,672,194 21

Feb-12

Price (Rupiah) Mar-12

High 30,250 35,600 60,200 75,950 79,650 Apr-12

Low 6,600 10,550 32,750 45,250 73,500 May-12

Close 10,550 34,700 54,550 74,000 78,900 Jun-12

Close* 10,550 34,700 54,550 74,000 78,900 Jul-12 Aug-12

PER (X) 4 .65 13.99 15.37 14.11 15.05 Sep-12

PER Industry (X) 2 .32 6 .55 16.08 12.34 13.05 Oct-12

PBV (X) 1 . 2 9 3 . 5 2 4 . 4 8 4 . 2 4 4 . 5 2 Nov-12 Dec-12

* Adjusted price after corporate action

-100% -50% - 50% 100% -100% -50% - 50% 100%

Jan 08 Jan 09 Jan 10 Jan 11 Jan 12 Cos g ce


(6)

Financial Data and Ratios

Public Accountant : Tanudiredja, Wibisana & Rekan (Member of PricewaterhouseCoopers Global Network)

Book End : December

BALANCE SHEET Dec-2007 Dec-2008 Dec-2009 Dec-2010 Dec-2011

(Million Rp except Par Value)

Cash & Cash Equivalents 6,264,894 8,785,000 8,732,000 7,005,000 13,111,000

Astra International Tbk. [S]

ASII

162,500

TOTAL ASSETS AND LIABILITIES (Billion Rupiah) Receivable 6,018,199 6,474,000 25,491,000 23,919,000 23,575,000

Inventories 1,366,949 8,666,000 7,282,000 10,842,000 11,990,000 Current Assets 19,474,163 35,531,000 36,595,000 46,843,000 65,978,000 Fixed Assets 14,127,390 612,000 21,941,000 24,363,000 28,804,000 Other Assets 590,146 612,000 739,000 612,000 1,043,000 Total Assets 63,519,598 80,740,000 88,938,000 112,857,000 153,521,000

Growth (%) 27.11% 10.15% 26.89% 36.03%

- 32,500 65,000 97,500 130,000

Assets Liabilities

Current Liabilities 21,343,163 26,883,000 26,735,000 37,124,000 48,371,000 Long Term Liabilities 10,168,573 13,280,000 13,271,000 17,044,000 29,312,000 Total Liabilities 31,511,736 40,163,000 40,006,000 54,168,000 77,683,000

Growth (%) 27.45% -0.39% 35.40% 43.41%

Minority Interest 5,045,268 7,497,000 9,038,000 9,379,000 - Authorized Capital 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 Paid up Capital 2,024,178 2,024,178 2,024,178 2,024,178 2,024,178 Paid up Capital (Shares) 4,048 4,048 4,048 4,048 4,048

2007 2008 2 009 2010 2011

39 894 49,310

75,838

45,503 60,670 75,838

TOTAL EQUITY (Billion Rupiah)

Par Value 500 500 500 500 500

Retained Earnings 22,069,976 29,027,000 35,586,000 44,731,000 55,628,000 Total Equity 26,962,594 33,080,000 39,894,000 49,310,000 75,838,000

Growth (%) 22.69% 20.60% 23.60% 53.80%

INCOME STATEMENTS Dec-2007 Dec-2008 Dec-2009 Dec-2010 Dec-2011

Total Revenues 70,182,960 97,064,000 98,526,000 129,991,000 162,564,000

Growth (%) 38.30% 1.51% 31.94% 25.06%

26,963 33,080

39 ,894

- 15,168 30,335 5,503

2007 2008 2009 2010 2011

TOTAL REVENUES (Billion Rupiah) Expenses 53,693,688 75,334,000 75,755,000 103,117,000 130,530,000

Gross Profit 16,489,272 21,730,000 22,771,000 26,874,000 32,034,000 Operating Expenses 7,987,786 9,854,000 10,015,000 12,149,000 6,262,000 Operating Profit 8,501,486 11,876,000 12,756,000 14,725,000 25,772,000

Growth (%) 39.69% 7.41% 15.44% 75.02%

Other Income (Expenses) 301,594 1,083,000 1,079,000 1,410,000 - Income before Tax 10,633,605 15,363,000 16,402,000 21,031,000 25,772,000 Tax 2,663,218 4,065,000 3,958,000 4,027,000 4,695,000

70,183

97,064 98,526 129,991

162,564

65,026 97,538 130,051 162,564

TOTAL REVENUES (Billion Rupiah)

Minority Interest -1,451,114 -2 ,107,000 -2,404,000 -2,638,000 - Net Income 6,519,273 9,191,000 10,040,000 14,366,000 21,077,000

Growth (%) 40.98% 9.24% 43.09% 46.71%

RATIOS Dec-2007 Dec-2008 Dec-2009 Dec-2010 Dec-2011

Current Ratio (%) 91. 24 132.17 136.88 126.18 136.40 Dividend (Rp) 160.00 870. 00 830.00 470.00 600.00 EPS (Rp) 1,610.35 2,270.30 2,480.02 3,548.60 5,206.31 BV (Rp) 6,660.14 8,171.22 9,854.37 12,180.25 18,733.04

- 32,513

2007 2008 2009 2010 2011

21,077

21,077

NET INCOME (Billion Rupiah)

DAR (X) 0.50 0.50 0.45 0.48 0.51

DER(X) 1.17 1.21 1.00 1.10 1.02

ROA (%) 16.74 19.03 18.44 18.64 16.79

ROE (%) 39.44 46.44 41.11 42.65 33.98

GPM (%) 23.49 22. 39 23.11 20.67 19.71

OPM (%) 12.11 12. 24 12.95 11.33 15.85

NPM (%) 9.29 9.47 10.19 11.05 12.97

Payout Ratio (%) 9.94 38.32 33.47 13.24 11.52

Yield (%) 0.59 8.25 2.39 0.86 0 .81

6,519

9,191 10,040 14,366

- 4,215 8,431 12,646 16,862

2007 2008 2009 2010 2011

Lanjutan Lampiran 10


Dokumen yang terkait

Pengaruh Collateralizable Assets, Rasio Hutang, dan Reputasi Auditor terhadap Kebijakan Dividen di perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2012-2014

1 25 76

ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DEVIDEN, REPUTASI AUDITORDAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA.

0 4 27

Analisis Pengaruh Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Kinerja Perusahaan Dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI) Tahun 2009-2011.

0 5 13

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2009-2013).

0 3 14

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 20

0 2 14

PENDAHULUAN PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2009-2013).

0 2 11

LANDASAN TEORI PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2009-2013).

0 5 22

BAB V PENUTUP PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2009-2013).

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI).

0 1 10

PENGARUH BIAYA AGENSI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011)

0 1 14