RESPON KOREA UTARA TERHADAP LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN TAHUN 2010

(1)

SKRIPSI

RESPON KOREA UTARA TERHADAP LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN TAHUN 2010

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

NICHO PRASETYO NIM : 09260098

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur yang tak terhingga pada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sumber segala ilmu pengetahuan. Shalawat serta salam untuk junjungan kita Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke arah kebaikan dan kedamaian.

Karya tulis ilmiah atau skripsi ini membahas mengenai permasalahan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang terfokus pada konflik militer 23 November 2010. Konflik itu terjadi paska insiden Cheonan dan serangkaian latihan militer yang diadakan oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan. Latihan tersebut dianggap sebagai kamuflase untuk menyerang Korea Utara yang kemudian ditandai dengan penembakan artileri ke wilayah perairan Korea Utara oleh Korea Selatan dari Pulau Yeonpyeong. Merasa keamanan nasionalnya terancam, Korea Utara segera membalas serangan tersebut. Dengan teori immediate deterrence, peneliti ingin menjelaskan mengapa Korea Utara bertindak seperti itu.

Namun peneliti merasa bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kebaikan penelitian ini sehingga layak dijadikan sebuah rujukan karya ilmiah lainnya dan berimplikasi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu hubungan internasional dan studi kawasan Asia Timur.

Malang, 3 Mei 2014


(7)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah hadir dalam kehidupanku; kepada mereka yang membawa angin segar perubahan; kepada mereka yang penuh kasih; kepada mereka yang senantiasa memotivasi; kepada mereka yang mengajari arti kehidupan; kepada mereka yang berarti; dan kepada mereka yang aku sayangi, aku cintai.

Ibu ku, Suliani, seperti udara kasih yang engkau berikan. Seorang yang rela berbaju seadanya demi studi anaknya. Ibu, engkaulah gambar kesederhanaan. Meski Ibu sudah tak ada di dunia, doa dan jiwamu masih melekat di diriku. Ibu, aku rindu...

Bapak ku, Sunaryo, keriput tulang pipimu gambaran perjuangan, bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari. Seseorang yang sejatinya baru aku kenali belakangan ini. Seseorang yang tak pernah „memperlihatkan’ kasih sayangnya yang begitu dalam. Pak, ijinkan aku untuk menjadi seorang yang dapat disyukuri kehadirannya yang

mampu membuatmu bangga. Engkaulah lelaki yang paling ku hormati, ku banggakan, dan ku cintai di dunia ini. You are my best Daddy...

Mbakyu ku, Ninik Ari Kristiani & family, terima kasih untuk setiap cucuran keringatmu yang membantuku meraih mimpi. Aku berhutang budi padamu Mbakyu.

Kang Mas ku, Deddy Kristianto, S.Tp, seorang yang aku banggakan, yang ingin aku „kejar’ (meski tak pernah bisa mengejarnya). Terima kasih untuk segala pengorbananmu dengan menungguku segera lulus. Maaf, beribu maaf tak kan mampu mengobati penyesalanku yang tak bisa segera lulus ketika ragamu masih di sini. Saiki wayahku nerusno

perjuanganmu sam.

Adik ku, Roby Oktaviano Prasetyo, pecinta Smack Down sejati. Thanks sudah buat „gebrakan’ yang menyadarkanku untuk segera lulus. Semoga gak niru Mas e iki, ndang lulus seperti targetmu, 3,5 tahun... Mas Angga Danuargo, sahabat sejati mendiang Mas Deddy, thanks nasihatnya dan sudah menjadi “pengganti” Almarhum yang selalu ngejar kelulusan adiknya. Thanks juga sudah berkenan bercerita tentang siapa sebenarnya Almarhum yang membuatku semakin bersemangat kembali.


(8)

Guru ku, Pak Victory Pradhitama, terima kasih untuk bimbingan mental dan ilmu darimu. Pak Suyatno, guru yang selalu menginspirasi dan mengajari cara memandang suatu masalah. Pak Ruly Inayah Ramadhoan, terima kasih atas bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Nanti kita mancing lagi ya Pak. Pak Tonny Dian Effendi, terima kasih sudah mengenalkan saya dengan Asia Timur sebagai cikal bakal terciptanya skripsi ini dan terima kasih untuk bimbingan skripsinya. Bu Ayushia Kusuma, dosen tercantik yang pernah ada di HI, terima kasih untuk saran dan kritikanmu atas proposal skripsiku. Bu Yuli Kesos, terima kasih untuk pecutan motivasinya dan maaf tak bisa segera lulus seperti apa yang Ibu harapkan di awal 2013. Pak Syaprin Zahidi & Pak Hafid Adim Pradana, thanks sudah berkenan memberi kritikan atas skripsi ini.

Arya Kanda & Derry Sefriansyah, SE., dua sejoli sejak SMA (guyon rek... hha), yang telah memberi semangat untuk aku segera menyelesaikan skripsiku dan kemudian kembali berjuang bersama-sama kembali untuk mendapatkan pekerjaan dan membangun masa depan. Semoga kalian cepet dapet kerja kawan..

Ganar Timur, si kriwul acak adul yang membawa angin kesegaran pada jiwa yang tengah rapuh. Terima kasih untuk pengalaman spiritualnya dan thanks

juga untuk segalanya kawan. Semoga segera lulus dan membanggakan orang tuamu...

Rizki Adi Nugroho, teman SMP yang kembali dipertemukan di bangku perkuli-ahan, sang maniak Moto GP.

Thanks sobat, untuk segala kebaikanmu, berteduh di rumahmu ketika menunggu jam kuliah...

Muhammad Benjamin dan Mama nya, sahabat sejak SD, thanks motivasi dan tegurannya untuk segera lulus. Dari teguran ibumu, aku jadi merasa bahwa Ibu ku sendiri yang menegur.

Pasutri, Ferry Jubair & Wahdlatul Aulia, danke schone für dass mein Kamerad der Regenbogen bringen zur mein Leben. Jij bent keygek Ferry... hhaha


(9)

Khoirul Amin, S.IP & Najamuddin Khairurrijal, S.IP, bagiku, kalian adalah sahabat yang selalu menginspirasiku dalam segala hal, terutama bidang akademik, thanks untuk

„setrum’ annya kawan. Nanti aku susul kalian berdua. Aulia Akmalia, thanks nasihat

keibuanmu sehingga aku bisa mengejar impianku untuk segera lulus. Terima kasih juga untuk kawan-kawan HI 2009: Bunga, Rara, Thea, Lisvy, Epo, Widya, Widad, Trisna, Ayu Muslimah, Awik, Sigit, Makhrus, Sholeh, Tata, Uwik, Mbak Cuwi, Lestari, Intan, Risco dan lainnya. Kenangan bersama kalian tak kan pernah aku lupakan.

Aditya Maulidana, S.IP, hampir setengah jam kamu memarahi dan menceramahiku untuk segera lulus Dit. Xie xie Adit... hhe HIMAHI 2010, Mbak Shanah, Haryo Prasodjo, Idan, Yuyun, Rara, dan kawan-kawan lainnya. Bersama kalian adalah suatu momen kebersamaan yang tak

tergantikan... Faikha Fairuz Firdhausi, thanks untuk segala nasihatnya dan juga dasi nya ya Mbak... hhe

Kakanda & Ayunda, Mas Viki, Bang Erry Mega Herlambang, Kak Dyah, Mbak Fitri, Mbak Astri. BEMFA 2010, Mas Fredy, Mbak Lemu-Elmo, Mbak April, dan kawan-kawan lainnya. Thanks sudah diijinkan untuk menjadi „freelancer’ dalam beberapa kegiatan. Bersama kalian adalah sesuatu yang mengasyikkan.

Adik-adik tingkatku, Tria Adha, Qurota ‘Ayun (Ocha gendut), Syarif, thanks sudah ngejar-ngejar nanyain “sudah bab berapa Mas?”, “kapan wisuda?” dll. Thank to Ummul Khasanah sudah meminjamkan flashdisk di saat genting. Thanks to Abi, penjaga lab HI anyar yang baik hati dengan kerelaan memijat pundakku dikala lelah menatap laptop... hhe


(10)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Skripsi... i

Lembar Pengesahan... ii

Berita Acara Bimbingan... iii

Pernyataan Orisinalitas... iv

Kata Pengantar... v

Lembar Persembahan... vi

Abstraksi... ix

Abstract... x

Daftar Isi... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 5

1.3Tinjauan Pustaka... 5

1.4Landasan Pemikiran... 11

1.4.1 Kerangka Teori dan Konsep... 11

1.4.1.1Immediate Deterrence... 11

1.4.1.2Konsep Aliansi... 20

1.5Metode Penelitian... 22

1.5.1 Metodologi Hubungan Internasional... 22

1.5.1.1Tingkatan Analisa... 23

1.5.1.2Jenis Penelitian... 23

1.5.2 Metodologi Penelitian Sosial... 23

1.5.2.1Teknik Pengumpulan Data... 23

1.5.2.2Teknik Analisa Data... 25

1.5.2.3Jenis Penelitian... 25

1.5.3 Ruang Lingkup Pembahasan... 26

1.5.3.1Batasan Materi... 27

1.5.3.2Batasan Waktu... 27

1.6Hipotesa... 27

1.7Sistematika Penulisan... 28

BAB II LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN 2.1 Latihan Militer Amerika Serikat-Korea Selatan... 31

2.1.1 Latar Belakang... 32

2.1.2 Gambaran Latihan Militer... 39

2.1.3 Tujuan Latihan Militer... 44


(11)

BAB III ANALISA RESPON KOREA UTARA TERHADAP LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN TAHUN 2010

3.1 Penembakan Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara... 49 3.2 Penembakan Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara Sebagai Bentuk Respon Immediate Deterrence... 55 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan... 65 4.2 Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA... xii


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur Buku

Burchill, Scott dan Andrew Linklater dkk. 2005. Theories of international relations, 3rd ed. Hampshire: Palgrave MacMillan.

Danilovic, Vesna. 2002. When The Stake Are High: Deterrence and Conflict Among Major Powers. USA: The University of Michigan Press.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: LP3ES.

Morgan, Patrick M. (1977). Deterrence : A Conceptual Analysis. California: Sage Publication, Inc.

Morgan. Patrick M. (2003). Deterrence Now. Cambridge: University of Cambridge Press.

Waltz, Kenneth. 1979. The Theory of International Politics. Canada: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Zagare, Frank C. dan D. Marc Kilgour, 2000, Perfect Deterrence, New York : Cambridge University Press

Karya Tulis Ilmiah

Between the U.S. and the Republic of Korea Regarding the Mutual Defense Treaty. Signed at Washington October 1, 1953. Entered into force November 17, 1954, dalam

http://photos.state.gov/libraries/korea/49271/p_int_docs/p_rok_60th_int_14.pdf, (diunduh 24 Oktober 2013, 11.09 WIB).

Bruce E. Bechtol Jr., The Implication of the Cheonan Sinking: A Security Studies Perspective, International Journal of Korean Unification Studies, Vol. 19 No. 2, 2010, KINU,

http://www.marineclub.com/calendar/content/BruceBechtolIJKUS.pdf, (diunduh 10 Januari 2014, 09.02 WIB).

Bruce E. Bechtol, Maintaining a Rogue Military: North Korea’s Military Capabilities and Strategy at the End of Kim Jong-Il Era, International Journal of Korean Studies, Volume XVI No. 1, dalam http://www.icks.org/publication/pdf/2012-SPRING-SUMMER/8.pdf (diunduh 13 Februari 2014, 13.27),


(13)

James Blackwell. Deterrence at the Operational Level of War. Dalam

http://www.au.af.mil/au/ssq/2011/summer/blackwell.pdf (diunduh 04 Juni 2011) Congressional Research Services, 15 Mei 2012, U.S.-South Korea Relations,

http://fpc.state.gov/documents/organization/191602.pdf (diunduh 28 Oktober 2013, 13.23 WIB).

Ellen Kim, The Year in Review: South Korea in 2010, CSIS, dalam

http://csis.org/files/publication/110113_korea_platform.pdf, 13 Januari 2011, (diunduh 13 Februari 2014, 13.32 WIB).

International Crisis Group. Asia Report. 23 Desember 2012. North Korea: The Risks of War in The Yellow Sea. Di unduh melalui

http://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/DPRK%20198%20North%20Korea%20---%20The%20Risks%20of%20War%20in%20the%20Yellow%20Sea.pdf

(diakses 10 April 2012, 16.30 WIB).

Ken E. Gause, North Korean Calculus in the Maritime Environment, CNA,

http://www.cna.org/sites/default/files/research/COP-2013-U-005210-Final.pdf

(diunduh 28 Januari 2014, 12.40 WIB).

Mark E. Manyin, dkk, November 2011, U.S.-South Korea Relation.

http://www.fas.org/sgp/crs/row/R41481.pdf, (diunduh 10 April 2012, 16.40 WIB).

Mark E. Mayin, North Korea: Back on the Terrorism List?, dalam

https://www.fas.org/sgp/crs/row/RL30613.pdf, Congressional Research Service, 29 Juni 2010, 18 Maret 2014, 13.20).

Mark J. Valencia, 2011, Foreign Military Activities in Asian EEZs: Conflict Ahead?, National Bureau of ASEAN Research, dalam

http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/129493/ipublicationdocument_si ngledocument/d86764ed-ab25-40c1-8170-0e649f58d286/en/SR27_EEZs.pdf, (diunduh 11 Mei 2012, 09.53 WIB).

Mustikasari. 2013. Analisa Respon Korea Selatan Terhadap Pemboman Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara. Skripsi HI UMM.

North Korea Nuclear Technology. NTI.

http://www.nti.org/media/pdfs/north_korea_nuclear.pdf?_=1316543714, (diunduh 21 Januari 2014, 13.43 WIB).

Paul B. Stares. November 2010. Military Escalation in Korea.

http://www.cfr.org/content/publications/attachments/CPA_china_security_mem o2_Snyder.pdf (diunduh tanggal 10 April 2012, 16.56 WIB).

Robert F. Ogden. 2007. United States National Security Interest and North Korea: Leveraging Common Interest.


(14)

Scott Snyder dan See-Won Byun. “Cheonan and Yeonpyong : The Northeast Asia Response to North Korea’s Provocations”. Dalam Rusi Journal April/May 2011 Vol. 156 No. 2 pp. 74-81. Dalam

http://asiafoundation.org/resources/pdfs/201104SnyderandByun.pdf (diunduh 5 Februari 2013, 08.12 WIB).

Scott Snyder, dkk. June 2010. U.S. Policy Towards Korean Peninsula. Council of Foreign Relations.

http://iis-db.stanford.edu/pubs/22935/Korean_PeninsulaTFR64-1.pdf (diunduh tanggal 10 April 2012, 16.51 WIB).

Statement of General Waalter L. Sharp Commander, United Nations Command;

Commander, United States-Republic of Korea Combined Forces Command; and Commander, United States Forces Korea Before the House Armed Services Committee 6 April 2011, dalam

http://armedservices.house.gov/index.cfm/files/serve?File_id=9b5e6d68-fa2f-4257-ba99-299e7f4ee6b0, 6 April 2011, (diunduh 18 Februari 2014, 10.38 WIB).

Stefano Felician, 2011, North and South Korea: A Frozen Conflict on the Verge of Unfreezing?, http://www.iai.it/pdf/DocIAI/iaiwp1124.pdf, (diunduh 10 April 2012, 16.37 WIB).

The Korea Peninsula: Rising Military Tensions and the ROK’s Changing Foreign and Defence Policy,

http://www.nids.go.jp/english/publication/east-asian/pdf/2011/east-asian_e2011_03.pdf, (diunduh 21 Januari 2014, 14.09 WIB). Zhu Ziqun, The Sinking of the Cheonan, the Shelling of Yeonpyeong and China-North

Korea Relations, http://www.eai.nus.edu.sg/Vol2No4_ZhuZhiqun.pdf, (diunduh 21 Januari 2014, 13.56 WIB).

“2010 Exports of NAICS Total of Merchandise”,

http://tse.export.gov/TSE/MapDisplay.aspx, (diakses 18 Desember 2013, 10.31 WIB).

Jurnal Elektronik

Hilary Keenan, Shock Wave and Bubble: the Untruth About the Cheonan,

GlobalSecurity, http://www.globalresearch.ca/shock-wave-and-bubble-the-untruth-about-the-cheonan/20408, (diakses 29 Januari 2014, 12.25 WIB). Jack A. Smith, “Behind the U.S.-North Korea Conflict”, dalam

http://www.foreignpolicyjournal.com/2013/04/03/behind-the-u-s-north-korea-conflict/, 3 April 2013, (diakses 28 Januari 2014, 13.01 WIB).

Mark E. Caprio, Plausible Denial? The Evidence of DPRK Culpability for the Cheonan Warship Incident, The Asia-Pacific Journal : Japan Focus,

http://www.japanfocus.org/-mark-caprio/3390, (diakses 18 Januari 2014, 11.55 WIB).


(15)

More War Games, Rising Tensions: US, South Korea to Stage Another Military

Exercise, dalam http://www.globalresearch.ca/more-war-games-rising-tensions-us-south-korea-to-stage-another-military-exercise/20628, Global Research, 15 Agustus 2010, (diakses 14 Februari 2014, 10.35 WIB).

Skirmish Between North and South Korea: South Korea Fired the First Shot, dalam

http://www.globalresearch.ca/skirmish-between-north-and-south-korea-south-korea-fired-the-first-shot/22066, Global Research, 23 November 2010, (diakses 17 Februari 2014, 13.34 WIB).

Song-Chool Lee. The ROK-U.S. Joint Political and Military Response to North Korea Armed Provocations, CSIS Report,

http://csis.org/files/publication/111006_Lee_ROKUSJointResponse_web.pdf, (diunduh 5 Februari 2013, 04.40 WIB),

Stuart Smallwood, The Cheonan Incident adn the Continued International Isolation of North Korea”, GlobalResearch, http://www.globalresearch.ca/the-cheonan-incident-and-the-continued-international-isolation-of-north-korea/32075, (diakses 16 Januari 2014, 13.13 WIB).

Tanakai Sakai, 韓国軍艦 天安 没の深層, diterjemahkan oleh Kyoko Selden, Who Sank the South Korea n Warship Cheonan? Destabilization of the Korean Peninsula, http://www.globalresearch.ca/who-sank-the-south-korean-warship-cheonan-destabilization-of-the-korean-peninsula/19375, (diakses 14 Januari 2014, 14.05 WIB).

Tim Beal, Fire Fight at Yeonpyeong: The Manufacturing of Crisis, dalam

http://www.timbeal.net.nz/geopolitics/Manufacturing15.pdf, November 2010, (diunduh 6 Februari 2014, 13.32 WIB),

Artikel dan Berita Internet

Antisipasi Korut, AS & Korsel Latihan Perang, dalam

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/153800-antisipasi_korut__as___korsel_latihan_perang, Vivanews, 27 Mei 2010, (diakses 13 Februari 2014, 09.58 WIB).

Another Korean War?, dalam http://www.realtruth.org/articles/101126-002-asia.html, (diakses 1 Februari 2014, 13.53 WIB).

As no Major War has Erupted Between the North and South, has this Invalidated Offense-Deffense Theory?. http://www.e-ir.info/2011/02/16/offense-defense-theory-and-the-absence-of-war-on-the-korean-peninsula/ (diakses tanggal 1 April 2012, 22.04 WIB).


(16)

B Kunto Wibisono. AS Sebut Korea Utara Ancaman Nyata.

http://www.antaranews.com/berita/1279828861/as-sebut-korea-utara-ancaman-nyata (diakses 17 April 2011, 16.54 WIB)

BBC, 2010, Korut Tuntut Bukti Soal Torpedo, dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/05/100519_nkoreaccused.shtml, (diakses 28 November 2013, 10.14 WIB).

Chosun Ilbo, Kim Jong-un „Ordered Attack in Early November’, dalam

http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2010/12/02/2010120200946.html, 2 Desember 2010, (20 Maret 2014, 12.49 WIB).

CS Monitor, Impatience Deepens in South Korea over Cheonan Sinking,

http://www.csmonitor.com/World/Asia-Pacific/2010/0401/Impatience-deepens-in-South-Korea-over-Cheonan-ship-sinking, 1 April 2010, (diakses 9 Januari 2014, 21.22 WIB).

CNN, U.S., South Korea begin military exercises, 25 July 2010,

http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/07/24/south.korea.drills/index.htm l?iref=allsearch, 25 Juli 2010, (diakses 11 November 2013, 09.44 WIB).

Mark McDonald, „Crisis Status’ in South Korea After North Shells Island,

http://www.nytimes.com/2010/11/24/world/asia/24korea.html?pagewanted=all& _r=0, NYTimes, 23 November 2010, (diakses 20 Maret 2010, 12.58 WIB). DPRK Media Warns Against U.S.-South Korea Military Exercise, dalam

http://news.xinhuanet.com/english2010/world/2010-08/16/c_13447559.htm, 16 Agustus 2010, (diakses 18 Maret 2014, 13.51 WIB).

Exercising Restrain in South Korea, dalam

http://www.defencereviewasia.com/articles/67/EXERCISING-RESTRAINT-IN-SOUTH-KOREA, 17 Desember 2010, (diakses 19 Februari 2014, 13.11 WIB). Torie Natallova. Serangan Korut Dapat Kecaman Dunia. Media Indonesia.

