presidensialisme,  sekaligus  berkontribusi  secara  positif  dalam  penyederhanaan  dan pelembagaan sistem kepartaian.
5.  Pandangan  lain  menyebutkan  bahwa  keserentakan  pelaksanaan  pemilu  merupakan  suatu
formula alternatif bagi perubahan sistem politik dan pemerintahan, hal ini didasarkan pada pengalaman  dan  upaya  untuk  mengatasi  berbagai  problematika  yang  ada;  1  menjadi
dasar  bagi  terealisasinya  sistem  pemerintahan  presidensialisme  yang  kuat  dan  stabil;  2 memfasilitasi  munculnya  penyederhanaan  sistem  kepartaian,  melalui  pemberian  insentif
bagi  partai  politik  untuk  membangun  budaya  dan  pelembagaan  politik  demokratis  yang berkelanjutan  Aliansi,  Koalisi,  Gabungan,  dan  atau  Merger;  3  mendorong
pembentukan  parlemen  yang  lebih  efektif;  4  Menciptakan  sistem  pemilihan  yang  lebih sederhana,  waktu  yang  singkat,  sekaligus  biaya  murah  baik  dalam  pemilu  legislatif
maupun  pemilihan  presiden;  5  Menciptakan  ruang  bagi  munculnya  fokus  isu  dalam pemilu,  mana  yang  merupakan  isu  nasional  dan  mana  isu  lokal;  5  Membuka  ruang
partisipasi  bagi  menguatnya  preferensi  dan  strategi  rakyat  pemilih  pada  pemilu berdasarkan  isu  lokal  maupun  nasional;  6  Agar  tujuan-tujuan  diatas  dapat  terealisir
secara  efektif,  maka  sistem  Pemilihan  Presiden
runnof  with  a  reduced  threshold
mayoritas  bersyarat  merupakan  pilihan  utama.  Adapun  persyaratan  yang  diterapkan adalah;  pasangan  Presiden-Wakil  Presiden  terpilih  pada  putaran  pertama,  jika  meraih  45
persen suara dengan jarak 5 persen dari kandidat kedua, atau 40 persen suara dengan jarak 10 persen suara dari kandidat kedua.
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Sedangkan tahapan penelitian tahun kedua yang akan dilakukan adalah: Melakukan analisis terhadap penataan pemilu nasional serentak dengan melakukan
Focus Group  Discussion
FGD  dengan  mengundang  perwakilan  dari  Pemerintah,  Dewan Perwakilan  Rakyat,  Komisi  Pemilihan  Umum,  Bawaslu  dan    Partai  Politik,  dan
pemerhati pemilu lainnya. Melakukan  analisis  terhadap  penataan  pemilu  nasional  serentak  dalam  perspektif  hukum
dan  politik  dengan  melakukan    wawancara  dengan  ahli  hukum  tata  negara,  pakar Politik Pemilu, Jaringan Masyarakat Pemantau Pemilu.
Melakukan  studi  banding  di  Negara  Filipina,  sebagai  satu-satunya  negara  tetangga  yang menggunakan sistem presidensiil dengan multi partai dan pemilu serentak
Merumuskan  rekomendasi  tentang  kebijakan  pemilihan  umum  nasional  serentak  2019 yang ideal dalam perspektif hukum dan politik.
Hambatan yang ditemui adalah masalah waktu yang kurang optimal dalam mensinkronkan tim peneliti