Titik Tetap Kestabilan Titik Tetap

Berdasarkan Gambar 23, 24 dan 25, setelah terapi protease inhibitor dimulai, populasi virus dengan poliprotein yang tidak membelah, ,- , meningkat tajam kemudian berfluktuasi menuju nilai stabil. Seiring dengan meningkatnya populasi virus dengan poliprotein yang tidak membelah, populasi virus dengan poliprotein yang membelah, I V , menurun dan berfluktuasi menuju nilai stabil yang lebih rendah dibandingkan sebelum terapi dimulai. Hal ini menyebabkan populasi sel T terinfeksi, T , menurun menuju nilai stabil yang lebih rendah dan populasi sel T tidak terinfeksi, , meningkat dan berfluktuasi menuju nilai stabil yang lebih tinggi dibandingkan sebelum terapi dimulai. Selain itu, dari gambar terlihat bahwa populasi virus dengan poliprotein yang membelah stabil pada angka 782.639 ketika 0.2 PI η = , 620.635 ketika 0.3 PI η = dan .01 ketika 0.4 PI η = . Sehingga dapat disimpulkan semakin besar nilai PI η dan nilai R semakin jauh lebih dar1 1, maka populasi virus dengan poliprotein yang membelah semakin kecil dan populasi sel T tidak terinfeksi semakin besar.

3.3 Model Penyembuhan Sel Darah Putih

Penyembuhan sel darah putih diamati setelah terapi dimulai, diasumsikan bahwa sel darah putih baru hanya dihasilkan dari sumber di dalam tubuh, seperti timus, diberi notasi s . Sehingga fungsi logistik yang menyatakan proliferasi, yaitu max 1 T pT T − pada model sebelumnya menjadi ditiadakan. Akibat lainnya adalah populasi virus dengan poliprotein yang membelah, I V , akan turun dengan cepat untuk protease inhibitor sempurna atau 1 PI η = , ct I V t V e − = menuju angka nol. Hal ini mengakibatkan kVT − menjadi ditiadakan. Sehingga diperoleh model matematika penyembuhan sel darah putih sebagai berikut 1 , T I I PI I NI PI NI dT s d T dt dT kV T T dt dV N T cV dt dV N T cV dt δ η δ η δ = − = − = − − = − 3.5 dengan T : banyaknya populasi sel T tidak terinfeksi, T : banyaknya populasi sel T terinfeksi, V : banyaknya populasi virus, I NI V V V = + I V : banyaknya populasi virus dengan poliprotein yang membelah, NI V : banyaknya populasi virus dengan poliprotein yang tidak membelah, s : laju sel T baru dihasilkan dari sumber di dalam tubuh, seperti timus, T d : laju kematian sel T tidak terinfeksi, k : laju infeksi, δ : laju kematian sel T terinfeksi, N : total virus yang diproduksi oleh sel T terinfeksi selama waktu hidupnya, c : laju kematian virus. PI η : efektifitas dari protease inhibitor. Selanjutnya akan ditentukan titik tetap untuk persamaan 3.5 yang kemudian akan menganalisis kestabilan disekitar titik tetap tersebut, orbit serta dinamika populasinya.

3.3.1 Titik Tetap

Titik tetap dari sistem persamaan 3.5 diperoleh dari persamaan dT dt = , dT dt = , I dV dt = dan NI dV dt = , yaitu 3 , 0, 0, 0 ss F T = dengan 3 ss T s T d = . Untuk melihat perilaku solusi disekitar titik tetap, maka akan dilakukan pelinearan pada model yang merupakan persamaan diferensial taklinear. Misalkan sistem persamaan 3.5 dituliskan sebagai berikut , , , , , , , , , , , , . I NI I NI I I NI NI I NI dT P T T V V dt dT Q T T V V dt dV R T T V V dt dV S T T V V dt = = = = 3.6 Dengan melakukan pelinearan pada sistem persamaan 3.6, maka diperoleh matriks Jacobi I NI I NI I NI I NI P P P P T T V V Q Q Q Q T T V V J R R R R T T V V S S S S T T V V ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ = ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ atau . 1 T I PI PI d kV kT J N c N c δ η δ η δ − − = − − −

3.3.2 Kestabilan Titik Tetap

Pelinearan sistem persamaan diferensial pada titik tetap 3 , 0, 0, 0 ss F T = dengan 3 ss T s T d = akan menghasilkan matriks Jacobi sebagai berikut 3 1 T ss PI PI d kT J N c N c δ η δ η δ − − = − − − sehingga diperoleh 1 T d λ = − 2 2,3 3 1 4 4 1 2 2 ss PI c c c NkT δ λ δ δ δ η + = − ± + − + − 4 . c λ = − Karena semua parameter taknegatif, maka 1 0, λ 3 λ dan 4 λ , sehingga kestabilan di titik ini tergantung pada nilai eigen 2 λ . Jika 2 λ yang mana kondisi ini akan dipenuhi ketika 3 1 ss PI c NkT η − atau 3 1 PI ss c NkT η − , maka titik tetap akan stabil. jika 2 λ yang mana kondisi ini akan dipenuhi ketika 3 1 ss PI c NkT η − atau 3 1 PI ss c NkT η − , maka titik tetap akan sadel. Kondisi stabil dipenuhi, ketika 3 1 PI ss c NkT η − atau ditulis dalam bentuk 3 1 1 ss PI NkT c η − . Besaran 3 1 ss PI NkT c η − merupakan bilangan reproduksi dasar virus dalam populasi R untuk model penyembuhan sel darah putih. Ketika 1 R yang merupakan kondisi stabil, maka virus tidak dapat bertahan di dalam populasi. Sebaliknya, ketika 1 R , maka populasi tidak stabil karena virus akan bertahan dalam populasi. 3.3.3 Dinamika Model Penyembuhan Sel Darah Putih Berikut ini akan digambarkan bidang fase yang menunjukkan orbit kestabilan untuk 1 R . Parameter yang digunakan dipilih dari Tabel 1 dengan nilai awal 416.667 T = , 44.5602 T = , 1069.44 I V = dan NI V = . i. Ketika 0.8 = R Kondisi 0.8 R = dipenuhi ketika 400 N = dan 0.6 PI η = sehingga diperoleh titik tetap 500, 0, 0, 0 F = . Orbit kestabilannya diberikan pada Gambar 26 berikut. Gambar 26 Orbit kestabilan di sekitar , , I T T V ketika 0.6 PI η = dan 0.8 R = . Dari Gambar 26 terlihat bahwa titik tetap F dituju oleh bidang fase. Ini menunjukkan bahwa titik tetap F stabil dengan jenis kestabilan simpul. ii. Ketika 0.6 = R Kondisi 0.6 R = dipenuhi ketika 400 N = dan 0.7 PI η = sehingga diperoleh titik tetap 500, 0, 0, 0 F = . Orbit kestabilannya diberikan pada Gambar 27 berikut. Gambar 27 Orbit kestabilan di sekitar , , I T T V ketika 0.7 PI η = dan 0.6 R = . Dari Gambar 27 terlihat bahwa titik tetap F dituju oleh bidang fase. Ini menunjukkan bahwa titik tetap F stabil dengan jenis kestabilan simpul. iii. Ketika 0.4 = R Kondisi 0.4 R = dipenuhi ketika 400 N = dan 0.8 PI η = sehingga diperoleh titik tetap 500, 0, 0, 0 F = . Orbit kestabilannya diberikan pada Gambar 28 berikut. Gambar 28 Orbit kestabilan di sekitar , , I T T V ketika 0.8 PI η = dan 0.4 R = . Dari Gambar 28 terlihat bahwa titik tetap F dituju oleh bidang fase. Ini menunjukkan bahwa titik tetap F stabil dengan jenis kestabilan simpul. Berikut ini akan diperlihatkan grafik perubahan dinamika populasinya. Parameter yang digunakan dipilih dari Tabel 1 dengan nilai awal 416.667 T = , 44.5602 T = , 1069.44 I V = dan NI V = . Gambar 29 Dinamika populasi T , T , I V dan NI V ketika 0.6 PI η = dan 0.4 R = . Gambar 30 Dinamika populasi T , T , I V dan NI V ketika 0.7 PI η = dan 0.45 R = . Gambar 31 Dinamika populasi T , T , I V dan NI V ketika 0.8 PI η = dan 0.4 R = . Dari Gambar 29, 30 dan 31 terlihat bahwa populasi sel T tidak terinfeksi, T , mengalami peningkatan dan kemudian stabil pada angka 500. Populasi sel T terinfeksi, T , pada awalnya meningkat tajam kemudian menurun dan mencapai kestabilan pada angka 0. Sedangkan, populasi virus dengan poliprotein yang membelah, I V , menurun tajam dan mencapai kestabilan pada angka 0. Populasi virus dengan poliprotein yang tidak membelah, NI V , pada awalnya meningkat tajam kemudian menurun menuju kestabilan pada angka 0. Penurunan ini terjadi karena pada kondisi ini virus tidak dapat bertahan dalam populasi. Kurva dari Gambar 31, yaitu ketika 0.8 PI η = dan 0.4 R = lebih curam jika dibandingkan dengan kurva pada saat 0.6 PI η = dan 0.7 PI η = . Hal ini menunjukkan bahwa pada saat 0.8 PI η = , kecepatan menuju kestabilan lebih besar sehingga populasi akan semakin cepat menuju kestabilan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semikin besar nilai PI η dan nilai R semakin jauh lebih kecil dari 1, maka populasi virus semakin cepat menurun dan akhirnya virus akan punah. Berikut ini akan diperlihatkan grafik perubahan dinamika populasi. Parameter yang digunakan dipilih dari Tabel 1 dengan nilai awal 416.667 T = , 44.5602 T = , 1069.44 I V = dan NI V = . Gambar 32 Dinamika populasi T , T , I V dan NI V ketika 0.2 PI η = dan 1.6 R = . Gambar 33 Dinamika populasi T , T , I V dan NI V ketika 0.3 PI η = dan 1.4 R = . Gambar 34 Dinamika populasi T , T , I V dan NI V ketika 0.4 PI η = dan 1.2 R = . Dari Gambar 32, 33 dan 34, setelah terapi protease inhibitor dimulai, terlihat bahwa populasi sel T tidak terinfeksi, T , meningkat dan stabil pada angka 500. Peningkatan ini menandakan bahwa populasi sel T mengalami penyembuhan. Akan tetapi populasi sel T terinfeksi, T , populasi virus dengan poliprotein yang membelah, I V dan populasi virus dengan poliprotein yang tidak membelah, NI V , terus meningkat dari awal pengamatan. Peningkatan ini terjadi karena pada kondisi ini virus dapat bertahan dalam populasi dengan kata lain virus berkembang tanpa batas. Ketika 0.4 PI η = dan 1.2 R = populasi sel T terinfeksi, populasi virus dengan poliprotein yang membelah dan populasi virus dengan poliprotein yang tidak membelah meningkat lebih lambat dibandingkan ketika 0.2 PI η = dan 0.3 PI η = . IV SIMPULAN Dari hasil analisis model I model HIV tanpa terapi obat dan model II model HIV dengan terapi protease inhibitor, masing- masing diperoleh dua titik tetap, yaitu titik tetap tidak terinfeksi dan titik tetap terinfeksi. Kedua titik tetap tersebut tidak pernah stabil secara bersamaan. Sedangkan model III model penyembuhan sel darah putih hanya diperoleh titik tetap tak terinfeksi. Kestabilan titik tetap ketiga model bergantung pada bilangan reproduksi dasar virus. Titik tetap tidak terinfeksi berada dalam kestabilan ketika bilangan reproduksi dasar kurang dari satu dan titik tetap terinfeksi dalam kestabilan ketika bilangan reproduksi dasar lebih dari satu. Selama 1 PI η , dengan PI η adalah besarnya efektifitas protease inhibitor, maka bilangan reproduksi dasar virus pada model III lebih kecil dari bilangan reproduksi dasar virus pada model II dan bilangan reproduksi dasar virus pada model II lebih kecil dari bilangan reproduksi dasar pada model I. Ini berarti kondisi tak terinfeksi atau bebas penyakit pada model III lebih cepat tercapai daripada model II dan model II lebih cepat tercapai daripada model I. Begitu juga sebaliknya, kondisi terinfeksi HIV akan lebih cepat tercapai pada model I jika dibandingkan dengan model II. Besarnya nilai parameter N , yaitu jumlah virus yang dihasilkan oleh suatu sel T terinfeksi mempengaruhi penurunan populasi sel T tidak terinfeksi. Semakin besar jumlah virus yang dihasilkan oleh suatu sel T terinfeksi maka semakin besar penurunan populasi sel T tidak terinfeksi. Setelah terapi protease inhibitor dimulai, populasi virus dan populasi sel T terinfeksi mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya populasi sel T yang tidak terinfeksi jika dibandingkan sebelum terapi protease inhibitor dimulai. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa semakin besar efektifitas protease inhibitor maka populasi virus dengan poliprotein yang membelah semakin cepat menurun. Pada ketiga model menunjukkan adanya bifurkasi. Untuk model 1 dan model 2, bifurkasi yang terjadi adalah bifurkasi transcritical . Titik bifurkasi model I lebih besar dari titik bifurkasi model II dan titik bifurkasi model II lebih besar dari titik bifurkasi model III selama 1 PI η . DAFTAR PUSTAKA Anderson RM, May RM. 1989. Complex dynamical behavior in the interaction between HIV and the immune system, in Cell to Cell Signalling: From Experiment to Theoretical Models : 335-349. Anton H. 1995. Aljabar Linear Elementer. Edisi ke-5. Silabandan P, Susila IN, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Farlow SJ. 1994. An Introduction to Differential Equation and Their Application . New York: Mc Graw-Hill. Feng Z, Rong L. 2006. .The Influence of anti- viral Drug Therapy on The Evolution of HIV-1 Pathogens, in Desease Evolution: Models, Concepts, and Data Analysis. Fisher SD. 1990. Complex Variables second Edition . California: Pacific Grove. Giesecko J. 1994. Mathematical Models for Epidemics. Modern Infectious Disease Epidemiology : 109-123. Ho DD et al. 1995. Rapid Turnover of Plasma Virions and CD4 Lymphocytes in HIV-1 Infection. Nature 373:123-126. Hraba T, Dolezal J. Mathematical model of CD4 + lymphocyte depletion in HIV infection. Folio Biol 35: 156-163. Hraba T, Dolezal J, Celikovsky S. 1990. Model-based analysis of CD4 + lymphocyte dynamics in HIV infected individuals. Immunobiology 181: 108-118. Merrill S. 1989. Modelling the interaction of HIV with cells of the immune respon, in Mathematical and Statistical Approaches to AIDS Epidemiology. Biomath 83: 371- 385. Perelson AS. Modeling the interaction of the immune system with HIV. Biomath 83: 350-370. Perelson AS, Kirschner DE, De Boer R. 1993. Dynamics of HIV infection of CD4 + T cells. Mathematical Biosciences 114:81- 125. Perelson AS, Nelson PW. 1999. Mathematical Analysis of HIV-1 Dynamics in Vivo. Siam Review 41:3-44. Reeves JD, Doms RW. 2002. Human Immunodeficiency Virus Type 2. Virol 83:1253-1265. Tu PNV. 1994. Dynamical System, An Introduction with Application in Economics and Biologi . Germany: Springer-Verlag. Verhlust F. 1990. Nonlinear Differential Equation and Dynamical System . Germany: Springer-Verlag. LAMPIRAN Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2 Teorema 2. Misalkan 23 43 5 bilangan-bilangan real. Bagian real dari setiap nilai eigen persamaan karakteristik 678 7 9 27 9 47 9 5 adalah negatif jika dan hanya jika 2 5 positif dan 24 : 5 Bukti: Dari persamaan 678 7 9 27 9 47 9 5 maka 2 4 5 dan jika ; selainnya. Berdasarkan kriteria Routh-Hurwitz, maka bagian real dari setiap akar polinomial 678 7 9 27 9 47 9 5 adalah negatif jika dan hanya jika = = = positif, dimana: = 2 2 : = 2 54 24 ? 5 : = 2 5 4 2 5 245 ? 5 : Dari 1 maka diperoleh 2 : Dari 2 maka diperoleh 24 ? 5 : Dari 3 maka diperoleh 245 ? 5 : yang dapat diubah dalam bentuk 5624 ? 58 : sehingga dari 2 diperoleh nilai 5 : Dengan demikian diperoleh bahwa bagian real dari setiap akar polinomial 678 7 9 27 9 47 9 5 adalah negatif jika dan hanya jika 2 : 5 : dan 24 : 5 Terbukti A Lampiran 2 Penentuan Titik Tetap Tak Terinfeksi Model HIV tanpa Terapi Obat Subtitusi ke persamaan 4, 5 dan 6 sehingga diperoleh 9 B ? CDE F ? CDE G H ? I J6 ? 8 9 . CDE K sehinggga diperoleh titik tetap tak terinfeksi L CDE G H ? 9 J6 ? 8 9 . CDE K 3 3 M L CDE G H ? ? J6 ? 8 9 . CDE K 3 3 M Untuk titik tetap bernilai negatif, sehingga titik tetap yang akan dianalisis selanjutnya adalah 6 NN 3 3 8 dengan NN OPQ R S ? 9 T6 ? 8 9 NR OPQ U Dengan menggunakan software Mathematica 6 Pada Mathematica notasi - dan ,- masing-masing ditulis menjadi V W diperoleh hasil sebagai berikut untuk titik tetap tak terinfeksi Lampiran 3 Penentuan Titik Tetap Terinfeksi Model HIV tanpa Terapi Obat Maka diperoleh titik tetap terinfeksi adalah 6 3 3 8 dengan N 9 RX Y YOPQ Z [ Y Lampiran 4 Penentuan Nilai Eigen Titik Tetap Tak Terinfeksi E 1 dengan Mathematica Sehingga diperoleh nilai eigen 7 B ? G NN CDE F ? 7 3 ? \] I _6 9 8 ? . 9 . NN Sistem akan stabil pada titik tetap jika ketiga nilai eigen negatif, yakni 7 ` 7 ` dan 7 ` Oleh karena itu perlu diperiksa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sistem di E 1 stabil. Karena semua parameter tak negatif, maka 7 ` Agar 7 ` maka diperlukan X ? aab OPQ Z ? ` atau NN : 6R [ Y 8 OPQ R Agar 7 ` maka diperlukan 9 : _6 9 8 G ? . 9 . atau : NN Lampiran 5 Penentuan Nilai Eigen Titik Tetap Terinfeksi dengan Mathematica Diketahui matriks Jacobi adalah V c d d d e f f f e + + + e g H ? R OPQ 9 ? ? ? ? K Pelinearan pada titik tetap terinfeksi 6 3 3 8 dengan \ , \e , dan N 9 RX Y YOPQ Z [ Y diperoleh matriks J 2 V H X ? OPQ Z ? ? ? ? ? K Kemudian dicari nilai eigen menggunakan persamaan karakteristik hij6V ? 7k8 l B ? G CDE F ? ? ? 7 ? ? ? 7 ? ? 7 l m B B ? G CDE F ? ? ? 7F 6? ? 786? ? 78 9 6? 8 ? B ? G CDE F ? ? ? 7 m B B ? G CDE F ? ? ? 7F n6 9 786 9 78 ? o ? m B B ? G CDE F ? ? ? 7F n 9 6 9 87 9 7 ? o ? m B B ? G CDE F ? ? F ? 7 9 B B ? G CDE F ? ? F 6 9 87 ? 6 9 87 9 B B ? G CDE F ? ? F 7 ? 7 ? B B ? G CDE F ? ? F 9 7 ? m 7 9 6 9 87 ? B B ? G CDE F ? ? F 7 9 7 ? B B ? G CDE F ? ? F 6 9 87 ? 7 9 B B ? G CDE F ? ? F 9 ? B B ? G CDE F ? ? F \ , m 7 9 6 9 87 ? B B ? G CDE F ? ? F 7 9 7 ? 6 9 8 B B ? G CDE F ? ? F 7 ? 7 9 B B ? G CDE F ? ? F 9 ? B B ? G CDE F ? ? F m 7 9 6 9 87 ? B B ? G CDE F ? ? F 7 ? B B ? G CDE F ? ? F 6 9 87 9 m 7 9 p 9 ? B B ? G CDE F ? ? Fq 7 ? 6 9 8 B B ? G CDE F ? ? F 7 9 Persamaan di atas merupakan persamaan karakteristik yang dapat dituliskan sebagai berikut 7 9 27 9 47 9 5 dengan 2 9 ? B B ? G CDE F ? ? F 9 9 X R OPQ Z ? 6 ? 8 9 4 6 9 8 B G CDE ? 6 ? 8 9 F 5 Berdasarkan pada kriteria Routh-Hurwitz, titik tetap terinfeksi bersifat stabil jika syarat 2 : 5 : dan 24 ? 5 : Pada titik tetap 9 6? 8 ? R r OPQ Selama : 6? 8 ? CDE ` 6? 8 ` R OPQ 9 Ini berarti memperlihatkan bahwa 2 : Karena 3 3 3 : maka diperoleh 5 : 2 dan 4 masing-masing dapat ditulis menjadi 2 6 9 9 4 8 dan 4 6 9 84 dengan memanfaatkan bentuk dan catatan bahwa 4 memuat , sehingga dapat ditunjukkan bahwa 24 4 6 9 8 9 4 6 9 8 : 5 yang berarti 24 ? 5 : terpenuhi Lampiran 6 Dinamika Model HIV tanpa Terapi Obat untuk s t ` Lampiran 7 Orbit Kestabilan Sistem Model HIV tanpa Terapi Obat untuk s t : a. Ketika s t u v

b. Ketika

s t u w

c. Ketika

s t x y Lampiran 8 Dinamika Model HIV tanpa Terapi Obat untuk s t :