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/24/183696/39/6/Serangan-Korut-Dapat-Kecaman-Dunia- (diakses 16 April 2011, 18.43 WIB).

Indopos. Korut Meradang. http://www.indopos.co.id/index.php/internasional/39-internasional-news/1879-korut-meradang.html (diakses 15 April 2011, 15.31 WIB).

Indosmarin.com, 2010, Bersiap Hadapi Korut, AL Korsel Lakukan Latihan Anti Kapal Selam, http://indosmarin.com/bersiap-hadapi-korut-al-korsel-lakukan-latihan-anti-kapal-selam/, (diakses 28 November 2013, 00.24 WIB).

Jean H. Lee dan Kwang Tae-Kim, AP Enterprise: Alleged N. Korea Submarine Attack Came Near US-South Korea Anit-Subs Maneuver, Associated Press,

http://www.foxnews.com/us/2010/06/05/ap-enterprise-alleged-nkorean-attack-sub-came-near-south-korea-anti-sub/, (diakses 14 Januari 2014, 13.41 WIB).


(17)

Jim Garamone, U.S.-Korean Defense Leaders Announce Exercise Invincible Spirit, dalam http://www.defense.gov/news/newsarticle.aspx?id=60074, 20 Juli 2010, (diakses 13 Februari 2014, 11.38 WIB).

John H. Kim, The Artillery Duel in Korea: Basic Facts ang Historical Context,

http://forusa.org/blogs/john-h-kim/artillery-duel-korea-basic-facts-historical-context, 3 Januari 2011, (diakses 22 Maret 2014, 09.54 WIB).

John M. Glionna dan Ju-min Park, U.S., South Korea Enter Second Day of Joint Drills, dalam http://articles.latimes.com/2010/jul/25/world/la-fg-korea-war-games-20100725, 25 Juli 2010, (diakses 8 Februari 2014, 12.01 WIB).

John D. Banusiewicz, Gates Plans Visit to South Korea for „2-Plus-2 Talks’, dalam

http://www.defense.gov/news/newsarticle.aspx?id=60048, 16 Juli 2010, (diakses 12 Februari 2014, 12.08 WIB).

John Pomfret, U.S. Debates Joining S. Korean Military Exercise, Washington Post,

http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/06/18/AR2010061804344.html (diakses 14 Januari 2014, 09.42 WIB).

JR Potts, 2013, ROK Cheonan (PCC-772) Patrol Combat Corvette, Military Factory, dalam http://www.militaryfactory.com/ships/detail.asp?ship_id=ROKS-Cheonan-PCC772 (diakses 9 Januari 2014, 23.51 WIB).

KCNA: Who is to Wholly Blame for Armed Clash in West Sea of Korea, dalam

http://www.kcna.co.jp/item/2010/201011/news27/20101127-13ee.html, KCNA, 27 November 2010, (diakses 17 Februari 2014, 12.18 WIB).

KCNA, KPA Command Vows to Counter S. Korean Drill by Physical Retaliation, dalam http://www.kcna.co.jp/item/2010/201008/news03/20100803-04ee.html, 3 Agustus 2010, (diakses 20 Maret 2014, 12.26 WIB).

Keith Porter, The US-South Korean Relationship,

http://usforeignpolicy.about.com/od/countryprofile1/p/usskoreaprofile.htm, (diakses 18 Desember 2013, 10.28 WIB).

Kelly Olsen, “South Korea Begins Large-Scale Military Exercise”, dalam

http://www.huffingtonpost.com/2010/05/27/south-korea-begins-larges_n_591974.html, Huffington Post, 27 Mei 2010, (diakses 13 Februari 2014, 10.40 WIB).

Kevin Grey. Desember 2010. Conflict on the Korean Peninsula.

http://londonprogressivejournal.com/article/view/788 (diakses 30 Maret 2012, 16.37 WIB).

Korea Utara: Konflik Korea Karena Provokasi AS.

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/korea-utara-konflik-korea-karena-provokasi-as.htm (diakses 17 April 2011, 07.17 WIB).


(18)

Koreas on „brink of war’ Because of Seoul, Pyongyang Says, CNN,

http://www.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/11/24/nkorea.skorea.military.fire/, 24 November 2010, (diakses 29 Januari 2014, 12.42 WIB).

Korut: Suasana di Semenanjung Korea di Ambang Perang.

http://metrotvnews.com/metromain/newscat/internasional/2010/11/26/35113/Ko rut-Suasana-di-Semenanjung-Korea-di (diakses 15 April 2011, 20.10 WIB). Korsel-AS Siap Lakukan Latihan Perang.

http://metrotvnews.com/read/news/2010/11/27/35185/Korsel-AS-Siap-Lakukan-Latihan-Perang/ (diakses 15 April 2010, 17.51 WIB).

Korut menyangkal terlibat dalam kasus tenggelamnya kapal Cheonan, Korsel terus berupaya untuk membawa kasus kapal Cheonan ke DK PBB, dalam

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/now_02_detail.htm?No= 741, (diakses 13 Februari 2014, 12.34 WIB).

Korut Peringatkan Latihan Militer AS Ancam Kedaulatannya, dalam

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/07/24/126373-korut-peringatkan-latihan-militer-as-langgar-kedaulatannya, 24 Juli 2010, (diakses 3 Februari 2014, 09.45 WIB).

Latihan Militer Picu Perang di Semenanjung Korea. Media Indonesia.

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/11/184182/39/6/Latihan_Militer_ Picu_Perang_di_Semenanjung_Korea (diakses 15 April 2011, 18.27 WIB). Latihan Korsel di Perbatasan Berpotensi Panaskan Tensi,

http://international.okezone.com/read/2010/12/16/18/404187/latihan-korsel-di-perbatasan-berpotensi-panaskan-tensi, 16 Desember 2010, (diakses 6 Maret 2014, 16.17 WIB).

Marines Recall Yeonpyeong Shelling With New Perspective, dalam

http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2011/11/117_99175.html, 21 November 2011, (diakses 17 Februari 2014, 12.51 WIB).

Michael Hickey. The Korean War: An Overview.

http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/coldwar/korea_hickey_01.shtml

(diakses tanggal 8 Oktober 2013, pukul 13.39 WIB).

National Campaign to End the Korean War, 2010, Factsheet: West Sea Crisis in Korea, http://www.endthekoreanwar.org/factsheet2--west_sea_crisis_in_korea--2010-12-011.pdf, (diunduh tanggal 10 April, pukul 17.04 WIB),

N.Korea Denies Sinking S.Korea Warship, Space Daily,

http://www.spacedaily.com/reports/NKorea_denies_sinking_SKorea_warship_9 99.html, (diakses 16 Januari 2014, 12.33 WIB).

North Korea Denies Sinking Warship; South Korea Vows Strong Response, CNN,

http://www.cnn.com/2010/US/05/19/south.korea.ship/, (diakses 16 januari 2014, 11.48 WIB).


(19)

North Korea Offers Torpedoe Sample, The Right Perspective, dalam

http://www.therightperspective.org/2010/11/02/north-korea-offers-torpedo-sample/, (diakses 16 Januari 2014, 12.50 WIB).

North Korea Artillery Hits South Korean Island, dalam

http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11818005, BBC, 23 November 2010, (diakses 12 Februari 2014, 10.49 WIB).

Obama: Korut Ancaman Serius, dalam

http://international.okezone.com/read/2010/11/24/18/396386/obama-korut-ancaman-serius, 24 November 2010, (diakses 6 Maret 2014, 15.12 WIB). Okezone.com. 2010. AS Ajak Aliansi Bersatu Lawan Korut.

http://international.okezone.com/read/2010/06/07/18/340150/redirect (diakses 28 November 2013, 02.58 WIB).

Okezone.com, 2010, Korut Ancam Aksi Militer,

http://international.okezone.com/read/2010/06/17/18/343756/redirect, (diakses 28 November 2013, 05.29 WIB).

Panmunjom Mission of Sends Notice to U.S. Forces Sides, dalam

http://www.kcna.co.jp/item/2010/201011/news25/20101125-01ee.html, KCNA 25 November 2010, (diakses 17 Februari 2014, 11.59 WIB).

Korut Ancam Aksi Militer, dalam

http://international.okezone.com/read/2010/06/17/18/343756/redirect, (diakses 28 November 2013, 05.29 WIB).

S.Korea, US Begin Joint Navy Drills off East Coast of Korean Peninsula, dalam

http://www.globaltimes.cn/world/asia-pacific/2010-07/555624.html, Xinhua, 25 Juli 2010, (diakses 18 Februari 2014, 12.17 WIB).

S. Korea, US Stage Anti-sub Exercises in 2nd Day of Joint Naval Drills, dalam

http://www.globaltimes.cn/world/in-depth/2010-07/556300.html, Xinhua, 27 Juli 2010, (diakses 18 Februari 2014, 12.22 WIB).

S Korea, U.S. Start Annual Ulchi Freedom Guardian Exercise, dalam

http://english.cntv.cn/20100816/101993.shtml, 16 Agustus 2010, (diakses 19 Februari 2014, 12.48 WIB).

S. Korea Conducts Anti-Terrorism Drills as Part of UFG Exercise, dalam

http://news.xinhuanet.com/english2010/world/2010-08/17/c_13449108.htm, Xinhua, 17 Agustus 2010, (diakses 19 Februari 2014, 11.58 WIB).

S. Korea deploys missiles on Yeonpyeong Island, dalam

http://english.yonhapnews.co.kr/national/2010/12/01/44/0301000000AEN20101 201008800315F.HTML, 1 Desember 2010, (diakses 22 Februari 2014, 07.03 WIB).

South Korea Military Begins Massive Military Drill, http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-10875916, BBC, 5 Agustus 2010, (14 Januari 2014, 10.48 WIB).


(20)

US, South Korea Plan Anti-Submarine Exercise, dalam

http://www.navy.mil/submit/display.asp?story_id=56184, 24 September 2010, (diakses 14 Februari 2014, 10.59 WIB).

USS Columbia Returns to Pearl Harbour, NAVY,

http://www.navy.mil/submit/display.asp?story_id=53074, (14 Januari 2014, 14.18 WIB).

“Why China Oppose US-South Korean Military Exercise in Yellow Sea”, dalam

http://english.peopledaily.com.cn/90001/90780/91342/7069743.html, 16 Juli 2010, (diakses 8 Februari 2014, 11.16 WIB).

Zend Gartner, Korea: Where There’s Smoke (Military Exercise) There’s Fire (False Flag Catasthope)-Once Again, http://www.zengardner.com/korea-where-theres-smoke-military-exercise-theres-fire-false-flag-catastrophe-once-again/, (diakses 14 Januari 2014, 13.57 WIB).

(LEAD) Satellite Photos Show S.Korea’s Counterfire hit N.Korea’s Barracks,

http://english.yonhapnews.co.kr/national/2010/12/02/10/0301000000AEN20101 202007000315F.HTML, 2 Desember 2010 (diakses 30 Januari 2014, 12.21 WIB).

“Kalau Diserang, Korut Siap Perang”, dalam

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/05/26/117094-kalau-diserang-korut-siap-perang, 26 Mei 2010, (diakses 3 Februari 2014, 09.55 WIB).

“Korsel-Korut Terus Perang Kata-Kata”, dalam

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/05/26/117197-korsel-korut-terus-perang-kata-kata, 26 Mei 2010, (diakses 3 Februari, 2014, 10.01 WIB).

Korea Utara Cabut Kesepakatan”, dalam

http://metronews.fajar.co.id/read/93870/33/index.php (diakses 28 November 2013, 02.40 WIB).

http://www.polgeonow.com/2013/04/what-is-north-korea.html, (diunduh 20 Maret 2014, 11.49 WIB).


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada bulan november tahun 2010, tepatnya tanggal 23 november 2010, Korea Selatan mengadakan latihan gabungan dengan Amerika Serikat diperbatasan Korea Utara yang masih dalam persengketaan secara diam-diam. Korea Selatan dan Amerika Serikat mengklaim, latihan ini direncanakan jauh-jauh hari sebelum serangan Korea Utara. Namun, pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan waktu latihan itu satu hari setelah serangan Korea Utara. Tak ayal, latihan ini dinilai sebagai unjuk kekuatan.1 Hal ini tentunya membuat Korea Utara berasumsi bahwa latihan militer tersebut sebagai suatu bentuk ancaman militer yang hendak ditujukan kepada Korea Utara. Korea Utara menanggapi latihan militer itu dengan serangan militer ke Pulau Yeonpyeong yang termasuk dalam wilayah persengketaan dengan Korea Selatan. Secara berlawanan, sudut pandang Korea Utara itu kemudian ditanggapi oleh Amerika Serikat-Korea Selatan sebagai bentuk pertahanan.

Di lain pihak, pasukan Korea Selatan dan AS menyatakan, mereka "memperagakan kekuatan persekutuan Republik Korea dan AS serta komitmennya terhadap stabilitas regional dengan penangkisan". Apapun dalihnya,

1

Korsel-AS Siap Lakukan Latihan Perang.

http://metrotvnews.com/read/news/2010/11/27/35185/Korsel-AS-Siap-Lakukan-Latihan-Perang/ (diakses 15 April 2010, 17.51 WIB).


(22)

2

bagi Pyongyang, latihan itu adalah ancaman kepada Pemerintah Pyongyang.2 Pernyataaan ini merupakan tanda sebagai alih-alih bahwa kedua negara itu hanya melakukan latihan militer saja tanpa ada niatan menyerang Korut. Interpretasi

peneliti mengenai kata “penangkisan” dari statement di atas dimungkinkan

memiliki arti “menangkis serangan Korea Utara”. Pernyataan ini didasarkan pada

seringnya Korut melancarkan maneuver-manuver provokatif terhadap Korsel, setidaknya dilihat dari sudut pandang Korsel. Hal yang sama sebagai juga dilontarkan oleh AS melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Philip Crowley kepada wartawan di Washington mengenai latihan militer pada bulan Mei. Pernyataannya adalah sebagai berikut; "Itu merupakan latihan pertahanan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan kami bekerja bersama-sama sebagai sekutu."3 Meskipun demikian, Korea Utara tetap mengang-gap bahwa latihan itu merupakan suatu ancaman yang perlu untuk ditangmengang-gapi.

Serangan Korea Utara ke Pulau Yeonpyeong mendapat banyak kecaman dari dunia internasional.4 Amerika Serikat dan Rusia mengecam tindakan Korut ini karena serangan tersebut mengarah ke pemukiman penduduk.5 Namun Korut menampik hal itu, seperti yang dikutip dari sebuah situs internet, "Yeonpyeong terletak jauh di dalam wilayah perairan Korea Utara dan jauh dari garis demarkasi

2

Ibid.

3

B Kunto Wibisono. AS Sebut Korea Utara Ancaman Nyata.

http://www.antaranews.com/berita/1279828861/as-sebut-korea-utara-ancaman-nyata (diakses17 April 2011, 16.54 WIB).

4

Torie Natallova.Serangan Korut Dapat Kecaman Dunia. Media Indonesia.

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/24/183696/39/6/Serangan-Korut-Dapat-Kecaman-Dunia- (diakses 16 April 2011, 18.43 WIB)

5

Korea Selatan Ancam Korea Utara, dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/mobile/dunia/2010/11/101123_korearetaliation.shtml?page=all, BBC Indonesia, 23 November 2010, (diakses 5 Mei 2014, 10.42 WIB).


(23)

3

maritim militer. Jika mortir yang ditembakkan dari pulau itu, dan tentu akan jatuh di dalam perairan teritorial dari sisi Korea Utara tidak peduli ke arah mana mereka ditembakkan karena fitur geografis pulau seperti itu”.6 Artinya, bahwa segala bentuk tembakan meriam yang berasal dari Pulau Yeonpyeong tentu akan jatuh di dalam wilayah perairan Korea Utara. Jelas keadaan itu akan mengancam keama-nan nasionalnya dan mengundang kebijakan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, seperti penyerangan ke daratan Korea Utara. Terbukti dengan peringatan yang diikuti ancaman oleh Korea Utara yang turut mengiringi latihan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan. Begitu pula dengan rencana latihan militer yang dilaksanakan menyusul konflik militer Yeonpyeong oleh Amerika Serikat-Korea Selatan.

Pada tanggal 28 november 2010 Korea Selatan dan Amerika Serikat akan melakukan latihan kelautan besar. Mendengar kabar demikian, Korea Utara menegaskan kondisi memanas di Semenanjung Korea yang bisa berujung pada perang dua negara serumpun itu dipicu dengan rencana latihan perang besar-besaran Korea Selatan dan Amerika Serikat.7 Sinyalemen dari Korea Utara itu menggambarkan bahwa Korea Utara berada dalam keadaan terancam. Korea Utara memperingatkan bahwa rencana pelatihan angkatan laut Korea Selatan dan Amerika Serikat bakal membuat dua negara di Semenanjung Korea itu makin

6

Korea Utara: Konflik Korea Karena Provokasi AS.

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/korea-utara-konflik-korea-karena-provokasi-as.htm (diakses 17 April 2011, 07.17 WIB).

7

Latihan Militer Picu Perang di Semenanjung Korea. Media Indonesia.

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/11/184182/39/6/Latihan_Militer_Picu_Perang_di_ Semenanjung_Korea (diakses 15 April 2011, 18.27 WIB).


(24)

4

dekat ke perang.8 Korea Utara berusaha untuk tidak gentar, maka oleh sebab itu Korea Utara mengancam Korea Selatan.

Tindakan Korea Utara memang bukan tanpa alasan. Keamanan nasional-nya menjadi penting demi menjaga keamanan wilayahnasional-nya serta kedaulatannasional-nya sebagai suatu negara. Tindakan apapun akan dilakukan suatu negara untuk menjaga keamanan wilayah serta kedaulatannya, dan bisa juga dalam bentuk tindakan militer. Namun jika ada gangguan dari pihak luar tidak segera cepat ditanggapi, seperti serangan militer, maka akan merugikan Korut sendiri. Serangan yang dilakukan merupakan bentuk dari pengamanan teritorialnya. Menurut para teoritisi realis, keamanan nasional menjadi salah satu pertimbangan utama setiap negara dalam berinteraksi dengan negara lain.

Melalui latar belakang masalah penelitian ini, penulis berusaha menyampaikan ketertarikan dalam memilih topik ini dengan menjelaskan krono-logi kejadian serangan militer Korea Utara ke Yeonpyeong dalam menanggapi latihan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat sebagai bentuk kerjasama dibidang militer. Dengan demikian, peneliti mengangkat dan mengusulkan “Respon Korea Utara Terhadap Latihan Gabungan Amerika Serikat – Korea Selatan Pada Tahun 2010” sebagai judul penelitian. Kemudian penulis memiliki

pertanyaan “kenapa Korea Utara sampai melancarkan serangan militer ke Pulau

Yeonpyeong, bukankah yang dilakukan Korea Selatan dan Amerikat Serikat hanya sebatas latihan militer saja?”. Pertanyaan kedua adalah “apa efek latihan

8

Korut: Suasana di Semenanjung Korea di Ambang Perang.

http://metrotvnews.com/metromain/newscat/internasional/2010/11/26/35113/Korut-Suasana-di-Semenanjung-Korea-di (diakses 15 April 2011, 20.10 WIB)


(25)

5

militer itu sendiri terhadap Korut, sampai-sampai Korut melepaskan tembakan ke

arah Korsel?”. Pertanyaan-pertanyaan ini lah yang menjadi perumusan pada

sub-bab rumusan masalah.

1.2Rumusan Masalah

Dengan mengarah pada latar belakang masalah sebelumnya serta untuk memenuhi aspek sainstifik, peneliti berusaha menjelaskan serta menjawab pertanyaan “Mengapa Korea Utara menanggapi latihan gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dengan serangan militer ke Pulau Yeonpyeong?”. Pertanyaan ini mengacu pada pendekatan eksplanatif, dimana peneliti diharapkan untuk mampu menjelaskan perilaku aktor hubungan internasional dalam suatu fenomena hubunan internasional.

1.3Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka atau literature review digunakan sebagai alat untuk membedakan suatu hasil penelitian dengan penelitian lain dalam tema yang sama, termasuk penelitian ini. Membedakan hasil penelitian ditujukan agar tercipta suatu pandangan dan pengetahuan yang baru dalam menganalisa suatu obyek penelitian. Jika suatu peneliti meneliti suatu obyek yang sama dengan peneliti lain menggunakan pendekatan, teori, dan sudut pandang yang sama, maka tidak akan memunculkan pengetahuan atau pandangan yang baru dalam melihat suatu obyek. Keadaan tersebut tentunya hanya akan memberi sedikit manfaat kepada ilmu


(26)

6

pengetahuan. Oleh karena itu, tinjauan pustaka menjadi penting dalam skripsi ini. Dalam sub-bab ini akan disampaikan tiga hasil penelitian yang dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian ini.

Tinjauan pustaka pertama, peneliti menggunakan sebuah penelitian dari International Crisis Group yang berjudulkan “North Korea: The Risks of War in The Yellow Sea”.9 Penelitian ini cenderung mengarah pada jenis penilitian deskriptif, yang mana menjelaskan peningkatan konflik di semenanjung Korea tahun 2010.

