6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk
hidup yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat
luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan seterusnya. Secara singkat, aktivitas
manusia tersebut dikelmpokkan menjadi dua yakni: a Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dn
sebagainya, b Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain dari luar misalnya: berfikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya Notoadmodjo, 2010.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tiga
tingkat ranah perilaku yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan. 2.1.1. Pengetahuan
Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek memalui indera
yang dimilikinya, mata, hidung, telinga, dan sebagainya.Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran telinga, dan indera penglihatan mata.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Sebagian besar diperoleh
melalui mata dan telinga Maulana, 2009. 2.1.1.1. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo 2010 pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6
tingkat pengetahuan yaitu: 1. Tahu know
Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut. 3. Aplikasi application
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis analysis Analisa adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan danatau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masaalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu
sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram bagan terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis syntesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan pertama faktor
internal terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman dan pekerjaan.Kedua faktor eksternal terdiri dari informasi, lingkungan dan sosial budaya Setiawati dan
Dermawan, 2008. 2.1.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
Maulana, 2009. Sikap adalah penilaian bisa berupa pendapat seseorang terhadap stimulus
atau objek dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut Notoatmodjo, 2007. Canpbell 1950 dalam Notoatmodjo, 2010 mendefinisikn sangat
sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object.” Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
2.1.2.1. Tingkatan Sikap Tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya menurutNotoatmodjo, 2010
adalah sebagai berikut: 1. Menerima receivingdiartikan bahwa seseorang atau subjek
mau menerima stimulus yang diberikan objek.
Universitas Sumatera Utara
2. Menanggapi responding diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai valuing
diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus,
dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespon. 4. Bertanggung jawab responsible Sikap yang paling tinggi
tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.
2.1.2.2. Komponen Sikap Menurut Allport 1954 dalam Notoatmodjo, 2010 sikap itu terdiri dari 3
tiga komponen, yaitu: 1 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapatan atau pemikiran seseorang
terhadap objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya, bagaimana penilaian terkandung didalamnya faktor emosi orang
tersebut terhadap objek. 3 Kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Artinya, sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau
perilaku terbuka.Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau perilaku terbuka tindakan.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude.Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting Notoatmodjo, 2010. 2.3.1. Tindakan
Maulana 2009 menyatakansuatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan over behaviour untuk mewujudkan sikap menjadi
perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan dukungan support.
2.1.3.1. Tingkatan Tindakan Tindakan memiliki beberapa tingkatan menurut Maulana, 2009:
1. Persepsi perception mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan
praktik tingkat pertama. 2. Respon terpimpin guided response hal ini berarti dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme mecanism mekanisme berarti dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau telah merupakan kebiasaan.
4. Adopsi adoption adalah suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Nifas Masa nifas puerperium adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru Mitayani, 2009.
2.2.1. Tujuan Masa Nifas Tujuan masa nifas menurut Mitayani 2009 yaitu: 1 Immediate
postpartum, adalah masa 24 jam nifas. 2 Early postpartum, adalahmasa pada minggu pertama nifas. 3 Late postpartum, adalah masa pada minggu kedua
sampai dengan minggu keenam nifas. 2.2.2. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tiga tahap, yaitu: a Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-
alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan
Maryunani, 2009.
2.3. Fisiologi laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Frekuensi penyusuan bayi
Universitas Sumatera Utara
kepada ibunya sangat berpengaruh pada produksi dan pengeluaran ASI. Isapan bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini
ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi oksitosin meningkat yang
menyebabkan otot-otot polos payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat Bobak, 2005. Paritas juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI, semakin sering melahirkan maka pengalaman yang dimiliki ibu mengenai bayi akan semakin baik sehingga segera setelah bayi lahir akan segera menyusui
bayinya, sebaliknya ibu yang baru pertama kali menyusui memerlukan waktu untuk bayi dan proses menyusui itu sendiri Manuaba, 2007.
2.3.1. Menyusui Menurut Astutik 2014 menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada
duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai status biologis serta
kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi.Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindung bayi terhadap penyakit.Akan tetapi,
menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal. Tidak sedikit ibu akan mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI karena
pengeluaran yang tidak lancar atau pengisapan oleh bayi. Yohana dkk 2011 Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya
susumilk ejectionlet down reflek. Oksitosin menstimulasi otot disekitar payudara untuk memeras ASI keluar.Para ibu mendeskripsikan sensasi
pengeluarann ASI dengan berbeda-beda.Beberapa ibu ada yang merasakan geli di
Universitas Sumatera Utara
payudara dan ada juga yang merasakan sedikit sakit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Reflek pengeluaran asi tidak selalu konsisten, khususnya pada
masa-masa awal setelah melahirkan. Tetapi reflek ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi
pengeluaran ASI. Reflek pengeluaran ASI ini penting dalam menjaga kestabilan produksi
ASI saat menyusui, tetapi dapat terhalangi apabila ibu stres, oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.Pengeluaran ASI kurang baik juga akibat
dari puting lecet dan terpisah dari bayi.Apabila ibu kesulitan dalam menyusui akibat kurangnya produksi ASI ibu dapat dibantu dengan pijat oksitosin,
penghangatan payudara dengan mandi air hangat atau menyusui dalam situasi yang tenang Yohana, 2011.
2.4. Air Susu Ibu ASI Air Susu Ibu ASI merupakan bahan makanan pertama dan tunggal yang paling
baik, paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi, terutama pada saat-saat permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta kualitas ASI yang harus diberikan
sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan bayi, agar tetap dalam keadaan sehat.Kecukupan jumlah maupun kualitas ASI, sangat dipengaruhi oleh
keadaan gizi ibunya sewaktu hamil hingga menyusui.Karena selama kehamilan dan periode menyusui ibu tidak boleh menderita kekurangan gizi Yohana, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Menurut World Health Organization WHO, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air
jeruk, atau makanan tambahan lain sebelum mencapai usia enam bulan. ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim Roesli,
2000. 2.4.1. Mekanisme Produksi ASI
Yohana 2011 Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak.Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk
kedalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang sel-sel bekerja memproduksi susu. Pada saat bayi menyusu sebagian hormon
prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Hormon prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Selain
hormon prolaktin otak juga mengeluarkan hormon oksitosin yang diproduksi lebih cepat, dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu.Jadi ketika ibu mendengar suara
bayi meskipun mungkin bukan bayinya, sentuhan bayi dan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada bayi, ASI dapat menetes keluar.
2.4.2. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI Astutik 2014 mengatakan pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI
kira-kira 550-1000ml setiap hari, jumlah ASI dapat dipengaruhi oleh faktor: 1. Makanan: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang
dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup
Universitas Sumatera Utara
mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa
makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan
vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelashari. Adapun bahan makanan
yang dibatasi untuk ibu menyusui: a Makanan yang merangsang, seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alkohol. b Yang membuat
kembung, seperti: ubi, singkong, kol, sawi dan daun bawang. c Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
2. Ketenangan jiwa dan pikiran: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih,
kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. 3. Penggunaan alat kontrasepsi: Pada ibu yang menyusui bayinya
penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi
ASI. 4. Perawatan payudara: Dengan merangsang buah dada akan
mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi serta hormon oksitosin.
Universitas Sumatera Utara
5. Anatomis buah dada: Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga
berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
6. Fisiologi: Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan
dan mempertahankan sekresi air susu. 7. Faktor istirahat: Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan
dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
8. Faktor isapan anak: Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian
pengeluaran ASI berkurang. 9. Faktor obat-obatan: Diperkirakan obat-obat yang mengandung
hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-
hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pijat Oksitosin Pijat Oksitosin merupakan pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6
sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin Biancuzzo, 2003 dalam Faizatul,
2014 Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks
let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah pungung sepanjang kedua sisi tulang belakang, sehingga diharapkan dengan dilakukannya
pemijatan tulang belakang ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan segera hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat
membantu pengeluaran hormon oksitosin Mardiyaningsih, 2010. 2.5.1. Manfaat dari pijat oksitosin
Menurut Depkes RI 2007, dalam Mardiyaningsih, 2010 mamfaat pijat oksitosin yaitu: 1 mengurangi bengkak, 2 mengurangi sumbatan ASI, 3
merangsang pelepasan hormon oksitosin, 4 mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan durasi 2-3 menit, frekwensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijatan ini
tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
20
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN