27
III. Keragaan  Karakter  Agronomi  Galur  -  Galur  Sorgum,  UPCA  S1,
Numbu di Tanah Masam
Pertumbuhan  tanaman  dapat  diukur  dengan  berbagai  cara  diantaranya adalah  dengan  mengukur  karakter  agronomi.  Karakter  agronomi  yang  diamati
pada  percobaan  ini  antara  lain  diameter  batang,  tinggi  tanaman,  bobot  biomasa, umur berbunga 50 dan umur panen 80.
Tabel 4. Keragaan karakter agronomi galur - galur sorgum, UPCA S1 dan Numbu di tanah masam.
No. Galur
Diameter batang cm
Tinggi tanaman cm
Bobot biomasa g
1. NUP-4-3
1.14 147.96
b
228.50 2.
NUP-4-8 1.20
a
180.50
a
257.33
a
3. NUP-17-10
1.27
a
175.62
ab
267.33
a
4. NUP-32-8
1.38
a
224.74
ab
375.00
ab
5. NUP-39-10
1.20
a
183.26
a
283.50
a
6. NUP-48-2
1.45
ab
197.87
a
355.67
a
7. NUP-82-3
1.27
a
179.27
a
277.83
a
8. NUP-89-3
1.18 163.38
251.50
a
9. NUP-118-3
1.63
ab
206.42
a
457.33
ab
10. NUP-118-7
1.15 146.28
ab
211.33 11.
NUP-124-7 1.11
181.05
a
216.00
a
12. NUP-139-1
1.22
a
166.91 252.33
a
13. NUP-139-5
1.35
ab
169.54
a
300.67
a
14. NUP-151-3
1.11 169.21
236.67
a
15. NUP-156-8
1.23
a
181.36
a
257.51
a
16. NUP-159-9
1.07 181.13
a
200.73 17.
NUP-166-6 1.15
a
154.09 215.33
Rataan galur 1.24
176.98 273.20
18. UPCA S1a
1.03 146.49
149.83 19.
Numbub 1.22
182.39 266.50
Keterangan:  angka  yang  diikuti  huruf  a  dan  b  menunjukkan  berbeda  nyata  dengan pembanding UPCA S1 a dan Numbu b berdasarkan uji-t taraf 5.
Diameter  batang  diamati  saat  vegetatif  maksimum.  Diameter  batang diukur pada ruas ketiga. Tinggi tanaman dan bobot biomasa diukur ketika  panen.
Tinggi  tanaman  diukur  dari  atas  permukaan  tanah  hingga  ujung  malai,  bobot
28 biomasa  ditimbang  langsung  saat  panen  tanpa  dijemur  terlebih  dahulu.  Umur
berbunga  50,  dihitung  ketika  50  tanaman  dalam  satu  satuan  percobaan  telah berbunga.  Umur  panen  80  sorgum  ditentukan  dengan  cara  menggigit  biji
sorgum, apabila telah terasa tepungnya maka sorgum siap untuk dipanen.
Diameter Batang
Batang  merupakan  organ  tempat  berlangsungnya  fotosintesis  dan cadangan  makanan  Brown,  1988.  Diameter  batang  besar  menunjukkan
akumulasi  hasil  fotosintesis  yang  besar  sebagai  cadangan  makanan  dalam pembentukan biji Goldsworthy and Fisher, 1992.
Diameter batang  pada percobaan ini berkisar  1.07 - 1.63 cm  dengan nilai tengah  1.24  cm,  sedangkan  galur  pembanding  UPCA  S1  1.03  dan  Numbu
1.22  cm.  Galur  NUP-4-8,  NUP-17-10,  NUP-32-8,  NUP-39-10,  NUP-48-2, NUP-82-3, NUP-118-3, NUP-139-1, NUP-139-5, dan NUP-156-8 adalah galur
yang memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan tetua peka tanah masam UPCA  S1.  Galur  NUP-48-2,  NUP-118-3  dan  NUP-139-5  memiliki  diameter
batang  lebih  besar  dibandingkan  tetua  toleran  tanah  masam  Numbu  Tabel  4. Diameter  batang  yang  kecil  cenderung  mudah  rebah  dan  dapat  menyebabkan
berkurangnya hasil Okiyo et al., 2010.
Tinggi Tanaman
Pertumbuhan  selalu  diidentikan  dengan  pertambahan  jumlah,  ukuran maupun  bobot  Brown,  1988.  Dalam  percobaan  ini  diperoleh  tinggi  tanaman
pada  galur  -  galur  sorgum  yang  diuji  berkisar  146.28  -  224.74  cm  dengan  nilai tengah  176.98  cm  Tabel  4,  sedangkan    galur  -  galur  sorgum  hasil  seleksi  pada
penelitian sebelumnya memiliki kisaran tinggi tanaman 170 - 180 cm dengan nilai tengah 175 cm.
