Perilaku Ibu Nifas Tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

(1)

F

UNI

SKRIPSI

Oleh

Sri Maulida Ayu 111101137

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

(3)

(4)

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Tahun : 2015

ABSTRAK

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI yang dilakukan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Perilaku menyusui berkaitan dengan pengetahuan yang kurang, sikap dan tindakan yang salah dari ibu mengenai ASI. Apabila ibu tidak mengetahui cara mengatasi penurunan produksi ASI salah satunya adalah dengan cara pijat oksitosin, secara otomatis pemakaian susu formula meningkat sebagai pengganti ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor.Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang berada di wilayah kerja puskesmas Medan Johor dengan jumlah sampel 36 orang.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69,4% pengetahuan ibu nifas tentang pijat oksitosin adalah baik, 97,2% ibu nifas memiliki sikap yang positif dan 91,7% ibu nifas memiliki tindakan yang baik tentang pelaksanaan pijat oksitosin. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu nifas dalam pelaksanaan pijat oksitosin adalah baik sehingga pelaksanaan pijat oksitosin dapat berjalan dengan baik dan produksi ASI juga dapat meningkat.


(5)

Department : Nursing Science

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Oxytocin massage is one of the solutions to cope with the lack of uninterrupted flow of ASI (breast milk); it is performed along the vertebrae until the fifth and the sixth costae bones which makes a woman feel relaxed, the pain level increases, and she will love her baby so that oxytocin hormone will come out, and ASI will

also quickly come out. Bad breastfeeding behavior is related to a women’s lack of

knowledge, attitude, and action about ASI. If a woman does not know how to cope with the decrease in ASI production, she can use oxytocin massage automatically the use of powder milk as ASI substitute will increase. The objective of the

research was to find out childbirth women’s behavior in implementing oxytocin massage to increase ASI production in the working area of Medan Johor Puskesmas. The research used descriptive design. The population was all childbirth women in the working area of Medan Johor Puskesmas, and 36 of them were used as the samples. The data were gathered by using questionnaires. The result of the research showed that 69.4% of the respondents had good knowledge of oxytocin massage, 97.2% of the respondents had positive attitude, and 91.7% of the respondents had good action in oxytocin massage. The conclusion of the

research was that childbirth women’s behavior in the implementation of oxytocin

massage was good so that the implementation of oxytocin massage will run smoothly and ASI production will also increase.


(6)

hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Ibu Nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASIdi Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor”.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Terimakasih tak terhingga peneliti mempersembahkan kepada ayahanda Bustamam dan ibunda Nyak Khadijah yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan serta memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan pendidikan.

2. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Erniyati, S.Kp.,MNS.selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Bapak Ikhsanuddin Ahmad, S.Kp., MNS. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp,.M.Kep,.Sp.,Mat. selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.kep. selaku dosen penguji I dan Ibu Ellyta Aizar, S. kp. selaku dosen penguji II yang telah memberi kritik dan saran.


(7)

7. Seluruh staf dan dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 8. Terimakasih kepada saudara kandung peneliti Reza Al-finda selaku abang

dan Abdi Al-farid selaku adik dan seluruh keluarga besar yang selalu memberi dukungan, doa dan kasih sayang.

9. Sahabat-sahabat (Aan, Sari, Muna, Reza, Ulfah, Inggih, Tuti, Nabila, Ana, Ruri, Habibul dan seluruh teman-teman Program Studi Keperawatan Stambuk 2011 yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Peneliti menyelesaikan skripsi ini dengan sungguh-sungguh.Penelitijuga menerima saran dan kritik serta masukan yang membangun.Peneliti berharap skripsi penelitian ini dapat memberikan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya profesi keperawatan.

Medan, Agustus 2015


(8)

HALAMANPERNYATAAN ORISINALITAS...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

PRAKATA ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR SKEMA...xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ...1

1.2. Perumusan masalah ...4

1.3. Tujuan penelitian ...4

1.4. Manfaat penelitian ...5

BAB2, TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku...6

2.1.1. Pengetahuan ...6

2.1.1.1.Tingkat Pengetahuan...7

2.1.1.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...9

2.1.2. Sikap ...9

2.1.2.1.Tingkatan Sikap ...9

2.1.2.2.Komponen Sikap...10

2.3.1.Tindakan ...11

2.1.3.1.Tingkat Tindakan ...11

2.2. Nifas ...12

2.2.1.Tujuan Asuhan Masa Nifas...12

2.2.2.Tahapan masa nifas...12

2.3. Fisiologi Laktasi ...12

2.3.1.Menyusui ...13

2.4. Air Susu Ibu (ASI)...14

2.4.1.Mekanisme Produksi ASI ...15

2.4.2.Hal-hal yang mempengaruhi Produksi ASI ...15

2.5.Pijat Oksitosin... ...18

2.5.1.Manfaat pijat oksitosin...18

2.5.2.Langkah-langkah Pijat Oksitosin...19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1.Kerangka konsep ...20


(9)

4.3. Lokasi dan waktu penelitian ...24

4.4. Pertimbangan etik ...24

4.5. Instrumen penelitian ...25

4.6. Uji validitas dan reabilitas ...27

4.6.1 Uji validitas ...27

4.6.2 Uji Reabilitas ...28

4.7. Pengumpulan data ...28

4.8. Analisa data ...29

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian...31

5.1.1.Karakteristik responden...31

5.1.2.Perilaku...33

5.1.2.1.Pengetahuan...33

5.1.2.2.Sikap ...34

5.1.2.3.Tindakan ...37

5.2. Pembahasan ...40

5.2.1. Pengetahuan ...40

5.2.2. Sikap...41

5.2.3. Tindakan ...43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan...46

6.2. Saran ...47

DAFTAR PUSTAKA ...48

Lampiran 1. Jadwal penelitian

Lampiran 2.Lembar persetujuan (Inform concent) Lampiran 3. Kuesioner data demografi

Lampiran 4.Kuesioner pengetahuan Lampiran 5.Kuesioner sikap

Lampiran 6. Kuesioner tindakan Lampiran 7. Hasil reliabilitas

Lampiran 8. Data mentah data demografi Lampiran 9. Hasil data demografi

Lampiran 10. Data mentah pengetahuan Lampiran 11. Hasil data pengetahuan Lampiran 12. Data mentah sikap Lampiran 13. Hasil data sikap Lampiran 14. Data mentah tindakan


(10)

Lampiran 20. Surat permohonan survey awal Lampiran 21. Surat balasan survey awal

Lampiran 22. Surat permohonan pengambilan data Lampiran 23. Surat balasan pengambilan data Lampiran 24.Abstract

Lampiran 25. Lembar bukti bimbingan Lampiran 26. Transaksi Dana


(11)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik data demografi ...32

Tabel 5.2.Distribusi frekuensi dan presentase pengetahuan ...33

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pengetahuan...34

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi dan presentase sikap ...35

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi sikap...37

Tabel 5.6.Distribusi frekuensi dan presentase tindakan...38


(12)

(13)

(14)

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Tahun : 2015

ABSTRAK

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI yang dilakukan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Perilaku menyusui berkaitan dengan pengetahuan yang kurang, sikap dan tindakan yang salah dari ibu mengenai ASI. Apabila ibu tidak mengetahui cara mengatasi penurunan produksi ASI salah satunya adalah dengan cara pijat oksitosin, secara otomatis pemakaian susu formula meningkat sebagai pengganti ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor.Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang berada di wilayah kerja puskesmas Medan Johor dengan jumlah sampel 36 orang.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69,4% pengetahuan ibu nifas tentang pijat oksitosin adalah baik, 97,2% ibu nifas memiliki sikap yang positif dan 91,7% ibu nifas memiliki tindakan yang baik tentang pelaksanaan pijat oksitosin. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu nifas dalam pelaksanaan pijat oksitosin adalah baik sehingga pelaksanaan pijat oksitosin dapat berjalan dengan baik dan produksi ASI juga dapat meningkat.


