xxxv
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perataan laba merupakan upaya manajemen untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dicapai. Hal ini dilakukan dengan mentransfer surplus laba dari periode kinerja usaha baik ke periode yang kurang baik, menggunakan
berbagai pilihan metode pelaporan akuntansi yang dapat dikendalikan
manajemen tanpa melanggar batas-batas prinsip akuntansi berterima
umum.
b. Konsep yang mendasari Perataan Laba
Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba, oleh karena itu sama seperti manajemen laba, perataan laba dapat dijelaskan
dengan pendekatan teori keagenan agency theory. Jensen dan Meckling 1976 memaparkan teori keagenan ini, yang dapat menjelaskan
hubungan manajemen dengan pemilik modal dengan model kontraktual. Kontrak terjadi antar dua pihak atau lebih, dimana satu pihak
merupakan pihak yang menerima tanggung jawab dan disebut sebagai agent. Sedangkan pihak yang lainnya merupakan pihak yang memberi
wewenang atau disebut principal. Dalam hal ini, manajer merupakan agent dan pemilik modal adalah principal. Pihak pemilik modal berupaya
membatasi penyimpangan dengan memberikan insentif yang cukup untuk manajer dan mengeluarkan biaya pengawasan yang dirancang untuk
membatasi tindakan penyimpangan manajer. Bahkan dalam beberapa situasi pemilik modal bersedia memberi intensif manajer dalam
xxxvi
memanfaatkan sumber daya hanya supaya manajer tidak melakukan tindakan yang membahayakan kepentingan pemilik modal.
Baik pihak agen maupun pihak principal, keduanya ingin memaksimalkan kemakmuran masing-masing berdasarkan informasi
yang dimiliki. Akan tetapi agen sebagai pihak penerima tanggungjawab memiliki informasi yang lebih banyak atau lebih dahulu daripada
principal, hal ini dinamakan asymetry information. Oleh karena itu, muncul peluang bagi pihak agen untuk melakukan disfunctional behavior
atau tindakan yang melanggar kontrak, yang hanya bertujuan untuk memaksimalkan kemakmurannya sendiri. Misalnya, jika insentif atau
kompensasi manajemen sebagai pihak agen didasarkan pada laba yang dilaporkan, maka manajemen cenderung melaporkan laba yang tinggi
agar memperoleh kompensasi yang lebih tinggi. Meskipun kenyataanmya laba yang dihasilkan rendah.
Menurut Athanasakou, Strong, dan Walker 2006 tindakan perataan laba muncul dari perilaku yang rasional berdasarkan asumsi
bahwa: 1Manajer berusaha memaksimalkan utilitasnya.
2Utilitas manajer bergantung pada nilai perusahaan dan kepuasan pemegang saham.
3Kepuasan pemegang saham dan harga saham akan meningkat dengan adanya peningkatan dan stabilitas laba.
xxxvii
Menurut Fudenberg dan Tirole 1995 dalam Salno dan Baridwan 2000, konsep perataan laba mengasumsikan bahwa investor adalah
orang yang menolak risiko. Manajer juga menolak risiko, yaitu manajer yang menghindari pinjaman di pasar modal, sehingga manajer terdorong
untuk melakukan praktik perataan laba agar modal dari ekuitas lebih terjamin. Dye, 1988 dalam Salno dan Baridwan, 2000.
c. Dimensi Perataan Laba