Perbedaan  tinggi  tanaman  antara  galur  -  galur  yang  diuji  dan  benih  galur yang terseleksi dapat diakibatkan oleh perbedaan pH tanah. Galur yang terseleksi
ditanam  di  tanah masam  Tenjo  pada pH  4.8 - 5.4 Puspitasari, 2011, sedangkan galur - galur sorgum yang diuji  ditanam di tanah masam Bagoang pada pH lebih
29 rendah berkisar pH 4.4 - 5.2.  Namun  nilai tengah galur - galur yang diuji dengan
nilai tengah benih sorgum yang terseleksi tidak berbeda jauh 176.98 cm dan 175 cm.
Kisaran  nilai  tinggi  tanaman  pada  galur  -  galur  yang  diuji  diharapkan disebabkan  oleh  perbedaan  sifat  toleransinya  terhadap  tanah  masam  karena
galur  -  galur  yang  diiuji  merupakan  galur  -  galur  terbaik  hasil  seleksi  dari penelitian  sebelumnya.  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Flores  et  al.  1991
menunjukkan bahwa tinggi tanaman sorgum pada hibrida hasil persilangan antara tetua yang peka tanah masam lebih pendek dibandingkan hibrida hasil persilangan
tetua  yang  tahan  tanah  masam  pada  kejenuhaan  Al  tinggi.  Perbedaan  ini disebabkan  karena  adanya  interaksi  antara  gen  yang  mengontrol  tinggi  tanaman
sorgum dan karena adanya efek dari kejenuhan Al yang tinggi sehingga tanaman yang  kerdil  merupakan  gejala  utama  tanaman  peka  terhadap  cekaman  tanah
masam. Galur  NUP-4-8,  NUP-17-10,  NUP-32-8,  NUP-39-10,  NUP-48-2,
NUP-82-3, NUP-118-3, NUP-124,7, NUP-139-5, NUP-156-8 dan NUP-159-9 memiliki  nilai  tengah  tinggi  tanaman  lebih  tinggi  dibandingkan  UPCA  S1
Tabel 4. Galur NUP-32-8 merupakan galur yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dari Numbu. Namun ciri varietas unggul yang dikehendaki pada pemuliaan
sorgum bukanlah tanaman yang tinggi melainkan tanaman dengan tinggi tanaman berkisar 100 - 140 cm Roesmarkan et al.,1985.
Tinggi  tanaman  yang  dikehendaki  pada  penelitian  ini  adalah  tinggi tanaman  yang  lebih  rendah  dibandingkan  pembanding  UPCA  S1,  berdasarkan
uji-t  hanya  satu  galur  yang  memiliki  tinggi tanaman  lebih  rendah  dibandingkan
UPCA  S1  yaitu  NUP-118-7.  Namun  galur  NUP-4-3  dan  galur  NUP-166-6 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan pembanding UPCA S1 sehingga ketiga
galur ini berpotensi untuk dikembangkan. Percobaan  Sungkono  di  Lampung  2010  menunjukkan  bahwa  petani
menempatkan  tingkat  kerebahan  sebagai  karakter  seleksi  pertama  artinya  petani tidak akan menanam sorgum yang mudah rebah. Tingkat kerebahan berhubungan
dengan tinggi tanaman, selain itu batang yang terlalu tinggi diduga boros asimilat dan menyebabkan pertumbuhan batang bersaing dengan perkembangan malai dan
30 ini  akan  membatasi  pertumbuhan  malai  karena  berhubungan  dengan
keseimbangan sink dan source Goldworthy dan Fisher, 1992. Hasil sorgum akan berkurang  sebesar  18  ketika  terjadi  rebah  pada  saat  berbunga  dan  dapat
meningkat menjadi 30 ketika terjadi patah pada batang Maranville dan Clegg, 1984.
Bobot Biomasa
Bobot  biomasa  merupakan  karakter  seleksi  yang  penting  di  tanah  masam karena  mewakili  akumulasi  pertumbuhan  dan  perkembangan  fase  vegetatif
Sungkono, 2009. Produksi biomasa yang rendah dapat menyebabkan hasil yang rendah Peng et al., 2004.
Bobot  biomasa  diperoleh  dengan  menimbang  seluruh  bagian  tanaman kecuali  akar.  Dalam  percobaan  ini  diperoleh  kisaran  bobot  biomasa
200.73 - 457.33 g dengan nilai tengah  273.2 g lebih rendah dibandingkan benih sorgum  hasil  seleksi  pada  percobaan  sebelumnya  yang  memiliki  nilai  tengah
bobot  biomasa  534  g.  Penurunan  nilai  bobot  biomasa  juga  terjadi  pada pembanding UPCA S1 dan Numbu. UPCA S1 memiliki bobot biomasa 149.83 g
dan  Numbu  266.50  g  pada  percobaan  ini  lebih  rendah  dibandingkan  penelitian sebelumnya di tanah masam dimana UPCA S1 memiliki bobot bomasa 298 g dan
Numbu  439  g  Puspitasari,  2011.  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Tan  dan Keltjens 1990 menunjukkan bahwa tingkat Al 0.4 mg Al L
-1
dapat menyebabkan bobot biomasa sorgum berkurang sekitar 64 - 77.
Galur  NUP-4-8,  NUP-17-10,  NUP-32-8,  NUP-39-10,  NUP-48-2, NUP-82-3,  NUP-89-3,  NUP-118-3,  NUP-124-7,  NUP-139-1,  NUP-139-5,
NUP-151-3, NUP-156-8 memiliki bobot biomasa lebih besar dibandingkan galur peka tanah masam UPCA S1. Galur NUP-32-8 dan NUP-118-3 merupakan galur
yang memiliki bobot biomasa lebih besar dibandingkan Numbu Tabel 4.
Keragaan Umur Berbunga dan Umur Panen
Berdasarkan uji-t Tabel 5 karakter umur berbunga 50 dan umur panen 80  dalam  satuan  percobaan  tidak  berbeda  dengan  UPCA  S1  dan  Numbu.
31 Galur  -  galur  sorgum  yang  diuji    memiliki  umur  berbunga  50  berkisar
64  - 87.67 HST dengan  rata-rata 72.61 HST, sedangkan pembanding UPCA S1 memiliki umur berbunga 76 HST dan Numbu 69.67 HST.
Tabel  5. Keragaan umur berbunga dan umur panen  galur  -  galur sorgum, UPCA S1 dan Numbu di   tanah masam.
No.  Galur Umur berbunga 50
Umur panen 80 1.
NUP-4-3 87.67
113.33 2.
NUP-4-8 68.67
109.33 3.
NUP-17-10 75.00
96.67 4.
NUP-32-8 76.00
105.33 5.
NUP-39-10 64.00
101.33 6.
NUP-48-2 79.67
113.33 7.
NUP-82-3 69.00
113.00 8.
NUP-89-3 68.67
101.33 9.
NUP-118-3 64.67
106.00 10.  NUP-118-7
74.00 108.67
11.  NUP-124-7 73.33
97.33 12.  NUP-139-1
70.50 102.50
13.  NUP-139-5 69.50
99.50 14.  NUP-151-3
71.33 102.67
15.  NUP-156-8 87.00
103.67 16.  NUP-159-9
68.33 116.67
17.  NUP-166-6 67.00
104.00 Rata-rata
72.61 105.69
18.  Numbu 69.67
110.67 19.  UPCA S1
76.00 103.50
Keterangan: semua galur memiliki umur berbunga dan umur panen tidak berbeda nyata dengan pembanding UPCA S1 dan Numbi pada taraf 5 berdasarkan uji-t.
UPCA  S1  mengalami  masa  berbunga  lebih  lama  dibandingkan  deskripsi varietasnya  yaitu  55  -  60  HST,  sedangkan  Numbu  tidak  berbeda  jauh  dengan
deskripsi  varietasnya  yaitu  69  HST  Lampiran  4.  Hal  ini  karena  UPCA  S1 merupakan  varietas  peka,  sedangkan  Numbu  merupakan  varietas  yang  toleran
terhadap  tanah  masam.  Percobaan  ini  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan oleh Flores et al. 1991 yang menunjukkan bahwa tetua dan turunan F2 Hibrida
32 sorgum  yang  peka  terhadap  kejenuhan  Al  tinggi  mengalami  penundaan  waktu
berbunga dibandingkan Al rendah. Berdasarkan Laporan Akhir Tahunan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman
Pangan  19992000  dalam  Yusro  2001.  Terdapat    delapan  galur  yang  memiliki umur  berbunga  dengan  klasifikasi  sedang  61  -  70  HST,  tujuh  galur  berumur
dalam 71 - 80 HST dan dua galur sangat dalam 85 HST. Galur yang memiliki umur  berbunga  sedang  yaitu  NUP-4-3,  NUP-39-10,  NUP-82-3,  NUP-89-3,
NUP-118-3, NUP-139-5, dan NUP-159-9. Galur  -  galur  sorgum  yang  diuji  memiliki  umur  panen  80  berkisar
96.67  -  116.67  HST  dengan  nilai  tengah  105.69  HST,  sedangkan  UPCA  S1 103.50  HST  dan  Numbu  110.67  HST.  Numbu  dan  UPCA  S1  yang  diuji
mengalami umur panen yang lebih lama dibandingkan deskripsi varietasnya yaitu 90-100 HST untuk UPCA S1 dan 100-105 HST untuk Numbu.
Berdasarkan Laporan Akhir Tahunan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Pangan  19992000  dalam  Yusro  2001  menunjukkan  bahwa  galur  -  galur  yang
diuji memiliki umur panen sedang sampai sangat dalam. Terdapat tiga galur yang memiliki  umur  panen  sedang  91-100  HST  yaitu  NUP-17-10,  NUP-124-7,
NUP-139-5, sepuluh galur berumur dalam 101-110 HST dan empat galur sangat dalam 110.
Ciri varietas unggul yang dikehendaki pada pemuliaan sorgum antara lain umur  yang  genjah  berkisar  70  -  80  HST,  dengan  asumsi  lebih  cepat  panen
Roesmarkan  et  al.,  1985, namun  seluruh  galur  yang  diuji  di  tanah  masam
memiliki umur panen diatas 90 HST.
IV. Keragaan  Komponen  Hasil  dan  Hasil  Galur  -  Galur  Sorgum,