(15)

Department : Nursing Science

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Oxytocin massage is one of the solutions to cope with the lack of uninterrupted flow of ASI (breast milk); it is performed along the vertebrae until the fifth and the sixth costae bones which makes a woman feel relaxed, the pain level increases, and she will love her baby so that oxytocin hormone will come out, and ASI will

also quickly come out. Bad breastfeeding behavior is related to a women’s lack of

knowledge, attitude, and action about ASI. If a woman does not know how to cope with the decrease in ASI production, she can use oxytocin massage automatically the use of powder milk as ASI substitute will increase. The objective of the

research was to find out childbirth women’s behavior in implementing oxytocin massage to increase ASI production in the working area of Medan Johor Puskesmas. The research used descriptive design. The population was all childbirth women in the working area of Medan Johor Puskesmas, and 36 of them were used as the samples. The data were gathered by using questionnaires. The result of the research showed that 69.4% of the respondents had good knowledge of oxytocin massage, 97.2% of the respondents had positive attitude, and 91.7% of the respondents had good action in oxytocin massage. The conclusion of the

research was that childbirth women’s behavior in the implementation of oxytocin

massage was good so that the implementation of oxytocin massage will run smoothly and ASI production will also increase.


(16)

1.1.Latar belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil (Maryunani, 2009).Di negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, pada masa ini ibu juga mengalami kelelahan setelah melahirkan sehingga dapat mengurangi produksi ASI (Hastuti, 2013).

Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara frekuensi penyusuan, paritas, stres, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan segera setelah persalinan (1-2 hari), dan harus dilakukan ibu secara rutin. Dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu (Bobak, 2005).

Hormon oksitosin berdampak pada pengeluaran hormon prolaktin sebagai stimulasi produksi ASI pada ibu selama menyusui. Oleh sebab itu perlu dilakukan stimulasi reflek oksitosin sebelum ASI dikeluarkan atau diperas. Bentuk stimulasi yang dilakukan pada ibu adalah dengan pijat oksitosin (Amin & Jaya, 2011).


(17)

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin dilakukan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intra-nasal, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan (Lund, et al , 2002). Tindakan pijat oksitosin ini dapat memberikan sensasi rileks pada ibu dan melancarkan aliran saraf serta saluran ASI kedua payudara lancar (Amin & Jaya, 2011).

Apabila ibu tidak mengetahui cara mengatasi penurunan produksi ASI dimana salah satunya itu adalah dengan cara pijat oksitosin, secara otomatis pemakaian susu formula meningkat sebagai pengganti ASI. UNICEF menegaskan bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan kemungkinan bayi yang diberi susu formula meninggal dunia adalah 25 kali lebih tinggi daripada bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif (Selasi, 2009).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2008 masih relatif tinggi yaitu 35 kematian per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian bayi dan balita tersebut adalah faktor gizi, dengan penyebab antara lain karena buruknya pemberian ASI eksklusif. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9%


(18)

menurun 0,5% dibanding hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 5,4%, sedangkan gizi kurang tetap 13%. Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2013 di dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng dari 10 ibu nifas didapatkan 6 orang atau 60% yang mengatakan ASInya keluar lancar pada hari pertama setelah melahirkan dan 4 orang atau 40% ibu nifas yang mengatakan ASInya baru keluar lancar pada hari kedua dan ketiga. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa masih banyak ibu nifas yang pengeluaran ASInya terlambat (SDKI, 2007 dalam Faizatul, 2014).

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar hambatan untuk menyusuiadalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang tidak benar.Penelitian terhadap 124 wanita Vietnam yang tinggal di Australia menyatakan faktor yangpaling penting untuk menyusui adalah sikap yang positif dari ibu dan tenaga kesehatan, sementara penelitian cross sectional di Tikrit, Irak memberikanhasil sebagian besar responden percaya bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayitapi hanya 45% yang bersikap positif terhadap pemberian ASI dan hanya 28,9% yangmemberikan ASI eksklusif.Perilaku menyusui berkaitan dengan pengetahuan yang kurang, kepercayaan atau persepsi dan sikap yang salah dari ibu mengenai ASI.Dukungan suami,keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan tindakan agar ibu dapat menyusui secara eksklusif (Yuliarti, 2008).

Pada penelitian sebelumnya yang mengkaji faktor pemberian ASI di indonesia keberhasilan pemberian ASI eksklusif antara lain usia ibu ≥25 tahun, kesehatan ibu, keyakinan ibu terhadap pengeluaran produksi ASI, tingkat


(19)

pendidikan ibu yang tinggi, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang benar, status sosial ekonomi ibu yang tinggi, dukungan keluarga, dan konseling ASI dari petugas kesehatan mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI (Fahriani, 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Perilaku Ibu Nifas tentang PelaksanaanPijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASIdi Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor”.

1.2.Perumusan masaalah

Bagaimanakah “Perilaku Ibu Nifas tentang PelaksanaanPijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASIdi Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor”.

1.3.Tujuan penelitian

Untuk mengetahui perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.meliputi:

1.3.1. Pengetahuan ibu nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.

1.3.2. Sikap ibu nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.


(20)

1.3.3. Tindakan ibu nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan informasi dan pengetahuan dalam pengembangan pelayanan di keperawatan khususnya keperawatan maternitas.

1.4.2.Pelayanan Keperawatan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat maternitas dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan ataupun data tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama.


(21)

2.1. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan seterusnya. Secara singkat, aktivitas manusia tersebut dikelmpokkan menjadi dua yakni: a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dn sebagainya, b) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berfikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2010).

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tiga tingkat ranah perilaku yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.1.1. Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek memalui indera yang dimilikinya, (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar


(22)

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Maulana, 2009).

2.1.1.1. Tingkatan Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami(comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi(application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.


(23)

4. Analisis(analysis)

Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masaalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis(syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi(evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.


(24)

2.1.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan pertama faktor internal terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman dan pekerjaan.Kedua faktor eksternal terdiri dari informasi, lingkungan dan sosial budaya (Setiawati dan Dermawan, 2008).

2.1.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Maulana, 2009).

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Canpbell (1950 dalam Notoatmodjo, 2010) mendefinisikn sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object.” Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

2.1.2.1. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya menurut(Notoatmodjo, 2010) adalah sebagai berikut:

1. Menerima (receiving)diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).


(25)

2. Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing) diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. 2.1.2.2. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954 dalam Notoatmodjo, 2010) sikap itu terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: (1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapatan atau pemikiran seseorang terhadap objek. (2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya, bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. (3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau perilaku terbuka (tindakan).


(26)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010).

2.3.1. Tindakan

Maulana (2009) menyatakansuatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour) untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan dukungan(support).

2.1.3.1. Tingkatan Tindakan

Tindakan memiliki beberapa tingkatan menurut (Maulana, 2009):

1. Persepsi (perception) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response) hal ini berarti dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (mecanism) mekanisme berarti dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau telah merupakan kebiasaan.

4. Adopsi (adoption) adalah suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik.


(27)

2.2. Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

2.2.1. Tujuan Masa Nifas

Tujuan masa nifas menurut Mitayani (2009) yaitu: 1) Immediate postpartum, adalah masa 24 jam nifas. 2) Early postpartum, adalahmasa pada minggu pertama nifas. 3) Late postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam nifas.

2.2.2. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu: (a) Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. (b) Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. (c) Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan (Maryunani, 2009).

2.3. Fisiologi laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Frekuensi penyusuan bayi


(28)

kepada ibunya sangat berpengaruh pada produksi dan pengeluaran ASI. Isapan bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi oksitosin meningkat yang menyebabkan otot-otot polos payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat (Bobak, 2005). Paritas juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI, semakin sering melahirkan maka pengalaman yang dimiliki ibu mengenai bayi akan semakin baik sehingga segera setelah bayi lahir akan segera menyusui bayinya, sebaliknya ibu yang baru pertama kali menyusui memerlukan waktu untuk bayi dan proses menyusui itu sendiri (Manuaba, 2007).

2.3.1. Menyusui

Menurut Astutik (2014) menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai status biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi.Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindung bayi terhadap penyakit.Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal. Tidak sedikit ibu akan mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI karena pengeluaran yang tidak lancar atau pengisapan oleh bayi.

Yohana dkk (2011) Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu(milk ejection/let down reflek). Oksitosin menstimulasi otot disekitar payudara untuk memeras ASI keluar.Para ibu mendeskripsikan sensasi pengeluarann ASI dengan berbeda-beda.Beberapa ibu ada yang merasakan geli di


(29)

payudara dan ada juga yang merasakan sedikit sakit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Reflek pengeluaran asi tidak selalu konsisten, khususnya pada masa-masa awal setelah melahirkan. Tetapi reflek ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi pengeluaran ASI.

Reflek pengeluaran ASI ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI saat menyusui, tetapi dapat terhalangi apabila ibu stres, oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.Pengeluaran ASI kurang baik juga akibat dari puting lecet dan terpisah dari bayi.Apabila ibu kesulitan dalam menyusui akibat kurangnya produksi ASI ibu dapat dibantu dengan pijat oksitosin, penghangatan payudara dengan mandi air hangat atau menyusui dalam situasi yang tenang (Yohana, 2011).

2.4. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan bahan makanan pertama dan tunggal yang paling baik, paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi, terutama pada saat-saat permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta kualitas ASI yang harus diberikan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan bayi, agar tetap dalam keadaan sehat.Kecukupan jumlah maupun kualitas ASI, sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibunya sewaktu hamil hingga menyusui.Karena selama kehamilan dan periode menyusui ibu tidak boleh menderita kekurangan gizi (Yohana, 2011).


(30)

Menurut World Health Organization (WHO), ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, atau makanan tambahan lain sebelum mencapai usia enam bulan.

ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000).

2.4.1. Mekanisme Produksi ASI

Yohana (2011) Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak.Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk kedalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang sel-sel bekerja memproduksi susu. Pada saat bayi menyusu sebagian hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Hormon prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Selain hormon prolaktin otak juga mengeluarkan hormon oksitosin yang diproduksi lebih cepat, dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu.Jadi ketika ibu mendengar suara bayi meskipun mungkin bukan bayinya, sentuhan bayi dan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada bayi, ASI dapat menetes keluar.

2.4.2. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

Astutik (2014) mengatakan pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000ml setiap hari, jumlah ASI dapat dipengaruhi oleh faktor:

1. Makanan: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup


(31)

mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. Adapun bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui: (a) Makanan yang merangsang, seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alkohol. (b) Yang membuat kembung, seperti: ubi, singkong, kol, sawi dan daun bawang. (c) Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. 3. Penggunaan alat kontrasepsi: Pada ibu yang menyusui bayinya

penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.

4. Perawatan payudara: Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi serta hormon oksitosin.


(32)

5. Anatomis buah dada: Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.

6. Fisiologi: Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.

7. Faktor istirahat: Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.

8. Faktor isapan anak: Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.

9. Faktor obat-obatan: Diperkirakan obat-obat yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.


(33)

2.5. Pijat Oksitosin

Pijat Oksitosin merupakan pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin (Biancuzzo, 2003 dalam Faizatul, 2014)

Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah pungung sepanjang kedua sisi tulang belakang, sehingga diharapkan dengan dilakukannya pemijatan tulang belakang ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan segera hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu pengeluaran hormon oksitosin (Mardiyaningsih, 2010).

2.5.1. Manfaat dari pijat oksitosin

Menurut Depkes RI (2007, dalam Mardiyaningsih, 2010) mamfaat pijat oksitosin yaitu: (1) mengurangi bengkak, (2) mengurangi sumbatan ASI, (3) merangsang pelepasan hormon oksitosin, (4) mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan durasi 2-3 menit, frekwensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga yang lain.


(34)

(35)

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.

Adapun kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1.Kerangka konseptual perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASIdi Wilayah KerjaPuskesmas Perilaku

Ibu Nifas

Pengetahuan ibu nifas tentang pijat oksitosin

Sikap ibu nifas dalam

pelaksanaan pijat oksitosin

- Baik

- Cukup

- Kurang

- Positif - Negatif

Tindakan ibu nifas dalam pelaksanaan pijat oksitosin

- Baik


(36)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui oleh ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam

meningkatkan produksi ASI meliputi :

- Definisi - Manfaat - Langkah-langkah Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan -Baik: Apabila responden mendapat skor 8-10 -Cukup: Apabila responden mendapat skor 4-7 -Kurang: Apabila responden mendapat skor 0-3 Ordinal

2. Sikap Sikap adalah

respon/perasaan positif atau negatif ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI Kuesioner terdiri dari 10 pernyataan -Positif: Apabila responden mendapat skor 26-50 -Negatif: Apabila responden mendapat skor 1-25 Ordinal


(37)

3. Tindakan Tindakan yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam

meningkatkan produksi ASI

Kuesioner terdiri dari 10

pernyataan

-Baik: Apabila responden mendapat skor

6-10 -Kurang: Apabila responden mendapat skor 0-5


(38)

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASIdi Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah 240 orang ibu nifas pada tahun 2014 di Wilayah KerjaPuskesmas Medan Johor.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Tetapi, apabila jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 15% dari total populasi sehingga sampel pada penelitian ini adalah 36 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan carapurposive sampling yang dilakukan dengan mengambil responden diantara populasi yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.


(39)

a. Ibu Nifas yang berada di Wilayah KerjaPuskesmas Medan Johor Khususnya di Klinik Bersalin Sumiariani Medan Johor.

b. Ibu nifas yang sudah mendapatkan informasi tentang pijat oksitosin. c. Ibu yang dalam masa nifas 0-5 hari.

d. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukandi Wilayah KerjaPuskesmas Medan Johor yaitu di Klinik Bersalin Sumiariani Medan Johor. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian karena tersedianya sampel yang memadai, lokasi mudah dijangkau peneliti, dan penelitian tentang perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin belum pernah dilakukan.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 April 2015 sampai dengan 10 Mei 2015.

4.4. Pertimbangan Etik

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan menjadi subjek penelitian.Jika calon responden bersedia, maka responden diminta untuk mendatangi lembar persetujuan (Informed consent) penelitian dan memberikan


(40)

kuesioner untuk diisi. Jika dalam pemberian kuesioner responden kurang mengerti, maka peneliti akan memberikan penjelasan. Setelah seluruh kuesioner telah selesai dijawab oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti. Jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Tanpa nama (Anonimity) peneliti melindungi subjek dari semua kerugian baik material, nama baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) identitas responden peneliti tidak tencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberi inisial pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan alat berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan pedoman pada tinjauan pustaka dan konsep.Instrumen ini terdiri dari empat bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakanibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI.

Pertama instrumen penelitian tentang data demografi berisi tentang kode atau inisial, umur, pendidikan, persalinan ke, lama nifas, dan Informasi tentang pijat oksitosin diketahui dari.


(41)

Kedua Untuk kuesioner pengetahuan ada 10 pertanyaan yang digambarkan dalam kategori baik, cukup, kurang. Menggunakan bentuk kuesioner pilihan ganda (Multiple choice), nilai yang diberikan untuk pertanyaan apabila responden menjawab benar=1 dan salah=0. Hasil pengukuran menurut (Nursalam, 2009).

Perhitungan persentase data:

p =jumlah skor yang diperoleh dari penelitian Banyak kelas

p =10 3 = 3,3 p = 3

8-10 = Pengetahuan Baik 4-7 = Pengetahuan cukup 0-3 = Pengetahuan Kurang

Bagian ketiga kuesioner sikap ibu nifas dalam pelaksanaan pijat oksitosin terdiri dari 10 pernyataan yang digambarkan dalam kategori positif dan negatif.menggunakan skala likert dalam 5 alternatif dengan nilai yang digunakan untuk positif SS=5, S=4, KS=3, TS=2, STS=1. Hasil pengukuran menurut (Nursalam, 2009).

p =jumlah skor yang diperoleh dari penelitian Banyak kelas

p = 50 2 = 25 Positif : 26-50


(42)

Bagian keempat ibu nifas adalah 10 pernyataan yang digambarkan dalam kategori baik dan kurang. Menggunakan bentuk kuesioner Guttman, nilai yang diberikan untuk pertanyaan apabila responden menjawab dilakukan=1 dan tidak dilakukan=0. Hasil pengukuran menurut (Nursalam, 2009).

Perhitungan persentase data:

p =jumlah skor yang diperoleh dari penelitian Banyak kelas

p =10 2 = 5 p = 5

6-10 = Tindakan Baik 0-5 = Tindakan Kurang

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas menggunakan validitas isi oleh dua orang dosen keperawatan yang ahli dibagiannya yaitu ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M. Biomed dan ibu Sri Eka Wahyuni, S. Kep, Ns, M. Kep yang dilaksanakan pada bulan februari 2015 sampai dengan bulan maret 2015 serta dinyatakan valid dengan beberapa perbaikan.


(43)

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Reliabilitas indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten dan bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji reabilitas dilakukan pada 10 orang responden yang memiliki kemiripan karakteristik dengan sampel yang akan diteliti lokasi populasi yang akan diteliti. Uji rehabilitas untuk kuesioner pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI menggunakan analisa cronbach alpha dengan menggunakan program komputerisasi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar atau sama dengan 0,70 (Arikunto, 2006). Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor pada bulan maret dan setelah dilakukan proses penghitungan dengan menggunakan bantuan komputer diperoleh hasil perilaku yang meliputi pengetahuan 0,71, sikap 0,76, dan tindaan 0,86. Instrumen perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor reliabel.

4.7. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi


(44)

pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ketempat penelitian yaitu Wilayah Kerja Puskesmas di Medan Johor khususnya yaitu di Klinik Bersalin Sumiariani. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dengan meminta data calon responden dari Klinik Bersalin Sumiariani.Setelah peneliti mendapat data calon responden maka peneliti mendatangi rumah calon responden.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan peneliti atau mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti.Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data telah selesai dilakukan dan selanjutnya dilakukan analisa data.

4.8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan melalui beberapa tahap, pertama editing, yaitu memeriksa kelengkapan data responden serta memastikan semua jawaban sudah diisi. Tahap kedua coding, yaitu memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memasukkan data kedalam komputer (entry) dan dilakukan


(45)

pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS 22.

Data dianalisa dengan menggunakan statistik deskripsi.Kemudian data demografi, pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.


(46)

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI yang dilakukan pada tanggal 01 April 2015 sampai dengan 10 Mei 2015 di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dengan jumlah responden 36 orang. Perilaku ibu nifas di uraikan dalam tiga bagian yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden yang melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani sebelumnya telah diajarkan tentang pijat oksitosin dan melakukan pemijatan diklinik pada saat setelah melahirkan bayinya kemudian diterapkan ketika responden sudah pulang kerumah untuk meningkatkan produksi ASI.Deskriptif karakteristik responden meliputi kode atau inisial, umur, pendidikan, persalinan ke, lama nifas, dan Informasi tentang pijat oksitosin lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.1sebagai berikut:


(47)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik data demografi perilaku ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor (n=36).

Karakteristik Demografi Frekuensi Presentase (%) Umur <20 tahun 21-35 tahun >35 tahun 1 19 16 2,8 52,8 44,4 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 8 19 7 5,6 22,2 52,8 19,4 Persalinan Ke 1 2 3 4 8 13 7 8 22,2 36,1 19,4 22,2 Lama Nifas

0-5 hari 36 100

Informasi tentang pijat oksitosin diketahui dari

Perawat Bidan 10 26 27,8 72,7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu nifas yang menjadi responden berusia 21–35 tahun 19 orang (52,8%), mayoritas pendidikan terakhir ibu nifas yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah SMA 19 orang(52,8%), mayoritas jumlah persalinan ibu nifas adalah pada persalinan ke-2 yaitu 13 orang(36,1%), keseluruhan responden pada lama nifas adalah 0-5 hari 36 orang(100%), dan mayoritas ibu nifas mendapatkan informasi tentang pijat oksitosin dari bidan 26 orang(72,2%).


(48)

5.1.2. Perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Perilaku adalah tindakan sesorang yang mengerti status kesehatan mereka, mempertahankan status kesehatan mereka secara optimal, mencegah sakit dan mencapai kemampuan fisik dan mental secara maksimal.Perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan.

5.1.2.1. Hasil pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin Pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.2.Distribusi frekuensi dan presentase pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin.

Pertanyataan Benar Salah

f % f %

Pengertian pijat oksitosin 36 100

Manfaat pijat oksitosin 33 91,7 3 8,3

Lokasi oksitosin dilakukan 31 86,1 5 13,9

Pelaksanaan pijat oksitosin 25 69,4 11 30,6

Posisi yang baik sehingga ibu rileks saat melakukan

pijat oksitosin 30 83,3 6 16,7

Posisi payudara ibu pada saat dilakukan pijat

oksitosin 25 69,4 11 30,6

Posisi jari pemijat (suami atau keluarga) pada saat

melakukan pemijatan 28 77,8 8 22,2

Gerakan tangan pemijat pada saat memijat 30 83,3 6 16,7 Durasi pijat oksitosin dilakukan setelah ibu

melahirkan bayinya 24 66,7 12 33,3

Berapa kali sehari dilakukan pijat oksitosin 29 80,6 7 19,4

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 36 orang (100%) semua menjawab dengan benar pada pertanyaan pengertian pijat oksitosin. Pada pertanyaan manfaat pijat oksitosin mayoritas menjawab benar 33 orang (91,7%). Untuk pertanyaan dimana pijat oksitosin dilakukan mayoritas menjawab benar 31 orang (86,1%). Pertanyaan pelaksanaan pada siapa dilakukan pijat oksitosin mayoritas menjawab


(49)

benar (n=25 atau 69,4%). Pada pertanyaan posisi yang baik sehingga ibu rileks mayoritas menjawab benar30 orang (83,3%). Pada pertanyaan posisi payudara ibu pada saat dilakukan pemijatan mayoritas menjawab benar 25 orang (69,4%). Untuk pertanyaan posisi jari pemijat (suami atau keluarga) saat melakukan pemijatan mayoritas menjawab benar 28 orang (77,8%). Pada pertanyaan gerakan tangan pemijat pada saat memijat mayoritas menjawab benar 30 orang( 83,3%). Pada pertanyaan durasi pijat oksitosin dilakukan setelah ibu melahiran bayinya mayoritas menjawab benar 24 orang (66,7%). Kemudian pada pertanyaan berapa kali sehari dilakukan pijat oksitosin mayoritas menjawab benar 29 orang(80,6%).

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

25 10 1

69,4 27,8 2,8

Pengetahuan responden mengenai penelitian pelaksanaan pijat oksitosin dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang meliputi 10 bagian pertanyaan, yang dikatagorikan menjadi 3 katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas memiliki pengetahuan baik yaitu 25 orang (69,4%)

5.1.2.2. Hasil sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(50)

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi dan presentase sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin.

Pernyataan SS S KS TS SS

f % f % f % f % f %

Pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI

16 44,4 18 50,0 2 5,6

Pijat oksitosin dilakukan untuk mengurangi sumbatan ASI

14 38,9 18 50,0 3 8,3 1 2,8

Petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang

pentingnya pijat oksitosin

16 44,4 15 41,7 4 11,1 1 2,8 Pijat oksitosin dapat

dilakukan oleh suami ataupun keluarga

16 44,4 14 38,9 4 11,1 2 5,6 Pijat oksitosin harus

dilakukan segera setelah melahirkan

14 38,9 15 41,7 4 11,1 3 8,3 Pijat oksitosin dapat

dilakukan minimal 2 kali sehari

12 33,3 19 52,8 4 11,1 1 2,8 Pijat oksitosin membantu

dalam mempertahankan produksi ASI ketika sakit

14 38,9 16 44,4 5 13,9 1 2,8

Suami atau keluarga dapat melakukan pijat oksitosin di bagian punggung belakang

13 36,1 15 41,7 6 16,7 2 5,6 Jika lelah maka ibu akan

meminta suami atau keluarga melakukan pijat oksitosin

15 41,7 14 38,9 5 13,9 2 5,6

Setelah dilakukan pijat oksitosin saya merasa lebih rileks

16 44,4 14 38,9 5 13,9 1 2,8

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas menjawab setuju 18 orang(50,0%) pada pernyataan menurut saya pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Kemudian dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas menjawab setuju 18 orang(50,0%) pada pernyataan saya rasa pijat oksitosin perlu


(51)

dilakukan untuk mengurangi sumbatan ASI. Selanjutnya dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas menjawab sangat setuju 16 orang(44,4%) pada pernyataan saya berharap petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pijat oksitosin kepada saya,suami maupun keluarga. Pada pernyataan saya berharap pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami ataupun keluarga diperoleh bahwa mayoritas menjawab sangat setuju 16 orang(44,4%). Kemudian dari hasil penelitian bahwa mayoritas menjawab setuju 15 orang(41,7%) pada pernyataan menurut saya pijat oksitosin harus dilakukan segera setelah melahirkan. Pada pernyataan menurut saya pijat oksitosin dapat dilakukan minimal 2 kali sehari diperoleh bahwa mayoritas menjawab setuju 19 orang(52,8%). Pada pernyataan saya berharap pijat oksitosin membantu saya dalam mempertahankan produksi ASI ketika saya sakit diperoleh bahwa mayoritas menjawab setuju 16 orang(44,4%). Selanjutnya dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas menjawab setuju 15 orang(41,7%) pada pernyataan saya rasa suami atau keluarga dapat melakukan pijat oksitosin di bagian punggung belakang saya. Kemudian diperoleh bahwa mayoritas menjawab sangat setuju 15 orang(41,7%) pada pernyataan jika saya merasa lelah maka saya akan meminta suami atau keluarga melakukan pijat oksitosin. Pada pernyataan saya yakin setelah dilakukan pijat oksitosin saya merasa lebih rileks diperoleh bahwa mayoritas menjawab sangat setuju 16 orang(44,4%).


(52)

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Positif Negatif

35 1

97,2 2,8

Sikap responden mengenai penelitian pelaksanaan pijat oksitosin dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang meliputi 10 bagian pernyataan, yang dikatagorikan menjadi 2 indikator yaitu: positif dan negatif. Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu nifas memiliki sikap positif yaitu sebanyak 35 orang ( 97,2%).

5.1.2.3. Hasil tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(53)

Tabel 5.6.Distribusi frekuensi dan presentase tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin.

Pertanyataan

Dilakukan Tidak Dilakukan

f % f %

Pijat oksitosin dilakukan segera setelah melahirkan

bayi dengan durasi selama 2 atau 3 menit 36 100 Petugas kesehatan suami atau keluarga melakukan

pijat oksitosin minimal 2 kali sehari 31 86,6 5 13,9 Petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan

kepada suami atau keluarga sebelum pijat oksitosin 34 94,4 2 5,6 Suami atau keluarga menyiapkan alat sebelum

melakukan pijat oksitosin 17 47,2 19 52,8

Ibu melepaskan pakaian dan keadaan payudara harus

menggantung pada saat dilakukan pijat oksitosin 29 80,6 7 19,4 Pijat oksitosin dilakukan dengan menggunakan dua

kepalan tangan dan ibu jari menunjuk kedepan 36 100 Posisi ibu ketika di pijat oksitosin adalah duduk,

bersandar kedepan 20 55,6 16 44,4

Ibu melipat lengan diatas meja didepannya dan

meletakkan kepala diatas lengannya 16 44,4 20 55,6

Suami atau keluarga menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

34 94,4 2 5,6

Pijat oksitosin dilakukan kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang, mulai dari leher kearah tulang belikat

36 100

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 36 orang (100%) semua menjawab dilakukan pada pernyataan ibu dilakukan pijat oksitosin segera setelah melahirkan bayi dengan durasi selama 2 atau 3 menit. Pada pernyataan petugas kesehatan suami atau keluarga melakukan pijat oksitosin minimal 2 kali sehari mayoritas menjawab dilakukan 31 orang(86,1%). Pada pernyataan petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada suami atau keluarga sebelum pijat oksitosin mayoritas menjawab dilakukan 34 orang(94,4%). Untuk pernyataan suami atau keluarga menyiapkan alat sebelum melakukan pijat oksitosin mayoritas menjawab dilakukan 17 orang(47,2%). Pada pernyataan ibu


(54)

melepaskan pakaian dan keadaan payudara harus menggantung pada saat dilakukan pijat oksitosin mayoritas menjawab dilakukan 29 orang(80%). Kemudian pada pernyataan pijat oksitosin dilakukan dengan menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk kedepan semua menjawab dilakukan 36 orang(100%).Pada pernyataan posisi ibu ketika dipijat oksitosin adalah duduk, bersandar kedepan mayoritas menjawab dilakukan 20 orang(55%). Pada pernyataan ibu melipat lengan diatas meja didepannya dan meletakkan kepala diatas lengannya yang menjawab mayoritas menjawab dilakukan 16 orang(44,4%). Pada pernyataan suami atau keluarga menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya mayoritas menjawab dilakukan 34 orang(94,4%). Pada pernyataan Pijat oksitosin dilakukan kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang, mulai dari leher kearah tulang belikat semua menjawab dilakukan 36 orang(100%).

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Baik Kurang

33 3

91,7 8,3

Tindakan responden mengenai penelitian pelaksanaan pijat oksitosin dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang meliputi 10 bagian pertanyaan, yang dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu: baik dan kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas memiliki tindakan baik yaitu berdasarkan hasil penelitian didapatan tindakan ibu nifas yang baik sebanyak 33 orang(91,7%).


(55)

5.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mendiskusikan hasil penelitian yang menggambarkan perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin di wilayah kerja Puskemas Medan Johor.

5.2.1. Pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pengetahuan ibu tentang pelaksanaan pijat oksitosin di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor adalah baik yaitu (69,4%). Berdasarkan data demografi bahwa semua ibu nifas sebanyak 36 orang (100%) sudah pernah mendapatkan informasi tentang pijat oksitosin dari tim kesehatan (perawat dan bidan). Ini berarti bahwa pengetahuan ibu nifas baik karena sudah pernah dapat informasi sebelumnya. Pengalaman mendapatkan informasi merupakan aspek terpenting dalam proses pembelajaran yang dapat berimplikasi positif menambah pengetahuan seseorang terhadap suatu hal Potter & Perry (2006). Hal ini sesuai dengan penelitian Dhandaphany (2008, dalam Hani, 2014) menyatakan bahwa ibu yang telah mendapatkan informasi pijat oksitosin mempunyai pengetahuan baik mengenai pelaksanaan pijat oksitosin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 19 orang (52,8%). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rahmawati dan Setyaningrum (2013) yang menyatakan bahwa usia reproduksi sehat berada pada 20-35 tahun, hal ini dikarenakan organ-organ reproduksi sudah siap untuk mengalami kehamilan, persalinan, dan laktasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan SMA 19 orang (52,8%), hal ini menggambarkan bahwa ibu yang


(56)

mempunyai pendidikan menengah keatas yang sudah memperoleh informasi tentang pijat oksitosin dengan mudah memahami informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga pengetahuannya baik. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2013) mayoritas ibu nifas dengan memiliki pendidikan SMA 19 orang (55,9%) mampu menyerap pengetahuan dengan baik sehingga mempengaruhi banyak atau tidaknya informasi yang didapatkan. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan Rahmawati (2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pengetahuan ibu tentang pelaksanaan pijat oksitosin di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor minoritas responden memiliki pengetahuankurang yaitu (2,8%) ini diakibatkan karena kurangnya minat ingin tahu ibu tentang pijat oksitosin disebabkan pengeluaran ASI ibu lancar. Hal ini sependapat dengan mardiyaningsih (2011) ibu yang mempunyai produksi ASI lancar sejumlah 1 orang (3,3%) memperoleh pengetahuan cukup karena tidak terlalu penting melakukan pijat oksitosin.Dari hasil diatas sependapat dengan teori Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pengalaman, dan informasi 5.2.2. Sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Berdasarkan hasil penelitian sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin diperoleh hasil bahwa dari mayoritas responden memiliki sikap positif sebanyak 35 orang (97,2%), hal ini dapat dilihat dari tabulasi data bahwa responden sebanyak 19 orang (52,8%) yang mengatakan setuju jika pijat


(57)

oksitosindilakukan minimal 2 kali sehari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hamranani (2015) yang mengatakan bahwa pijat oksitosin efektif jika dilakukan dua kali sehari pada hari pertama dan kedua masa nifas, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup banyak sehingga perlu dilakukan tindakan untuk merangsang reflek oksitosin.

Mayoritas responden pada penelitian ini berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 19 orang (52,8%). Simkin, et al (2007) menyatakan bahwa kelahiran ibu yang berusia 20-35 tahun biasanya berjalan dengan baik karena tubuhnya berada pada kondisi yang baik, usia yang muda dan kondisi tubuh yang baik mampu membimbing dan mengambil keputusan tentang perawatan untuk dirinya dan bayinya. Kondisi ini memampukan ibu menerima informasi yang diberikan terkait tentang pijat oksitosin dengan baik sehingga dapat dikatakan sikap yang dimiliki ibu positif. Sikap responden yang positif ini menandakan bahwa ibu nifas sudah sampai pada tahap menghargai informasi mengenai pijat oksitosin dalam tingkatan sikap. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya yaitu: menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggung jawab, dalam hal ini mengenai informasi yang diterima ibu nifas mengenai pijat oksitosin.

Selain itu, dari data demografi untuk jumlah responden terbanyak adalah ibu multipara sebanyak 27 orang (75,0%). Meskipun penelitian ini tidak dapat mengetahui perbedaan produksi ASI pada ibu primipara dan multipara namun peneliti melihat perbedaan pengalaman menyusui pada ibu primipara dan multipara.


(58)

Pada penelitian ini terdapat 1 responden yang memiliki sikap negatif yaitu 2,8% dikarenakan responden sudah memiliki anak lebih dari satu dan pengeluaran ASI lancar tanpa dilakukan pijat oksitosin. Pengalaman dan keyakinan ibu pada saat menyusui sebelumnya akan mempengaruhi sikap ibu pada proses menyusui selanjutnya, jika ibu berhasil menyusui pada saat anak pertama, maka saat menyusui anak keduaakan lebih yakin dapat berhasil untuk menyusui pada anak berikutnya. Keyakinan ibu ini dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin sehingga ASI dapat keluar dengan lancar Mardiyaningsih (2010).Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soetjiningsih (2005) yang menyatakan bahwa ibu yang melahirkan anak kedua dan seterusnya produksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran anak pertama.

5.2.3. Tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (91,7 %). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2009) bahwa stimulasi yang baik serta tindakan pijat oksitosin yang baik dapat meningkatkan pengeluaran ASI serta dapat mencegah bendungan ASI yang sering terjadi pada ibu nifas.

Kemudian 36 orang respoden (100%) mengatakanmelakukan pijat oksitosin segera setelah melahirkan bayi dengan durasi selama 2 atau 3 menit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ummah (2014) yang menyebutkan bahwa pijat oksitosin yang dilakukan 2 jam pasca salin dan 6 jam pasca salin dengan durasi 3 menit mendapatkan hasil pengeluaran ASI yang baik.


(59)

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tindakan kurang yaitu 3 orang yaitu (8,3%) disebabkan karena kurangnya motivasi dari suami atau keluarga. Padahal suami sangat berpengaruh dalam kesehatan psikologi ibu nifas sehingga proses laktasi pada ibu nifas menjadi lancar serta suami memiliki pengaruh yang sangat besar dalam memotivasi ibu untuk memulai menyusui (Humphreys, Thompson, dan Miner 1998 dalam Biswas, 2010). Hal lain juga disebabkan karena pada saat melakukan tindakan suami atau keluarga tidak melakukan sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan sebelumnya oleh petugas kesehatan (perawat atau bidan). sesuai dengan penelitian Ummah (2014) pemijatan yang dilakukan tidak semua prosedur diterapkan seperti mencuci tangan dan meminum segelas air sebelum dipijat, tetapi langsung dilakukan pijat oksitosin.

Dalam penelitian ini tindakan dilakukannya pijat oksitosin pada ibu nifas mempunyai tingkatan tindakan dengan mekanisme yang baik yang mayoritas suami atau keluarga melakukan pijat oksitosin sesuai dengan urutan yang benar sehingga dapat mengeluarkan ASI dengan baik, ini menunjukkan bahwa suami atau keluarga turut memberikan bantuan penuh dalam memberikan tenaga maupun meluangkan waktunya untuk membantu ibu nifas sehingga pelaksanaan pijat oksitosin dapat berhasil dan produksi ASI meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Anne & David (2007) dalam Hani (2014) bahwa keterlibatan keluarga secara terus menerus merupakan hal yang sangat menolong dan membangkitkan semangat ibu nifas dalam pelaksanaan pijat oksitosin.Hal ini


(60)

juga sesuai dengan teori (Maulana, 2009) yang mengatakan bahwa tindakan memiliki beberapa tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi suatu pratik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik dalam melakukan tindakan, dalam penelitian ini adalah tindakan pijat oksitosin pada ibu nifas.

Fenomena yang peneliti dapatkan selama penelitian adalah perilaku ibu nifas yang baru melahirkan anak pertama sangat antusias dalam pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI dan suami atau keluarga melakukannya dengan baik, dibandingkan dengan ibu nifas yang melahirkan anak keempat.Hal ini mungkin disebabkan oleh pada anak keempat pengalaman menyusui sudah lebih dari satu kali dan peningkatan ASI juga banyak.

Kendala yang peneliti rasakan selama melakukan penelitian adalah keterbatasan waktu dimana peneliti menjumpai calon responden diklinik bersalin Sumiariani, namun apabila calon responden sudah pulang peneliti harus mengunjungi calon responden dari rumah kerumah pada pagi hari.Selanjutnya keterbatasan referensi mengenai perilaku ibu nifas dalam pelaksanaan pijat oksitosin.


(61)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil distrribusi frekuensi mengenai pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin bahwa mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan pijat oksitosin yaitu sebanyak 25 orang (69,4%). Sebanyak 10 orang (27,8%) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pelaksanaan pijat oksitosin dan sisanya 1 orang (2,8%) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pelaksanaan pijat oksitosin.

Hasil distribusi frekuensi terhadap sikap ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin diperoleh bahwa mayoritas ibu nifas memiliki sikap positif tentang pelaksanaan pijat oksitosin sebanyak 35 orang (97,2%) dan hanya 1 orang (2,8%) memiliki sifat negatif tentang pelaksanaan pijat oksitosin.

Dari hasil distrribusi frekuensi mengenai tindakan ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin diperoleh bahwa mayoritas memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 33 orang atau (91,7%) dan minoritas yaitu sebanyak 3 orang atau (8,3%) memiliki tindakan kurang tentang pelaksanaan pijat oksitosin.


(62)

6.2. Saran

6.2.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan dan masukan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas, sehingga perlu diberikan penekanan materi tentang prilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI sehingga produksi ASI ibu nifas dapat meningkat.

6.2.2. Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan kepada perawat agar tetap memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas, suami dan keluarga, sehingga mereka mendapatkan informasi yang lengkap serta benar dan prilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI semakin baik.

6.2.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan tambahan tentang prilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali tentang fenomena ini, karena fenomena ini belum banyak diteliti dengan menggunakan jumlah responden yang lebih banyak lagi untuk memperoleh variasi data serta perlu diteliti (1) Observasi pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI,(2) Perbedaan peningkatan ASI setelah dilakukan pijat oksitosin pada minggu pertama kedua dan ketiga pasca melahirkan.


(63)

Produksi ASI pada Ibu Post Operasi Sectio Secsarea di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.Diunduh Kamis 1 Januari 2015.

Arikunto, S. (2006).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Salemba Medika.

. (2010).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Salemba Medika.

Astutik, Y, R. (2014).Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Biswas.(2010). Family Support on Exclusive Breastfeeding Practice among Mother in Bangladesh.Thesis of submitted in Partial Fullfiment of the requirements for degree of master nursing science Prince of Songkla University.Diakses pada tanggal 9 Agustus 2015.

Bobak, L., & Jensen.(2005).Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Budiman, & Agus R,.(2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap

dalam penelitian kesehatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Depkes RI. (2007).Manajemen laktasi, Jakarta: EGC.

Fahriani, R., Rohsiswanti, R,. Hendarto, H,.Faktor yang Mempengaruhi Pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan Imunisasi Dini (IMD).Diunduh 11 januari 2015. http://lib.umpo.ac.id/ gdl/files/disk1/4/jkptumpo-gdl-dwilestari-191-1-abstrak-i.pdf

Faizatul, Ummah. (2014). Pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal di Dusun Sono Desa Katanen Kecamatan Panceng Gersik.Diunduh Jumat 5 Desember 2014. http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/ejournal/files/2011/201112/201112 -001.pdf.

Hamranani, S. (2010).Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah Kabupaten Klaten.Diunduh 12 januari 2015.

Hani, R, U. (2014). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Diunduh Kamis 25 Juni 2015.


(64)

Hastuti, A, N. (2013).Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karang.Diunduh Sabtu 10 Januari 2015.

Heri D. J. Maulana,.(2009)Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC

Lund, I., Moberg, U., Wans, J., Yu, C., Kurosawa, M. (2002). Massage affect nociception of oxyitocin, J. European Neuroscience vol 16: 330-338. Mardiyaningsih, E. (2011). Efektivitas kombinasi teknik marmet dan pijat

oksitosin terhadap produksi ASI ibu post sectio. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman

Maryunani, A. (2009). Asuhan Pada Ibu Nifas dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: Trans Info Media

Mitayani.(2009).Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

___________, (2007).Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

___________, (2010).Promosi kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam.(2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan edisi kedua.Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry.(2006).Fundamental Keperawatan.Vol 2. Jakarta: EGC

Rahmawati, N, dkk,. (2009). Stimulasi Refleks Oksitosin dan Breast Care terhadap Produksi ASI Pada Ibu Postpartum Primipara di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak Kujon, Ceper, Kabupaten Klaten. Diunduh Senin 10 November 2014.

Roesli.(2000).Mengenal ASI ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Selasi.(2009). Susu formula dan angka kematian bayi.diunduh tanggal 1 Oktober 2014.http://selasi.net/index.php.


(65)

Setiawati, S., & Dermawan.(2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan.Jakarta-Timur: Trans Info Media.

Setiawan, S., & Dernawan, AC,.(2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan.Jakarta: Trans Info Media

Simkin, et al,.(2007).Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Jakarta: EGC Soetjiningsih. (2005).ASI:Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Yohana, Yovita.,& Yessica. (2011). Kehamilan dan persalinan. DKI: Garda

Media.

Yuliarti, I, D. (2008).Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan prilaku pemberian ASI Eklusif.diunduh tanggal 8 Desember 2014


(66)

Lampiran 1 JADWALPENELITIAN

No

Aktivitas Penelitian September 2014 Oktober 2014 November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul penelitian

2 Menyusun Bab 1 3 Menyusun Bab 2 4 Menyusun Bab 3 5 Menyusun Bab 4 6 Menyerahkan proposal

penelitian

7 Ujian sidang proposal 8 Revisi proposal penelitian 9 Uji Validitas & Reliabilitas 10 Pengumpulan data responden 11 Analisa data

12 Pengajuan sidang skripsi 13 Ujian sidang skripsi 14 Revisi skripsi


(67)

Lampiran 2

No. Kode Responden ___ (Diisi Oleh Peneliti)

SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Nama peneliti : Sri Maulida Ayu

Nim : 111101137

Judul :Perilaku Ibu Nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.

Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Ibu Nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi Ibu dalam memberikan jawaban atas kuesioner ini sesuai dengan fakta Ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Ibu, informasi yang Ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian Ibu untuk penelitian ini.

Medan, Maret 2015 Responden


(68)

Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN

A. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Penelitian :

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda cheklist (√) pada kolom yang telah disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab

3. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti 1.Kode/inisial ( )

2.Umur

( ) < 20 Tahun ( ) 31-40 Tahun

( ) 21-30 Tahun ( )> 40 Tahun

3.Pendidikan

( ) SD ( ) SMA

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi

4.Persalinan Ke

( ) 1 ( ) 3

( ) 2 ( ) > 4

5.Lama Nifas

( ) 0-5 Hari ( ) 11-20 Hari

( ) 6-10 Hari ( ) < 20

6.Informasi tentang pijat oksitosin diketahui dari


(69)

Lampiran 4 B. KUESIONER PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PELASANAAN

PIJAT OKSITOSIN

1. Apa yang dimaksud dengan pijat oksitosin?

a. Pijat untuk membantu mempercepat pengeluaran ASI b. Pijat untuk membantu kenyamanan ibu nifas

c. Pijat menghilangkan nyeri pada ibu nifas d. Pemijatan pada area payudara ibu nifas e. Tidak Tahu

2. Apa manfaat pijat oksitosin?

a. Mengurangi kelelahan ibu dalam masa nifas yang sedang menyusui bayinya

b. Mengurangi pembengkakan payudara, sumbatan ASI, dan mempertahankan produksi ASI

c. Meningkatkan pembengkakan payudara dan mengurangi rasa nyeri

d. Menguragi pembengkakan payudara dan tidak terjadi penyumbatan ASI

e. Tidak Tahu

3. Dimana pijat oksitosin dilakukan?

a. Punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang b. Punggung, bahu dan tangan

c. Payudara, panggul dan perut d. Punggung sampai pinggang e. Tidak Tahu

4. Pelaksanaan pijat oksitosin dilakukan pada siapa saja? a. Ibu bekerja yang tidak keluar ASInya

b. Ibu rumah tangga yang tidak keluar ASInya c. Ibu nifas atau ibu baru melahirkan

d. Ibu hamil sampai melahirkan e. Tidak Tahu

5. Posisi yang baik sehingga ibu rileks saat melakukan pijat oksitosin adalah? a. Ibu posisi telengkup dengan menekan payudara dengan bantal

b. Ibu posisi duduk, bersandar kedepan, lengan datas meja, dan kepala diatas lengan.

c. Ibu posisi duduk tegak dan payudara tidak tergantung lepas tanpa alas d. Ibu posisi duduk bersandar kedepan dengan memeluk bantal


(70)

6. Bagaimana posisi payudara ibu pada saat dilakukan pijat oksitosin? a. Payudara tergantung lepas menggunakan pakaian

b. Payudara tidak tergantung lepas tanpa pakaian c. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian

d. Payudara tidak tergantung lepas menggunakan pakaian e. Tidak Tahu

7. Bagaimana posisi jari pemijat (suami atau keluarga) pada saat melakukan pijatan?

a. Menggepal kedua tangan dan menekan ditulang punggung b. Menggepal satu tangan, satu tangan lagi dibuka

c. Membuka lebar kedua tangan kemudian dipijat-pijat

d. Menggepal kedua tangan dengan ibu jari menunjuk kedepan e. Tidak Tahu

8. Bagaimana gerakan tangan pemijat pada saat memijat? a. Melingkar kecil-kecil dengan satu ibu jari

b. Melingkar dengan gumpalan dua jari

c. Melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya d. Melingkar dengan satu gumpalan tangan e. Tidak Tahu

9. Berapa durasi pijat oksitosin dilakukan setelah ibu melahirkan bayinya? a. 1 sampai 2 menit

b. 2 sampai 3 menit c. 3 sampai 4 menit d. 5 sampai 6 menit e. Tidak Tahu

10. Berapa kali sehari dilakukan pijat oksitosin? a. 2 kali sehari

b. 3 kali sehari c. 4 kali sehari d. 5 kali sehari e. Tidak Tahu


(71)

Lampiran 5 C. KUESIONER SIKAP IBU NIFAS TENTANG PELAKSANAAN PIJAT

OKSITOSIN

Berilah tanda cheklist (√) pada kolom jawaban SS : Sangat Setuju (5)

S : Setuju (4)

KS : Kurang Setuju (3) TS : Tidak Setuju (2)

STS : Sangat Tidak Setuju (1)

NO Pernyataan SS S KS TS STS

1 Menurut saya pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI 2

Saya rasa pijat oksitosin perlu

dilakukan untuk mengurangi sumbatan ASI

3

Saya berharap petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pijat oksitosin kepada saya,suami maupun keluarga 4 Saya berharap pijat oksitosin dapat

dilakukan oleh suami ataupun keluarga 5 Menurut saya pijat oksitosin harus

dilakukan segera setelah melahirkan 6 Menurut saya pijat oksitosin dapat

dilakukan minimal 2 kali sehari 7

Saya berharap pijat oksitosin

membantu saya dalam mempertahan kan produksi ASI ketika saya sakit 8

Saya rasa suami atau keluarga dapat melakukan pijat oksitosin di bagian punggung belakang saya

9

Jika saya merasa lelah maka saya akan meminta suami atau keluarga

melakukan pijat oksitosin

10 Saya yakin setelah dilakukan pijat oksitosin saya merasa lebih rileks


(72)

Lampiran 6 D. KUESIONER TINDAKAN IBU NIFAS TENTANG PELAKSANAAN

PIJAT OKSITOSIN

Berilah tanda cheklist (√) pada kolom jawaban

Dilakukan : 1

Tidak dilakukan : 0

NO Pernyataan Dilakukaan Tidak

Dilakukan 1

Ibu dilakukan pijat oksitosin segera setelah melahirkan bayi dengan durasi selama 2 atau 3 menit

2

Petugas kesehatan suami atau keluarga melakukan pijat oksitosin minimal 2 kali sehari

3

Petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada suami atau keluarga sebelum pijat oksitosin 4 Suami atau keluarga menyiapkan alat

sebelum melakukan pijat oksitosin 5

Ibu melepaskan pakaian dan keadaan payudara harus menggantung pada saat dilakukan pijat oksitosin

6

Pijat oksitosin dilakukan dengan menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk kedepan

7 Posisiibu ketika di pijat oksitosin adalah duduk, bersandar kedepan 8

Ibu melipat lengan diatas meja didepannya dan meletakkan kepala diatas lengannya

9

Suami atau keluarga menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya 10

Pijat oksitosin dilakukan kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang, mulai dari leher kearah tulang belikat


(1)

Lampiran 23


(2)

85 85 85


(3)

Lampiran25


(4)

87 87 87


(5)

Lampiran 26 TRANSAKSI DANA PENELITIAN

1.Persiapan Proposal

- Biaya kertas dan tinta printproposal Rp 50.000,--Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,--Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 50.000,--Konsumsi saat sidang proposal Rp 220.000,-2.Perbaikan Proposal

-Biaya printkertas Rp

50.000,-3.Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Sovernir untuk responden Rp

200.000.-- Transportasi Rp

50.000,--Penggandaan kuesioner Rp

50.000,-4.Persiapan Skripsi

-Biaya kertas dan tinta print Rp 100.000,--Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp

100.000,-- Konsumsi sidang skripsi Rp

365.000,-Jumlah Rp


(6)

89

Lampiran 27

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Maulida Ayu

Tempat, tanggal lahir : Ujung Padang, 13 Oktober 1993 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Nasional Ujung Padang Kec. Manggeng Kab. Aceh Barat Daya

Alamat sekarang : Jalan Dr.Sumarsono 33/25 Perumahan Dosen Komplek USU

Riwayat Pendidikan : 1. TK A BA Mangggeng (1998-1999) 2. SD Lhoeng Baroe (1999-2005) 3. SMPN 1 Manggeng (2005-2008) 4. SMAN 1 Manggeng (2008-2011)

5. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (2011- sekarang)