Dalam praktik ketatanegaraan Brazil, bahwa sistem presidensial-nya dianggap sebagai

presidensialisme, sekaligus berkontribusi secara positif dalam penyederhanaan dan pelembagaan sistem kepartaian.

5. Pandangan lain menyebutkan bahwa keserentakan pelaksanaan pemilu merupakan suatu

formula alternatif bagi perubahan sistem politik dan pemerintahan, hal ini didasarkan pada pengalaman dan upaya untuk mengatasi berbagai problematika yang ada; 1 menjadi dasar bagi terealisasinya sistem pemerintahan presidensialisme yang kuat dan stabil; 2 memfasilitasi munculnya penyederhanaan sistem kepartaian, melalui pemberian insentif bagi partai politik untuk membangun budaya dan pelembagaan politik demokratis yang berkelanjutan Aliansi, Koalisi, Gabungan, dan atau Merger; 3 mendorong pembentukan parlemen yang lebih efektif; 4 Menciptakan sistem pemilihan yang lebih sederhana, waktu yang singkat, sekaligus biaya murah baik dalam pemilu legislatif maupun pemilihan presiden; 5 Menciptakan ruang bagi munculnya fokus isu dalam pemilu, mana yang merupakan isu nasional dan mana isu lokal; 5 Membuka ruang partisipasi bagi menguatnya preferensi dan strategi rakyat pemilih pada pemilu berdasarkan isu lokal maupun nasional; 6 Agar tujuan-tujuan diatas dapat terealisir secara efektif, maka sistem Pemilihan Presiden runnof with a reduced threshold mayoritas bersyarat merupakan pilihan utama. Adapun persyaratan yang diterapkan adalah; pasangan Presiden-Wakil Presiden terpilih pada putaran pertama, jika meraih 45 persen suara dengan jarak 5 persen dari kandidat kedua, atau 40 persen suara dengan jarak 10 persen suara dari kandidat kedua.

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Sedangkan tahapan penelitian tahun kedua yang akan dilakukan adalah: Melakukan analisis terhadap penataan pemilu nasional serentak dengan melakukan Focus Group Discussion FGD dengan mengundang perwakilan dari Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, Komisi Pemilihan Umum, Bawaslu dan Partai Politik, dan pemerhati pemilu lainnya. Melakukan analisis terhadap penataan pemilu nasional serentak dalam perspektif hukum dan politik dengan melakukan wawancara dengan ahli hukum tata negara, pakar Politik Pemilu, Jaringan Masyarakat Pemantau Pemilu. Melakukan studi banding di Negara Filipina, sebagai satu-satunya negara tetangga yang menggunakan sistem presidensiil dengan multi partai dan pemilu serentak Merumuskan rekomendasi tentang kebijakan pemilihan umum nasional serentak 2019 yang ideal dalam perspektif hukum dan politik. Hambatan yang ditemui adalah masalah waktu yang kurang optimal dalam mensinkronkan tim peneliti