I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency
Syndrome AIDS adalah sindrom kumpulan gejala
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat terinfeksi HIV. Human
Immunodeficiency Virus HIV merupakan
sejenis retrovirus
virus yang
dapat menggandakan dirinya sendiri pada sel yang
ditumpanginya yang
merusak sistem
kekebalan tubuh terutama sel darah putih. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit, kuman, bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh.
HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu
yaitu darah, sperma, cairan vagina dan ASI. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
seksual, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, kelahiran dan masa menyusui.
Dua spesies
HIV yang
diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan
HIV-2. HIV-1 merupakan sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, HIV-1 lebih
mematikan dan lebih mudah masuk ke dalam tubuh. Sementara HIV-2 sulit dimasukkan dan
kebanyakan berada di Afrika Barat Reeves dan Doms, 2002.
Target utama dari infeksi HIV adalah suatu kelas limposit, sel darah putih, yang
dikenal sebagai sel T CD4
+
. Jumlah sel T
CD4
+
normal adalah sekitar 1000 mm
-3
, jika jumlah sel T CD4
+
kurang dari 200 mm
-3
, maka
pada kondisi
ini individu
diklasifikasikan terkena AIDS. Sel T CD4
+
merupakan bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh, dan
jika jumlahnya
menyusut, maka sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi. Infeksi
HIV menyebabkan deplesi imunitas sel terutama sel T CD4
+
dan juga menyebabkan menurunnya fungsi sel tersebut. Seseorang
yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana
seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam waktu yang lama.
Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya, virus dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Sampai saat ini HIVAIDS belum dapat disembuhkan secara total, namun berbagai
usaha dilakukan untuk mengembangkan obat- obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan
yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan
diperlukan
oleh virus
tersebut untuk
berkembang. Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang akan
menghambat kerja enzim-enzim tersebut dan pada
akhirnya akan
menghambat pertumbuhan virus HIV. Salah satu inhibitor
yang digunakan pada pengobatan HIV yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah protease
inhibitor .
Beberapa model telah dikembangkan untuk mendeskripsikan sistem kekebalan
tubuh, interaksi sistem kekebalan tubuh dengan HIV dan penurunan jumlah sel T
CD4
+
. Baik model stokastik maupun model deterministik telah dikembangkan. Model
stokastik, seperti model yang dikembangkan oleh
Merrill 1989
bertujuan untuk
memperkirakan awal peristiwa suatu penyakit ketika jumlah sel terinfeksi dan virus sedikit.
Sementara model deterministik, seperti yang dikembangkan oleh Dolezal dan Hraba
1989, Hraba et al 1990, Anderson dan May 1989, dan Perelson 1989 diterapkan pada
analisis dengan populasi berukuran sedang maupun besar. Pada model deterministik
dijelaskan dinamika sel T CD4
+
dan populasi virus baik tanpa terapi maupun dengan terapi
obat-obatan. Pada tulisan ini akan dibahas tiga model
deterministik dari Alan S. Perelson dan Patrick W. Nelson 1998. Pada ketiga model
dijelaskan perubahan populasi sel T tidak terinfeksi
maupun terinfeksi
HIV dan
perubahan populasi virus. Model I, yaitu model HIV tanpa terapi obat, model II, yaitu
model HIV dengan terapi protease inhibitor dan model III, yaitu model penyembuhan sel
darah putih.
1.2 Tujuan