Pada bagian awal, penelitian ini menjelaskan secara ringkas sejarah batas laut antara Korea Utara dengan Korea Utara. Artikel ini menyebutkan bahwa Korea Utara memiliki pandangan yang berbeda mengenai garis batas negara. Korea Utara bersikukuh dengan garis batas yang telah ditentukan sendiri. Kemudian, mengenai UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea), bahwasannya Korea Utara telah menandatangani perjanjian tersebut tetapi tidak di amandemen. Setelah itu, penelitian ini menjelaskan sejarah konflik di Laut Kuning. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan sering terjadi di perbatasan sekitar Laut Kuning. Berbeda dengan perbatasan yang berada di Laut Jepang. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa Pulau dan masih belum adanya perjanjian mengenai perbatasan di wilayah Laut Kuning yang sepakati bersama oleh Korea Utara dan Korea Selatan. Lainnya, dikarenakan Korea Utara

9

International Crisis Group. Asia Report. 23 Desember 2012. North Korea: The Risks of War in The Yellow Sea. http://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/DPRK%20198%20North%20Korea%20---%20The%20Risks%20of%20War%20in%20the%20Yellow%20Sea.pdf (diunduh 10 April 2012, 16.30 WIB).


(27)

7

menentukan garis batas wilayahnya secara sepihak dan tidak mengakui Northern Limit Line yang dibuat oleh United Nations Commission.

Di perairan sekitar Pulau Yeonpyong setidaknya terjadi tiga kali bentrokan, yakni pada tahun 1999, 2002, dan 2010. Bentrokan ini seringkali merupakan bentrokan yang bersifat balas dendam. Piagam PBB artikel 51 yang membahas mengenai self-defense, yang mana memperbolehkan suatu negara untuk membalas serangan yang dilakukan oleh negara lain untuk mempertahankan kedaulatannya. Artikel ini menjelaskan bahwa semenanjung Korea berada dalam krisis dan hendak menuju pada situasi peperangan. Situasi ini dipicu oleh tenggelamnya kapal perang Korea Selatan, Cheonan, pada 26 maret 2010. Diduga, dikarenakan serangan kapal selam Korea Utara. Setelah peristiwa itu, Korea Selatan meningkatkan kerjasamanya dengan Amerika Serikat di bidang militer. Dari itu, kemudian terselenggara latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat pada 23 november 2010. Latihan perang tersebut dianggap sebagai upaya preemptive strike atas Korea Utara. Bahasan mengenai konflik militer itu juga menjadi objek penelitian pada tinjauan pustaka ke dua.

Hasil penelitian ke dua yang saya gunakan di sini berjudul “Cheonan and Yeonpyeong : The Northeast Asia Response to North Korea’s Provocations”.10 Artikel ini ditulis oleh Scott Snyder dan See-Won Byun. Penelitian ini menjelaskan keterkaitan antara peristiwa Cheonan dan Yeonpyeong dengan

10

Scott Snyder dan See-Won Byun. “Cheonan and Yeonpyong : The Northeast Asia Response to

North Korea’s Provocations”. Dalam Rusi Journal April/May 2011 Vol. 156 No. 2 pp. 74-81.

Dalam http://asiafoundation.org/resources/pdfs/201104SnyderandByun.pdf (diunduh 5 Februari 2013, 08.12 WIB).


(28)

8

hubungan di antara negara-negara Asia Timur dan Amerika Serikat sebagai intruisif sistem. Penelitian ini cenderung menitikberatkan kepada keamanan regional. Setelah peristiwa Cheonan dan Yeonpyong, Korea Selatan bersama Jepang dan Amerika Serikat (trilateral commission) meningkatkan hubungan kerjasama militernya untuk memberikan efek deterrence kepada Korea Utara yang sering melakukan tindakan-tindakan provokatif. Sedangkan China berusaha untuk membantu Korea Utara dalam perekonomian dan diplomatic, serta kesediaan China untuk mencegah segala bentuk hukuman internasional yang dijatuhkan kepada Korea Utara. Penelitian ke dua ini juga memiliki kesamaan bahasan dengan tinjauan penelitian ke tiga, namun perbedaan bahwasannya tinjauan pustaka ke tiga tidak mengkaji mengenai keamanan regional Asia Timur.

Tinjauan pustaka yang ke tiga yakni dari skripsi karya Mustikasari, mahasiswi jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah angkatan 2008. Skripsi tersebut berjudul “Analisa Respon Korea Selatan Terhadap Pemboman Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara”. Skripsi tersebut menggunakan teori Decision Making Proses (Model Aktor Rasional) dengan sudut pandang realisme serta konsep deterrence. Skripsi oleh Mutikasari ini mencoba menganalisa mengapa respon balik Korea Selatan atas penyerangan di Pulau Yeonpyeong lebih kecil dari penyerangan oleh Korea Utara.11 Hasil penelitiannya mengarah pada bahwa keputusan yang diambil oleh presiden Korea Selatan pada saat itu adalah sebagai upaya untuk menghindari peperangan dengan men-deterrence Korea Utara melalui jalan show of force (latihan perang dengan

11

Mustikasari, 2013, Analisa Respon Korea Selatan Terhadap Pemboman Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara, Skripsi HI UMM, Hal. 7.


(29)

9

Amerika Serikat). Latihan perang tersebut ditujukan untuk memunculkan efek gentar pada pihak Korea Utara. Keputusan-keputusan tersebut dipandang sebagai keputusan yang rasional. Penelitian ini menggunakan sudut pandang yang berbanding terbalik dari penelitian yang diajukan oleh penulis.

Pada penelitian ini nantinya mengambil bahasan yang sama seperti pada ketiga tinjauan pustaka yang telah disampaikan sebelumnya. Bahasan yang dimaksud ialah mengenai konflik militer antara Korea Utara dengan Korea Selatan tertanggal 23 November 2010. Adapula perbedaan yang dapat diambil dari ketiga tinjauan pustaka tersebut dengan penelitian ini. Dengan tinjauan pustaka yang pertama, penelitian ini memiliki sudut pandang yang sama mengenai situasi krisis yang terjadi paska insiden Cheonan, namun tidak membahas mengenai konflik antar dua Korea di masa lalu. Kemudian tinjauan pustaka yang kedua turut mempertergas bahwa konflik militer Yeonpyeong itu merupakan keberlangsungan dari insiden Cheonan. Tinjauan pustaka yang kedua itu juga memberikan analisa mengenai respon Amerika Serikat dan Korea Selatan mengenai insiden Cheonan dan Yeonpyeong yang mampu memberikan kontribusi mengenai data dan juga pemikiran yang perlu dikritisi. Begitu pula dengan tinjauan pustaka ke tiga, dapat dijadikan sebagai lawan daripada penelitian ini. Tinjauan ketiga itu memiliki kesamaan pada fokus permasalahan yang dibahas, yakni mengenai konflik militer Yeonpyeong. Penelitian itu menjelaskan mengenai aksi balasan Korea Selatan yang lebih terlihat lembek daripada aksi serangan Korea Utara. Penelitian yang menjadi tinjauan pustaka ketiga berlawanan sudut pandang yang mana pada penelitian ini yang mana melihat konflik militer tersebut


(30)

10

dari sisi Korea Utara. Kemudian dengan menggunakan teori immediate deterrence, penelitian ini menjadi berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah disampaikan di atas. Untuk meringkas persamaan dan perbedaan antara ketiga hasil penelitian di atas dengan penelitian ini, maka perlulah kiranya penulis membuat tabel posisi penelitian berikut ini.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

No. Judul dan Nama Peneliti Pendekatan Hasil 1 North Korea: The Risks of

War in The Yellow Sea

Oleh: International Crisis Group

Eksplanatif Pendekatan: Historical Data

Konflik militer Yeon-pyeong dikarenakan per-bedaan sudut pandang mengenai perbatasan an-tara Korea Uan-tara dan Ko-rea Selatan.

2 Cheonan and Yeonpyeong: The Northeast Asia Res-ponse to North Korea’s Provocations

Oleh: Scott Snyder dan See-Won Byun

Eksplanatif Pendekatan:

Keamanan Regional

Insiden Cheonan dan Pulau Yeonpyeong melatarbelakangi

peningkatan kerjasama militer antara Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. Sedangkan China berupaya agar PBB tidak menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara. 3

Skripsi: Analisa Respon Korea Selatan Terhadap Pemboman Pulau Yeon-pyeong Oleh Korea Utara Oleh : Mustikasari

Eksplanatif Pendekatan: Decision Making Process (Model Aktor Rasional), Deterrence

- Keputusan membalas serangan dengan level lebih kecil sebagai keputusan yang paling rasional

- Show force merupakan bagian dari paket balasan yang diberikan oleh Korea Selatan.

- Show Force sebagai bentuk deterrence


(31)

11

terhadap Korut 4 Respon Korea Utara

Terhadap Latihan Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan Tahun 2010

Oleh: Nicho Prasetyo

Eksplanatif Pendekatan: -. Immediate Deterrence

-. Aliansi

Aksi penembakan artileri oleh Korea Utara sebagai bentuk respon immediate deterrence terhadap ancaman.

1.4Landasan Pemikiran

Landasan pemikiran mempunyai arti suatu landasan peneliti dalam mengkaji suatu fenomena yang telah terjadi. Landasan pemikiran biasanya berupa hasil pemikiran para ahli sebelumnya, seperti teori dan konsep. Landasan pemikiran ditujukan sebagai pengatur pembahasan dan menjawab pertanyaan pada rumusan masalah.

1.4.1 Kerangka Teori dan Konsep

Kerangka teori dan konsep ini berusaha menyajikan tentang teori dan konsep yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantu merumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan - temuan penelitian.

1.4.1.1 Teori Immediate Deterrence

Dalam kamus bahasa Inggris, deterrence mempunyai makna sebagai suatu penolakan, penangkisan, pencegahan. Deterrence adalah suatu strategi dimana suatu negara “defender” membuat negara “aggressor” mempertimbangkan kembali kerugian yang ditimbulkan karena perang akan jauh melebihi keuntungan


(32)

12

yang diharapkan. Menurut Zagare dan Kilgour biaya perang dapat ditentukan oleh jumlah dan karakteristik dalam setiap gudang senjata negara dan oleh siasat-siasat strategis dari masing-masing pembuat kebijakan.12 Patrick M. Morgan dalam karyanya yang berjudul Deterrence : A Conceptual Analysis menyatakan :

“… deterrence is a matter of convincing someone not to do something by threatening him with harm if he does. … but deterrence is more forcible in that the person is not meant to have much of a choice…”13

Logikanya dalam melaksanakan deterrence, Negara defender tidak hanya melakukan ancaman dengan vokalitasnya saja tetapi juga dengan tindakan-tindakan yang menurut Negara agressor merupakan sebuah respon yang serius terhadap tindakannya. Jika hanya sekedar menggertak saja tanpa ada realisasinya maka defending state akan dengan mudah diserang karena dianggap kurang mempunyai kapabilitas oleh opponent state dan deterrence – nya akan dinyatakan gagal. Deterrence juga hendaknya dilakukan dengan cermat dan mempertimbang-kan kapabilitas serta kredibilitasnya dengan Negara agressor.

