PENDAHULUAN Perilaku Ibu Nifas Tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang Masa nifas puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil Maryunani, 2009.Di negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, pada masa ini ibu juga mengalami kelelahan setelah melahirkan sehingga dapat mengurangi produksi ASI Hastuti, 2013. Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara frekuensi penyusuan, paritas, stres, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan segera setelah persalinan 1-2 hari, dan harus dilakukan ibu secara rutin. Dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu Bobak, 2005. Hormon oksitosin berdampak pada pengeluaran hormon prolaktin sebagai stimulasi produksi ASI pada ibu selama menyusui. Oleh sebab itu perlu dilakukan stimulasi reflek oksitosin sebelum ASI dikeluarkan atau diperas. Bentuk stimulasi yang dilakukan pada ibu adalah dengan pijat oksitosin Amin Jaya, 2011. Universitas Sumatera Utara Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin dilakukan pada sepanjang tulang belakang vertebrae sampai tulang costae kelima-keenam ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intra-nasal, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan Lund, et al , 2002. Tindakan pijat oksitosin ini dapat memberikan sensasi rileks pada ibu dan melancarkan aliran saraf serta saluran ASI kedua payudara lancar Amin Jaya, 2011. Apabila ibu tidak mengetahui cara mengatasi penurunan produksi ASI dimana salah satunya itu adalah dengan cara pijat oksitosin, secara otomatis pemakaian susu formula meningkat sebagai pengganti ASI. UNICEF menegaskan bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan kemungkinan bayi yang diberi susu formula meninggal dunia adalah 25 kali lebih tinggi daripada bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif Selasi, 2009. Angka Kematian Bayi AKB di Indonesia pada tahun 2008 masih relatif tinggi yaitu 35 kematian per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian bayi dan balita tersebut adalah faktor gizi, dengan penyebab antara lain karena buruknya pemberian ASI eksklusif. Hasil riset kesehatan dasar Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9 Universitas Sumatera Utara menurun 0,5 dibanding hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 5,4, sedangkan gizi kurang tetap 13. Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2013 di dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng dari 10 ibu nifas didapatkan 6 orang atau 60 yang mengatakan ASInya keluar lancar pada hari pertama setelah melahirkan dan 4 orang atau 40 ibu nifas yang mengatakan ASInya baru keluar lancar pada hari kedua dan ketiga. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa masih banyak ibu nifas yang pengeluaran ASInya terlambat SDKI, 2007 dalam Faizatul, 2014. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar hambatan untuk menyusuiadalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang tidak benar.Penelitian terhadap 124 wanita Vietnam yang tinggal di Australia menyatakan faktor yangpaling penting untuk menyusui adalah sikap yang positif dari ibu dan tenaga kesehatan, sementara penelitian cross sectional di Tikrit, Irak memberikanhasil sebagian besar responden percaya bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayitapi hanya 45 yang bersikap positif terhadap pemberian ASI dan hanya 28,9 yangmemberikan ASI eksklusif.Perilaku menyusui berkaitan dengan pengetahuan yang kurang, kepercayaan atau persepsi dan sikap yang salah dari ibu mengenai ASI.Dukungan suami,keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan tindakan agar ibu dapat menyusui secara eksklusif Yuliarti, 2008. Pada penelitian sebelumnya yang mengkaji faktor pemberian ASI di indonesia keberhasilan pemberian ASI eksklusif antara lain usia ibu ≥25 tahun, kesehatan ibu, keyakinan ibu terhadap pengeluaran produksi ASI, tingkat Universitas Sumatera Utara pendidikan ibu yang tinggi, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang benar, status sosial ekonomi ibu yang tinggi, dukungan keluarga, dan konseling ASI dari petugas kesehatan mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI Fahriani, 2014. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Perilaku Ibu Nifas tentang PelaksanaanPijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASIdi Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor”. 1.2.Perumusan masaalah Bagaimanakah “ Perilaku Ibu Nifas tentang PelaksanaanPijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASIdi Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor”. 1.3.Tujuan penelitian Untuk mengetahui perilaku ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor.meliputi: 1.3.1. Pengetahuan ibu nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor. 1.3.2. Sikap ibu nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor. Universitas Sumatera Utara 1.3.3. Tindakan ibu nifas tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor. 1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan informasi

dan pengetahuan dalam pengembangan pelayanan di keperawatan khususnya keperawatan maternitas.

1.4.2. Pelayanan Keperawatan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat maternitas dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu nifas tentang pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan ataupun data tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama. Universitas Sumatera Utara 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA