Ketika Model’s Dynamics for Lymphocytes Recovery on the HIV presence with Protease Inhibitor Therapy.

Gambar 3 Dinamika populasi T , T dan V ketika 50 N = . Gambar 4 Dinamika populasi T , T dan V ketika 70 N = . Gambar 5 Dinamika populasi T , T dan V ketika 80 N = . Dari Gambar 3, 4 dan 5 terlihat bahwa jumlah populasi sel T tidak terinfeksi tetap, yaitu 1000. Populasi sel T terinfeksi pada awalnya meningkat tajam kemudian mengalami penurunan mencapai kestabilan pada angka 0. Hal ini dikarenakan populasi virus menurun mencapai kestabilan pada angka 0. Penurunan ini terjadi karena pada kondisi ini virus tidak dapat bertahan di dalam populasi dan akhirnya virus akan punah. Selain itu, terlihat bahwa ketika 80 N = populasi sel T terinfeksi meningkat lebih besar dibandingkan ketika 50 N = . Sebelum melihat dinamika populasi, berikut ini akan digambarkan bidang fase yang menunjukkan orbit kestabilan untuk 1 R dengan memilih parameter pada Tabel 1 dengan nilai awal 1000 T = , T = dan 0.001 V = .

i. Ketika

1.5 = R Kondisi 1.5 R = dipenuhi ketika 150 N = sehingga diperoleh titik tetap 1 1000, 0, 0 E = dan 3 666.667,32.4074, E = 486.111 . Orbit kestabilannya diberikan pada Gambar 6 berikut. Gambar 6 Orbit kestabilan di sekitar , , T T V ketika 150 N = . Dari Gambar 6 terlihat bahwa orbit membentuk spiral menuju titik tetap 3 E , sehingga 3 E stabil. Selain itu, titik tetap 1 E jauh dari bidang fase sehingga 1 E tidak stabil. ii. Ketika 1.8 = R Kondisi 1.8 R = dipenuhi ketika 180 N = sehingga diperoleh titik tetap 1 1000, 0, 0 E = dan 3 555.556,39.0947, E = 703.704 . Orbit kestabilannya diberikan pada Gambar 7 berikut. Gambar 7 Orbit kestabilan di sekitar , , T T V ketika 180 N = . Dari Gambar 7 terlihat bahwa orbit membentuk spiral menuju titik tetap 3 E , sehingga 3 E stabil. Selain itu, titik tetap 1 E jauh dari bidang fase sehingga 1 E tidak stabil. iii. Ketika 2.4 = R Kondisi 2.4 R = dipenuhi ketika 240 N = sehingga diperoleh titik tetap 1 1000, 0, 0 E = dan 3 416.667, 44.5602 E = 1069.44 . Orbit kestabilannya diberikan pada Gambar 8 berikut. Gambar 8 Orbit kestabilan di sekitar , , T T V ketika 240 N = . Dari Gambar 8 terlihat bahwa orbit membentuk spiral menuju titik tetap 3 E , sehingga 3 E stabil. Selain itu, titik tetap 1 E jauh dari bidang fase sehingga 1 E tidak stabil. Grafik perubahan dinamika dari populasi sel T tidak terinfeksi, populasi sel T terinfeksi dan populasi virus terhadap waktu t untuk 1 R diberikan pada Gambar 9, 10 dan 11. Gambar 9 Dinamika populasi T , T dan V ketika 150 N = dan 1.5 R = . Gambar 10 Dinamika populasi T , T dan V ketika 180 N = dan 1.8 R = . Gambar 11 Dinamika populasi T , T dan V ketika 240 N = dan 2.4 R = . Berdasarkan Gambar 9, 10 dan 11, setelah virus menginfeksi sel T. Populasi sel T tidak terinfeksi, populasi sel terinfeksi dan populasi virus berfluktuasi menuju nilai stabil. Saat populasi sel T tidak terinfeksi mengalami penurunan, maka populasi sel T terinfeksi mengalami peningkatan. Peningkatan sel terinfeksi seiring dengan peningkatan populasi virus. Besarnya penurunan populasi sel T tidak terinfeksi dipengaruhi oleh besarnya jumlah total virus yang dihasilkan oleh sebuah sel terinfeksi, N . Ketika 240 N = dan 2.4 R = , penurunan populasi sel T tidak terinfeksi semakin besar dan semikin cepat dibandingkan ketika 150 N = dan 1.5 R = seiring dengan peningkatan populasi virus yang juga semakin besar dan semakin cepat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin besar N , maka penurunan populasi sel T tidak terinfeksi di dalam tubuh semakin besar dan semakin cepat, sama halnya jika R jauh lebih besar dari satu.

3.2 Model HIV dengan Terapi Protease Inhibitor