“The success or failure of deterrence in those cases had more to do with perceptions of capability and willingness; what matters most is the here and now, not past behavior.”14

Komitmen diperlukan defending state dalam meyakinkan Negara agressor secara vokalitas, atau dalam kata lain “menggertak”, bahwasannya Negara defender ini mampu bertahan dan juga menyerang balik jika Negara agressor mewujudkan ancamannya. Komitmen tersebut harus jelas dan tegas agar Negara

12

Frank C. Zagare dan D. Marc Kilgour, 2000, Perfect Deterrence, New York : Cambridge University Press, Hal 11.

13

Patrick M. Morgan. 1977. Deterrence : A Conceptual Analysis. California: Sage Publication, Inc. hal. 26.

14

James Blackwell. Deterrence at the Operational Level of War. Di download melalui http://www.au.af.mil/au/ssq/2011/summer/blackwell.pdf (diakses tanggal 04 Juni 2011)


(33)

13

agressor mempertimbangkan kembali untung dan ruginya menyerang atau membuat defending state merasa terancam. Apabila komitmen tersebut tidak jelas maka deterrence akan gagal.15

“If the threat of retaliation prevents an attack, then surely the implication is that in the absence of the threat an attack would occur. This suggests the existence of serious intent or even a plan to attack, not an idea that comes to mind now and then.”16

Dari pernyataan di atas, ke dua pihak yang bertikai saling serius baik dalam niatan menyerang maupun membalasnya. Bentuk dari perilaku negara agresor bisa saja menimbulkan bias makna. Jika negara deterrer tidak melakukan upaya deterrence, bisa jadi negara agresor menyerang negara deterrer. Keseriusan ini datang dari niatan dan perencanaan penyerangan dengan memper-timbangkan hubungan ke dua pihak.

Kapabilitas merupakan suatu realisasi dari komitmen negara deterrer itu sendiri. Komitmen yang jelas tidak akan berguna apabila negara tidak mempunyai cara atau sarana untuk menunjukkannya. Ketika deterrer state telah menyakinkan aggressor bahwa kerugian dari tindakan tidak sebanding dengan keuntungannya, defender harus menyakinkan pula bahwa dia juga memiliki kemampuan untuk membalas bahkan menyerang balik. Sekalipun bila kemampuan deterrence negara lemah, dia tetap mencoba meyakinkan bahwa kemampuan untuk mem-balas yang dimiliki lebih kuat. Hukuman yang akan dihasilkan tidak tentu, untuk menjadi dugaan dari kapabilitas militer penangkis, termasuk di dalamnya adalah kapasitas

15

Patrick M. Morgan. 2003. Deterrence Now. Cambridge: University of Cambridge Press. Hal. 17.

16


(34)

14

untuk mempertahankan diri sendiri dan memberikan hukuman kapada pihak lawan.17

Kredibilitas, suatu negara harus menyakinkan aggressor tentang keputusan dan keinginannya untuk menunjukkan komitmennya untuk menghukum atau membalas. Walaupun defender telah menyatakan komitmen dan menunjukkan kemampuannya untuk membalas, deterrence masih mungkin mengalami kegagalan jika aggressor meragukan keinginan defender mengambil resiko perang. Kredibilitas ini sendiri didapatkan dari penilaian Negara lain terhadap kekuatan militer dan aliansinya. Seperti Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir, tentunya kredibilitasnya patut diperhitungkan oleh negara lawan.

Deterrence merupakan persoalan di antara negara, termasuk di dalamnya adalah tindakan kekerasan untuk mencegah terjadinya aksi militer. Aksi militer ini dispesifikan kepada aksi penyerangan oleh negara B. Hal ini karena negara B dapat menggunakan kekuatan militernya dalam segala bentuk, dan melakukan mobilisasi, manuver, mengancam untuk menyerang, dan juga mempertahankan dirinya. Negara A dapat pula mengancam untuk mencegah segala bentuk aksi militer negara B. Dengan demikian, tindakan penyerangan menjadi objek dari ancaman pencegah.18

Teori deterrence ini sendiri ,menurut Patrick M. Morgan, dibagi menjadi dua kondisi, yaitu General Deterrence dan Immediate Deterrence atau Pure

17

Patrick M. Morgan. 1977. Op.Cit. hal. 21

18


(35)

15

Deterrence. Penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena yang dibahas dengan menggunakan teori Immediate Deterrence.

Kondisi immediate deterrence berbeda dengan kondisi general deterrence. Cara kerja immediate deterrence merupakan tindak lanjut dari pemakaian teori general deterrence (lihat bagan 1.1). Pada general deterrence, sebuah negara mempersiapkan dirinya untuk melakukan upaya deterrence, namun negara itu tidak memiliki lawan yang pasti. Dengan begitu, upaya deterrence dapat ditujukan pada setiap negara yang hendak menyerangnya. Tetapi general deterrence tidak selalu mengakibatkan situasi immediate deterrence.19 Sedangkan pada immediate deterrence, negara lawan sudah diketahui dan hendak melancarkan serangan dengan memberi ancaman-ancaman. Negara defender ini akan memberikan peringatan atau upaya deterrence untuk meminimalisir perang atau kerugian yang diderita negara defender.

Dalam operasional teori deterrence ini, apabila kondisi pada general deterrence gagal, tidak langsung dapat memicu immediate deterrence kecuali jika pihak deterrer atau defender bereaksi atas general deterrence-nya.20 Kegagalan general deterrence didapatkan dari adanya indikasi suatu negara yang ingin menyerang negara defender.

19

Vesna Danilovic. 2002. When The Stake Are High: Deterrence and Conflict Among Major Powers. USA: The University of Michigan Press. Hal. 56.

20


(36)

16

Bagan 1.1 Operasionalisasi Teori Immediate Deterrence21

Teori immediate deterrence memiliki empat syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan syarat-syarat itu menjadi satu kesatuan untuk dapat menjelaskan fenomena yang ada. Syarat bekerjanya teori ini adalah:

1. Didapati hubungan saling bermusuhan antara negara satu dengan negara lainnya. Bentuk dari saling bermusuhan ini yakni salah satu negara dengan serius berniat menyerang teritorial negara lain atau area dimana dirasa penting bagi negara lain itu.

2. Pemerintah negara yang hendak diserang mengetahuinya.

21

Vesna Danilovic, 2002, When The Stake Are High: Deterrence and Conflict Among Major Powers, USA: The University of Michigan Press, Hal. 55.


(37)

17

3. Mengetahui bahwa akan terjadi kemungkinan penyerangan, pejabat negara yang hendak diserang mengancam menggunakan kekerasan dalam upaya mencegah serangan dari negara lain.

4. Pemimpin negara penyerang merencanakan untuk membatalkan penyerangan terutama karena ancaman pembalasan.22

Situasi immediate deterrence adalah krisis, atau hampir mendekatinya, dan besar kemungkinannya mengarah pada kondisi perang.23 Usaha menyerang lawan dalam teori ini dapat dibenarkan karena tujuan dari deterrence adalah untuk menghindari negara lawan menyerang wilayah dan atau fasilitas yang dimiliki negara deterrent. Negara defender dapat menyerang terlebih dahulu jika didapati bahwa negara agressor akan menyerang. Kondisi krisis yang dimaksud ditujukan pada mobilisasi armada militer kedua negara yang saling berhadapan di garis depan perbatasan.

Pada teori ini berlaku bahwa ancaman tidak hanya berbentuk gertakan atau sebatas ancaman saja tetapi juga dengan tindakan. Tindakan yang dimaksud adalah seperti :

1. Ancaman penggunaan kekuatan militer, termasuk di dalamnya adalah ancaman memblokade, menduduki wilayah negara lain, menyatakan perang, dan menggunakan kekerasan.

2. Menunjukkan kekuatannya, bentuknya adalah memberikan peringatan, pergerakan, dan mempertunjukkan kekuatan militer.

22

Patrick M. Morgan. 1977, Op.Cit, hal. 33-36.

23


(38)

18

3. Penggunaan kekuatan, yakni diantaranya memblokade, menduduki, menyita, menggunakan kekuatan secara terbatas, atau perang.24

Teori ini menjelaskan perilaku dua negara atau lebih yang saling bermusuhan dan didapati bahwa salah satu negara itu akan menyerang dan yang lainnya dalam posisi mengancam. Immediate deterrence menaruh perhatian terhadap hubungan antar negara yang saling bermusuhan dimana terdapat di salah satu pihak dengan serius mempertimbangkan suatu penyerangan sementara yang lain memasang sebuah ancaman pembalasan untuk mencegah terjadinya serangan.25 Teori ini tentunya akan gagal jika di antara negara-negara tersebut tidak didapati unsur permusuhan. Sebuah negara tidak lah akan mengancam negara lain yang tidak menggambarkan keinginan untuk menyerang.

Alasan penggunaan teori ini ialah karena pertama hubungan antara Korea Utara dengan Korea Selatan – Amerika Serikat (sebagai aliansi) tidaklah harmonis dan cenderung saling berseteru. Hubungan itu diwarnai konflik yang memanas lantaran sikap Korea Utara yang ingin mengembangkan program nuklirnya sejak akhir abad 19. Selain itu juga dikarenakan selisih pendapat mengenai wilayah perairan di Laut Kuning. Hubungan tersebut semakin kritis setelah kapal perang Korsel tenggelam dengan dugaan Korut yang telah menenggelamkannya.

Kedua, Korea Utara telah melayangkan keberatannya akan latihan militer kedua negara tersebut dan mengancam untuk menyerang karena Korut menganggap latihan militer tersebut merupakan upaya untuk melakukan invasi

24

Vesna Danilovic, 2002, Op.Cit, Hal. 59.

25


(39)

19

militer ke wilayahnya. Meskipun telah diperingatkan, Korea Selatan tidak mengindahkannya. Latihan tembak menembak dengan artileri sungguhan itu melintasi garis perbatasan yang dipersengketakan. Alhasil Korea Utara menembakkan artileri ke arah Pulau Yeonpyeong dari arah Kaemori, lokasi dimana pasukan artileri Korea Utara dipersiapkan menindaklanjuti peringatannya untuk menghentikan latihan tembak-menembak. Dengan begitu, berarti Korea Selatan menantang ancaman yang telah diberikan oleh Korea Utara. Hal itu kemudian menentukan pada kondisi deterrence manakah tepat digunakan dalam kasus ini.

Tembakan Korea Selatan tersebut dapat dianggap bahwa kondisi general deterrence telah terlewati atau gagal. Indikasi general deterrence gagal tersebut didapat dari adanya perlawanan atau serangan menanggapi peringatan dari Korea Utara. Kemudian kondisi pada waktu itu berlanjut pada krisis atau adanya ketegangan yang bisa memicu kembalinya Perang Korea, mengingat kondisi Perang Korea diakhiri dengan gencatan senjata dan bisa berlanjut. Keempat, Korea Selatan merespon aksi Korea Utara dengan membalas serangan artileri ke arah Kaemori. Selain itu, Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan berjuluk “Hoguk” sebagaimana tuntutan Korea Utara sebelum terjadinya baku tembak antar dua negara tersebut.

Korea Utara tentu tidak akan menyerang Pulau Yeonpyeong terlebih dahulu jika latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat tersebut tidak menimbulkan anggapan buruk baginya. Sebagaimana kondisi dari teori ini, yakni


(40)

20

suatu negara tidak dapat menghalangi suatu negara yang tindakannya tidak menimbulkan pikiran yang mengancam, dalam hal ini adalah penyerangan.26

Hal ini berarti jika Negara A yang tidak membuat Negara lawannya merasa terancam, maka teori ini tidak dapat berjalan. Namun dalam kasus yang penulis bahas, perilaku Amerika Serikat-Korea Selatan yang menyelenggarakan latihan bersama diperbatasan dengan Korut itu merupakan suatu bentuk ancaman bagi Korut sehingga Korut melancarkan serangan militernya.

Dari berbagai macam penjelasan di atas, hemat penulis adalah Negara yang merasa terancam atas tindakan Negara lain (musuhnya) maka deterrence dapat menggunakan segala cara untuk mengimbangi ancaman tersebut. Deterrent dalam hal ini berusaha menjaga national security nya dari ancaman Negara lain. Sehingga jika ada ancaman dari luar, maka deterrent dengan rasionalitas mempersiapkan strategi bertahan ataukah menyerang terlebih dahulu.

1.4.2 Konsep Aliansi

Aliansi merupakan suatu formasi formal maupun informal untuk kerjasama dua negara atau lebih. Stephen M Walt membagi aliansi menjadi dua, yakni ballancing dan bandwagoning. Terdapat karakteristik yang berbeda diantaranya. Dalam ballancing, suatu negara akan bekerjasama dengan negara lain untuk menghadapi ancaman militer bersama. Sedangkan pada bandwagoning,

26


(41)

21

suatu negara cenderung mendekatkan diri dan bekerjasama dengan negara yang dianggap sebagai sumber ancaman.27

Negara dengan kekuatan yang besar memiliki kapasitas dalam menghukum musuh atau bermanfaat bagi pertemanan.28 Tentu hal ini akan menarik negara yang lebih lemah dan merasa terancam akan hadirnya negara besar tersebut akan melakukan upaya bandwagoning. Bagi negara yang melihat adanya ancaman eksternal, maka negara tersebut dapat mengusahakan menjadikan negara great power sebagai sekutunya sebagai upaya balancing dari negara yang mengancam.

Menurut Walt, suatu negara akan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan luar negerinya untuk mencari sekutu. Cara yang pertama ialah melalui bantuan luar negeri. Dengan adanya bantuan luar negeri maka negara yang diberi bantuan akan terikat dengan negara pemberi bantuan.

Cara yang kedua yakni melalui penetrasi politik, yakni yang didefinisikan sebagai manipulasi secara sembunyi-sembunyi atau secara tidak langsung atas sistem politik suatu negara oleh negara lainnya. Bentuknya antara lain adalah (1) pejabat publik yang loyalitasnya terpecah mungkin menggunakan posisinya untuk mendekatkan negaranya dengan negara lain; (2) melobbi organisasi-organasasi yang mungkin bisa digunakan untuk mengubah kebijakan dan persepsi publik

27

Stephen M. Walt, Alliance Formation and Balance of Power, dalam Jurnal International Security, Vol. 9, No. 4 (Spring, 1985), 3-43.

28


(42)

22

mengenai persekutuan; (3) propaganda dimungkinkan untuk digunakan untuk menggoyang sikap kaum elit dan media massa.29

Penggunaan konsep aliansi ini ditujukan untuk menjelaskan bahwa Korea Selatan bersekutu dengan Amerika Serikat. Persekutuan ini dimulai sejak akhir perang dunia kedua dan bersifat informal karena pada saat itu belum ada perjanjian yang mengatur kerjasama dalam keamanan. Perjanjian Pertahanan Bersama atau Mutual Defense Treaty antara Amerika dan Korea Selatan baru ada pada tahun 1953.

Aliansi antara Amerika dan Korea Selatan terjadi lantaran adanya ancaman eksternal dari Korea Utara. Hal itu terjadi setelah berakhirnya Perang Korea dengan gencatan senjata sampai saat ini. Korea Utara dianggap mengancam Korea Selatan lantaran keinginan Korea Utara menyatukan Korea dibawah rezimnya. Selain itu juga adanya kesamaan sistem politik antara kedua negara tersebut, yakni demokrasi.

1.5Metode Penelitian

1.5.1 Metodologi Hubungan Internasional

Metodologi hubungan internasional adalah suatu kumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur ilmiah yang digunakan oleh ilmuwan (peneliti) hubungan internasional untuk mengkaji suatu fenomena hubungan internasional. Dengan menggunakan metodologi akan membantu peneliti dalam menyingkirkan

29


(43)

23

hambatan dalam penelitian dan membantu memahami dan menilai informasi yang mempengaruhi keputusan yang dibuat dalam hidup sehari-hari.30

1.5.1.1Tingkatan Analisa

Penjelasan tingkat analisa ini dimaksudkan untuk lebih bisa memahami fenomena yang akan dibahas. Dalam menetapkan tingkat analisa, pertama – tama peneliti menetapkan unit analisa sebagai variabel dependen dan unit eksplanatif sebagai variabel independen.31 Peneliti hendak membahas perilaku Korut terhadap kerjasama militer AS dengan Korsel, dalam studi kasus latihan militer kedua negara tersebut diperbatasan Korut pada tanggal 23 November 2010.

Dilihat dari bahasan penelitian ini, unit analisanya terdapat pada perilaku Korut dan unit eksplanasinya pada kerjasama militer Korsel-AS. Tingkatan analisa ada lima tingkatan, yaitu; perilaku individu, perilaku kelompok, Negara-Bangsa, Pengelompokan Negara-Negara-Bangsa, dan sistem Internasional.32 Dalam unit analisa, peneliti memasukkannya dalam tingkatan Negara-Bangsa. Tingkatan ini menunjukkan perilaku negara secara utuh. Sedangkan pada tataran unit eksplanasinya adalah tingkatan pengelompokan Negara-Bangsa, dimana kerjasama militer antara Korsel dan AS dinilai sebagai perilaku suatu kelompok negara. Analisis pengelompokan Negara-Bangsa dipilih tidak lain karena negara-bangsa tidak bertindak secara sendiri-sendiri, tetapi sebagai suatu kelompok

30Mohtar Mas’oed

, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, (LP3ES : 1994) Hal. 2.

31

Ibid, Hal. 35.

32


(44)

24

negara-bangsa.33 Pengelompokan negara-bangsa dalam hal ini bukan terletak pada sistem yang mengikat kedua negara tersebut, melainkan adanya tindakan antar kedua negara itu.

Setelah menetapkan tingkatan masing-masing variabel, dapat diketahui jenis atau model pendekatan apa yang hendak digunakan. Melihat dari unit analisa penelitian ini lebih rendah daripada unit eksplanasi, maka model analisa yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisa induksionis.

1.5.1.2Jenis Penelitian

Mengacu pada Sub – Bab Rumusan Masalah, jenis penelitian ini tergolong pada jenis penelitian eksplanatif. Dalam hal ini yang disebut dengan jenis

penelitian eksplanatif adalah upaya menjelaskan pertanyaan “mengapa?”34

1.5.2 Metodologi Penelitian Sosial 1.5.2.1Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan peneliti kebanyakan bersifat kualitatif serta sebagian lagi bersifat kuantitatif untuk membantu memperjelas data kualitatif yang kurang jelas. Dalam penelitian ini pengumpulan data dibedakan menjadi dua yaitu studi kepustakaan dan searching via internet. Studi kepustakaan yang dimaksud peneliti adalah peneliti mengumpulkan data melalui buku, jurnal, artikel, dan media massa yang telah tercetak. Selain itu juga peneliti menggunakan teknologi internet untuk mendapatkan data yang relevan dengan

33

Ibid, hal. 41.

34


(45)

25

tema yang dibahas. Data yang didapatkan oleh peneliti melalui internet berbentuk soft file atau belum tercetak.

1.5.2.2Teknik Analisa Data

Data – data penelitian yang telah didapat kemudian diolah melalui proses pengolahan data kualitatif. Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi. Tujuan dari analisis data, dengan mengabaikan jenis data yang dimiliki dan mengabaikan tradisi yang sudah dipakai pada koleksinya, apakah untuk menentukan beberapa pesanan dalam jumlah besar informasi sehingga data dapat disintesis, ditafsirkan, dan dikomunikasikan.

1.5.2.3Jenis Penelitian

Pada sub-bab sebelumnya yaitu sub-bab teknik pengumpulan data, penelitian ini telah menggambarkan sebagai penelitian kualitatif. Dari fenomena yang terjadi di semenanjung Korea pada november 2010 yang diangkat sebagai bahasan pokok penelitian dapat diartikan penelitian ini digolongkan sebagai penelitian study case. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya


(46)

26

dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. 35

Menjelaskan dengan menggunakan studi kasus akan berguna ketika melakukan penelitian yang memiliki sifat kausalitas.36 Adapun sifat kausalitas (sebab akibat) yang terdapat dalam penelitian ini. Penyerangan Pulau Yeonpyeong oleh Korea Utara merupakan akibat dari latihan militer yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat di sekitar perbatasan yang disengketakan antar dua Korea.

1.5.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam suatu penelitian ilmiah, ruang lingkup pembahasan menempati faktor yang penting sekali. Ruang lingkup pembahasan digunakan untuk memberikan batasan yang jelas atas obyek yang hendak atau dalam arti lain untuk memfokuskan diri pada kajian yang akan diteliti. Ruang lingkup pembahasan ini akan membawa pada perkembangan pembahasan pada jalur yang linear. Ruang lingkup pembahasan ini akan dibagi menjadi dua, yakni batasan materi dan batasan waktu.

35

Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. (juni 2010) http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/215-jenis-dan-metode-penelitian-kualitatif.html (diakses tanggal 15 April 2011, pukul 17.51 WIB).

36

Bruce L, Berg. 2004, Qualitative Research Methods for the Social Sciences, USA: Pearson Education, Inc. hal. 257.


(47)

27

1.5.3.1Batasan Materi

Pembahasan dalam penelitian ini nantinya akan difokuskan pada sikap Korea Utara terhadap latihan militer yang diselenggarakan antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat pada tahun 2010. Latihan militer tersebut memicu Korea Utara menyerang ke arah pulau Yeonpyeong.

1.5.3.2Batasan Waktu

Batasan waktu yang diajukan oleh peneliti yakni berkisar pada peristiwa tenggelamnya kapal selam Cheonan milik Korea Selatan hingga pada peristiwa penembakan Korea Utara ke pulau Yeonpyeong. Pada peristiwa penembakan pulau Yeonpyeong, peneliti membaginya menjadi tiga waktu yakni sebelum, sesudah dan pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

1.6Hipotesa

Latihan gabungan yang diselenggarakan oleh Korea Selatan dengan Amerika Serikat pada tanggal 23 November 2010 di sekitar Laut Kuning dipandang Korea Utara sebagai bentuk ancaman dengan mengerahkan armada artilerinya. Korea Utara beranggapan bahwa latihan itu merupakan kamuflase belaka bagi Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk menyerang wilayahnya. Latihan tersebut menyebabkan Korea Utara melakukan penyerangan terlebih dahulu ke arah Pulau Yeonpyeong sebagai bentuk upaya immediate deterrence. Penyerangan tersebut menunjukkan komitmen, kapabilitas, dan kredibilitas Korea


(48)

28

Utara untuk melakukan upaya deterrence. Serangan tersebut juga menunjukkan bahwa Korea Utara tidak gentar dalam melawan Korea Selatan dan juga Amerika Serikat.

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini digunakan untuk mengarahkan apa saja yang hendak ditulis pada masing-masing bab. Dalam penelitian ini, direncanakan mempunyai empat bab untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Bab pertama dimulai dengan susunan proposal penelitian. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan rumusan masalah. Kemudian terdapat tinjauan pustaka atau literature review yang digunakan sebagai pembanding antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Ada pula landasan pemikiran yang ditujukan untuk membantu peneliti dalam menganalisa permasalahan dan menjawab rumusan masalah. Kemudian akan dibahas juga metodologi penelitian hubungan internasional dan metologi penelitian sosial. Di dalamnya terdapat batasan-batasan penelitian yang berguna untuk membuat penelitian ini lebih fokus. Kemudian terdapat pula hipotesa dari rumusan masalah.

Pada bab dua dan satu merupakan isi yang menjelaskan poko permasa-lahan. Bab ke dua merupakan isi dari penelitian. Bab ini akan menjelaskan gam-baran latihan militer bersama antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat yang memicu Korea Utara menyerang Pulau Yeonpyong. Setelah itu dibahas apa alasan dan tujuan dari latihan militer tersebut. Dari aksi militer Amerika Serikat dengan


(49)

29

Korea Selatan menimbulkan reaksi di pihak Korea Utara. Kemudian pada Bab ketiga, penulis akan membahas dan menjelaskan mengenai kronologi penyera-ngan Pulau Yeonpyeong oleh Korea Utara sebagai bentuk dari immediate deterrence. Bab empat merupakan bab penutup. Isi dari bab ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian pembahasan diskusi lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1.2Rumusan Masalah 1.3Tinjauan Pustaka 1.4Landasan Pemikiran

1.4.1 Kerangka Teori dan Konsep 1.4.2 Immediate Deterrence

1.4.3 Konsep Aliansi 1.5Metode Penelitian

1.5.1 Metodologi Hubungan Internasional 1.5.1.1Tingkatan Analisa

1.5.1.2Jenis Penelitian

1.5.2 Metodologi Penelitian Sosial 1.5.2.1Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.2Teknik Analisa Data 1.5.2.3Jenis Penelitian

1.5.3 Ruang Lingkup Pembahasan 1.5.3.1Batasan Materi

1.5.3.2Batasan Waktu 1.6Hipotesa

1.7Sistematika Penulisan

BAB II LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN

2.1 Latihan Militer Amerika Serikat-Korea Selatan 2.1.1 Latar Belakang

2.1.2 Gambaran Latihan Militer 2.1.3 Tujuan Latihan Militer


(50)

30

BAB III ANALISA RESPON KOREA UTARA TERHADAP LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN TAHUN 2010 3.1 Penembakan Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara

3.2 Penembakan Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara Sebagai Bentuk Respon Immediate Deterrence

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran


(1)

tema yang dibahas. Data yang didapatkan oleh peneliti melalui internet berbentuk

soft file atau belum tercetak.

1.5.2.2Teknik Analisa Data

Data – data penelitian yang telah didapat kemudian diolah melalui proses pengolahan data kualitatif. Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi. Tujuan dari analisis data, dengan mengabaikan jenis data yang dimiliki dan mengabaikan tradisi yang sudah dipakai pada koleksinya, apakah untuk menentukan beberapa pesanan dalam jumlah besar informasi sehingga data dapat disintesis, ditafsirkan, dan dikomunikasikan.

1.5.2.3Jenis Penelitian

Pada sub-bab sebelumnya yaitu sub-bab teknik pengumpulan data, penelitian ini telah menggambarkan sebagai penelitian kualitatif. Dari fenomena yang terjadi di semenanjung Korea pada november 2010 yang diangkat sebagai bahasan pokok penelitian dapat diartikan penelitian ini digolongkan sebagai penelitian study case. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya


(2)

dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. 35

Menjelaskan dengan menggunakan studi kasus akan berguna ketika melakukan penelitian yang memiliki sifat kausalitas.36 Adapun sifat kausalitas (sebab akibat) yang terdapat dalam penelitian ini. Penyerangan Pulau Yeonpyeong oleh Korea Utara merupakan akibat dari latihan militer yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat di sekitar perbatasan yang disengketakan antar dua Korea.

1.5.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam suatu penelitian ilmiah, ruang lingkup pembahasan menempati faktor yang penting sekali. Ruang lingkup pembahasan digunakan untuk memberikan batasan yang jelas atas obyek yang hendak atau dalam arti lain untuk memfokuskan diri pada kajian yang akan diteliti. Ruang lingkup pembahasan ini akan membawa pada perkembangan pembahasan pada jalur yang linear. Ruang lingkup pembahasan ini akan dibagi menjadi dua, yakni batasan materi dan batasan waktu.

35

Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. (juni 2010)

http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/215-jenis-dan-metode-penelitian-kualitatif.html (diakses tanggal 15 April 2011, pukul 17.51 WIB).

36

Bruce L, Berg. 2004, Qualitative Research Methods for the Social Sciences, USA: Pearson Education, Inc. hal. 257.


(3)

1.5.3.1Batasan Materi

Pembahasan dalam penelitian ini nantinya akan difokuskan pada sikap Korea Utara terhadap latihan militer yang diselenggarakan antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat pada tahun 2010. Latihan militer tersebut memicu Korea Utara menyerang ke arah pulau Yeonpyeong.

1.5.3.2Batasan Waktu

Batasan waktu yang diajukan oleh peneliti yakni berkisar pada peristiwa tenggelamnya kapal selam Cheonan milik Korea Selatan hingga pada peristiwa penembakan Korea Utara ke pulau Yeonpyeong. Pada peristiwa penembakan pulau Yeonpyeong, peneliti membaginya menjadi tiga waktu yakni sebelum, sesudah dan pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

1.6Hipotesa

Latihan gabungan yang diselenggarakan oleh Korea Selatan dengan Amerika Serikat pada tanggal 23 November 2010 di sekitar Laut Kuning dipandang Korea Utara sebagai bentuk ancaman dengan mengerahkan armada artilerinya. Korea Utara beranggapan bahwa latihan itu merupakan kamuflase belaka bagi Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk menyerang wilayahnya. Latihan tersebut menyebabkan Korea Utara melakukan penyerangan terlebih dahulu ke arah Pulau Yeonpyeong sebagai bentuk upaya immediate deterrence.


(4)

Utara untuk melakukan upaya deterrence. Serangan tersebut juga menunjukkan bahwa Korea Utara tidak gentar dalam melawan Korea Selatan dan juga Amerika Serikat.

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini digunakan untuk mengarahkan apa saja yang hendak ditulis pada masing-masing bab. Dalam penelitian ini, direncanakan mempunyai empat bab untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Bab pertama dimulai dengan susunan proposal penelitian. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan rumusan masalah. Kemudian terdapat tinjauan pustaka atau literature review yang digunakan sebagai pembanding antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Ada pula landasan pemikiran yang ditujukan untuk membantu peneliti dalam menganalisa permasalahan dan menjawab rumusan masalah. Kemudian akan dibahas juga metodologi penelitian hubungan internasional dan metologi penelitian sosial. Di dalamnya terdapat batasan-batasan penelitian yang berguna untuk membuat penelitian ini lebih fokus. Kemudian terdapat pula hipotesa dari rumusan masalah.

Pada bab dua dan satu merupakan isi yang menjelaskan poko permasa-lahan. Bab ke dua merupakan isi dari penelitian. Bab ini akan menjelaskan gam-baran latihan militer bersama antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat yang memicu Korea Utara menyerang Pulau Yeonpyong. Setelah itu dibahas apa alasan dan tujuan dari latihan militer tersebut. Dari aksi militer Amerika Serikat dengan


(5)

Korea Selatan menimbulkan reaksi di pihak Korea Utara. Kemudian pada Bab ketiga, penulis akan membahas dan menjelaskan mengenai kronologi penyera-ngan Pulau Yeonpyeong oleh Korea Utara sebagai bentuk dari immediate deterrence. Bab empat merupakan bab penutup. Isi dari bab ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian pembahasan diskusi lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1.2Rumusan Masalah 1.3Tinjauan Pustaka 1.4Landasan Pemikiran

1.4.1 Kerangka Teori dan Konsep 1.4.2 Immediate Deterrence

1.4.3 Konsep Aliansi 1.5Metode Penelitian

1.5.1 Metodologi Hubungan Internasional 1.5.1.1Tingkatan Analisa

1.5.1.2Jenis Penelitian

1.5.2 Metodologi Penelitian Sosial 1.5.2.1Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.2Teknik Analisa Data 1.5.2.3Jenis Penelitian

1.5.3 Ruang Lingkup Pembahasan 1.5.3.1Batasan Materi

1.5.3.2Batasan Waktu 1.6Hipotesa

1.7Sistematika Penulisan

BAB II LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN

2.1 Latihan Militer Amerika Serikat-Korea Selatan 2.1.1 Latar Belakang

2.1.2 Gambaran Latihan Militer 2.1.3 Tujuan Latihan Militer


(6)

BAB III ANALISA RESPON KOREA UTARA TERHADAP LATIHAN MILITER AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN TAHUN 2010 3.1 Penembakan Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara

3.2 Penembakan Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara Sebagai Bentuk Respon Immediate Deterrence

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran